Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. atas karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ” Penanganan Pasien G2P1A0
Gravida 38-39 minggu dengan Perdaharan Antepartum e.c Plasenta Previa”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Arjawinangun.
Penulis mengucapkan terima kasih dr. KGS Abdul Halim Lutfi, SpOG
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Arjawinangun, Desember 2019

Penulis

ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN .................................................................................2
Identifikasi..............................................................................................2
Anamnesis ..............................................................................................2
Pemeriksaan Fisik ..................................................................................3
Pemeriksaan Penunjang..........................................................................5
Diagnosis Kerja ......................................................................................5
Tatalaksana .............................................................................................6
Prognosis ................................................................................................6
Follow Up...............................................................................................6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................9
BAB IV ANALISIS KASUS ..............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................25

iii


BAB I
PENDAHULUAN

Sesuai dengan Millenium Development Goals tahun 2015 dengan butir ke


empat dan ke lima yang bertujuan menurunkan angka kematian anak dan
meningkatkan kesehatan ibu, pemerintah telah mencanangkan target kematian ibu
maksimal 102 per 100 ribu kelahiran dan angka kematian bayi 23 per 100 ribu
kelahiran. Tetapi berdasarkan survei kedokteran pada tahun 2012, angka kematian
ibu masih di atas 200 setiap 100 ribu kelahiran. Sedangkan kematian anak di atas
34 per 100 ribu kelahiran. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia
adalah perdarahan 40-60%, infeksi 20-30%, pre eklampsia atau eklampsia 20-
30%, dan sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat
kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas
perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum
merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua
persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa 32%, solusio plasenta 30%,
inpartu biasa 10%, kelainan lokal 4%, vasa previa 0,1%, dan tidak diketahui
sebabnya 23,9%.1
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal,
sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Penyebab utamanya
tidak diketahui tetapi ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan
kejadian plasenta previa yaitu operasi sesar sebelumnya, multiparitas, usia > 35
tahun, merokok, kehamilan dengan janin lebih dari satu, dan beberapa faktor
lainnya.2
Oleh karena angka kematian yang cukup tinggi dan juga kejadian yang
cukup sering akibat perdarahan antepartum khususnya plasenta previa, maka
penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut mengenai plasenta previa,
disesuaikan dengan kasus yang penulis angkat terkait dengan pemahaman dan
penatalaksanaan dalam tindak lanjut terapinya, sehingga diharapkan hal ini dapat
menurunkan angka kematian akibat plasenta previa.

BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
a. Nama : Ny. F
b. Umur : 37 tahun
c. Alamat : Arjawinangun
d. Suku : Jawa
e. Bangsa : Indonesia
f. Agama : Islam
g. Pendidikan : SLTA
h. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
i. MRS : 23-12-2019 (pukul 21:30)

II. ANAMNESIS (Tanggal 23-12-2019)


a. Keluhan Utama :
G2P1A0 dengan perdarahan dari kemaluan.
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
Os mengeluh keluar darah dari kemaluan sejak 4 jam yang lalu,
warna merah segar, banyaknya 3x ganti celana dalam. Riwayat
perut terasa nyeri (-) Riwayat perut mules menjalar ke pinggang,
makin lama makin kuat dan sering (-) Riwayat keluar air-air (-)
Riwayat trauma (-). Riwayat keputihan (-) Riwayat postcoital (-)
Riwayat minum jamu/obat-obatan (-) Riwayat diurut-urut (-). R/
kuret (-). Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih
dirasakan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat darah tinggi (-)
- Riwayat kencing manis (-)
- Riwayat alergi obat (-)

- Riwayat asma (-)

d. Riwayat Penyakit dalam Keluarga


- Riwayat darah tinggi dalam keluarga (-)

Status sosial ekonomi dan gizi:Sedang


Status perkawinan :Menikah 1 kali, lamanya 1,5 tahun
Status reproduksi :Menarche usia 13 tahun, siklus
teratur 28 hari, lamanya 6 hari,
HPHT : 15 Maret 2019
TP: 22 Desember 2019
Status persalinan : 1. Anak Pertama lahit 2014
Persalinan Spontan dengan berat
lahir 3200gr berjenis kelamin laki
laki.
2. Kehamilan sekarang

