07 Cholifaturrizkiyah
07 Cholifaturrizkiyah
Oleh :
Cholifaturrizkiyah : 0432950315007
Suatu saat di bulan September 1995,nsaya terserang penyakit demam yang disertai nyeri
di perut, tengkuk dan tulang punggung, kadang-kadang muntah dan diikuti diare.
Setelahmenderita sakit selam 3 hari,nakhirnya saya dibawa keluarga ke ruang UGD sebuah rumah
sakit swasta di kota saya.
Begitu sampai di ruang UGD, saya langsung ditangani perawat jaga (bukan dokkter jaga)
yang dengan segera menginfus saya. Tetapi, yang terjadi, jarum infuse tidak dapat menemukan
jalurnya. Saya seolah menjadikelinci percobaanbagi perawat yang baru belajar menemukan
pembuluh darah balik. Jarum infuse tidak dapat masuk ke pembuuh darah dengan tepat. Tidak
kurang dari enam kali tangan kiri dan kanan saya ditusuk tusuk hingga menimbulkan pendarahan
dan mengakibatkan rasa sakit yang menakutkan.
Pegalaman ini amat sangat membekas di hati. Begitu banyak pertanyaan yang muncul di
hati saya terhadap wajah pelayan kesehatan di negeritercinta ini
PENDAPAT
Pendapat saya dari kasus di atas adalah : seperti yang kita ketahui tenaga medis masing masing
mempunyai ranah yang berbeda beda, atau tugas masing masing yang harus diketahui batasan
batasannya. Sebagaimana kasus di atas pasien masuk UGD dan perawat langsung mengambil
tindakan memberikan cairan infus, sedangkan dapat kita ketahui tindakan memberikan cairan infus
atau pasang infus itu adalah tugas dokter.
jadi menurut saya perawat di ruangan UGD tersebut melanggar kode etik Undang- Undang
Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 pada Bab V Praktik Keperawatan pasal 29 tentang ” Tugas
dan wewenang “ pada poin 1
pada pasal tersebut telah di cantumkan poin poin apa saja tugas-tugas sebagai perawat, jadi
menurut saya dari artikel di atas si perawat telah melanggar pasal tentang tugas dan wewenang
karena telah melakukan tindakan bukan ranah nya , dan mengambil alih tugas dokter yaitu
mengambil tindakan pemasangan infus.
ARTIKEL II
Awal tahun 1996, saya pernah menjalani rawat inap di sebuah Rumah Sakit Swasta terbaik
di kota B. Saat itu, hari Minggu, tanggal 31 des 1995, saya mengalami panas tinggi mendadak .
Kemudian saya dibawa ke Rumah sakit X.
Karena hari libur, poliklinik Rawat Jalan tidak buka sehingga saya langsung dibawa ke
IGD. Disana saya menunggu cukup lama untuk diperiksa oleh dokter. usai memeriksa, dokter
mengatakan bahwa saya menderiti Apendisitis akut dan harus segera dioperasi.
Mendengar kata operasi, orangtua saya ketakutan. Ia bertanya kepada dokter apakah
operasinyabisa ditunda. Dengan nada kurang simpatik, dokter tersebut menjawab bahwa nantinya
dia tidak bertanggungjawab bila terjadi apa apa, jika tidak segera dioperasi. Akhirnya, orantua
saya mengikuti apa yang dikatakan dokter.
Seharusnya sebagai seorang dokter, Ia bisa menjelaskan kepada pasien atau keluarga
pasien mengapa suatu hal atau tindakan harus dilakukan. Apalagi sebelumnya saya tidak pernah
ada keluhan apa apa di daerah tersebut. Wajar jika orantua saya sebagai orang awam yang kurang
mengerti masalah medis, bertanya.
Untuk menjalani operasi saya harus menunggu dokter bedah sampai keesokan harinya.
Orangtua saya bertanya kepada perawat apakah ada pemeriksaan yang bisa menunjang diaknosis,
karena saya tidak pernah mengeluh di daerah tersbut.
Lagi-lagi, orantua saya mendapat jawaban yang kurang simpatik, kali ini dari perawat.
Tampaknya informasi tentang keadaan pasien dan tindakan operasi bukanlah hak pasien dan
keluarganya. Setelah dilakukan operasi, saya menjalani rawat inap selama 10 hari
PENDAPAT
Artikel di atas menunjukan bahwa tenaga medis pada salah satu rumah sakit swasta
di kota B tidak lah profesional, kenapa saya mengatakan demikian? Iya jelas, karna pada
artikel di atas mengatakan bahwa dokter ataupun perawat tidak memberitahu alasan yang
jelas mengapa si pasien harus melakukan tindakan operasi sedangkan pasien dan kelurga
bingung “ mengapa harus mengambil tindakan tersebut apalagi sebelumnya saya tidak
pernah ada keluhan apa apa di daerah tersebut “ .
seharus nya dokter dapat memberikan penjelasan kepada pasien dan kelurga
mengapa harus mengambil indakan tersebut dan dokter juga harus bisa menjelaskan dan
menunjukan hasil diaknosa pada pasien tersebut.
Dari artikel di atas dapat kita simpulkan bahwa Rumah sakit tersebut melanggar
Undang- Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 pada Bab VI Hak dan Kewajiban
pada pasal 38 tentang “Hak dan kewajiban klien” pada pasal tersebut banyak poin yang
menjadi hak klien salah satunya pada poin a pasal 38 yaitu “ mendapat kan informasi secara
benar, jelas, dan jujur tentang tindakan keperawatan yang akan di lakukan.
Dan undang-undang no.23 tahun 1992 pada Bab VI pasal 53 pada poin ke 2,
“ Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien.”
ARTIKEL III
Sekitar Juni tahun 2011, salah satu anggota keluarga saya terkena penyakit kematian jaringan
jantung (Cardiomyopathy) yang mengharuskannya di rawat di rumah sakit, dan pilihan terbaik saat
itu adalah sebuat rumah sakit khusu di Jakarta.
Ketika masuk opname, dokter tidak dapat member kepastian tentang kesembuhannya. Jangankan
untuk itu, memperkirakan kapan pasien diperbolehkan pulang pun dokter tidak tahu. Karena
perubahan kondisi pasien kearah yang lebih baik tidak dapat selalu diharapkan.
Setelah berminggu-minggu tinggal di lantai 2 intermediate gedung A, saya sudah merasa di rumah
kedua. Kesan atas pelayanan dan keramah tamahan mereka sangat membantu mental saya dalam
menghadapi kenyataan bahwa kecil kemungkinan kerabat yang sakit itu dapat pulang ke rumah
dalam keadaan sembuh.
Kesan paling dalam yang saya rasakan adalah bahwa mereka memahami keadaan pasien yang
tidak boleh terpancing emosinya. Sebagai contoh, ketika tiba waktu makan, makanan datang
dalam keadaan hangat, tetapi sering kali pasien sedang tidur atau belum ada selera makan. Saat
pasien bangun dan ingin makan, kami, anggota keluarganya boleh meminta agar makan
dipanaskan dan dapat melakukannya sendiri dengan menggunakan microwafe yang memang
tersedia di dapur.
Pasien memang tidak dapat tertolong dan akhirnya meninggal dunia, tetapi saya sangat menghargai
pelayanan maksimal yang telah diberikan rumah sakit terhadap pasien dan seluruh keluarga.
PENDAPAT
Artikel di atas menurut saya artikel yang menunjukan atau merubah pandangan bahwa
tidak semuwa orang lain terhadap rumah sakit. Tidak semuwa rumah sakit di pandang tidak
menimbulkan rasa nyaman, tidak semuwa rumah sakit pelayanannya tidak bagus, karena
seperti kita ketahui banyak sekali keluarga pasien yang komplein atas sarana prasarana rumah
sakit ataupun pelayanan rumah sakit saat ini .
Sedangkan artikel di atas menunjukan bahwa rumah sakit yang pasien tempati sangatlah
memuskan dari segi prasarana maupun pelayanannya sampai kelurga pasien mengatakan “
saya sudah merasa di rumah kedua”
Dari artikel di atas menunjukan bahwa rumah sakit tersebut termasuk mematuhi Undang-
undang republic Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang “RUMAH SAKIT”
Artikel di atas juga menunjukan bahwa pelayanan rumah sakit sangat lah baik, tenaga
medis pada rumah sakit tersebut mematuhi kode etik pada masing masing profesi.
Sekian terimakasih