Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN ICRA BANGUNAN

2019

RSIA KUSUMA PRADJA

Alamat :
Jl. Bugangan Raya No. 3 – 5 Semarang
Telp : (024) 3546355, 3553894 / Fax : (024) 3553895
Email : rskusumawarendra@yahoo.com
Website : www.rskusuma.co.id
RSIA. KUSUMA PRADJA
JL. BUG ANG AN RAYA NO. 3 – 5 TELP. (024) 3546355, 3553894, 3551 570
FAX. (024) 3553895 SEMARANG 50126
E-mail : rskusumawarendra@yahoo.com / Website : rskusuma.co.id

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KUSUMA SEMARANG
Nomor : 129/SK./RSIA.KP/09/2019
Tentang
PANDUAN ICRA BANGUNAN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSIA Kusuma maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu.
b. Bahwa agar pelayanan yang bermutu di RSIA Kusuma dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya revisi Kebijakan Infection Control Risk
Assesment (ICRA), Renovasi, Kontruksi dan Demolisi Rumah Sakit
Soemitro sebagai landasan bagi seluruh penyelenggaraan pelayanan di
RSIA Kusuma Pradja Semarang yang ditetapkan dalam keputusan
Direktur RSIA Kusuma Pradja Semarang.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
pelayanan Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
Akreditasi Rumah Sakit
6. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisin I Tahun
2017.
.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
1. Panduan ICRA Bangunan sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
2. Panduan ICRA Bangunan di RSIA Kusuma Pradja Semarang harus dijadikan acuan
dalam penyelenggaraan PPI di lingkungan RSIA Kusuma Pradja Semarang.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Dengan catatan :
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliuran dalam penetapan ini, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 2 September 2019
Rumah Sakit Ibu dan Anak Kusuma
Direktur
RSIA. KUSUMA PRADJA
JL. BUG ANG AN RAYA NO. 3 – 5 TELP. (024) 3546355, 3553894, 3551 570
FAX. (024) 3553895 SEMARANG 50126
E-mail : rskusumawarendra@yahoo.com / Website : rskusuma.co.id

KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KUSUMA SEMARANG
Nomor : 130/SK./RSIA.KP/09/2019
Tentang
KEBIJAKAN ICRA BANGUNAN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSIA Kusuma, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu.
b. Bahwa agar pelayanan yang bermutu di Rumah Sakit Soemitro dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya revisi Kebijakan Infection Control
Risk Assesment (ICRA), Renovasi, Kontruksi dan Demolisi RSIA
Kusuma sebagai landasan bagi seluruh penyelenggaraan pelayanan di
RSIA Kusuma Pradja Semarang yang ditetapkan dalam keputusan
Direktur RSIA Kusuma Pradja Semarang.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
pelayanan Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
Akreditasi Rumah Sakit
6. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisin I Tahun
2017.
.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
1. Kebijakan ICRA Bangunan sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
2. Kebijakan ICRA Bangunan di RSIA Kusuma Pradja Semarang harus dijadikan acuan
dalam penyelenggaraan PPI di lingkungan RSIA Kusuma Pradja Semarang.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Dengan catatan :
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliuran dalam penetapan ini, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 2 September 2019
Rumah Sakit Ibu dan Anak Kusuma
Direktur
KEBIJAKAN ICRA BANGUNAN
RSIA KUSUMA PRADJA SEMARANG

1. KEBIJAKAN UMUM

PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang didapat serta
ditularkan diantara pasien, staf, tenaga professional kesehatan, tenaga kontrak dan
pengunjung.
Resiko infeksi dan kegiatan program dari satu rumah sakit dari rumah sakit lainnya
bergantung pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang dilayani,
lokasi geografi, jumlah pasien, serta jumlah pegawai.
Program PPI akan efektif aapabilaa mempunyai pimpinan yang ditetapkan, pelatihan dan
pendidikan yang baik, metode untuk mengidentifikasi serta proaktif pada tempat berisiko
infeksi, kebijakan dan prosedur yang memadai, juga melakukan kordinasi keseluruh rumah
sakit.

2. KEBIJAKAN KHUSUS
a. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang penilaian ICRA bila ada renovasi,
kontruksi dan demosili.
b. Rumah sakit telah melaksanakan penilaian ICRA pada semua renovasi, kontruksi
dan demosili
DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................................ 1
C. Ruang Lingkup .............................................................................................................. 1
BAB II TATALAKSANA ICRA RENOVASI ....................................................................... 2
A. Pengertian ICRA Renovasi ............................................................................................. 2
B. Kegiatan Pembangunan .................................................................................................. 2
C. Produk dan Bahan .......................................................................................................... 9
D. Prosedur Pengendalian Infeksi Secara Umum ............................................................. 10
E. Intervensi Berdasarkan Klasifikasi Tingkat ................................................................. 10
BAB III KETERLIBATAN TIM PPI .................................................................................... 12
A. Prinsip Dasar ................................................................................................................ 12
B. Pasien Risiko Tinggi ................................................................................................... 12
C. Pencegahan ................................................................................................................... 12
D. Peran Tim PPI dalam Kegiatan Pembangunan ........................................................... 12
BAB IV SIMPULAN ............................................................................................................. 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu program PPI adalah mengidentifikasi risiko infeksi yang dapat terjadi
selama proses pelayanan. Risiko infeksi dapat terjadi melalui penularan udara, air, fasilitas
kesehatan, termasuk proses pembangunan dan renovasi rumah sakit. Rumah sakit sebagai
tempat perawatan orang sakit sangat berisiko pula menjadi sumber penyebaran kuman
penyakit berbahaya ke pasien, petugas, dan pengunjung. Pembangunan dan renovasi di
rumah sakit dapat menimbulkan pajanan yang dapat me ningkatkan risiko infeksi karena
berhubungan dengan kualitas udara, air, dan lingkungan rumah sakit. Identifikasi risiko
infeksi yang mungkin terjadi di rumah sakit akibat proses pembangunan dan renovasi di
lingkungan rumah sakit sangat diperlukan, oleh karena itu semua proses pembangunan
dan renovasi harus berdasarkan penilaian dan saran dari Tim PPI di rumah sakit.

B. Tujuan
Secara umum Panduan ICRA Renovasi bangunan bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman petugas rumah sakit mengenai risiko HAIs yang dapat
timbul dari proses pembangunan atau renovasi.
Secara khusus, Panduan ICRA berfungsi dalam mengidentifikasi risiko HAIs
dalam proses pembangunan dan renovasi rumah sakit dengan tujuan mengurangi angka
HAIs.

C. RUANG LINGKUP
Tim PPI bertugas menyusun Panduan ICRA Renovasi, melaksanakan ICRA, dan
memberikan pemahaman pada seluruh petugas rumah sakit. Bagian sanitasi lingkungan
perlu membuat kebijakan terkait pembuangan limbah saat proses pembangunan dan
renovasi. Tim Keselamatan Kerja rumah sakit berlaku sebagai supervisi keamanan dan
keselamatan petugas dan pasien di sekitar lingkungan konstruksi. Pimpinan proyek
sebagai pelaksana konstruksi renovasi bangunan perlu mengikuti peraturan yang sudah
ditetapkan Tim PPI dan bekerja sama dengan Tim PPI dan Tim Keselamatan Kerja dalam
pencegahan penularan infeksi dan keselamatan kerja seluruh pekerja.

1
BAB II
TATALAKSANA ICRA RENOVASI

A. Pengertian ICRA Renovasi


ICRA bangunan adalah suatu proses manajemen risiko, yaitu mengidentifikasi,
menilai, dan memprioritaskan area yang akan diperbaiki berdasarkan dampak yang
mungkin terjadi disertai pencatatan yang disesuaikan dengan peringkat risiko. ICRA
renovasi dilakukan sebelum memulai kegiatan pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran,
konstruksi, maupun renovasi untuk mengetahui risiko dan dampaknya terhadap kualitas
udara dengan mempertimbangkan potensi pajanan pada pasien.


B. Kegiatan Pembangunan
Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih dahulu tipe/jenis
konstruksi kegiatan proyek, kelompok risiko pasien, durasi dari aktifitas, dan jumlah
sistem HVAC.


1. Identifikasi Tipe/Jenis Konstruksi

Tipe

Inspeksi dan Kegiatan Non – Invasive

2
Tipe
Skala kecil, kegiatan durasi
pendek yang menciptakan debu
minimal.

Tipe
Pekerjaan yang menghasilkan debu tingkat sedang
hingga tinggi atau memerlukan pembongkaran atau
pemidahan/penghapusan & pemberian komponen
bangunan tetap atau rakitan

3
Tipe

Pembongkaran dan kontruksi proyek-2 besar


Termasuk tetapi tidak terbatas pada :

2. Identifikasi Kelompok Risiko Pasien

Risiko Sangat
Risiko rendah Risiko Menengah Risiko Tinggi
Tinggi
Area kantor  Kardiologi  CCU  Area mana pun
 Ekokardiografi  Ruangan yang merawat
pasien dengan
 Endoskopi emergensi
gangguan imun
 Pengobatan  Laboraturium
 Unit pembakaran
nuklir  Unit medis  Lab. kat jantung
 Terapi fisik  Kamar bayi  Ruangan
 Terapi baru lahir penyediaan alat
pernapasan
 Operasi rawat steril
jalan  ICU
 Pediatrik  Kamar isolasi
 Tekanan negatif
 Farmasi
 Onkologi
 Unit setelah  Ruang operasi
anastesi
 Unit bedah

4
3. Identifikasi Kelas Pencegahan Konstruksi

Kelompok Risiko Tipe Proyek Kontruksi


Pasien Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D

Kelompok risiko rendah

Kelompok risiko sedang

Kelompok risiko tinggi

Kelompok risiko sangat


tinggi

4. Identifikasi Berdasarkan Kelas

Kelas

Kelas

5
Kelas

Kelas

6
Kelas

Kelas

7
Kelas

5. Identifikasi Kegiatan Di Tempat Khusus


Identifikasi perlu dilakukan di tempat khusus seperti ruang perawatan, farmasi,
dapur, laundri, dll.

6. Identifikasi Masalah Terkait


Identifikasi masalah yang berkaitan dengan ventilasi, pipa ledeng, listrik dan
kemungkinan terjadinya pemadaman, saluran air, dll.

7. Identifikasi Pencegahan
Selama dilakukan konstruksi dan renovasi, area tersebut harus diisolasi dari area
yang digunakan dalam pelayanan baik medis maupun non- medis untuk mencegah
penyebaran risiko infeksi. Oleh karena itu diperlukan identifikasi langkah- langkah
pencegahan seperti barier yang dipakai (kerapatan dinding), penggunaan HEPA
filter atau tekanan negatif.

8. Potensial Risiko Kerusakan Air


Identifikasi risiko pencemaran air dari pembongkaran dinding, bangunan,
perluasan saluran air, dll.

9. Jam Kerja
Disarankan proses pengerjaan pembangunan dan renovasi sebisa mungkin
dilakukan bukan pada saat jam pelayanan.

10. Rencana Ruang Isolasi


Ruang isolasi perlu direncakan dari jumlah ruangan/bed, syarat ruang isolasi

8
termasuk pembatasan jumlah orang dalam ruangan, jarak antar ruangan/bed, dan
tekanan ruangan negatif/positif.

11. Rencana Bak Cuci Tangan


Rencana penempatan bak cuci tangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
keadaan di rumah sakit, baik dari segi jumlah maupun tipe baknya.