III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 23-12-2019)


a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum :Tampak sakit sedang
Kesadaran :Kompos Mentis
BB :65 Kg
TB :158 cm
Tekanan Darah :110/60 mmHg
Nadi :88 x/menit
Respirasi :20x/menit
Suhu :36,6oC

b. Pemeriksaan Khusus
Kepala
Mata :Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
edema palpebra (-), pupil isokor 3mm,
refleks cahaya (+/+).
Hidung :Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret
(-), perdarahan (-).
Telinga :CAE dekstra et sinistra lapang, sekret (-),
serumen (+), membran timpani sulit dinilai.
Mulut :Perdarahan di gusi (-), mukosa mulut dan
bibir kering (-), fisura (-), cheilitis (-).
Lidah :Atropi papil (-).
Faring/Tonsil :Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil
T1-T1, tonsil tidak hiperemis, detritus (-).
Kulit :CRT < 3s

Leher
Inspeksi :Tidak ada kelainan
Palpasi :Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, JVP (5-2) cmH2O
Thorax
Paru
Inspeksi :Statis dinamis simetris, retraksi intercostal,
subkostal, suprasternal (-)
Palpasi :Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi :Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi :Vesikuler normal di kedua lapangan paru,
ronkhi (-), wheezing (-).
Jantung
Inspeksi :Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Iktus kordis tidak teraba, tidak ada thrill

Perkusi :Jantung dalam batas normal


Auskultasi :BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).

Abdomen
Inspeksi :Cembung
Lihat pemeriksaan obstetrik

Ekstremitas :Akral hangat (+), edema pretibial (-).

c. Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar : TFU 4 jari bawah prosesus xyphoideus (34
cm), kepala di bawah, His (-), DJJ
148x/menit, TBJ 3410 g

Pemeriksaan Dalam
Inspekulo :Portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluksus
(+) darah tidak aktif, E/L/P (-)
Vaginal toucher :Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 23-12-2019)
Hasil
Hasil Rujukan Interpretasi
Pemeriksaan
Hemoglobin (Hb) 12,3 gr% 12 – 16 Normal
Leukosit (WBC) 13.200 mm3 5.000 – 10.000 Meningkat
Hematokrit 35% 35 – 45 Normal
Trombosit 176.000 mm3 150.000 – 400.000 Normal
Clotting time 4 menit 1-7 (ivy)
Bleeding time 8 menit 5-14 (lee & white)
Golongan darah A+
0-1/1-3/50-70/20-
Diff Count 0/0/72/21/7 Normal
40/2-8

V. DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0 grav 38-39 minggu dengan HAP e.c susp plasenta previa

VI. TATALAKSANA
R - Terminasi Perabdominam
- Observasi tanda vital ibu, DJJ, tanda inpartu,, tanda perdarahan
- IVFD RL gtt 20/menit
- Injeksi Cefotaxim 2x1g IV
- Injeksi Asam Tranexamat 2x 500 mg IV

VII. PROGNOSIS
Ibu : dubia ad Bonam
Janin : dubia ad Bonam

VIII. FOLLOW UP
Hari/Tanggal Follow Up
Kamis, S: perdarahan dari kemaluan (+)
24-12-2019 O: Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
BB : 65 Kg
TB : 158 Cm
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,7oC

Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar : TFU 4 jari bawah prosesus xyphoideus (34
cm), kepala di bawah, His (-), DJJ 146x/menit

Pemeriksaan USG Konfirmasi


Kesan :Hamil 38-39 minggu JTH kepala dibawah
dengan plasenta corpus posterior yang meluas

menutupi seluruh OUI


Saran: - R/ Terminasi Perabdominam hari ini
- IVFD RL gtt 20 tetes/menit
- Injeksi Cefotaxim 2x1g IV
- Injeksi Asam Tranexamat 2x 500 mg IV

A : G2P1A0 grav 38-39 minggu dengan HAP e.c plasenta previa


totalis
P : - R/ Terminasi Perabdominam hari ini
- IVFD RL gtt 20/menit
- Injeksi Cefotaxim 2x1g IV
- Injeksi Asam Tranexamat 2x 500 mg IV

Jumat, S: flek (+)


25-12-2019 O: Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
BB : 65 Kg
TB : 158 Cm
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5oC

Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar : TFU 2 jari bawah pusar, Lokhia rubra (+)

A : G2P1A0 grav 38-39 minggu dengan HAP e.c plasenta previa


totalis
P :- Observasi tanda vital ibu, luka operasi, tanda perdarahan
post operatif
- IVFD RL gtt 20 tetes/menit
- Injeksi Cefotaxim 2x1g IV
- Injeksi Ketorolac 3x1 amp IV
- Injeksi Omeprazole 3x1 amp IV

Sabtu, S: Tidak ada keluhan

26-12-2019 O: Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
BB : 65 Kg
TB : 158 Cm
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 68 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6oC

Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar : TFU 2 jari bawah pusar, Lokhia rubra (+)
A : G2P1A0 grav 38-39 minggu dengan HAP e.c plasenta previa
totalis
P : - Observasi tanda vital ibu, luka operasi, tanda perdarahan
post operatif
- IVFD RL gtt 20 tetes/menit
- Injeksi Cefotaxim 2x1g IV
- Injeksi Ketorolac 3x1 amp IV
- Injeksi Omeprazole 3x1 amp IV

Minggu, S: flek (+)


27-12-2019 O: Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
BB : 65 Kg
TB : 158 Cm
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 68 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6oC
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar : TFU 2 jari bawah pusar, Lokhia rubra (+)
A : G2P1A0 grav 38-39 minggu dengan HAP e.c plasenta previa
totalis
P : Terapi peroral
- Cefadroxil 500mg 2 x 1 tab
- Asam Mefenamat 500mg 3 x 1 tab
- Tablet tambah darah 2 x 1 tab

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Plasenta previa adalah keadaaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Ostium Uteri Internum).
Sumber lain mengatakan bahwa plasenta previa ialah plasenta yang letaknya
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di
bagian atas uterus. 2,8

B. Epidemiologi
Plasenta previa terjadi sekitar 1 dalam 200 kelahiran, tetapi hanya 20%
termasuk dalam plasenta previa totalis. Frekuensi plasenta previa pada
primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida berusia kurang dari 25 tahun. Pada grande
multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering
dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
Pada beberapa RSUP dilaporkan insiden berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%.
Di negara maju insidensinya lebih rendah kurang dari 1% mungkin
disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi. 2

C. Faktor Risiko
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau
kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. Kuretase yang berulang

4. Umur lanjut
5. Bekas seksio sesarea
6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida
akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi
terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) 3
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang
tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium
uteri internum.3
Ketika plasenta harus tumbuh membesar untuk mengkompensasi
penurunan fungsinya untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi lain,
kemungkinan untuk pertumbuhan plasenta previa lebih besar. Beberapa
contoh situasi yang membutuhkan fungsi plasenta yang besar dan hasil
peningkatan dari resiko plasenta previa termasuk kehamilan multiple,
merokok, dan hidup di dataran tinggi. Plasenta previa juga dapat terjadi pada
plasenta yang besar dan luas, seperti pada eritoblastosis atau diabetes
melitus.2
Plasenta previa tidak selalu terjadi pada penderita dengan paritas yang
tinggi akibat vaskularisasi yang berkurang atau terjadinya atrofi pada desidua
akibat persalinan yang lampau. Plasenta yang letaknya normal dapat
memperluas permukaannya sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium
uteri internum, seperti pada kehamilan kembar. 2

1. Klasifikasi Plasenta Previa


Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomi
melainkan fisiologi. Plasenta previa total pada pembukaan 4 cm mungkin
akan berubah menjadi plasenta previa pada pembukaan 8 cm. Plasenta previa
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

10


a. Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4-5 cm :


1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm
teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis, bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :
• Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi
ostium bagian belakang.
• Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi
ostium bagian depan.
3. Plasenta previa marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
b. Menurut Cunningham (2007) :
1. Plasenta previa totalis, yaitu seluruh ostium uteri internum tertutupi
oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu sebagian ostium uteri internum
tertutupi oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, yaitu bila pinggir plasenta tepat berada
di pinggir ostium uteri internum.
4. Low-laying placenta (plasenta letak rendah), yaitu tepi plasenta
terletak pada 3-4 cm dari tepi ostium uteri internum.
c. Menurut Hanifa Wiknjosastro (2005) :
1. Plasenta previa totalis yaitu menutupi seluruh osteum uteri
internum
2. Plasenta previa partialis yaitu menutupi sebagian Osteum Uteri
Internum (OUI)
3. Plasenta previa marginalis, apabila tepi plasenta berada sekitar
pinggir Osteum Uteri Internum (OUI).
4. Plasenta letak rendah yaitu tepi plasenta berada 3-4 cm diatas
pinggir pembukaan pada pemeriksaan dalam tidak teraba.

