Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan
memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan tehnik penilaian yang sesuai. Dilihat dari
sudut perkembangan yang dialami oleh anak, maka usaha yang sengaja dan
terencana (yang dibsebut pendidikan) tersebut ditunjukkan untuk membantu anak
dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang dialaminya
dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata lain, pendidikan dipandang
mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam
perkembangan anak (Suryosubroto,2010).
Sistem pendidikan yang dikatakan berhasil bergantung kepada kualitas
pendidikan dan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Sistem pendidikan masih perlu ditingkatkan sesuai dengan perkembangan
zamannya, baik segi kualitasnya maupun kuantitasnya. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pendidikan seperti :
penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menjadi Kurikulum 2013, peningkatan kompetensi guru melalui sertifikasi, dan
pengadaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Proses pembelajaran pada
kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan scientific, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik. Salah satu kriteria dalam pendekatan scientific adalah materi pembelajaran
berbasis fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata. Salah
satu mata pelajaran yang harus dijelaskan dengan fenomena adalah mata pelajaran
fisika (Widianigtiyas, 2015).
Nyatanya, pada tujuan dan fungsi pendidikan nasional belum sepenuhnya
terwujud. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia
adalah lemahnya proses pembelajaran. Padahal pembelajaran merupakan elemen

1
2

yang memiliki peranan dominan untuk mewujudkan kualitas hasil lulusan


pendidikan tersebut. Dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran yang
berlangsung saat ini masih didominasi pada guru. Guru sering menjadikan siswa
sebagai objek belajar bukan sebagai sumber belajar dan cenderung menggunakan
model konvensional.
Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
mempelajari gejala alam atau fenomena alam serta semua interaksi yang
menyertainya. Fisika sebagai salah satu cabang IPA sebaiknya dipelajari dengan
melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga proses
belajar siswa menjadi lebih bermakna karena pengetahuan akan dibangun sendiri
oleh siswa melalui pengalamannya. Kegiatan pembelajaran fisika yang melibatkan
siswa secara langsung dapat meningkatkan kompetensi agar siswa mampu berfikir
kritis dan sistematis dalam memahami konsep fisika, sehingga siswa memperoleh
pemahaman yang benar tentang fisika. Pemahaman yang benar terhadap pelajaran
fisika sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Pembelajaran IPA, khususnya fisika siswa perlu dibekali kemampuan
bernalar dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
peristiwa alam dam memecahkan masalah, untuk itu siswa diharapkan dapat
mengembangkan keterampilan berfikir. Keterampilan berfikir siswa yang
diharapkan adalah keterampilan berfikir kreatif yang mencakup menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta.
Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang
dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional. Pembelajaran fisika
dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan memahami
konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika. Salah satu cara untuk mempermudah
proses analisis dan penjelasan fenomena alam tersebut para fisikawan biasanya
menggunakan berbagai bentuk representasi. Hubungan fungsional yang terjadi
antara besaran-besaran fisis dalam suatu fenomena biasanya dinyatakan dalam
formulasi matematika yang sederhana dan kemudian divisualkan dalam bentuk
grafis. Interaksi-interaksi antara besaran-besaran fisika yang terjadi dalam suatu
fenomena biasanya di gambarkan dalam bentuk diagram interaksi. Semua proses
3

fisika dapat dijelaskan melalui sejumlah hukum alam dasar (Zacharia dan
Anderson, 2003).
Fisika merupakan mata pelajaran yang dalam penguasaannya dibutuhkan
pemahaman dan kemampuan cara representasi yang berbeda-beda atau
multirepresentasi untuk konsep yang dipelajari. Pembelajaran fisika menuntut
siswa untuk menguasai representasi-representasi berbeda (percobaan, grafik,
konseptual, rumus, gambar, diagram) (Mahardika 2013). Menurut Izsak dan Sherin
(2003) pengajaran dengan melibatkan multi representasi memberikan konteks yang
kaya bagi siswa untuk memahami suatu konsep. Dimana saat ini , pengajaran fisika
di sekolah masih menekankan konsep-konsep fisika yang identik dengan persamaan
dan rumus matematis padahal konsep fisika dapat direpresentasikan dalam banyak
format (multirepresentasi). Banyaknya rumus dalam fisika menyebabkan
banyaknya peserta didik yang menganggap bahwa fisika adalah mata pelajaran
yang sulit dipelajari. Hal ini juga berdampak pada rendahnya hasil belajar untuk
pelajaran fisika.
Penelitian yang dilakukan oleh Samudra (2014) mengatakan bahwa siswa
kesulitan memahami fisika karena materi pelajaran fisika pada menghapal dan
matematis. Persepsi bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk
dipahami tidak hanya diakui oleh siswa namun juga oleh guru fisika itu sendiri.
Karakteristik pelajaran fisika yang mensyaratkan berbagai penguasaan seperti
penguasaan konsep, kemampuan menganalisis permasalahan dan mencari solusi
dari permasalahan tersebut, serta kemampuan matematis membuat pelajaran fisika
menjadi lebih sulit dari pada pelajaran lainnya. Selain itu, sulitnya siswa dalam
mempelajari dan mamahami materi fisika dikarenakan kualitas pembelajaran yang
kurang baik. Dimana dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode
ceramah, hal ini sangat mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar
karena pembelajaran hanya bersifat pasif.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru fisika di
SMA Swasta St. Petrus Medan, mengatakan bahwa siswa kurang mampu untuk
menerapkan konsep fisika dalam dunia nyata , guru masih mengajar secara
konvensional sehingga siswa cenderung pasif, individual, kurang berpartisipasi
secara aktif dalam proses pembelajaran dan guru mengalami kesulitan membangun
4