12. Konfirmasi Jumlah Bak Cuci Tangan


Persetujuan Tim PPI / IPCN mengenai jumlah, tipe, dan perlengkapan bak cuci
tangan yang diperlukan.

13. Persetujuan Ruangan


Persetujuan Tim PPI / IPCN mengenai peralatan ruangan bersih dan kotor.

14. Pembahasan Masalah


Perencanaani pencegahan dengan tim proyek pembangunan dan renovasi
mengenai alur lalu lintas, pembersihan puing, dll.

C. Produk Dan Bahan


a. Tipe penghalang/Barrier
Untuk menghindar kebakaran polyethylene, ketebalan dinding 6 ml, dinding
berbahan gypsum, fiberglass diperkuat plastik, kayu lapis, dan masonite (harus
dicat dengan cat tahan api) sesuai ijin kerja ICRA.
b. Pemutihan / Bleach
Disinfektan berbasis air dengan natrium hipoklorit, biasanya dengan perbanding
1:10 dengan air dan harus dibuat baru setiap 24 jam.
c. Carpet Vacuum dengan HEPA filter
d. Control Cube
e. Jenis Pintu
Pintu kayu maupun logam harus berbingkai logam, handel pintu dipolietilena.
f. Exhaust Selang
Fleksibel, baja kuat, ventilasi blower
g. HEPA Vacuum yang harus mampu menyaring 0,5 micron.
h. Mesin tekanan negatif yang mampu menyaring 200-2000 kaki kubik
k. Kipas angin tekanan negatif bertekanan udara tinggi, statis, dan tanpa filter.
l. Walk-off mats
Karpet berukuran 18 inci x 23 inci dibasahi larutan pemutih untuk akses jalan
petugas sehingga debu tidak keluar dari zona.

9
D. Prosedur Pengendalian Infeksi Secara Umum
Semua kontraktor dan pekerja wajib mengikuti pelatihan ICRA. Sertifikat
pelatihan berlaku 1 tahun dan pelatihan wajib diulang setiap tahun. Selama kegiatan
pembangunan dan renovasi, perlu dipasang pintu yang menjadi penghalang pekerjaan
proyek dengan paparan ruangan perawatan sesuai konstruksi ruang, jenis kegiatan, dan
kelompok risiko. Penghalang yang ditentukan yaitu berbahan polyethylene, dipasang di
halaman, di samping pintu masuk zona kerja, menutup langit- langit, ruangan, dan tempat
di sela-sela.
Pelaksana kegiatan dan infection control akan diberitahu sejak awal perencanaan
atau tahap desain dari proyek. Tim ICRA perlu meninjau proyek lingkup pekerjaan,
desain, lokasi sekitar, dan dampak lain yang mungkin terjadi. Tim ICRA bertanggung
jawab untuk mengembangkan ICRA dan menyikapi kebutuhan supaya ICRA berjalan
lancar. Pengawas proyek akan mengevaluasi setiap proyek untuk menentukan klasifikasi
peringkat. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperoleh surat izin ICRA sebelum
memulai bekerja. Kontraktor juga bertanggung jawab me nyediakan tenaga kerja dan
peralatan sesuai persyaratkan ICRA juga menjaga peralatan mereka. Kontraktor harus
menjamin penghalang ICRA sesuai standar.
Pada setiap awal shift, petugas harus memastikan proses pengerjaan akan berjalan
sesuai dengan persyaratan ICRA. Kontraktor wajib menyediakan alat sesuai kebutuhan
beserta dengan alat pembersih untuk area kerja sehingga dapat mencegah akumulasi debu
dan puing. Pipa, saluran, dan kabel harus disegel untuk mencegah penembusan atau
kerusakan. Penghalang perlu dipasang di lift, tangga, dan zona kerja. Efektifitasnya harus
dipantau dan bila ada kerusakan harus segera diperbaiki. Debu harus dibersihkan dari
zona kerja dan dibuang menggunakan wadah yang tertutup rapat dan diangkut melalui
rute yang ditentukan ICRA. Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengna cairan pemutih
untuk mencegah debu keluar dari zona kerja. Kontraktor wajib membersihkan debu yang
keluar dari zona kerja.
Persediaan peralatan, meubel (meja, kursi dan alamari), dan perlatan lain
direlokasi sebelum penghalang dibuat. Segel jendela dan area masuk bangunan harus
terjamin untuk meminimalkan infiltrasi dari luar yang mencemari ketika zona kerja berada
di bawah tekanan negatif. Kontraktor harus menjalankan mesin pengatur tekanan negatif
di zona kerja sebelum penghalang dipasang. Penghalang yang dipasang harus sesuai
persyaratan ICRA.
Pengawasan dilakukan oleh kepala proyek dan tim ICRA dan berhak untuk
menghentikan proyek bila dinilai membahayakan pasien, petugas, dan lingkungan sekitar.
Semua petugas harus memiliki sertifikat pelatihan ICRA. Ketidakpatuhan ditindaklanjuti
secara komunikasi verbal, kemudian melalui dokumen tertulis. Laporan diteruskan ke
kepala proyek dan petugas ICRA untuk selanjutnya dibahas dalam pertemuan.