11


Gambar 1. Macam-macam Letak Plasenta Previa

E. Patofisiologi
Perdarahan pada plasenta previa mungkin berhubungan dengan
beberapa mekanisme sebagai berikut: 4
a. Pelepasan plasenta dari tempat implantasi selama pembentukan segmen
bawah rahim atau selama terjadi pembukaan ostium uteri internum atau
sebagai akibat dari manipulasi intravagina (Vaginal Touche)
b. Infeksi pada plasenta (plasentitis)
c. Ruptur vena desidua basalis
Implantasi plasenta diinisiasi oleh embrio (embryonic plate) menempel
di uterus (cauda) bagian bawah. Dengan pertumbuhan dan penambahan
plasenta, perkembangan plasenta dapat menutupi mulut rahim (cervical os).
Bagaimanapun juga, diperkirakan bahwa suatu vaskularisasi desidua
(jaringan epitel endometrium) terjadi di atas serviks, hal ini kemungkinan
merupakan efek sekunder terhadap inflamasi atau perubahan atrofik.
Sebagian plasenta yang sedang mengalami perubahan atrofik dapat berlanjut
sebagai vasa previa.4
Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, gejala
plasenta previa adalah perdarahan tanpa disetai rasa nyeri (painless bleeding).
Perdarahan ini dipercaya memiliki hubungan dengan perkembangan segmen
bawah rahim (the lower uterine segmen) pada trimester ketiga. Tambahan
plasenta terganggu karena daerah ini (segmen bawah rahim) menipis secara
bertahap dalam rangka persiapan untuk permulaan kelahiran. Saat kondisi ini

12


berlangsung, maka perdarahan terjadi pada daerah implantasi/nidasi dari


pembuluh darah yang terbuka. Thrombin yang dilepaskan dari area
perdarahan memacu kontraksi uterus dan timbulnya lingkaran setan (vicious
cycle): perdarahan-kontraksi-pemisahan plasenta-perdarahan.3

F. Gejala Klinik
1. Perdarahan tanpa nyeri
Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak
terbangun. Baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya
perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh dan
perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda
dari abortus.5
Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara
plasenta dan dinding rahim. Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada
dinding rahim karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri.
Akibatnya isthmus uteri tertarik menjadi bagian dinding korpus uteri yang
disebut segmen bawah rahim.5
Pada plasenta previa, perdarahan tidak mungkin terjadi tanpa
pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Perdarahan terjadi bergantung
pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada isthmus uteri.
Dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan.
Sementara dalam persalinan, his pembukaan menyebabkan perdarahan
karena bagian plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari
dasarnya.5
Pada plasenta previa, perdarahan bersifat berulang-ulang karena
setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim, regangan
dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang. Namun, dengan majunya
kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru.
Darah yang keluar terutama berasal dari ibu, yakni dari ruangan intervilosa.

13


Akan tetapi dapat juga berasal dari anak jika jonjot terputus atau pembuluh
darah plasenta yang lebih besar terbuka.5
2. Bagian terendah anak masih tinggi karena plasenta terletak pada kutub
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul.4
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta
previa lebih sering disertai kelainan letak.5
4. Perdarahan pasca persalinan
Pada plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan
pascapersalinan karena kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada
dinding rahim (plasenta akreta), daerah perlekatan luas dan kontraksi
segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme penutupan pembuluh
darah pada insersi plasenta tidak baik.5
5. Infeksi nifas
Selain itu, kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta
lebih dekat pada ostium dan merupakan port d’ entree yang mudah tercapai.
Selain itu, pasien biasanya anemia karena perdarahan sehingga daya
tahannya lemah.5

G. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang : 2
1. Anamnesis yang sesuai dengan gajala klinis, yaitu terjadi perdarahan
spontan dan berulang melalui jalan lahir tanpa ada rasa nyeri.
2. Pemeriksaan fisik :
• Inspeksi : Terlihat perdarahan pervaginam berwarna merah segar.
• Palpasi abdomen : Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri
masih rendah, sering disertai kesalahaan letak janin, bagian bawah
janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih dapat
digoyang atau terapung. Bila pemeriksa sudah cukup pengalaman

14


dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama


pada ibu yang kurus.
• Inspekulo : Dengan pemeriksaan inspekulo dengan hati-hati dapat
diketahui asal perdarahan, apakah dari dalam uterus, vagina, varises
yang pecah atau lain-lain. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
• Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan di meja operasi (PDMO /
Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi) karena dengan pemeriksaan
dalam, akan menyebabkan perdarahan pervaginam yang lebih banyak.
3. Pemeriksaan penunjang :
• Plasenta previa hampir selalu dapat didiagnosis dengan menggunakan
USG abdomen, yang 95% dapat dilakukan tiap saat.

