Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

KARSINOMA ENDOMETRIUM

Disusun oleh :
Tri Bakti Oktarizal
1102014267

Pembimbing :
dr. Trubus Priyoko, Sp.OG

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN


RSUD ARJAWINANGUN – KAB. CIREBON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2019
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Endometrium adalah lapisan dari uterus (rahim). Endometrium ini
berperan penting dalam berbagai perubahan klinis terutama pada masa subur
wanita. Mayoritas keganasan yang muncul pada badan uterus adalah kanker
endometrium, terutama adenokarsinoma yang angka kejadiannya 70-75% dari
kasus karsinoma endometrium. Karsinoma endometrium adalah keganasan yang
berasal dari sel-sel epitel yang melapisi rongga rahim.1,2

Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi tersering di


Amerika Serikat. Selama tahun 2004, terdapat 40.320 kasus baru dengan 7.090
kematian terjadi karena kanker endometrium. Di Canada insiden kanker
endometrium 19,5 kasus per 100.000 pada tahun 1993, dengan angka kematian
3,6 per 100.000.3,4

Saat ini karsinoma endometrium sering ditemukan pada keganasan


ginekologi, karsinoma endometrium menduduki peringkat keenam penyebab
kematian dari keganasan pada wanita. Di Indonesia kanker endometrium
menduduki peringkat ketiga kanker genitalia setelah kanker serviks (leher rahim)
dan ovarium. Secara keseluruhan kira-kira 2-3% wanita akan mengalami
karsinoma endometrium selama hidupnya.1

Bila kanker endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir maka angka


ketahanan hidup 5 tahunnya mencapai 96%, 77% bila penyakit mencapai
lokoregional dan 44% bila sudah metastases jauh. Sebagian besar kasus (77%)
terdiagnosis pada stadium dini. Hal ini dikarenakan adanya pemeriksaan biopsi
endometrium yang merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi
jaringan endometrium dan menjadi baku emas dalam menilai status endomterium.
Biopsi endometrium mempunyai sensitifitas yang baik dengan negatif palsu yang
rendah dan sebagian besar disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan. Nilai

2
prediksi positifnya rendah pada wanita asimptomatik dengan risiko rendah dan
nilainya tinggi pada wanita dengan faktor risiko spesifik, oleh karena itu biopsi ini
merupakan metode skrining yang baik pada wanita yang mempunyai faktor
risiko.5

3
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium


atau pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti
buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Karsinoma
endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel primer lapisan
endometrium. Umumnya dengan differensiasi grandular dan berpotensi mengenai
miometrium dan menyebar jauh. 75% tumor ganas endometrium adalah
adenokarsinoma, sisanya ialah karsinoma epidermoid atau karsinoma tipe sel
squamous (5-10%), adenoakantoma dan adenosquamous(30%), sarkoma uterin
(1-5%).6,7

Secara biologis dan histologis, karsinoma endometrium adalah jenis


neoplasma yang memiliki dua model pathogenesis. Karsinoma endometrium tipe
1 yang estrogen dependent dan mempunyai prognosis lebih baik, dan karsinoma
endometrium tipe 2 non- estrogen dependent yang lebih agresif dan berprognosis
lebih buruk.2

Kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering


menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah
menopause.2

2.2 Epidemiologi
Karsinoma endometrium adalah kejadian keganasan tertinggi keenam
yang paling sering terjadi yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Dari 290.000
kasus baru yang dilaporkan pada 2008, terhitung 5 % dari semua kasus keganasan
baru pada wanita. Penyakit ini paling banyak terjadi di negara maju seperti
Amerika, negara-negara di Eropa tengah dan Eropa timur dan insiden lebih rendah
di Afrika timur. Tingkat kejadian karsinoma endometrium seiring pertambahan

4
usia juga meningkat di negara-negara berkembang.2

Di seluruh dunia, angka kejadian karsinoma endometrium seiring


pertambahan usia berkisar antara 15 per 100.000 wanita (di daerah Amerika dan
sebagian Eropa) sampai kurang dari 5 per 100.000 wanita (di daerah Afrika dan
Asia). Resiko karsinoma endometrium meningkat seiring usia, dimana
kebanyakan kasus terdiagnosa setelah menopause.1,2

Di Indonesia, sebuah penelitian tahun 2005 mendapatkan prevalensi


kanker endometrium di Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia penderita yang
cenderung lebih muda pada penelitian tersebut jika dibandingkan dengan
penderita di negara-negara barat dan eropa (berusia>50 tahun terbanyak),
kemungkinan disebabkan di indonesia pengguanaan TSH masih sangat jarang.
Pemakaian TSH menyebabkan tingginya jumlah penderita kanker ini di negara
Barat dan Eropa di era tahun 70-an.6

2.3 Etiologi

Kanker endometrium dapat berasal dari endometrium normal, atrofi, atau


hiperplasia endometrium yang diklasifikasikan menjadi 2 tipe. Tipe I merupakan
bentuk tersering dan dihubungkan dengan peningkatan kadar hormon estrogen
dalam sirkulasi. Tumor ini berawal dari hiperplasia endometrium yang
berkembang menjadi kanker. Secara histologi, tumor ini merupakan
adenokarsinoma endometrioid dengan grade yang rendah dan mengenai 75 – 80
% kasus. Tipe II merupakan kanker dengan grade yang lebih tinggi dan lebih
agresif dan timbul secara spontan. Secara histologi, terdiri atas serous, clear cell,
adenosquamous dan adenokarsinoma grade 3, yang mengenai wanita yang lebih
tua dan tidak memiliki estrogen related precursor. Pada beberapa studi
epidemiologi, lebih difokuskan penilaian faktos risiko kanker endometrium tipe I
yang berhubungan dengan adanya hormon estrogen. Sedangkan faktor risiko
kanker endometrium tipe II lebih sedikit.8

5
Banyak kasus karsinoma endometrium yang dilaporkan pada wanita tanpa
faktor resiko yang sudah diketahui seperti mereka dengan gangguan hormonal.
Beberapa studi menunjukan bahwa sindroma ovarium polikistik dan resistensi
insulin yang merupakan komponen dari sindrom metabolik, dapat berperan dalam
pathogenesis karsinoma endometrium.1,2,6

2.4 Faktor Resiko

Faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya kanker endometrium yaitu


: 5,8
1. Hormone Replacement Therapy
Terapi unopposed estrogen meningkatkan risiko kanker endometrium 2-10
kali dengan risiko relative (RR) rata-rata 4-5 kali dan risiko akan meningkat
seiring dengan lama pemakaian. Pada berbagai penelitian, RR menggunakan
tamoxifen berkisar antara 1 - 7,5 kali meskipun beberapa penelitian kasus-kontrol
tidak menemukan hal ini. Pasien yang mendapat tamoksifen harus diinformasikan
mengenai risiko kanker endometrium yang meningkat dan harus melaporkan
setiap perdarahan yang tidak normal.
Penambahan komponen progesteron baik siklik atau terus menerus akan
mengurangi risiko. Lamanya terapi progestin yang siklik merupakan hal yang
penting, sekurang-kurangnya 10 hari (dianjurkan 14 hari).
2. Late Menopause
Didefinisikan sebagai menopause yang terjadi setelah usia 55 tahun, akan
meningkatkan risiko kanker endometrium dua kali lipat.
3. Nullipara dan infertilitas
Secara keseluruhan, nulipara mempunyai risiko rata-rata untuk menderita
kanker endometrium dua kali lipat dibandingkan wanita dengan paritas satu atau
lebih. Pasien yang melahirkan anaknya terakhir 10-19 tahun yang lalu dan yang <
10 tahun memiliki OR 0,6 (CI 95% 0,4-0,9) dan 0,3 (CI 95% 0,1-0,9) untuk
berkembangnya kanker endometrium bila dibandingkan dengan waktu kelahiran
> 20 tahun yang lalu.

6
4. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
Hanya 5% kasus kanker endometrium yang didiagnosis pada wanita usia
kurang dari 40 tahun. Laporan kasus menduga bahwa sindrom ovarium polikistik
(SOP) yang terdapat pada sekitar 5% wanita usia reproduksi merupakan faktor
risiko kanker endometrium pada wanita yang lebih muda.
5. Obesitas dan hipertensi
Penelitan menunjukkan bahwa wanita gemuk mempunyai risiko kanker
endometrium 2-4 kali lipat. Definisi obesitas adalah indeks massa tubuh diatas 27,
sedangkan hipertensi bukan merupakan faktor risko yang independen.
6. Diabetes Melitus
Diabetes merupakan faktor risiko independent kanker endometrium yaitu
dua kali lipat namun tidak ada data yang dapat menyimpulkan jenis dan lamanya
diabetes dengan risiko kanker endometrium.
7. Hereditary non poliphoid colorectal carcinoma (HNPCC)
Wanita dengan HNPCC yang menderita kanker kolon sebesar 2 sampai
10% namun 5% kasus kanker endometrium terjadi pada wanita yang mempunyai
risiko ini. Wanita ini sepanjang hidupnya mempunyai riisko 22-50% untuk
mengalami kanker endometrium dan tampaknya terjadi pada usia yang lebih muda
sekitar 15 tahun lebih awal dibandingkan wanita tanpa mutasi HNPCC, paling
banyak pada usia antara 40 dan 60 tahun.

2.5 Manifestasi Klinis


Diagnosis dini dari karsinoma endometrium hampir sepenuhnya
bergantung pada pengetahuan dan kesadaran pasien akan adanya perdarahan
pervaginam yang tidak teratur. Sebagian besar keluhan utama yang diderita pasien
kanker endometrium adalah perdarahan abnormal pascamenopause bagi pasien
yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum
menopause. Seorang klinisi harus mengevaluasi dengan teliti adanya perdarahan
saat menstruasi yang berlebihan atau bercak darah. Karena beberapa kelainan atau
tumor jinak juga memberikan gejala serupa. Selain itu keluahan yang dapat
menyertai adalah :

7
 Keluhan keluar sekret putih atau merah muda dari vagina 

 Keluhan nyeri perut bawah atau panggul yang menetap 2 minggu atau lebih
 Nyeri saat berhubungan sex 


Selain perdarahan pasca-menopause, kanker endometrial juga harus


dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan keluhan sebagai berikut7:
 Wanita pasca-menopause dengan piometra
 Wanita pasca-menopause asimtomatik dengan sel-sel endometrium pada
usapan Papanicolaou, khususnya jika ditemukan sel atipik.
 perdarahan uterus yang abnormal, periode menstruasi yang abnormal
 perdarahan yang sangat panjang, berat, atau perdarahan yang sering
berulang (hal ini mengindikasikan adanya lesi pra kanker) diantara periode
normal pada wanita premenopause dengan usia lebih dari 40 tahun
 anemia yang disebabkan kehilangan darah yang berlangsung kronik
 nyeri perut bagian bawah atau kram pelvik
 keputihan yang berwarna putih encer atau bening pada wanita
postmenopause

Pasien tidak langsung mendatangi tenaga medis saat sampai terjadi perdarahan
berbulan-bulan, tahun, atau perdarahan yang berlebihan dan irregular. Pasien
dengan tipe Papillary serous tumour atau clear cell tumour sering datang dengan
gejala dan tanda yang mengindikasikan karsinoma epitel ovarium yang sudah
memberat. Tipe papillary serous tumour dan clear cell tumour adalah termasuk
karsinoma endometrium tipe 2 yang berkembang agresif dan memiliki prognostik
cenderung lebih buruk. Tipe papillary serous tumour (insidensinya 5-10% dari
seluruh kasus) adalah jenis yang tumbuh dari sel endometrium yang atrhropi (
biasanya dari wanita lansia) yang memiliki tipikal histologik pertumbuhan selnya
lebih tidak beraturan, adanya keratinisasi dengan 
 inti yang atipik. Karsinoma
endometrium tipe 2 yang mayor lainnya adalah clear cell tumour dengan insiden
lebih rendah ( <5%). Secara mikroskopik, penampakannya lebih predominan
solid, kistik dan tubular atau dapat bercampur (mixed) dari dua atau lebih bentuk

