2019
Alamat :
Jl. Bugangan Raya No. 3 – 5 Semarang
Telp : (024) 3546355, 3553894 / Fax : (024) 3553895
Email : rskusumawarendra@yahoo.com
Website : www.rskusuma.co.id
RSIA. KUSUMA PRADJA
JL. BUG ANG AN RAYA NO. 3 – 5 TELP. (024) 3546355, 3553894, 3551 570
FAX. (024) 3553895 SEMARANG 50126
E-mail : rskusumawarendra@yahoo.com / Website : rskusuma.co.id
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KUSUMA SEMARANG
Nomor : 129/SK./RSIA.KP/09/2019
Tentang
PANDUAN ICRA BANGUNAN
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSIA Kusuma maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu.
b. Bahwa agar pelayanan yang bermutu di RSIA Kusuma dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya revisi Kebijakan Infection Control Risk
Assesment (ICRA), Renovasi, Kontruksi dan Demolisi Rumah Sakit
Soemitro sebagai landasan bagi seluruh penyelenggaraan pelayanan di
RSIA Kusuma Pradja Semarang yang ditetapkan dalam keputusan
Direktur RSIA Kusuma Pradja Semarang.
Menetapkan :
1. Panduan ICRA Bangunan sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
2. Panduan ICRA Bangunan di RSIA Kusuma Pradja Semarang harus dijadikan acuan
dalam penyelenggaraan PPI di lingkungan RSIA Kusuma Pradja Semarang.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Dengan catatan :
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliuran dalam penetapan ini, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 2 September 2019
Rumah Sakit Ibu dan Anak Kusuma
Direktur
RSIA. KUSUMA PRADJA
JL. BUG ANG AN RAYA NO. 3 – 5 TELP. (024) 3546355, 3553894, 3551 570
FAX. (024) 3553895 SEMARANG 50126
E-mail : rskusumawarendra@yahoo.com / Website : rskusuma.co.id
KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KUSUMA SEMARANG
Nomor : 130/SK./RSIA.KP/09/2019
Tentang
KEBIJAKAN ICRA BANGUNAN
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSIA Kusuma, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu.
b. Bahwa agar pelayanan yang bermutu di Rumah Sakit Soemitro dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya revisi Kebijakan Infection Control
Risk Assesment (ICRA), Renovasi, Kontruksi dan Demolisi RSIA
Kusuma sebagai landasan bagi seluruh penyelenggaraan pelayanan di
RSIA Kusuma Pradja Semarang yang ditetapkan dalam keputusan
Direktur RSIA Kusuma Pradja Semarang.
Menetapkan :
1. Kebijakan ICRA Bangunan sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
2. Kebijakan ICRA Bangunan di RSIA Kusuma Pradja Semarang harus dijadikan acuan
dalam penyelenggaraan PPI di lingkungan RSIA Kusuma Pradja Semarang.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Dengan catatan :
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliuran dalam penetapan ini, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 2 September 2019
Rumah Sakit Ibu dan Anak Kusuma
Direktur
KEBIJAKAN ICRA BANGUNAN
RSIA KUSUMA PRADJA SEMARANG
1. KEBIJAKAN UMUM
PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang didapat serta
ditularkan diantara pasien, staf, tenaga professional kesehatan, tenaga kontrak dan
pengunjung.
Resiko infeksi dan kegiatan program dari satu rumah sakit dari rumah sakit lainnya
bergantung pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang dilayani,
lokasi geografi, jumlah pasien, serta jumlah pegawai.
Program PPI akan efektif aapabilaa mempunyai pimpinan yang ditetapkan, pelatihan dan
pendidikan yang baik, metode untuk mengidentifikasi serta proaktif pada tempat berisiko
infeksi, kebijakan dan prosedur yang memadai, juga melakukan kordinasi keseluruh rumah
sakit.
2. KEBIJAKAN KHUSUS
a. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang penilaian ICRA bila ada renovasi,
kontruksi dan demosili.
b. Rumah sakit telah melaksanakan penilaian ICRA pada semua renovasi, kontruksi
dan demosili
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu program PPI adalah mengidentifikasi risiko infeksi yang dapat terjadi
selama proses pelayanan. Risiko infeksi dapat terjadi melalui penularan udara, air, fasilitas
kesehatan, termasuk proses pembangunan dan renovasi rumah sakit. Rumah sakit sebagai
tempat perawatan orang sakit sangat berisiko pula menjadi sumber penyebaran kuman
penyakit berbahaya ke pasien, petugas, dan pengunjung. Pembangunan dan renovasi di
rumah sakit dapat menimbulkan pajanan yang dapat me ningkatkan risiko infeksi karena
berhubungan dengan kualitas udara, air, dan lingkungan rumah sakit. Identifikasi risiko
infeksi yang mungkin terjadi di rumah sakit akibat proses pembangunan dan renovasi di
lingkungan rumah sakit sangat diperlukan, oleh karena itu semua proses pembangunan
dan renovasi harus berdasarkan penilaian dan saran dari Tim PPI di rumah sakit.