H. Diagnosis Banding
Tabel 2. Diagnosis Banding Plasenta Previa 6
Klinis Solusio plasenta Plasenta previa Ruptura uteri

Onset kejadian Sewaktu hamil dan Sewaktu hamil Inpartu


inpartu
Cara mulainya Tiba-tiba Perlahan Tiba-tiba
Tipe perdarahan Non rekuren Rekuren Bergantung pada
pembuluh darah
yang pecah
Warna darah Darah beku dan segar Darah segar Darah segar
Anemia Tak sebanding dengan Sesuai dengan Perdarahan keluar
darah yang keluar darah yang keluar dan di dalam
Toxemia Bisa ada - -
gravidarum
Nyeri perut Ada Tidak ada (+) di segmen bawah
rahim
Palpasi Uterus in-bois bagian Biasa dan floating Defans muskular,
anak sulit ditentukan meteoritis
His Kuat Biasa Hilang
Bunyi jantung - + -
anak

15


Periksa dalam Ketuban tegang, Jaringan plasenta Robekan


menonjol
Plasenta Tipis, cekung Selaput robek Biasa
pada pinggiran

I. Tatalaksana
1. Terapi Ekpektatif
a) Syarat-syarat terapi ekspektatif :
- Umur kehamilan <37 minggu dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti
- Belum ada tanda-tanda inpartu
- Keadaan umum ibu cukup baik, kadar Hb 8 gram% atau lebih
- Janin masih hidup
b) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.
c) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta
d) Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
- MgSO4 i.v dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam
- Nifedipin 3 x 20 mg perhari
- Dexamethason 24 mg i.v dosis tunggal untuk pematangan paru
janin.
e) Pada terapi ekspektatif kita rawat pasien di Rumah Sakit sampai berat
anak ± 2500 gram atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Kalau
kehamilan 37 minggu telah tercapai kehamilan diakhiri. 4,7
2. Terapi Aktif (Tindakan segera)
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang
maturitas janin.4
Lakukan PDMO jika :4,7
- Infus I transfusi telah terpasang
- Kehamilan > 37 minggu (berat badan > 2500 gram) dan inpartu
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor, seperti
anesefali.

16


- Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa 4,8
- Prinsip utama adalah menyelamatkan ibu, walaupun janin meninggal
atau tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Cara persalinan yang terbaik adalah tergantung dari derajat plasenta
previa, paritas dan banyaknya perdarahan.
- Indikasi Seksio Sesarea :
a. Plasenta previa totalis
b. Plasenta previa pada primigravida
c. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
d. Anak berharga dan fetal distres
e. Plasenta previa lateralis jika :
• Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak
• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta
• Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior)
f. Profuse bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan
cepat.
- Partus per vaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara
dan anak sudah meninggal atau prematur.
a. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah
(amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin drip.
b. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
c. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan
perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin
terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak
masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan
operasi. 2
- Pertolongan persalinan seksio sesaria merupakan bentuk pertolongan
yang paling banyak dilakukan. Bentuk operasi lainnya seperti:2,4