8
ini2,9

2.6 Diagnosis
Untuk mengevaluasi perdarahan intrauterine abnormal, diagnosis
dilakukan dengan biopsi endometrium. Namun, pada pasien yang tidak dapat
dilakukan biopsi endometrium karena stenosis servikal atau gejala tetap bertahan
walaupun hasil biopsi normal, maka dapat dilakukan dilatasi dan kuretase dengan
anastesi. Prosedur dilatasi dan kuretase sampai saat ini merupakan baku emas
untuk diagnosis kanker endometrium.6
Melalui pemeriksaan mikroskopik biopsi endometrium dan kuret
endoserviks biasanya dapat ditegakkan diagnosis adenokarsinoma jenis
endometrioid atau musinous, tapi jarang dapat dihubungkan dengan lesi awal
berupa adenokarsinoma serviks insitu atau hiperplasia atipik pada endometrium.
Terlebih lagi gambaran histologik kanker endometrium sering tumpang tindih
atau terkontaminasi dengan sel-sel endoserviks. Padahal, darimana pertumbuhan
tumor berasal, apakah dari endometrium atau endoserviks mempengaruhi pilihan
terapi jenis pembedahan dan pasca pembedahan) yang akan dilakukan. Penelitian
terakhir di Jakarta menyatakan bahwa pemeriksaan kimia dengan vimentin dapat
membantu membedakan kanker endometrium dan kanker endoserviks, khususnya
pada gambaran histologi tumpang tindih dengan sensitivitas (93,7%) dan
spesifitas (94,4%) yang cukup tinggi (2,6).
Penggunaan histeroskopi untuk deteksi dini (prosedur diagnostik dengan
melihat langsung kedalam uterus dengan histeroskop yang biasanya dilakukan
bersamaan dengan dilatasi dan kuretase) memiliki sensitifitas dan spesifitas yang
tinggi dalam mendiagnosis dan mengevaluasi uterus jika dicurigai ada lesi awal
karsinoma endometrium. Satu-satunya tumor marker klinis yang berguna dalam
penatalaksanaan kanker endometrium adalah jumlah serum CA-125. Secara
langsung, peningkatan jumlah serum ini menunjukan progresivitas penyakitnya
(sensitivitas 63% dan spesifitas 88% pada level cut off 35 U/mL). Dalam
aplikasinya, pada pasien tingkat lanjut, serum ini dapat membantu mengevaluasi

9
respon terhadap terapi selama dalam penanganan. Namun, meskipun evaluasi
serum ini cukup bermakna, biasanya penemuan klinis lain masih terbatas.2,10
Penggunaan radiologi pada karsinoma endometrium juga masih terbatas.
Secara umum, pada wanita dengan karsinoma endometrium tipe 1 yang
progresifitasnya lebih baik, foto thoraks adalah satu-satunya evaluasi radiologis
yang dibutuhkan dalam diagnosa preoperativ. Visualisasi menggunakan
Computed tomography (CT) atau Magnetic Resonance (MR) biasanya tidak
banyak dibutuhkan. Namun dalam beberapa kasus, MRI dapat membantu
membedakan karsinoma endometrium dan perluasan dari karsinoma serviks
primer. USG transvaginal dapat mendeteksi lesi pada endometrium dengan
ketebalan lebih dari 4-5cm sehingga sangat akurat dalam mendeteksi polip,
mioma, hiperplasia ataupun karsinoma endometrium.6,11
Histologi
Umumnya (70-75% kasus) tipe histologik kanker endometrium adalah
endometrial/endometrioid adenokarsinoma, yaitu karsinoma yang berasal dari
jaringan kelenjar atau karsinoma yang memiliki karakteristik sel-sel tumornya
membentuk struktur seperti kelenjar sehingga membedakan dengan jaringan
endometrium normal. Adanya karsinoma tipe endometrium tipe ini biasanya
dihubungkan dengan tumor grade rendah dan invasi ke miometrium yang kurang
masif. Namun, ketika komponen kelenjar berkurang dan diganti dengan jaringan
96,5% dan spesifitas 93,6% bagi histeroskopi dalam mengenali lesi intra uterin
pada pasien menopause dengan perdarahan pervaginam, termasuk lesi awal
karsinoma endometrium.
Satu-satunya tumor marker klinis yang berguna dalam penatalaksanaan
kanker endometrium adalah jumlah serum CA-125. Secara langsung, peningkatan
jumlah serum ini menunjukan progresivitas penyakitnya (sensitivitas 63% dan
spesifitas 88% pada level cuttoff 35 U/mL). Dalam aplikasinya, pada pasien
tingkat lanjut, serum ini dapat membantu mengevaluasi respon terhadap terapi
selama dalam penanganan. Namun, meskipun evaluasi serum ini cukup bermakna,
biasanya penemuan klinis lain masih terbatas (2,10).

10
Penggunaan radiologi pada karsinoma endometrium juga masih terbatas.
Secara umum, pada wanita dengan karsinoma endometrium tipe 1 yang
progresifitasnya lebih baik, foto thoraks adalah satu-satunya evaluasi radiologis
yang dibutuhkan dalam diagnosa preoperatif. Visualisasi menggunakan Computed
tomography (CT) atau Magnetic Resonance (MR) biasanya tidak banyak
dibutuhkan. Namun dalam beberapa kasus, MRI dapat membantu membedakan
karsinoma endometrium dan perluasan dari karsinoma serviks primer. USG
transvaginal dapat mendeteksi lesi pada endometrium dengan ketebalan lebih dari
4-5cm sehingga sangat akurat dalam mendeteksi polip, mioma, hiperplasia
ataupun karsinoma endometrium. 6,11

Histologi
Umumnya (70-75% kasus) tipe histologik kanker endometrium adalah
endometrial/endometrioid adenokarsinoma, yaitu karsinoma yang berasal dari
jaringan kelenjar atau karsinoma yang memiliki karakteristik sel-sel tumornya
membentuk struktur seperti kelenjar sehingga membedakan dengan jaringan
endometrium normal. Adanya karsinoma tipe endometrium tipe ini biasanya
dihubungkan dengan tumor grade rendah dan invasi ke miometrium yang kurang
masif. Namun, ketika komponen kelenjar berkurang dan diganti dengan jaringan
solid dan sel berlapis, tumor ini akan diklasifikasi sebagai grade yang tinggi,
sebagai tambahan, endometrium yang atropi biasanya lebih dihubungkan dengan
lesi pre-kanker grade tinggi yang umumnya bermetastase.2

11
Empat varian dari tipe endometrioid dan tipe histologis lainnya dapat dilihat
dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi histologik kanker endometrium oleh The International
Society of Gynecologic Pathologist.2,9
1. Endometrioid (75%) (secretory, ciliated, papillary or villoglandular)
2. Adenocarcinoma with squamous differentiation.
3. Adenoacanthoma (benign squamous component)
4. Adenosquamous (malignant squamous component)
5. Uterine papillary serous (5%–10%)
6. Clear cell (1%–5%)
7. Malignant mixed Mullerian tumours or carcinosarcomas (1–2%)
8. Uterine sarcomas (leiomyosarcoma, endometrial stromal sarcoma,
undifferentiated) (3%)
9. Mucinous (1%)
10. Undifferentiated.

Berdasarkan histopathologinya, terdapat 2 jenis kanker endometrium,


yaitu adenokarsinoma endometrium tipe 1 dengan karakteristik berdiferensiasi
baik dan invasi secara superfisial. Tipe ini sensitif terhadap progesteron dan
penderita cenderung memiliki prognosis yang baik. Adenokarsinoma
endometrium tipe 2 berdiferensiasi dengan buruk atau bertipe histologik yang
agresif (clear cell, papillary serous) dan berinvasi ke miometrium. Prognosis
penderita tipe ini kurang baik dan memiliki survival rate yang lebih rendah
dibanding penderita tipe 1. Selain itu pada beberapa jenis adenokarsinoma
endometrium tipe 2 ditemukan peningkatan molekul-molekul yang umumnya
ditemukan pada tipe 1, ini mengindikasikan bahwa adenokarsinoma endometrium
tipe 2 dapat terjadi sebagai perburukan dari tipe 1 yang telah ada sebelumnya9.

Stadium
Pada literatur lama, terdapat 2 jenis stadium pada kanker endometrium,
yaitu stadium klinis dan stadium surgikal. Stadium klinik bertujuan untuk

12
menentukan jenis terapi yang akan diberikan, sedangkan stadium surgikal
bertujuan untuk menentukan terapi adjuvannya.6,9
Kini penentuan stadium telah bergeser dari stadium klinik ke stadium
surgikal/operasi. Akan tetapi stadium klinik masih dipergunakan bila penderita
dipertimbangkan tidak dapat menjalani proses pembedahan. Pembagian stadium
menurut FIGO (the International Federation of Gynecology and Obstetric) 2019
terlampir dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pembagian Stadium FIGO 2009
STAGE STAGE FIGO STAGE DESCRIPTION
GROUPING STAGE

I T1 I The cancer is growing inside the uterus. It may


also be growing into the glands of the cervix,
N0 but not into the supporting connective tissue of
the cervix (T1).

M0 It has not spread to nearby lymph nodes (N0)


or to distant sites (M0).
IA T1a IA The cancer is in the endometrium (inner lining
of the uterus) and may have grown less than
N0 halfway through the underlying muscle layer
of the uterus (the myometrium) (T1a).

M0
It has not spread to nearby lymph nodes (N0)
or to distant sites (M0).
IB T1b IB The cancer has grown from the endometrium
into the myometrium. It has grown more than
N0 halfway through the myometrium, but has not
spread beyond the body of the uterus (T1b).

M0
It has not spread to nearby lymph nodes (N0)
or to distant sites (M0).
II T2 II The cancer has spread outside the uterus, but
has not spread to the inner lining of the rectum
N0 or urinary bladder (T3).

M0 It has not spread to nearby lymph nodes (N0)


or to distant sites (M0).

13
III T3 III The cancer has spread outside the uterus, but
has not spread to the inner lining of the rectum
N0 or urinary bladder (T3).

M0 It has not spread to nearby lymph nodes (N0)


or to distant sites (M0).
IIIA T3a IIIA The cancer has spread to the outer surface of
the uterus (called the serosa) and/or to the
N0 fallopian tubes or ovaries (the adnexa) (T3a).

M0 It has not spread to nearby lymph nodes (N0)


or to distant sites (M0).
IIIB T3b IIIB The cancer has spread to the vagina or to the
N0 tissues around the uterus (the parametrium)
(T3b).

M0 It has not spread to nearby lymph nodes (N0)


or to distant sites (M0).
IIIC1 T1 – T3 III C1 The cancer is growing in the body of the
N1. N1mi uterus. It may have spread to some nearby
tissues, but is not growing into the inside of the
Atau N1a
bladder or rectum (T1 to T3).

It has also spread to pelvic lymph nodes (N1,


M0 N1mi, or N1a), but not to lymph nodes around
the aorta or distant sites (M0).
IIIC2 T1 – T3 IIIC2 The cancer is growing in the body of the
N1. N1mi uterus. It may have spread to some nearby
tissues, but is not growing into the inside of the
Atau N1a
bladder or rectum (T1 to T3).

M0 It has also spread to lymph nodes around the


aorta (para-aortic lymph nodes) (N2, N2mi, or

14
N2a), but not to distant sites (M0).
IVA T4 The cancer has spread to the inner lining of the
Any N rectum or urinary bladder (called the mucosa)
(T4).

M0 It may or may not have spread to nearby lymph


nodes (Any N), but has not spread to distant
sites (M0).
IVB Any T IVB The cancer has spread to inguinal (groin)
Any N lymph nodes, the upper abdomen, the
omentum, or to organs away from the uterus,
such as the lungs, liver, or bones (M1).

The cancer can be any size (Any T) and it


might or might not have spread to other lymph
M1 nodes (Any N).

Gambar 2.1 Staging FIGO 2019

15
Penilaian FIGO secara pathologis meliputi 2 :
1. Kedalaman invasi ke miometrium (ratio invasi dan total ketebalan
miometrium).
2. Keterlibatan serviks (invasi stroma/glandular)
3. Ukuran tumor dan lokasi ( fundus, segmen bawah rahim, atau serviks)
4. Meluasnya tumor ke tuba fallopi dan ovarium.
5. Grade tumor dan tipe histologis sel
6. Invasi ke kelenjar lmfe dan pembuluh darah /Lymphovascular space
invasion (LVSI)
7. Status kelenjar limfe. Tingkat insidensi keterlibatan kelenjar limfe dalam
klasifikasi FIGO ; stage IA :5%, IB :10%, IC; 15%, II: 20%, III : 55%.

Grade
Pada grade 1 lesi minimal dengan kecenderungan belum menyebar keluar
uterus, tumor grade 2 memiliki prognosis sedang / intermediet, dan grade 3
identik dengan meningkatnya potensi invasi dalam miometrium serta metastase
nodular ke jaringan luar. Metastase kgb pelvis dan para aorta meningkat dengan
meningkatnya grade. Pembagian karsinoma endometrium dalam grade yang
paling umum digunakan di seluruh dunia adalah berdasarkan FIGO.9

Tabel 2.3 Kriteria Histopatologik untuk menentukan grade FIGO


Grade Defenition
1 ≤5 % of a non squamous or nonmorular solid growth
pattern
2 6-50 % of a non squamous or nonmorular solid growth
pattern
3 >50% of a non squamous or nonmorular solid growth
pattern

Untuk menentukan stadium surgikal kanker uterus, dua faktor prognosis-


grade dan kedalaman invasi miometrium harus dicantumkan dalam penulisannya.

16
2.7 Terapi

Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan


pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi,
sedangkan staging surgikal (surgical staging) yang meliputi histerktomi simpel
dan pengambilan contoh kelenjar getah bening para aorta adalah penatalaksanaan
umum adenokarsinoma endometrium. Staging surgikal dengan bantuan
laparoskopi untuk kanker endometrium stadium 1 telah banyak dilaporkan, yaitu
meliputi histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi disertai
limpadenektomi kgb
pelvis dan para-aorta.2,6

Pembedahan
Pasien dengan karsinoma endometrium sebagian besar harus menjalani
histerektomi. Penentuan stadium surgikal meliputi insisi mediana, bilasan
peritoneum, eksplorasi metastasis, histerektomi total, salpingoforektomi bilateral,
limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta. Beberapa ahli hanya
melakukan sampel biopsi pada kelenjar getah bening, terutama pada yang
mengalami pembesaran.2,6
Pada stadium II dimana terbukti ada keterlibatan endoserviks, prosedur
pengangkatan uterus dilakukan secara radikal (histerektomi radikal). Akan tetapi,
beberapa ahli tetap melakukan histerktomi total apabila diyakini bahwa keganasan
memang berasal dari endometrium, dengan alasan lokasi kekambuhan terbanyak
pada vagina dan angka kekambuhan yang kurang dari 10%.6.12
Pada stadium III dan IV dapat dilakukan radiasi, dan/ atau kemoterapi.
Penanganan pasien stage III dan IV sangat bersifat individual dengan radiasi dan
kemoterapi. Pada beberapa literatur untuk stage III dan IV dengan metastase
masih menganjurkan dilakukan histerektomi paliativ dengan pengangakatan
kedua tuba dan ovarium serta eksisi metastase bila mungkin, tergantung kondisi
pasien, manfaat yang diharapkan dan keputusan tim ahli. Pembedahan dapat
diikuti dengan terapi radiasi dan kemoterapi.6,9

17
Radioterapi
Stadium I dan II yang inoperabel secara medis hanya diberi terapi radiasi,
angka ketahanan hidup 5 tahunnya menurun 20-30 % dibanding pasien dengan
terapi operatif dan radiasi. Pada pasien dengan resiko rendah (stadium IA grade
1atau 2) tidak memerlukan radiasi ajuvan pascaoperasi. Radiasi ajuvan diberikan
pada :
1. Penderita stadium 1, apabila berusia diatas 60 tahun, grade III dan atau
invasi melebihi setengah miometrium.
2. Penderita stadium II A/II B, grade I,II,III
3. Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberikan terapi secara
tersendiri.2,6

Terapi medikamentosa
Kemoterapi
a. Cisplatin dan doxorubicin adalah agen yang paling sensitif
b. Agen kemoterapi lain adalah paclitaxel, doxorubicin, dan ifosfamide.
Hormon
Tumor yang mempunyai reseptor estrogen dan progesteron akan
memberikan respon yang lebih baik terhadap terapi hormon. Pemberian progestin
oral sama efektifnya dengan pemberian intramuskular. Sepertiga pasien yang
mengalami kekambuhan memberikan respon terhadap progestin.2,6
Dosis yang dianjurkan :
- Depo-Provera, 400mg IM per minggu
- Provera, 200 mg per oral 4 x sehari
- Megastrol acetate (Megace), 800 mg per oral 4 x sehari.

18
2.8 Pengamatan Lanjut

Untuk pasien dengan stadium I dan II, evaluasi dilakukan setiap 6 bulan
selama 3 tahun pertama dan setelah itu cukup setahun sekali. Pap smear dilakukan
setiap tahun. Tidak dibutuhkan rontgen thoraks secara rutin. Level CA-125 harus
dipantau jika saat diagnosis terdapat peningkatan.6
Untuk pasien dengan stadium III dan IV, evaluasi dilakukan lebih sering,
dengan interval 3 bulan di 2 tahun pertama, interval 6 bulan untuk 3-5 tahun
berikutnya dan selanjutnya setahun sekali. Pap smear dilakukan setiap 6 bulan.
Foto thoraks dibutuhkan setiap tahun. Level CA-125 harus dipantau jika saat
diagnosis terdapat peningkatan.6
Pasien karsinoma endometrium dapat dibagi kedalam kelompok pengobatan
berdasarkan resiko kekambuhan dan prognostik penyakitnya13 :
1. Resiko rendah : karsinoma endometrium terbatas pada endometrium (stage
IA : tidak ada atau invasi <50% miometrium)
2. Resiko intermediet/menengah : karsinoma endometrium pada daerah
endometrium dan menginvasi miometrium >50%, termasuk pasien dengan
stage IA, IB dan sebagian pasien dengan stage II yang belum menginvasi
ke serviks.
3. Resiko tinggi : termasuk didalamnya pasien dengan karsinoma
endometrium yang melibatkan serviks, stage II, III, IV, dan pasien dengan
karsinoma endometrium tipe 2 yang agresif seperti papillary serous
tumour dan clear cell tumor.

2.9 Residif dan penanganannya

Pada penelitian Sofian A (2005), angka bebas dari kekambuhan penderita


kanker endometrium pada tahun pertama adalah 97,8 %dan angka bebas dari
kekambuhan pada tahun kelima adalah 71,9%. Angka ini sedikit rendah
dibandingkan jika semua penderita tidak mempunyai faktor resiko derajat
diferensiasi dan invasi miometrium, dimana rata-rata bebas kekambuhan dalam 3
tahun dapat mencapai 92,7%. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ketahanan hidup
penderita cukup baik.6

19
Pilihan terapi untuk pasien residif meliputi terapi hormonal dan
kemoterapi. Terapi hormonal merupakan pilihan utama bagi pasien dengan
diferensiasi baik dan sedang. Respon terapi endokrin akan maksimal pada kasus
kanker endometrium berdsiferensiasi baik, disease free interval setelah terapi
utama yang panjang dan meningkatnya konsentrasi reseptor progesterone.9
Kemoterapi untuk pasien kanker endometrium stadium lanjut yang residif
bersifat paliatif. Sebagian kecil penderita yang mengalami remisi komplit,
responya akan bertahan sampai beberpa tahun. Tidak ada keuntungan
mengombinasikan kemoterapi dengan terapi hormonal.6,12

2.10 Prognosis

Kanker endometrium biasanya terdiagnosa pada stadium awal. 70%


sampai 75% kasus terdiagnosis pada stadium I; 10% sampai 15% kasus pada
stadium II; 10% sampai 15% kasus pada stadium 3 atau 4. Hal ini memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan kanker ginekologi yang lain, seperti kanker
serviks dan kanker ovarium.Wanita Afrika-Amerika mempuyai prognosis yang
lebih buruk dibandingkan wanita Kaukasia, hal ini disebabkan tingginya kasus
subtipe yang agresif pada populasi wanita Afrika-Amerika.

Survival rate 5 tahun untuk penderita kanker endometrium yang diterapi


dengan tata laksana yang sesuai ialah :

 75% - 95% untuk stadium I


 50% untuk stadium II
 30% untuk stadium III
 kurang dari 5% untuk stadium IV

20
DAFTAR PUSTAKA
1. Endometrial Cancer 2013 Report. American Institute for Cancer Research.
http://www.dietandcancerreport.org.
2. Barbara L, Hoffman w. Et al. Williams Gynecology. Second Edition.
McGraw-Hill Companies.Inc. United States. 2008
3. Hacker NF. Uterine cancer . In: Berek JS, Hacker NF. Practical
Gynecologic Oncology, 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2005; 397-435.
4. Brand A, et al. Diagnosis of endometrial cancer in women with abnormal
vaginal bleeding. SOGC Clinical Practice Guideline.2000; 86: 1-3
5. American Cancer Society Guidelines for the Early Detection of Cancer:
Update of Early Detection Guidelines for Prostate, Colorectal, and
Endometrial Cancer. Cancer J Clin 2001;51;38-75
6. Farid M. Abdul S. Onkologi ginekologi. Edisi 1. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo. Jakarta 2006
7. Stern J. Uterus : Endometrial Carcinoma. Womens Cancer Information
Center. http://www.womenscancercenter.com/info/types/uterus.html .
Diakses tanggal 19-03-2015.
8. Sonoda Y. Screening and the prevention of gynecologic cancer :
endometrial cancer. Best bractice and research clin obstet and gynecol
2006; 20(2): 363-377
9. Platnois G, Castiglione M. Endometrial Cancer. :ESMO Clinical Practice
Guidelines for diagnosis, treatment and follow up. Annals of Oncology 21
: V41-V45. 2010. http://annonc.oxfordjournals.org/.
10. Sebastianelli A. Preoperative CA-125 Tumour marker in Endometrial
Cancer : Correlation with Advanced Stage Disease. Gynaecology. JOGC.
September 2010 : 856-860.
11. Yela D.A, Et al. Comparative Study of Trasvaginal Ultrasound and
Outpatient Hysterecopy for Diagnosing Pathologic endometrial Lession in
Postmenopausal Women. Revised Association Medical Brass 2009 ; 55
12. Endometrial Cancer. CLINICAL PRACTICE GUIDELINE GYNE-002.
Alberta healt Service 2014. http://Albertahealthservices.ca/
13. William T, Marion J. Endometrial Cancer treatment protocol.
Distinguished University Professor, Department of Obstetrics and
Gynecology, Medical University of South Carolina College of Medicine.

21

Anda mungkin juga menyukai