E. Intervensi Berdasarkan Klasifikasi Tingkat


Pada tingkat pertama, izin kerja tidak diperlukan. Kontraktor bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi tingkat intervensi yang berlaku. Kontraktor memverifikasi dan

10
bertanggung jawab terhadap proyek yang dilakukan. Pada tingkat kedua, izin kerja ICRA
tidak diperlukan. Kontraktor bertanggung jawab untuk mengidentifikasi intervensi tingkat
II . Pada tingkat ketiga, semua tingkat I dan II harus dipatuhi. ICRA wajib diselesaikan.
Pada tingkat 4, semua tingkat I-IV harus dipatuhi. ICRA harus dilengkapi dan ICRMR
perlu diselesaikan untuk semua konstruksi baru dan renovasi kamar perawatan pasien.
Setelah kegiatan, debu dan sepatu harus dibersihkan.
Jika pekerjaan dilakukan di ruang operasi, kontraktor harus mematuhi intervensi
pengendalian infeksi yang diterapkan di daerah berisiko tinggi yang telah ditetapkan
ICRA. Semua peralatan yang masuk harus dilakukan penyekaan dengan disinfektan
sampai bebas debu dan kotoran. Semua pekerja harus memakai pakaian yang sesuai
dengan ketetapan ruang OK dan CSSD. Pekerjaan yang menciptakan debu dan air
aerosolisasi harus dilakukan dalam pengawasan menggunakan HEPA filtertekanan negatif
bersertifikat.

11
BAB III
KETERLIBATAN TIM PPI DALAM ASPEK PENGENDALIAN INFEKSI
SAAT RENOVASI/PEMBANGUNAN DAN DESAI RUMAH SAKIT

A. Prinsip Dasar
Pembangunan / renovasi dapat mengakibatkan infeksi dikarenakan adanya
gangguan kualitas lingkungan saat pengerjaan proyek, Pencegahan infeksi dilakukan
terhadap pasien, petugas kesehatan, pekerja bangunan, dan pengunjung.
Masalah yang sering terjadi saat pembangunan/renovasi rumah sakit adalah
banyaknya debu yang mengotori udara dengan konsentrasi spora jamur (Aspergillus) dan
kuman (Legionella) tinggi. Semua aktifitas pembangunan dapat mengakibatkan
permukaan menjadi lembab dan kontaminasi air dan sistem pendingin udara.

B. Pasien Risiko Tinggi


Pasien risiko tinggi adalah kelompok pasien yang rentan terkena infeksi terkait
pembangunan dan renovasi. Pasien yang termasuk risiko tinggi adalah pasien yang
menjalankan transplantasi, pasien dengan neutropenia (hematoonkologi), pasien dengan
pengobatan kortikosteroid, dan pasien immunocompromised lain seperti DM, ODHA, dll.

