Anda di halaman 1dari 10

ILMU SOSIAL DAN POLITIK DALAM KESEHATAN

Oleh :

Cholifaturrizkiyah : 0432950315007

Program Studi S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH BEKASI


ARTIKEL I

“ Infus yang menyakitkan”

Suatu saat di bulan September 1995,nsaya terserang penyakit demam yang disertai nyeri
di perut, tengkuk dan tulang punggung, kadang-kadang muntah dan diikuti diare.
Setelahmenderita sakit selam 3 hari,nakhirnya saya dibawa keluarga ke ruang UGD sebuah rumah
sakit swasta di kota saya.

Begitu sampai di ruang UGD, saya langsung ditangani perawat jaga (bukan dokkter jaga)
yang dengan segera menginfus saya. Tetapi, yang terjadi, jarum infuse tidak dapat menemukan
jalurnya. Saya seolah menjadikelinci percobaanbagi perawat yang baru belajar menemukan
pembuluh darah balik. Jarum infuse tidak dapat masuk ke pembuuh darah dengan tepat. Tidak
kurang dari enam kali tangan kiri dan kanan saya ditusuk tusuk hingga menimbulkan pendarahan
dan mengakibatkan rasa sakit yang menakutkan.

Pegalaman ini amat sangat membekas di hati. Begitu banyak pertanyaan yang muncul di
hati saya terhadap wajah pelayan kesehatan di negeritercinta ini

 PENDAPAT

Pendapat saya dari kasus di atas adalah : seperti yang kita ketahui tenaga medis masing masing
mempunyai ranah yang berbeda beda, atau tugas masing masing yang harus diketahui batasan
batasannya. Sebagaimana kasus di atas pasien masuk UGD dan perawat langsung mengambil
tindakan memberikan cairan infus, sedangkan dapat kita ketahui tindakan memberikan cairan infus
atau pasang infus itu adalah tugas dokter.

jadi menurut saya perawat di ruangan UGD tersebut melanggar kode etik Undang- Undang
Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 pada Bab V Praktik Keperawatan pasal 29 tentang ” Tugas
dan wewenang “ pada poin 1

1. Dalam menyelenggarakan praktik keperawatan,perawat bertugas sebagai :


a. Pemberi asuhan keperawatan
b. Penyuluh dan konselor bagi klien.
c. Pengelola pelayanan keperawatan.
d. Penelitian keperawatan.
e. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang.
f. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

pada pasal tersebut telah di cantumkan poin poin apa saja tugas-tugas sebagai perawat, jadi
menurut saya dari artikel di atas si perawat telah melanggar pasal tentang tugas dan wewenang
karena telah melakukan tindakan bukan ranah nya , dan mengambil alih tugas dokter yaitu
mengambil tindakan pemasangan infus.
ARTIKEL II

‘inform consent,,,ahhhh tidak perlu”

Awal tahun 1996, saya pernah menjalani rawat inap di sebuah Rumah Sakit Swasta terbaik
di kota B. Saat itu, hari Minggu, tanggal 31 des 1995, saya mengalami panas tinggi mendadak .
Kemudian saya dibawa ke Rumah sakit X.

Karena hari libur, poliklinik Rawat Jalan tidak buka sehingga saya langsung dibawa ke
IGD. Disana saya menunggu cukup lama untuk diperiksa oleh dokter. usai memeriksa, dokter
mengatakan bahwa saya menderiti Apendisitis akut dan harus segera dioperasi.

Mendengar kata operasi, orangtua saya ketakutan. Ia bertanya kepada dokter apakah
operasinyabisa ditunda. Dengan nada kurang simpatik, dokter tersebut menjawab bahwa nantinya
dia tidak bertanggungjawab bila terjadi apa apa, jika tidak segera dioperasi. Akhirnya, orantua
saya mengikuti apa yang dikatakan dokter.

Seharusnya sebagai seorang dokter, Ia bisa menjelaskan kepada pasien atau keluarga
pasien mengapa suatu hal atau tindakan harus dilakukan. Apalagi sebelumnya saya tidak pernah
ada keluhan apa apa di daerah tersebut. Wajar jika orantua saya sebagai orang awam yang kurang
mengerti masalah medis, bertanya.

Untuk menjalani operasi saya harus menunggu dokter bedah sampai keesokan harinya.
Orangtua saya bertanya kepada perawat apakah ada pemeriksaan yang bisa menunjang diaknosis,
karena saya tidak pernah mengeluh di daerah tersbut.

Lagi-lagi, orantua saya mendapat jawaban yang kurang simpatik, kali ini dari perawat.
Tampaknya informasi tentang keadaan pasien dan tindakan operasi bukanlah hak pasien dan
keluarganya. Setelah dilakukan operasi, saya menjalani rawat inap selama 10 hari

 PENDAPAT

Artikel di atas menunjukan bahwa tenaga medis pada salah satu rumah sakit swasta
di kota B tidak lah profesional, kenapa saya mengatakan demikian? Iya jelas, karna pada
artikel di atas mengatakan bahwa dokter ataupun perawat tidak memberitahu alasan yang
jelas mengapa si pasien harus melakukan tindakan operasi sedangkan pasien dan kelurga
bingung “ mengapa harus mengambil tindakan tersebut apalagi sebelumnya saya tidak
pernah ada keluhan apa apa di daerah tersebut “ .

seharus nya dokter dapat memberikan penjelasan kepada pasien dan kelurga
mengapa harus mengambil indakan tersebut dan dokter juga harus bisa menjelaskan dan
menunjukan hasil diaknosa pada pasien tersebut.