17


a. Cunam Willet Gausz


• Menjepit kulit kepala bayi pada plasenta previa yang
ketubannya telah dipecahkan
• Memberikan pemberat sehingga pembukaan dipercepat
• Diharapkan persalinan spontan
• Sebagian besar dilakukan pada janin telah meninggal.
b. Versi Braxton Hicks
• Dilakukan versi ke letak sungsang
• Satu kaki dikeluarkan sebagai tampon dan diberikan pemberat
untuk mempercepat pembukaan dan menghentikan perdarahan.
• Diharapkan persalinan spontan
• Janin sebagian besar akan meninggal
c. Pemasangan kantong karet metreurynter
• Kantong karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan
mempercepat pembukaan sehingga persalinan dapat segera
berlangsung. Dengan kemajuan dalam operasi kebidanan,
pemberiam transfusi, dan cairan maka tatalaksana pertolongan
perdarahan plasenta previa hanya dalam bentuk :
o memecahkan ketuban
o melakukan seksio sesaria
o untuk bidan segera melakukan rujukan sehingga mendapat
pertolongan yang cepat dan tepat.
- Pada kasus yang terbengkalai, dengan anemia berat karena perdarahan
atau infeksi intra uterin, baik seksio sesaria maupun persalinan
pervaginam sama – sama tidak mengamankan ibu dan janinnya. Akan
tetapi dengan bantuan transfusi darah dan antibiotika secukupnya,
seksio cesaria masih lebih aman daripada persalinan pervaginam untuk
semua kasus plasenta previa totalis dan kebanyakan plasenta previa
parsialis. 2
- Tujuan seksio caesarea : persalinan dengan segera sehingga uterus
segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan, menghindarkan

18


kemungkinan terjadi robekan pada serviks jika janin dilahirkan


pervaginam.2
- Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.2

J. Komplikasi
1. Perdarahan yang tidak dapat dicegah menyebabkan penderita menjadi anemia
bahkan syok.2
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan
invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium
dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan perkreta. Paling
ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya
masih belum masuk ke dalam miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh
permukaan maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi
dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang
sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga.2
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai perdarahan yang banyak. Apabila oleh
salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-
cara yang lebih sederhana, maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini
jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total.7
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi.8
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh
karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm. Pada kehamilan <37minggu dapat dilakukan
amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan pemberian
kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya
antisipasi.2
6. Masa rawatan lama, beresiko tinggi untuk solusio plasenta, seksio sesarea,
kelainan letak janin, perdarahan pascapersalinan, kematian maternal akibat
perdarahan, dan disseminated intravascular coagulation (DIC).4

19


K. Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena
plasenta previa rendah sekali atau tak ada sama sekali. Persalinan prematur adalah
kausa utama kematian perinatal walaupun sudah dilakukan penatalaksanaan pasif
pada plasenta previa. Dalam studi terhadap 93.000 pelahiran, melaporkan angka
persalinan prematur sebesar 47 persen.3

20


BAB IV
ANALISIS KASUS
A. Analisis Kasus Diagnosis
Dari anamnesis, didapatkan data pasien wanita, 37 tahun G2P1A0 hamil 38-
39 minggu datang dengan keluhan utama perdarahan dari kemaluan sejak 4 jam
SMRS. Perdarahan tersebut sebanyak 3x ganti celana dalam dan warna merah
segar. Perdarahan pada kehamilan trimester 3 disebut sebagai perdarahan
antepartum, yang dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, atau
ruptur uteri.
Tabel 3. Diagnosis Banding Perdarahan Ante Partum
Klinis Solusio Plasenta Ruptura Pasien
plasenta previa uteri
Onset Sewaktu Sewaktu Inpartu Sewaktu hamil
kejadian hamil dan hamil dan belum
inpartu inpartu
Cara Tiba-tiba Perlahan Tiba-tiba Tiba-tiba
mulainya
Tipe Non rekuren Rekuren Bergantung Rekuren
perdarahan pada
pembuluh
darah yang
pecah
Warna Darah beku Darah segar Darah segar Darah segar
darah dan segar
Anemia Tak Sesuai dengan Perdarahan Sesuai dengan
sebanding darah yang keluar dan di darah yang
dengan darah keluar dalam keluar
yang keluar
Toxemia Bisa ada - - -
gravidarum
Nyeri perut Ada Tidak ada (+) di Tidak ada
segmen
bawah rahim
Palpasi Uterus in- Biasa dan Defans Biasa
bois bagian floating muskular,
anak sulit meteoritis
ditentukan

21


His Kuat Biasa Hilang Belum ada


Bunyi - + - +
jantung
anak
Periksa Ketuban Jaringan Robekan -
dalam tegang, plasenta
menonjol
Plasenta Tipis, cekung Selaput robek Biasa -
pada
pinggiran
Dari tabel tersebut didapatkan bahwa perdarahan ante partum pada pasien
ini dicurigai disebabkan oleh plasenta previa. Untuk konfirmasi diagnosis
selanjutnya dilakukan pemeriksaan USG untuk menentukan letak plasenta.
Menurut letaknya, plasenta previa dibedakan menjadi plasenta previa totalis,
parsialis, marginalis, dan letak rendah. Pada kasus dari pemeriksaan USG
didapatkan letak plasenta corpus posterior yang meluas menutupi seluruh OUI,
sehingga diklasifikasikan sebagai plasenta previa totalis.

Tabel 4. Perbandingan data pasien dengan penegakan diagnosis plasenta previa


Pasien Plasenta previa
Anamnesis • Usia Kehamilan 38-39 • Perdarahan jalan lahir pada
minggu kehamilan setelah 22
• perdarahan dari kemaluan minggu
warna merah segar, tidak • Berlangsung tanpa nyeri,
ada nyeri perut, berwarna merah segar
banyaknya 3x ganti
celana

Pemeriksaan • Pemeriksaan Luar : TFU • Bagian terbawah janin


Fisik 4 jari bawah prosesus biasanya belum masuk pintu
xiphoideus(34cm),Present atas panggul.
asi kepala dibawah mudah • Bila presentasi kepala,
di gerakan , His (-), DJJ biasanya kepalanya masih
148x/menit. terapung di atas pintu atas
• Pemeriksaan Dalam panggul atau mengolak ke
Inspekulo : Portio samping, dan sukar didorong
livide, OUE tertutup, kedalam pintu atas panggul.

22


fluor (-), fluksus (+) Tidak jarang terdapat


darah tak aktif, E/L/P (-) kelainan letak janin, seperti
letak lintang atau letak
Vaginal touche: Tidak sungsang.
dilakukan

Pemeriksaan • Pemeriksaan • Pemeriksaan laboratorium


Penunjang Laboratorium Hemoglobin masih dalam batas
Hb : 12,3 g/dl normal menandakan belum
3
Leukosit: 13.200/mm terjadi anemia akibat
3
Trombosit : 176.000/mm perdarahan
Hematokrit : 35 % • USG
• USG Dapat mengungkapkan posisi
Hamil 38-39 minggu JTH rendah plasenta, pada plasenta
kepala dibawah dengan previa dapat ditentukan letak
plasenta corpus posterior plasenta previa totalis,
yang meluas menutupi marginalis, parsialis, atau letak
seluruh OUI rendah.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien didiagnosis G2P1A0 grav 38-39 minggu dengan HAP e.c plasenta previa
totalis

B. Analisis Kasus Penatalaksanaan


Tatalaksana plasenta previa terdiri dari ekspektatif dan aktif. Pada pasien
ini dipilih terapi aktif karena memenuhi syarat sebagai berikut.
- Umur kehamilan >37 minggu (pasien:38-39 minggu)
- Belum ada tanda-tanda inpartu
- Keadaan umum ibu cukup baik, kadar Hb 8 gram% atau lebih (pasien: Hb
12,3 gr/dL)
- Janin masih hidup
- Didapatkan hasil dari USG bahwa plasenta menutupi OUI memberi kesan
plasenta previa totalis yang merupakan indikasi Sectio Caesaria pada
Plasenta Previa
Terapi aktif dilakukan dengan tetap melakukan observasi tanda vital ibu,
perdarahan, his, dan DJJ. Pada pasien diberikan antibiotik profilaksis berupa

23


injeksi cefotaxime 2x1gr IV. Diberikan Asam Tranexamat 500mg 3x1 untuk
persiapan Persalinan Perabdominam dan direncakanan terminasi kehamilan berat
janin ± 2500 gram atau kehamilan telah mencapai 37 minggu untuk dilakukan
terminasi kehamilan dengan seksio caesarea.

24


DAFTAR PUSTAKA

1. UNDP. 2011. The Millenium Development Goals : Eight Goals for 2015.
Accessed on August 18th, 2013. Available at
http://www.undp.org/content/undp/en/home/mdgover view.html.
2. Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. Cunningham, F. G., Kenneth J. Leveno, Steven L. Bloom, John C. Hauth,
Dwight J. Rouse, dan Catherine Y. Spong. 2014. Williams Obstetrics. USA:
McGraw-Hill Medical.
4. Ralph CB, Martin LP. 2009. Buku Obstetri dan Ginekologi. Edisi 9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. DeCherney, Alan. 2007. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
Gynecology. Edisi 10. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
6. Manuaba, Chandranita M, Fajar M. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Gabbe SG, Jennifer RN, Joe LS. 2007. Obstetrics Normal and Problem
Pregnancies. Philadelphia: Elsevier.

25

Anda mungkin juga menyukai