C. Pencegahan
Pencegahan yang utama adalah mengurangi jumlah debu yang keluar dari area
proyek menggunakan barrier plastik dari lantai sampai langit- langit. Barrier juga perlu
dipasang di pintu pembatas antara area proyek dan area pelayanan. Bahan barrier harus
mudah dibersihkan dan tidak dapat ditembus oleh debu seperti plastik dengan ketebalan 6
mm. Samping barrier harus direkatkan menggunakan perekat yang mudah menempel
namun tidak merusak tembok atau cat yang direkatkan. Pada pintu masuk dan keluar,
barier plastik harus dilengkapi dengan seleting agar bisa dilewati dengan tujuan saat tidak
digunakan, seleting ditutup sehingga debu tidak keluar dari area.

D. PERAN TIM PPI DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN


Tim PPI bertugas mengawasi dan mendampingi pekerja selama kegiatan
pembangunan dan renovasi, dimulai dari tahap pre-konstruksi, konstruksi, dan post-
konstruksi.

1. Pre-Konstruksi
Tim PPI di rumah sakit berperan sebagain konsultan dalam pencegahan infeksi
di rumah sakit. Tim PPI harus mengidentifikasi kemungkinan kerusakan saluran p ipa
air atau sistem AC dan peta pasien dengan risiko tinggi. Sebelum konstruksi dimulai,
semua pekerja harus mengikuti pelatihan mengenai PPI. Tim PPI juga harus
menentukan alur gerakan pekerja seperti jalur keluar masuk barang dan barrier.

12
2. Konstruksi
Tim PPI harus mengawasi alur pasien yang melewati area konstruksi dan
indikasi menggunakan masker respiratoar. Pintu dan jendela area konstruksi harus
tertutup rapat dan dilengkapi dengan penutup barrier anti debu. Tekanan negatif
diperlukan di area konstruksi untuk mencegah penyebaran kuman dari area konstruksi
ke area sekitar. Pada pasien dengan risiko tinggi, ruangan harus dibersihkan
menggunakan Hepa filter. Kegiatan harus diawasi dengan ketat seperti alur material
dan bahan sisa (sampah), kepatuhan pekerja, dan risiko kontaminasi pipa air atau AC.

3. Post – Konstruksi
Tim PPI harus memantau kebersihan area konstruksi dan bebas debu. IPCO
menilai area sebelum boleh digunakan. Pada beberapa keadaan, air sampling dan
kultur lingkungan perlu dilakukan.

4. Faktor Design Yang Mempengaruhi Transmisi Infeksi Rumah Sakit


Jumlah perbandingan pasien dan perawat yang dianjurkan adalah ratio 1 : 3-10.
Jumlah dan jenis pemeriksaan termasuk ketersediaan alat medis dan APD sesuai
kebutuhan. Ruangan yang tersedia harus meliputi ruang rawat, ruang petugas, ruang
tunggu, dan ruang isolasi. Pada bangsal/ruangan, jumlah tempat tidur maksimal yang
dianjurkan adalah 40 dan tersedia ruang personal / single room untuk ruangan isolasi.
Jumlah tempat tidur per kamar yang dianjurkan adalah 2 – 4 tempat tidur dengan jarak
minimal 1 meter, tiap kamar dilengkapi dengan Alcohol-Based Hand Rub serta toilet
dan shower di setiap ruangan.
Lantai dan permukaan benda harus mudah dibersihkan,
tidak ada karpet, dan direkomendasikan menggunakan bahan vinyl. Air minum harus
diperiksa secara berkala. Air bersih dna listrik harus tersedia 24 jam per hari. WHO
menyarankan ventilasi alamiah untuk ruangan pasien TB dan mampu mencegah
transmisi airborne menggunakan alat pengatur tekanan negatif dan HEPA filter.
Pengelolaan barang bersih dan kotor harus terpisah seperti tindakan mempersiapkan
infus dan injesi di ruang bersih harus terpisah dengan tindakan pembersihan luka. Alat
steril harus disimpan di lemari tertutup. Pada bagian pengelolaan makanan, laundry,
dan limbah, lantai dan semua permukaan harus mudah dibersihkan, makanan harus
hangat agar dapat segera dikonsumsi, linen dan pakaian kerja petugas yang sudah
terkontaminasi harus dicuci di rumah sakit. Berdasarkan WHO, 1 kamar 1 tempat tidur
lebih baik karena kualitas tidur pasien lebih baik, privasi meningkat, tingkat
kebisingan menurun, transmisi organisme menurun, kesalahan pemberian obat
menurun, dan proteksi data pasien lebih baik.