konsentrasi siswa, guru juga kurang dalam menampilkan representasi fisika


sehingga pembelajaran fisika terkesan penuh rumus tanpa mengerti konsep. Trianto
(2013) juga mengatakan bahwa kenyataan dilapangan siswa hanya mengahapal
konsep dan kurang mampu menggunakan konsep jika menemui masalah dalam
dunia nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Yang sering diberikan
guru hanya representasi verbal dan formula saja dan tidak ada respon balik dalam
proses pembelajaran, sehingga menyebabkan suasana belajar yang membosankan
pada mata pelajaran fisika. Hal ini sangat mempengaruhi minat siswa dalam belajar
fisika, kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan fisika terutama yang
berhubungan dengan perhitungan dan pemahaman konsep. Tidak heran siswa
menganggap pelajaran fisika sebagai pelajaran yang hanya menghapal dan
menghitung sehingga tidak ada pemahaman konsep dalam pembelajaran tersebut.
Guru mengaku hal ini berakibat pada hasil belajar peserta didik yang masih rendah.
Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) disekolah terebut untuk mata pelajaran
fisika adalah 70. Rata-rata nilai fisika yang diperoleh siswa kurang memuaskan atau
dapat dikatakan banyak yang tidak mencapai KKM.
Selain melakukan wawancara dengan guru fisika, peneliti juga melakukan
observasi terhadap siswa di kelas X SMA Swasta St Petrus Medan. Dengan
menyebarkan lembaran observasi tentang minat siswa dalam belajar fisika disertai
dengan alasannya. Ini diberikan kepada siswa kelas X MIA 2. Lembar ini dibagikan
untuk mengetahui sejauh mana minat siswa dalam pelajaran fisika dan seperti apa
suasana belajar di kelas. Dari hasil observasi yang di lakukan dapat dilihat bahwa
siswa kurang minat dalam belajar fisika terbukti dengan jumlah siswa yang minat
fisika hanya 3% dikarenakan kegiatan pembelajaran kurang menarik dimana guru
menggunakan model konvensional, siswa juga kesulitan memahami karena
pelajaran fisika terlalu banyak rumus sehingga tidak paham konsep fisika yang
sebenarnya. Guru jarang menghadapkan mereka dengan permasalahan yang nyata
terjadi dalam kehidupannya yang berkaitan dengan materi fisika. Selain itu, cara
mengajar guru di kelas hanya menjelaskan, mencatat dan mengerjakan soal saja
tanpa memberikan penjelasan dengan representasi fisika hal ini berimbas pada hasil
belajar siswa yang tergolong rendah.
5

Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran fisika di


sekolah, salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah hasil
belajar siswa dan dapat membantu anak-anak belajar fisika agar nantinya sungguh
menguasai bahan fisika dan teknologi serta berminat untuk mengembangkannya di
kemudian hari, adalah lewat pendekatan multi representasi yang dapat memperjelas
konsep materi pembelajaran dengan bantuan representasi verbal, matematis, grafik
dan pictorial; sehingga guru semakin dapat membantu siswa memahami bahan
fisika dengan lebih mudah dan mencegah terjadinya abstraksi pada konsep fisika
itu sendiri (Waldrip, et. al., 2010).
Menurut Carl Angell dkk, (2007) multirepresentasi adalah model yang
mempresentasi ulang konsep yang sama dalam beberapa format yang berdeda-beda.
Menurut Ainsworth, (2006) ada tiga fungsi utama dari multirepresentasi, yaitu
fungsi yang pertama memberikan representasi yang berisi informasi pelengkap
atau membantu melengkapi proses kognitif. Fungsi kedua, satu representasi
digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan interpretasi lain. Fungsi
ketiga, mendorong siswa membangun pemahaman konsep yang lebih mendalam.
Dengan adanya pendekatan multirepresentasi ini siswa akan sangat terbantu karena
siswa memiliki multikecerdaan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis
kecerdasannya sehingga siswa lemah dalam pemahaman konsep fisika.
Widianingtiyas (2015), dalam penelitiannya menunjukkan peningkatan
rata-rata hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran fisika
dengan pendekatan multi representasi memberikan pengaruh positif terhadap
kemampuan kognitif siswa yang diukur berdasarkan hasil belajar kognitifnya.
Melihat pentingnya multi representasi sebagai pendekatan dalam mengajarkan
suatu subjek, maka multi representasi telah dijadikan sebagai salah satu target yang
harus dikembangkan dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan pemahaman
siswa serta memperjelas konsep fisika. Kemampuan multirepresentasi siswa akan
baik jika dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan
suatu proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung.
Berdasarkan hal yang terjadi diatas maka perlu pembenahan yang dilakukan
guru dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus mampu memilih model
pembelajaran dengan tepat dalam menyampaikan setiap konsep yang diajarkan.
6

Penerapan model pembelajaran yang tepat dapat membuat pelajaran fisika menjadi
lebih menyenangkan, membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir,
pemecahan masalah serta mampu meningkatkan siswa untuk lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Manfaat dari model pembelajaran yang tepat dapat
meningkatkan kemampuan, minat, mempermudah siswa dalam memahami materi
fisika dan akhirnya dapat meningkatkan berfikir kreatif mereka.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa adalah
model pembelajaran inquiry training. Menurut Joyce, dkk(2011) Model
pembelajaran inquiry training merupakan model pembelajaran yang dirancang
untuk melibatkan siswa secara langsung kedalam proses ilmiah melalui atihan-
latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang
singkat. Latihan penelitian akan meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan,
produktivitas dalam berfikir kreatif, dan keterampilan-keterampilan dalam
memperoleh dan menganalisis informasi.
Model pembelajaran ini melibatkan siswa secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar yang berangkat dari fakta menuju teori. Hal ini sangat sesuai karena
peserta didik tidak hanya diarahkan untuk mengingat dan memahami berbagai data,
fakta atau konsep akan tetapi bagaimana data, fakta dan konsep tersebut dapat dicari
kebenarannya. Pembelajaran latihan penelitian dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mengarah ke perkembangan kognitif melalui keterlibatan siswa.
Pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry Training juga mengajarkan
siswa dalam proses, prosedur seperti perencanaan, komunikasi yang kompleks,
penyelidikan otentik dan belajar mandiri bagi siswa.
Menurut Suchman, (2012), tujuan umum model pembelajaran inquiry
training adalah membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan
membangun keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan
pertanyaan dan menemukan jawaban berdasarkan rasa ingin tahu mereka. Model
pembelajaran ini bertitik tolak dari suatu keyakinan tentang kebebasn siswa dalam
rangka perkembangan siswa secara independent. Penggunaan model pembelajaran
inquiry training ini, siswa akan mendapatkan dampak instruksional berupa proses
ilmiah dan strategi untuk inquiry kreatif, dan dampak sertaan berupa spirit
kreativitas, kebebasan ekonomi dalam belajar, toleransi ambiguitas dan hakikat
7

tentatif (tidak pasti) pengetahuan. Hal tersebut didapat dari partisipasi aktif siswa
dalam rangkaian kegiatan sehinggan menumbuhkan jawaban tersebut berdasarkan
rasa ingin tahunya.
Penerapan model pembelajaran inquiry training mampu meningkatkan
kemampuan sikap ilmiah dan berfikir ilmiah siswa sehingga dalam pembelajan,
keberhasilan dalam menguasai konsep fisika dapat meningkat. Hal ini sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013 yang mengembangkan keseimbangan antara sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik. Selain itu juga guru sebaiknya menggunakan
perpaduan antara model pembelajaran inquiry training dengan pendekatan multi
representasi dalam menyampaikan konsep fisika supaya terjadi peningkatan dalam
berfikir kreatif mereka. Seperti yang kita ketahui cabang ilmu fisika banyak
terdapat konsep yang bersifat abstrak yang membutuhkan berbagai representasi
agar dapat dikomunikasikan secara efektif seperti melalui grafik, gambar,
matematik dan verbal.
Untuk mengatasi rendahnya keterampilan berfikir kreatif siswa serta
meningkatkan representasi siswa dalam pembelajaran fisika maka diperlukan
media yang mendukung serta untuk mengefisienkan waktu agar dalam melakukan
penelitian ini tidak terlalu banyak menghabiskan waktu bagi siswa dan guru untuk
berdiskusi. Salah satu media yang cocok digunakan adalah media powerpoint yang
lebih bersifat realistis dan mampu mengefisiensikan waktu sehingga memberikan
kemudahan bagi siswa untuk lebih memahami serta meningkatkan berfikir kreatif
pada suatu materi.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti berkeinginan
untuk melakukan penelitian untuk mengetahui penerapan multirepresentasi dengan
model inquiry training yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan berfikir
kreatif. Peneliti akan melakukan sebuah penelitian dengan judul “Implementasi
Model Pembelajaran Inquiry Training dengan Multirepresentasi Berbantu
Media Pembelajaran Powerpoint untuk Meningkatkan Berfikir Kreatif Siswa
pada Materi Usaha dan Energi di SMA Swasta St.Petrus Medan”.
8