Dari artikel di atas dapat kita simpulkan bahwa Rumah sakit tersebut melanggar
Undang- Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 pada Bab VI Hak dan Kewajiban
pada pasal 38 tentang “Hak dan kewajiban klien” pada pasal tersebut banyak poin yang
menjadi hak klien salah satunya pada poin a pasal 38 yaitu “ mendapat kan informasi secara
benar, jelas, dan jujur tentang tindakan keperawatan yang akan di lakukan.

Dan undang-undang no.23 tahun 1992 pada Bab VI pasal 53 pada poin ke 2,
“ Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien.”
ARTIKEL III

“Pelayanan Asuhan Keperawatan Prima…”

Sekitar Juni tahun 2011, salah satu anggota keluarga saya terkena penyakit kematian jaringan
jantung (Cardiomyopathy) yang mengharuskannya di rawat di rumah sakit, dan pilihan terbaik saat
itu adalah sebuat rumah sakit khusu di Jakarta.

Ketika masuk opname, dokter tidak dapat member kepastian tentang kesembuhannya. Jangankan
untuk itu, memperkirakan kapan pasien diperbolehkan pulang pun dokter tidak tahu. Karena
perubahan kondisi pasien kearah yang lebih baik tidak dapat selalu diharapkan.

Setelah berminggu-minggu tinggal di lantai 2 intermediate gedung A, saya sudah merasa di rumah
kedua. Kesan atas pelayanan dan keramah tamahan mereka sangat membantu mental saya dalam
menghadapi kenyataan bahwa kecil kemungkinan kerabat yang sakit itu dapat pulang ke rumah
dalam keadaan sembuh.

Kesan paling dalam yang saya rasakan adalah bahwa mereka memahami keadaan pasien yang
tidak boleh terpancing emosinya. Sebagai contoh, ketika tiba waktu makan, makanan datang
dalam keadaan hangat, tetapi sering kali pasien sedang tidur atau belum ada selera makan. Saat
pasien bangun dan ingin makan, kami, anggota keluarganya boleh meminta agar makan
dipanaskan dan dapat melakukannya sendiri dengan menggunakan microwafe yang memang
tersedia di dapur.

Pasien memang tidak dapat tertolong dan akhirnya meninggal dunia, tetapi saya sangat menghargai
pelayanan maksimal yang telah diberikan rumah sakit terhadap pasien dan seluruh keluarga.

 PENDAPAT

Artikel di atas menurut saya artikel yang menunjukan atau merubah pandangan bahwa
tidak semuwa orang lain terhadap rumah sakit. Tidak semuwa rumah sakit di pandang tidak
menimbulkan rasa nyaman, tidak semuwa rumah sakit pelayanannya tidak bagus, karena
seperti kita ketahui banyak sekali keluarga pasien yang komplein atas sarana prasarana rumah
sakit ataupun pelayanan rumah sakit saat ini .
Sedangkan artikel di atas menunjukan bahwa rumah sakit yang pasien tempati sangatlah
memuskan dari segi prasarana maupun pelayanannya sampai kelurga pasien mengatakan “
saya sudah merasa di rumah kedua”

Dari artikel di atas menunjukan bahwa rumah sakit tersebut termasuk mematuhi Undang-
undang republic Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang “RUMAH SAKIT”

 pada Bab V , Pasal 10 tentang “ bangunan”


Pasal 10
(1) Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan
pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
(2) Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
ruang: a. rawat jalan;
b. ruang rawat inap;
c. ruang gawat darurat;
d. ruang operasi;
e. ruang tenaga kesehatan;
f. ruang radiologi;
g. ruang laboratorium;
h. ruang sterilisasi;
i. ruang farmasi;
j. ruang pendidikan dan latihan;
k. ruang kantor dan administrasi;
l. ruang ibadah, ruang tunggu;
m. ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
n. ruang menyusui;
o. ruang mekanik;
p. ruang dapur;
q. laundry;
r. kamar jenazah;
s. taman;
t. pengolahan sampah; dan
u. pelataran parkir yang mencukupi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

 Pada BAB VIII hak dan kewajiban pasal 29 poin 1


(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban:
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;
b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;
f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien
tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan
korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;
g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
h. menyelenggarakan rekam medis;
i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir,
ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
j. melaksanakan sistem rujukan;
k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;
m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n. melaksanakan etika Rumah Sakit;
o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun
nasional; q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws);
www.hukumonline.com 12 / 40
s. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas; dan
t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

 dan pada Bab VIII Pasal 32 tentang “ Hak pasien “


Setiap pasien mempunyai hak:
a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya;
q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Artikel di atas juga menunjukan bahwa pelayanan rumah sakit sangat lah baik, tenaga
medis pada rumah sakit tersebut mematuhi kode etik pada masing masing profesi.

Sekian terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai