SKRIPSI
Disusun Oleh:
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
HALAMAN PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran
Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Bangsal
Bedah dan Penyakit Dalam RSUD Wates”.
Skripsi ini telah dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan
setulus-tulusnya kepada:
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku Ketua Prodi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
3. MuhamatNofiyanto, S.kep.,Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah
dengan sabar memberikan bimbingan, saran, dan pendapat selama proses
penyelesaian skripsi ini.
4. ArifAdiSetiawan, S.kep.,Ns., M.Kepselaku penguji yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsiini,
semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, atas
segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga
karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... ........ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... ........ v
DAFTAR TABEL ................................................................................. ........ vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
INTISARI ....................................................................................................... x
ABSTRACT ..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 5
v
B. Kerangka Teori..................................................................................... 23
C. Kerangka Konsep ................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 29
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner sebelum uji validitas dan uji reliabilitas ........... 32
Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner setelah uji validitas dan uji reliabilitas.............. 32
Table 3.4 Pengkodean ...................................................................................... 36
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin,
Usia, Masa Kerja, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Melakukan
RJP, Pelatihan BHD Terakhir .......................................................... 43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) ............................................ 44
Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan Tentang Masing-Masing Indikator
Bantuan Hidup Dasar (BHD) ......................................................... 44
Tabel 4.4 Tingkat Penegtahuan Perawat Tentang BHD Berdasarkan Masa
Kerja, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Melakukan RJP ............... 45
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 23
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 24
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG
BANTUAN HIDUP DASAR DI BANGSAL BEDAH DAN PENYAKIT
DALAM DI RSUD WATES
INTISARI
Kata Kunci:Bangsal Rawat Inap, Bantuan Hidup Dasar (BHD), Perawat, Tingkat
Pengetahuan
1
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
x
THE DESCRIPTION OF NURSING KNOWLEDGE LEVEL OF BASIC
LIFE SUPPORT IN SURGICAL AND INTERNAL WATES GENERAL
HOSPITAL WARDS IN RSUD WATES
ABSTRACK
1
Student of nursing Science program at Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Lecture of nursing Science program at Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan keperawatan yang
komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri atau sakit yang mengancam
kehidupan. Perawat gawat darurat harus memiliki pengetahuan untuk menangani
respon pasien pada resusitasi, syok, trauma, keracunan, dan kegawatan yang
mengancam jiwa lainnya (Krisanty, 2009). Keadaan henti jantung dan henti nafas
adalah kasus yang sering terjadi pada pasien gawat darurat. Henti jantung atau
cardiac arrest adalah keadaan dimana terjadi penghentian mendadak sirkulasi
normal darah karena kegagalan jantung berkontraksi secara efektif(Hardisman,
2014).
Kegawatdaruratan tidak hanya terjadi di ruang IGD & ICU, kejadian henti
nafas dan henti jantung di RSUD DR. Soetomo Surabaya sebanyak 35,3% dan
menjadi kasus kematian terbanyak khususnya di bangsal anak (Dharmawati, dkk
2011). Selain di bangsal anak, kasus gawat darurat juga terjadi di bangsal penyakit
dalamRSUP Dr.M. Djamil, penelitian Intan, dkk (2013) dalam periode Januari
2011 sampai dengan Desember 2012 total kasus rawat inap di bangsal non intensif
dan gawat darurat adalah 2.860 kasus, dengan rincian 1.416 kasus selama tahun
2011 dan 1.444 kasus selama tahun 2012. Total kejadian cardiac arrest selama
kurun waktu dua tahun tersebut sebanyak 38 (1,3%) kasus di tahun 2011 dan
ditahun 2012 terdapat 65 (2,3%) kasus.Penelitian yang dilakukan Surya, dkk
(2015), penderita penyakit jantung yang masuk di rumah sakit Tk. II Pelamonia
Makasar pada tahun 2014 sebanyak 498 orang dan 93 orang (19%) yang
meninggal karena henti jantung (cardiac arrest).
Sebagai penyedia layanan pertolongan 24 jam, perawat dituntut memberikan
pelayanan yang cepat, tepat, dan cermat dengan tujuan mendapatkan kesembuhan
tanpa kecacatan. Oleh karena itu, perawat perlu membekali dirinya dengan
pengetahuan yang berhubungan dengan kasus- kasus kegawatan daruratan,
khususnya Bantuan Hidup Dasar (BHD) (Maryuani. 2009).
1
2
Sesuai dengan AHA 2015, saat ini RJP dimulai dengan kompresi dada
berdasarkan urutan C-A-B (Compresion-Airway-Breathing), 30 kompresi dada di
ikuti 2 nafas. Penolongharus melakukan kompresi dada hingga kedalaman
minimum 2 inci (5cm) untuk dewasa, dan tetap menghindari kedalaman kompresi
dada yang berlebihan (lebih dari 2,4 inci/6cm), dan dengan kecepatan 100-
120kali/menit.
Pengetahuan BHD dianggap dasar untuk perawat (Parajulee & Selvaraj,
2011). BHD menjadi penting karena didalamnya diajarkan tentang bagaimana
teknik dasar penyelamatan korban dari berbagai kecelakaan atau musibah sehari-
hari yang biasa dijumpai (Fajarwati, 2012)
Terdapat korelasi antara pemberian edukasi dengan tingkat pengetahuan menurut
penelitian Dahlan (2014) menunjukan bahwa sebelum diberikan pendidikan
kesehatan tentang BHD yang terbanyak dalam kategori pengetahuan buruk,
sedangkan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang BHD yang terbanyak dalam kategori pengetahuan baik.
Penelitian Purnomo(2014),perawat yang memahami penerapan RJP dengan
baik seharusnya dapat melaksanakan dengan benar di rumah sakit terhadap pasien
henti jantung dan henti nafas, faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan
memberikan BHD pada pasien henti jantung dan nafas di pengaruhi oleh tingkat
pengetahuan, usia, pendidikan, masa kerja, informasi, budaya, ekonomi, dan
lingkungan.
Studi pendahuluan yang dilakukan di bangsal bedah dan bangsal penyakit
dalam RSUD Wates, didapatkan kasus cardiac arrestdari tahun 2016-Juni 2017
sebanyak 27 kasus, 21 diantaranya meninggal dunia. Hasil wawancara dengan
perawat pelaksanasangat jarang diadakan pelatihan BTCLS dan PPGD, terakhir
diadakan pelatihan BTCLS dan PPGD pada tahun 2014 yang diadakan oleh
RSUD Wates. Perawat diruang tersebut hanya sekedar tahu bahwa BHD adalah
Bantuan Hidup Dasar, perawat di bangsal bedah dan penyakit dalam ketika terjadi
kasus kegawatan khususnya pemberian RJP masih menunggu perawat dari
bangsal lain untuk membantu melakukan RJP, disaat menunggu perawat
melakukan pemberian nafas menggunakan bag valve mask. Perawat 1 mengatakan
4
BHD yaitu melakukan kompresi dada sebanyak 30 kompresi dan 2 nafas, dan
menggunakan urutan A-B-C. Perawat 2 mengatakan kecepatan kompesi 100
kali/menit, saat diberikan kompresi dada pasien diberikan nafas menggunakan bag
valve mask dan letak saat memberikan kompresi dada di atas abdomen tengah.
Hasil observasi pelaksanaan RJP perawat diketahui bahwa tangan perawat tidak
dipertahankan lurus pada saat melakukan kompresi dada.
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
tentang pengetahuan perawat dalam melakukan BHD di Bangsal Anggrek
(bangsal bedah) dan Bangsal Bugenvil (bangsal penyakit dalam).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : “bagaimanakahgambaran tingkat
pengetahuan perawat tentang Bantuan Hidup Dasar di Bangsal Penyakit Dalam
dan Bedah di RSUD Wates?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang BHD di bangsal
penyakit dalam dan Bedah.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah diketahuinya:
a. Karakteristik responden meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
pelatihan BHD terakhir, lama kerja dan pengalaman melakukan BHD.
b. Tingkat pengetahuan perawat tentang konsep BHD.
c. Tingkat pengetahuan perawat berdasarkan karakteristik.
D. Manfaat
E. Keaslian Penelitian
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bangsal Bedah dan Bangsal Penyakit
Dalam RSUD Wates Kulon Progo yaitu Bangsal Anggrek dan Bangsal
Bougenville. Lokasi RSUD Wates berada di Dusun Beji Kecamatan Wates
tepatnya di Jalan Tentara Pelajar Km 1 No 5 Wates Kulon Progo. RSUD
Wates merupakan rumah sakit tipe B yang berstatus Negeri dengan jumlah
perawat 283, bidan 47, penunjang 104, dokter gigi 1, dokter umum 11,
dokter spesialis 24, administrasi 201, pejabat struktural 20 (Data Sekunder
dari Bagian Kepegawaian, 2016).
Ruang anggrek merupakan bangsal bedah dalam di RSUD Wates
Yogyakarta. Ruang ini terdiri atas 18 tempat tidur (16 umum dan 2 isolasi)
dengan tenaga perawat berjumlah 16 orang. Sedangkan, ruang bougenville
merupakan bangsal penyakit dalam di RSUD Wates Yogyakarta. Ruang ini
terdiri atas 18 tempat tidur (16 umum dan 2 isolasi) dengan tenaga perawat
berjumlah 15 orang. Berdasarkan wawancara dengan salah satu perawat
pelaksana menyatakan bahwa sangat jarang diadakan pelatihan BTCLS dan
PPGD, terakhir diadakan pelatihan BTCLS dan PPGD pada tahun 2014 yang
diadakan oleh RSUD Wates. Perawat diruang tersebut hanya sekedar tahu
bahwa BHD adalah Bantuan Hidup Dasar, perawat di bangsal bedah dan
penyakit dalam ketika terjadi kasus kegawatan khususnya pemberian RJP
masih menunggu perawat dari bangsal lain untuk membantu melakukan RJP,
disaat menunggu perawat melakukan pemberian nafas menggunakan bag
valve mask. Alat BHD yang tersedia dibangsal hanya bag valve mask,
sedangkan defibrilator tidak tersedia. SOP penangan arrest sudah tersedia
akan tetapi menjadi satu dengan kumpulan SOP yang lain yang berada di
ruangan kepala ruang. Terdapat pula algoritma penanganan arrest dalam
bentuk poster yang ditempelkan di dekat ruang perawat.
40
41
2. Karasteristik Responden
Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristikberdasarkan Jenis Kelamin,
Usia,Masa Kerja, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Melakukan RJP,
Pelatihan BHD Terakhirdi RSUD Wates Yogyakarta (n=30)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase(%)
Jenis Kelamin Laki-laki 9 30
Perempuan 21 70
Usia 17-25 tahun 1 3.3
26-35 tahun 21 70.0
36-45 tahun 8 26.7
Masa Kerja < 5 tahun 6 20
5-10 tahun 13 43.3
>10 tahun 11 36.7
Tingkat Pendidikan D III Keperawatan 29 96.7
Ners 1 3.3
Pengalaman Melakukan Tidak Pernah 15 50
RJP 1 tahun terakhir 1 Kali 9 30
2 Kali 4 13.3
4 Kali 2 6.7
Pelatihan BHD Terakhir 3 Tahun yang lalu 30 100
Sumber: Data Primer (2017)
Tabel 4.1 menunjukan sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 21 responden (70%), sebagian besar responden berada
pada rentang umur 26-35 tahun sebanyak 21 responden (70%), dengan
mayoritas masa kerja berada pada rentang 5-10 tahun sebanyak 13
responden (43,3%), dengan mayoritas tingkat pendidikan DIII Keperawatan
sebanyak 29 responden (96,7%), dengan mayoritas responden tidak pernah
melakukan RJP sebanyak 15 responden (50%), dengan seluruh responden
pernah mengikuti pelatihan BHD terakhir sejak 3 tahun yang lalu sebanyak
30 responden (100%).
3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Bantuan Hidup Dasar
(BHD)
42
Tingkat Pendidikan
D III Keperawatan 18 60 8 26,7 3 10 29 96,7
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 21 responden (70%). Hal tersebut disebabkan karena
pada setiap ruang rawat inap memiliki perawat perempuan lebih banyak dari
perawat laki-laki. Meskipun belum ada penelitian jelas tentang hubungan
jenis kelamin dengan pegetahuan perawat dalam melakukan BHD, akan tetapi
laki-laki akan lebih bisa diandalkan ketika melakukan tindakan BHD karena
45
merupakan langkah awal dalam proses BHD. Hal tersebut akan menentukan
apakah pasien mengalami kehilangan daya pompa jantung. Dengan kata lain
jantung tidak berkontraksi dan darah tidak mengalir keseluruh tubuh. Apabila
kondisi ini tidak segera tertangani maka dapat menyebabkan kematian batang
otak. Dalam melakukan tindakan BHD, sirkulasi erat kaitannya dengan
kompresi. Apabila perawat menemukan pasien dengan henti jantung
(sirkulasi darah terhenti) maka harus melakukan kompresi jantung. Dalam
melakukan kompresi jantung, tehnik yang digunakan harus benar. Bila tidak
maka usaha yang dilakukan akan sia-sia (Hardisman, 2014). Kompresi
bertujuan untuk menjamin sirkulasi darah tetap berjalan ketika jantung
berhenti berdenyut. Akibat yang ditimbulkan oleh kompresi adalah terjadinya
peningkatan tekanan intrathorak yan menyebabkan terjadinya penekanan
langsung pada jantung sehingga akan menghasilkan aliran darah yang akan
menyplai darah maupun oksigen ke organ vital (Hazinski, 2005).
Selain sirkulasi, langkah-langkah dalam melakukan BHD harus tepat.
Berdasarkan Guidelines AHA 2010 tindakan RJP meliputi langkah awal
penanganan cardiac arrest.Dengan urutan compression, airway, breathing (C-
A-Bkompresi dada pada kecepatan 100kali/menit. Sedangkan menururt AHA
(2015) langkah-langkah tindakan RJP diperbaharui dengan tetap
mengutamakan kompresi dada pada langkah awal penanganan cardiac
arrest.Sehingga prosedur terbaru menjadi chest compresson, airway,
breathing (C-A-B), dengan kecepatan kompresi 100-120kali/menit dengan
kedalaman minimum 5cm dengan tetap menghindari kedalaman yang
berlebih (6cm) Alasannya terjadinya perubahan karena kompresi dada dapat
dilakukan sedini mungkin tanpa harus menggunakan atau menyiapkan alat
sehingga kebutuhan perfusi organ vital khususnya otak segera terpenuhi.
Berdasarkan pertanyaan yang ada dalam kuesioner, dari 36 soal mayoritas
responden mendapat nilai nol pada nomor 24 yaitu sebanyak 26 responden
(86,7%). Soalnya berbunyi “posisi penolong saat kompresi dada adalah dari
bawah kaki korban. Pertanyaan ini masuk pada domain kompresi dada. Posisi
yang benar adalah ponolong memposisikan diri di samping korban dengan
48
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab IV maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Karakteristik responden di RSUD Wates Yogyakarta adalah
a. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 21
responden (70%),
b. Seluruh responden berada pada rentang usia 20-40 tahun sebanyak 30
responden (100%),
c. Sebagian besar masa kerja responden berada pada rentang 5-10 tahun
sebanyak 13 responden (43,3%)
d. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan DIII Keperawatan
sebanyak 29 responden (96,7%),
e. Sebagian besar responden tidak pernah melakukan RJP sebanyak 15
responden (50%),
f. Seluruh responden pernah mengikuti pelatihan BHD terakhir sejak 3
tahun yang lalu sebanyak 30 responden (100%).
2. Tingkat Pengetahuan perawat tentang bantuan hidup dasar (BHD) di RSUD
Wates Yogyakarta dalam kategori kurang sebanyak 18 responden (60%)
3. Sebagian besar responden dengan kategori tingkat pengetahuan tinggi berada
pada indikator dasar-dasar BHD sebanyak 9 responden (30%). Sedangkan
untuk kategori pengetahuan rendah, mayoritas responden berada pada indikator
circulating dan langkah-langkah RJP yaitu sebanyak 83,3% dan 76,7%.
4. Mayoritas responden memiliki pengetahuan rendah dengan kategori rentang
usia 26-35 tahun sebanyak 16 responden (53,3%), dengan mayoritas responden
berada pada kategori masa kerja 5-10 tahun sebanyak 10 responden (33,3%),
dengan mayoritas responden memiliki pendidikan DIII Keperawatan sebanyak
18 responden (60%), dengan mayoritas responden tidak pernah memiliki
pengalaman melakukan RJP sebanyak 9 responden (30%), dengan mayoritas
50
51
Dahlan, S., Kumaat L., & Onibala F. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) Terhadap Tingkat Pengetahuan
Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten
Minahasa Utara. E-journal keperawatan (e-Kp). Volume 2, Nomor 1.
Darmawati, I., Setyaningsing, A., Kusumastuti, NP. (2011). Profil Pasien Di
Gawat Darurat Medic Anak Di RSUD DR.Soetomo Surabaya.
Fajarwati, H. (2012). Basic Life Suport tim medis FK UII. Di unduh dari http://
medicine.uii.ac.id/index.php/berita/Basic-Life-Suport-Tim-Bantuan-
Medis-FK-UII.html.