B. Tujuan
Secara umum Panduan ICRA Renovasi bangunan bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman petugas rumah sakit mengenai risiko HAIs yang dapat
timbul dari proses pembangunan atau renovasi.
Secara khusus, Panduan ICRA berfungsi dalam mengidentifikasi risiko HAIs
dalam proses pembangunan dan renovasi rumah sakit dengan tujuan mengurangi angka
HAIs.
C. RUANG LINGKUP
Tim PPI bertugas menyusun Panduan ICRA Renovasi, melaksanakan ICRA, dan
memberikan pemahaman pada seluruh petugas rumah sakit. Bagian sanitasi lingkungan
perlu membuat kebijakan terkait pembuangan limbah saat proses pembangunan dan
renovasi. Tim Keselamatan Kerja rumah sakit berlaku sebagai supervisi keamanan dan
keselamatan petugas dan pasien di sekitar lingkungan konstruksi. Pimpinan proyek
sebagai pelaksana konstruksi renovasi bangunan perlu mengikuti peraturan yang sudah
ditetapkan Tim PPI dan bekerja sama dengan Tim PPI dan Tim Keselamatan Kerja dalam
pencegahan penularan infeksi dan keselamatan kerja seluruh pekerja.
1
BAB II
TATALAKSANA ICRA RENOVASI
B. Kegiatan Pembangunan
Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih dahulu tipe/jenis
konstruksi kegiatan proyek, kelompok risiko pasien, durasi dari aktifitas, dan jumlah
sistem HVAC.
Tipe
2
Tipe
Skala kecil, kegiatan durasi
pendek yang menciptakan debu
minimal.
Tipe
Pekerjaan yang menghasilkan debu tingkat sedang
hingga tinggi atau memerlukan pembongkaran atau
pemidahan/penghapusan & pemberian komponen
bangunan tetap atau rakitan
3
Tipe
Risiko Sangat
Risiko rendah Risiko Menengah Risiko Tinggi
Tinggi
Area kantor Kardiologi CCU Area mana pun
Ekokardiografi Ruangan yang merawat
pasien dengan
Endoskopi emergensi
gangguan imun
Pengobatan Laboraturium
Unit pembakaran
nuklir Unit medis Lab. kat jantung
Terapi fisik Kamar bayi Ruangan
Terapi baru lahir penyediaan alat
pernapasan
Operasi rawat steril
jalan ICU
Pediatrik Kamar isolasi
Tekanan negatif
Farmasi
Onkologi
Unit setelah Ruang operasi
anastesi
Unit bedah
4
3. Identifikasi Kelas Pencegahan Konstruksi
Kelas
Kelas
5
Kelas
Kelas
6
Kelas
Kelas
7
Kelas
7. Identifikasi Pencegahan
Selama dilakukan konstruksi dan renovasi, area tersebut harus diisolasi dari area
yang digunakan dalam pelayanan baik medis maupun non- medis untuk mencegah
penyebaran risiko infeksi. Oleh karena itu diperlukan identifikasi langkah- langkah
pencegahan seperti barier yang dipakai (kerapatan dinding), penggunaan HEPA
filter atau tekanan negatif.
9. Jam Kerja
Disarankan proses pengerjaan pembangunan dan renovasi sebisa mungkin
dilakukan bukan pada saat jam pelayanan.
8
termasuk pembatasan jumlah orang dalam ruangan, jarak antar ruangan/bed, dan
tekanan ruangan negatif/positif.
9
D. Prosedur Pengendalian Infeksi Secara Umum
Semua kontraktor dan pekerja wajib mengikuti pelatihan ICRA. Sertifikat
pelatihan berlaku 1 tahun dan pelatihan wajib diulang setiap tahun. Selama kegiatan
pembangunan dan renovasi, perlu dipasang pintu yang menjadi penghalang pekerjaan
proyek dengan paparan ruangan perawatan sesuai konstruksi ruang, jenis kegiatan, dan
kelompok risiko. Penghalang yang ditentukan yaitu berbahan polyethylene, dipasang di
halaman, di samping pintu masuk zona kerja, menutup langit- langit, ruangan, dan tempat
di sela-sela.
Pelaksana kegiatan dan infection control akan diberitahu sejak awal perencanaan
atau tahap desain dari proyek. Tim ICRA perlu meninjau proyek lingkup pekerjaan,
desain, lokasi sekitar, dan dampak lain yang mungkin terjadi. Tim ICRA bertanggung
jawab untuk mengembangkan ICRA dan menyikapi kebutuhan supaya ICRA berjalan
lancar. Pengawas proyek akan mengevaluasi setiap proyek untuk menentukan klasifikasi
peringkat. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperoleh surat izin ICRA sebelum
memulai bekerja. Kontraktor juga bertanggung jawab me nyediakan tenaga kerja dan
peralatan sesuai persyaratkan ICRA juga menjaga peralatan mereka. Kontraktor harus
menjamin penghalang ICRA sesuai standar.
Pada setiap awal shift, petugas harus memastikan proses pengerjaan akan berjalan
sesuai dengan persyaratan ICRA. Kontraktor wajib menyediakan alat sesuai kebutuhan
beserta dengan alat pembersih untuk area kerja sehingga dapat mencegah akumulasi debu
dan puing. Pipa, saluran, dan kabel harus disegel untuk mencegah penembusan atau
kerusakan. Penghalang perlu dipasang di lift, tangga, dan zona kerja. Efektifitasnya harus
dipantau dan bila ada kerusakan harus segera diperbaiki. Debu harus dibersihkan dari
zona kerja dan dibuang menggunakan wadah yang tertutup rapat dan diangkut melalui
rute yang ditentukan ICRA. Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengna cairan pemutih
untuk mencegah debu keluar dari zona kerja. Kontraktor wajib membersihkan debu yang
keluar dari zona kerja.
Persediaan peralatan, meubel (meja, kursi dan alamari), dan perlatan lain
direlokasi sebelum penghalang dibuat. Segel jendela dan area masuk bangunan harus
terjamin untuk meminimalkan infiltrasi dari luar yang mencemari ketika zona kerja berada
di bawah tekanan negatif. Kontraktor harus menjalankan mesin pengatur tekanan negatif
di zona kerja sebelum penghalang dipasang. Penghalang yang dipasang harus sesuai
persyaratan ICRA.
Pengawasan dilakukan oleh kepala proyek dan tim ICRA dan berhak untuk
menghentikan proyek bila dinilai membahayakan pasien, petugas, dan lingkungan sekitar.
Semua petugas harus memiliki sertifikat pelatihan ICRA. Ketidakpatuhan ditindaklanjuti
secara komunikasi verbal, kemudian melalui dokumen tertulis. Laporan diteruskan ke
kepala proyek dan petugas ICRA untuk selanjutnya dibahas dalam pertemuan.
10
bertanggung jawab terhadap proyek yang dilakukan. Pada tingkat kedua, izin kerja ICRA
tidak diperlukan. Kontraktor bertanggung jawab untuk mengidentifikasi intervensi tingkat
II . Pada tingkat ketiga, semua tingkat I dan II harus dipatuhi. ICRA wajib diselesaikan.
Pada tingkat 4, semua tingkat I-IV harus dipatuhi. ICRA harus dilengkapi dan ICRMR
perlu diselesaikan untuk semua konstruksi baru dan renovasi kamar perawatan pasien.
Setelah kegiatan, debu dan sepatu harus dibersihkan.
Jika pekerjaan dilakukan di ruang operasi, kontraktor harus mematuhi intervensi
pengendalian infeksi yang diterapkan di daerah berisiko tinggi yang telah ditetapkan
ICRA. Semua peralatan yang masuk harus dilakukan penyekaan dengan disinfektan
sampai bebas debu dan kotoran. Semua pekerja harus memakai pakaian yang sesuai
dengan ketetapan ruang OK dan CSSD. Pekerjaan yang menciptakan debu dan air
aerosolisasi harus dilakukan dalam pengawasan menggunakan HEPA filtertekanan negatif
bersertifikat.
11
BAB III
KETERLIBATAN TIM PPI DALAM ASPEK PENGENDALIAN INFEKSI
SAAT RENOVASI/PEMBANGUNAN DAN DESAI RUMAH SAKIT
A. Prinsip Dasar
Pembangunan / renovasi dapat mengakibatkan infeksi dikarenakan adanya
gangguan kualitas lingkungan saat pengerjaan proyek, Pencegahan infeksi dilakukan
terhadap pasien, petugas kesehatan, pekerja bangunan, dan pengunjung.
Masalah yang sering terjadi saat pembangunan/renovasi rumah sakit adalah
banyaknya debu yang mengotori udara dengan konsentrasi spora jamur (Aspergillus) dan
kuman (Legionella) tinggi. Semua aktifitas pembangunan dapat mengakibatkan
permukaan menjadi lembab dan kontaminasi air dan sistem pendingin udara.