1.2. Identifikasi Masalah


Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, ditemukan
beberapa identifikasi masalah antara lain :
1. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
kurang bervariasi.
2. Guru cenderung menggunakan representasi verbal dan numerik dan belum
menerapkan representasi grafik dan gambar.
3. Keterampilan berfikir kreatif siswa masih rendah.
4. Siswa menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit sehingga aktifitas
dan minat belajar siswa dalam fisika sangat rendah.
5. Siswa memiliki multikecerdasan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis
kecerdasannya sehingga siswa lemah dalam pemahaman konsep yang benar
dalam pembelajaran fisika.
6. Penggunaan media pembelajaran belum digunakan dalam pembelajaran
fisika.

1.3. Batasan Masalah


Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih jelas dan terarah, maka
batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Keterampilan yang dibahas adalah keterampilan berfikir kreatif
2. Materi pelajaran fisika yang akan dibahas adalah usaha dan energi
3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry
training dengan multirepresentasi.
4. Subjek penelitian dilakukan di kelas X SMA Swasta St.Petrus Medan pada
Semester Genap T.P 2018/2019.
5. Media pembelajaran yang digunakan adalah powerpoint.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh implementasi model pembelajaran inquiri training
dengan multirepresentasi berbantuan powerpoint untuk meningkatkan
9

berfikir kreatif siswa pada materi pokok Usaha dan Energi di kelas X
semester genap di SMA Swasta St.Petrus Medan T.P 2018/2019 ?
2. Bagaimana pemahaman belajar siswa menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi pokok Usaha dan Energi di kelas X semester
genap di SMA Swasta St.Petrus Medan T.P 2018/2019 ?
3. Bagaimanakah aktifitas siwa dengan implementasi model pembelajaran
inquiri training dengan multirepresentasi berbantuan powerpoint untuk
meningkatkan berfikir kreatif siswa pada materi pokok Usaha dan Energi di
kelas X semester genap di SMA Swasta St.Petrus Medan T.P 2018/2019 ?
4. Apakah ada perbedaan pengaruh terhadap implementasi model
pembelajaran inquiri training dengan multirepresentasi berbantuan
powerpoint untuk meningkatkan berfikir kreatif siswa pada materi pokok
Usaha dan Energi di kelas X semester genap di SMA Swasta St.Petrus
Medan T.P 2018/2019 ?
5. Representasi apakah yang paling dikuasai oleh siswa dengan implementasi
model pembelajaran inquiri training dengan multirepresentasi berbantuan
powerpoint untuk meningkatkan berfikir kreatif siswa pada materi pokok
Usaha dan Energi di kelas X semester genap di SMA Swasta St.Petrus
Medan T.P 2018/2019 ?

1.5. Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh implementasi model pembelajaran inquiri training
dengan multirepresentasi berbantuan powerpoint untuk meningkatkan
berfikir kreatif siswa pada materi pokok Usaha dan Energi di kelas X
semester genap di SMA Swasta St.Petrus Medan T.P 2018/2019 ?
2. Mengetahui pemahaman belajar siswa menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi pokok Usaha dan Energi di kelas X semester
genap di SMA Swasta St.Petrus Medan T.P 2018/2019.
3. Mengetahui aktifitas siswa dengan implementasi model pembelajaran
inquiri training dengan multirepresentasi berbantuan powerpoint untuk
10

meningkatkan berfikir kreatif siswa pada materi pokok Usaha dan Energi di
kelas X semester genap di SMA Swasta St.Petrus Medan T.P 2018/2019 ?

4. Mengetahui ada tidaknya pengaruh implementasi model pembelajaran


inquiri training dengan multirepresentasi berbantuan powerpoint untuk
meningkatkan berfikir kreatif siswa pada materi pokok Usaha dan Energi di
kelas X semester genap di SMA Swasta St.Petrus Medan T.P 2018/2019 ?

5. Untuk mengetahui representasi apakah yang paling dikuasai oleh siswa


dengan implementasi model pembelajaran inquiri training dengan
multirepresentasi berbantuan powerpoint untuk meningkatkan berfikir
kreatif siswa pada materi pokok Usaha dan Energi di kelas X semester
genap di SMA Swasta St.Petrus Medan T.P 2018/2019 ?

1.6. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa dapat membantu meningkatkan keterampilan berfikir kreatif
dalam pembelajaran fisika.
2. Bagi guru dapat dijadikan informasi tentang alternatif baru dalam
pemilihan model dan media pembelajaran untuk meningkatkan berfikir
kreatif siswa.
3. Penelitian ini diharapkan sebagai sumber wawasan baru dalam dunia
pendidikan fisika khususnya pada pengembangan multirepresentasi.

4. Sebagai referensi yang digunakan oleh peneliti selanjutnya.

1.7. Definisi Operasional


1. Pembelajaran konvensional merupakan suatu cara penyampaian informasi
dengan lisan terhadap sejumlah pendengar, kegiatan berpusat pada
penceramah dan komunikasi yang terjadi satu arah (Sanjaya, 2006: 155).
2. Model pembelajaran Inquiry Training adalah membantu siswa dalam
mengembangkan disiplin intelektual dan membangun keterampilan
intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan
menemukan jawaban berdasarkan rasa ingin tau mereka (Suchman,2012).
11

3. Multirepresentasi adalah model yang mempersentasikan ulang konsep


yang sama dalam berupa format yang berbeda-beda (Carl angel,2007)
4. Keterampilan berfikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk
menghasilkan gagasan, memiliki sudut pandang yang berbeda, bersifat
imajinatif, terampil dalam memperluas dan memecahkan masalah (ulger,
2016). Berfikir kreatif membutuhkan kedua bagian otak, yaitu
keseimbangan antara logika dan intuisi yang sangat penting. Jika
seseorang memiliki kemampuan untuk berfikir kreatif, maka mereka bisa
memecahkan masalah dalam kehidupan nyata dengan berbagai macam
kemungkinan cara yang bisa mereka lakukan (Maharani, 2014)
5. Microsoft Powerpoint adalah salah satu program aplikasi microsoft office
yang berguna untuk membuat presentasi dalam bentuk slide yang lebih
menarik
12

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, (2006), A Conseptual Fraamework for Considering Learning with


Multiple Representatopns, Learning and Instruction, 183-198.
Habibah, Siti., Wawan, Bunawan., (2018), Implementasi Pendekatan
Multirepresentasi pada Model Pembelajaran Inquiry Training untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Usaha dan Energi,
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, Vol.24,No.1.
Izsak and Sherin, M.G., (2003), Exploring the Use of New Representation as a
Resource for Teaching Learning. The University of Georgia and North Western
University, Journal School Science and Mathematics, 103, (1).
Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E., (2011), Models of Teaching (Eight Edition),
Diterjemahkan Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Mahardika, I. K., & Subiki, Lailati, M., (2013), Penggunaan Model Kooperatif Tipe
GI (Group Inventigation) Disertai Media Animasi Untuk Meningkatkan
Kemmapuan Representasi Verbal, Matematik, Gambar dan Grafik Siswa
dalam Pembelajaran Fisika SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, (2) 2 : 226-232.
Samudra, G. B., Suastra, I. W., Suma, K., (2014), Permasalahn-permasalahan yang
Dihadapi Siswa SMA di Kota Singaraja dalam Mempelajari Fisika, e-journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol.4
Sanjaya,W.,2006. Strategi Pembelajaran. Kencana : Jakarta
Suryosubroto, B. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta: Jakarta
Trianto, 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara: Jakarta
Waldrip, B., Prain, V., & Carolan, J., (2010), Using Multi-Modal Representations
to Improve Learning in Junior Secondary Science, Res. Science Education, 40
: 65-80.
Widianingtiyas, L., Siswoyo., dan Fauzi B., (2015), Pengaruh Pendekatan Multi
Representasi dalam Pembelajaran Fisika terhadap Kemampuan Kognitif Siswa
SMA, Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 1 (1): 37.
Zacharia, Z., & Anderson, O.R., (2003), The effect of an interactive computerbased
simulation prior to performing a laboratory inquiry based experiment on
13

students’ conceptual understanding of physics, Americans Journal of Physics,


71 (6): 618-629.

Anda mungkin juga menyukai