Guyton.,A.C., & Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta:EGC.
Hidayat, AA. (2007). Metodologi Penelitian dan Teknik Analisa Data. Salemba
Medika: Jakarta.
Intan, I., Medison, I., Iryani D (2013) “Gambaran Kejadian Cardiac Arrest Pada
Pasien Di Bangsal RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2011-
Desember 2012”.Jurnal
World Health Organization (WHO). 2014. WHO, UNICEF, UNFPA, The World
Bank.Trends in maternal mortality: 1990 to 2013.Geneva: World Health
Organization.
Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologis Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
PETUNJUK PENGISIAN
B = (benar)
S = (salah)
A. Data Demografi
1. Nama Inisial :
3. Usia :
4. Masa Kerja :
5. Tingkah Pendidikan :
No Pernyataan B S
1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah pertolongan pertama yang
harus diberikan kepada setiap korban henti jantung.
2. BHD hanya dapat dilakukan oleh tim medis seperti dokter dan
perawat
3. BHD hanya diberikan kepada korban dalam situasi henti
pernafasan atau apnea
4. BHD pada pasien apnea adalah dengan memberikan bantuan
nafas 10-12kali/menit.
5. Pasien gasping adalah tanda awal korban cardiac arrest yang
membutuhkan BHD.
6. Korban yang ada nadinya tetapi nafas gasping maka lakukan
kompresi dada.
7. Korban dengan fraktur costa dan sternum tidak boleh
dikompresi dada ketika mengalami henti jantung.
8. Indikasi diberhentikannya RJP adalah apabila PETCO tidak
lebih dari 10 mmHg, setelah menjalani RJP selama 20 menit.
9. Korban yang telah menunjukkan tanda – tanda kematian, sudah
ada respon (nafas, nadi mulai ada) merupakan indikasi
diberhentikannya BHD.
10. Langkah awal dalam tahap airway yaitu melihat pengembangan
dada.
11. Teknik yang digunakan dalam membuka jalan nafas korban
fraktur cervical yakni dengan head tilt chinlift.
12. Teknik head tilt chinlift dilakukan dengan meletakkan tangan
pada masing-masing sisi rahang bawah pasien, pada sudut
rahang di bawah telinga.
13. Jika terdapat benda asing dalam mulut maka harus dikeluarkan
dengan finger cross.
14. Penolong memberikan bantuan napas langsung ke mulut korban
dengan menggunakan bag-valve-mask dengan ketentuan
penolong lebih dari 1 orang.
15. Bantuan napas diberikan 2 kali bagging setelah 30 kali
kompresi dada.
No Pernyataan B S
1. BantuanHidupDasar (BHD) adalahpertolonganpertama yang
harusdiberikankepadasetiapkorbanhentijantung.
2. BHD
hanyadapatdilakukanolehtimmedissepertidokterdanperawat
3. BHD
hanyadiberikankepadakorbandalamsituasihentipernafasanatau
apnea
4. BHD padapasien apneaadalahdenganmemberikanbantuannafas
10-12kali/menit.
5. Pasien gasping adalahtandaawalkorbancardiac arrest yang
membutuhkan BHD.
6. Korban yang adanadinyatetapinafas gasping
makalakukankompresi dada.
7. Korbandenganfraktur costa dan sternum tidakbolehdikompresi
dada ketikamengalamihentijantung.
8. Indikasi diberhentikannya RJP adalah apabilaPETCO
tidaklebihdari 10 mmHg, setelahmenjalani RJP selama 20 menit.
9. Korban yang
telahmenunjukkantandatandakematian,sudahadarespon
(nafas,nadimulaiada) merupakanindikasidiberhentikannya BHD.
10. Langkahawaldalamtahap airway yaitumelihatpengembangan
dada.
11. Teknik yang
digunakandalammembukajalannafaskorbanfrakturcervicalyaknid
enganhead tilt chinlift.
12. Teknikhead tilt
chinliftdilakukandenganmeletakkantanganpadamasingmasingsisir
ahangbawahpasien, padasudutrahang di bawahtelinga.
13. Jikaterdapatbendaasingdalammulutmakaharusdikeluarkandengan
finger cross.
14. Penolong memberikan bantuan napas langsung ke mulut korban
dengan menggunakanbag-valve-
maskdenganketentuanpenolonglebihdari 1 orang.
15. Bantuannapasdiberikan 2 kali bagging setelah 30 kali kompresi
dada.