C. Pencegahan
Pencegahan yang utama adalah mengurangi jumlah debu yang keluar dari area
proyek menggunakan barrier plastik dari lantai sampai langit- langit. Barrier juga perlu
dipasang di pintu pembatas antara area proyek dan area pelayanan. Bahan barrier harus
mudah dibersihkan dan tidak dapat ditembus oleh debu seperti plastik dengan ketebalan 6
mm. Samping barrier harus direkatkan menggunakan perekat yang mudah menempel
namun tidak merusak tembok atau cat yang direkatkan. Pada pintu masuk dan keluar,
barier plastik harus dilengkapi dengan seleting agar bisa dilewati dengan tujuan saat tidak
digunakan, seleting ditutup sehingga debu tidak keluar dari area.
1. Pre-Konstruksi
Tim PPI di rumah sakit berperan sebagain konsultan dalam pencegahan infeksi
di rumah sakit. Tim PPI harus mengidentifikasi kemungkinan kerusakan saluran p ipa
air atau sistem AC dan peta pasien dengan risiko tinggi. Sebelum konstruksi dimulai,
semua pekerja harus mengikuti pelatihan mengenai PPI. Tim PPI juga harus
menentukan alur gerakan pekerja seperti jalur keluar masuk barang dan barrier.
12
2. Konstruksi
Tim PPI harus mengawasi alur pasien yang melewati area konstruksi dan
indikasi menggunakan masker respiratoar. Pintu dan jendela area konstruksi harus
tertutup rapat dan dilengkapi dengan penutup barrier anti debu. Tekanan negatif
diperlukan di area konstruksi untuk mencegah penyebaran kuman dari area konstruksi
ke area sekitar. Pada pasien dengan risiko tinggi, ruangan harus dibersihkan
menggunakan Hepa filter. Kegiatan harus diawasi dengan ketat seperti alur material
dan bahan sisa (sampah), kepatuhan pekerja, dan risiko kontaminasi pipa air atau AC.
3. Post – Konstruksi
Tim PPI harus memantau kebersihan area konstruksi dan bebas debu. IPCO
menilai area sebelum boleh digunakan. Pada beberapa keadaan, air sampling dan
kultur lingkungan perlu dilakukan.
13
BAB IV
SIMPULAN
1. Dalam setiap kegiatan konstruksi di rumah sakit, Tim PPI harus selalu dilibatkan
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
2. Semua pekerja konstruksi harus mengikuti pelatihan PPI yang diadakan oleh Tim
PPI di rumah sakit.
3. Penentuan alur pekerja, bahan material, dan sampah bangunan harus dilakukan
sejak sebelum konstruksi mulai. Pekerjaan konstruksi tidak boleh dimulai sebelum
penilaian ICRA lengkap selesai.
4. Infeksi terkait rumah sakit yang berhubungan dengan konstruksi perlu diwaspadai,
yaitu Aspergillosis dan Legionellosis.
5. Fokus perhatian yang penting adalah lingkungan sekitar area konstruksi, sistem
pipa air yang mungkin terpapar, dan sistem ventilasi yang baik untuk mencegah
penyebaran debu dari area konstruksi.
6. Persayaratan utama dalam desain konstruksi meliputi suplai air bersih dan listrik
selama 24 jam, jumlah dan jarak tempat tidur yang adekuat, ventilasi sesuai prinsip
PPI, dan sanitasi untuk pasien, pengunjung, staf rumah sakit, dan pekerja
konstruksi.
7. Lantai dan permukaan harus menggunakan bahan yang mudah diberishkan
14
RUMAH SAKIT
INFECTION CONTROL RISK ASSESMEN(ICRA) BANGUNAN
/PPI/RSIA.KP 00 1/1
RSIA KUSUMA
/09/2019
PRADJA
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh:
Direktur
STANDAR
PROSEDUR 5 September 2019
OPERASIONAL
Proses menetapkan risiko potensial dari tranmisi udara yang bervariasi dan
PENGERTIAN kontaminasi melalui air kotor dalam fasilitas selama kontruksi, renovasi dan
kegiatan maintenance.
1. Untuk meminimalisasi risiko Infeksi RS (Hais) pada pasien yang mungkin
bisa terjadi ketika ada penyebaran jamur atau bakteri di udara dengan
TUJUAN debu atau aerosol atau air selama kontruksi dan renovasi di RS
2. Mengontrol penyebaran debu dari komponen bangunan selama renovasi di
RSIA Kusuma Pradja
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSIA Kusuma Pradja tentang Kebijakan ICRA bangunan
di RSIA Kusuma Pradja Semarang
1. Ruangan / unit mengajukan permohonan perbaikan ruangan atu
pembangunan baru kepada Tata Usaha dengan tembusan Ka. PPI
2. Tata usaha membuat permohonan izin ICRA KE Tim PPI
PROSEDUR 3. Rapat penentuan level ICRA
4. Izin ICRA keluar
5. Pemantauan selama kegiata renovasi berlangsung oleh IPCN
6. Renovasi selesai IPCN melakukan evaluasi
UNIT TERKAIT 1. Seluruh Unit RSIA kusuma Pradja Semarang
2. Kontraktor terkait