13
BAB IV
SIMPULAN

1. Dalam setiap kegiatan konstruksi di rumah sakit, Tim PPI harus selalu dilibatkan
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
2. Semua pekerja konstruksi harus mengikuti pelatihan PPI yang diadakan oleh Tim
PPI di rumah sakit.
3. Penentuan alur pekerja, bahan material, dan sampah bangunan harus dilakukan
sejak sebelum konstruksi mulai. Pekerjaan konstruksi tidak boleh dimulai sebelum
penilaian ICRA lengkap selesai.
4. Infeksi terkait rumah sakit yang berhubungan dengan konstruksi perlu diwaspadai,
yaitu Aspergillosis dan Legionellosis.
5. Fokus perhatian yang penting adalah lingkungan sekitar area konstruksi, sistem
pipa air yang mungkin terpapar, dan sistem ventilasi yang baik untuk mencegah
penyebaran debu dari area konstruksi.
6. Persayaratan utama dalam desain konstruksi meliputi suplai air bersih dan listrik
selama 24 jam, jumlah dan jarak tempat tidur yang adekuat, ventilasi sesuai prinsip
PPI, dan sanitasi untuk pasien, pengunjung, staf rumah sakit, dan pekerja
konstruksi.
7. Lantai dan permukaan harus menggunakan bahan yang mudah diberishkan

Semarang, 3 September 2019


Tim PPI

14
RUMAH SAKIT
INFECTION CONTROL RISK ASSESMEN(ICRA) BANGUNAN

NO. DOKUMEN No. Revisi Halaman

/PPI/RSIA.KP 00 1/1
RSIA KUSUMA
/09/2019
PRADJA
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh:
Direktur
STANDAR
PROSEDUR 5 September 2019

OPERASIONAL

Proses menetapkan risiko potensial dari tranmisi udara yang bervariasi dan
PENGERTIAN kontaminasi melalui air kotor dalam fasilitas selama kontruksi, renovasi dan
kegiatan maintenance.
1. Untuk meminimalisasi risiko Infeksi RS (Hais) pada pasien yang mungkin
bisa terjadi ketika ada penyebaran jamur atau bakteri di udara dengan
TUJUAN debu atau aerosol atau air selama kontruksi dan renovasi di RS
2. Mengontrol penyebaran debu dari komponen bangunan selama renovasi di
RSIA Kusuma Pradja
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSIA Kusuma Pradja tentang Kebijakan ICRA bangunan
di RSIA Kusuma Pradja Semarang
1. Ruangan / unit mengajukan permohonan perbaikan ruangan atu
pembangunan baru kepada Tata Usaha dengan tembusan Ka. PPI
2. Tata usaha membuat permohonan izin ICRA KE Tim PPI
PROSEDUR 3. Rapat penentuan level ICRA
4. Izin ICRA keluar
5. Pemantauan selama kegiata renovasi berlangsung oleh IPCN
6. Renovasi selesai IPCN melakukan evaluasi
UNIT TERKAIT 1. Seluruh Unit RSIA kusuma Pradja Semarang
2. Kontraktor terkait

Anda mungkin juga menyukai