REFERAT
Penyusun:
Windy Ulfagialini, S.Ked.
71 2018 070
Pembimbing:
dr. Irma Yanti, Sp. S.
DEPARTEMEN NEUROLOGI
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
2
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
Judul:
CARPAL TUNNEL SYNDROME
Oleh:
Windy Ulfagialini, S.Ked.
Telah dilaksanakan pada bulan Januari 2020 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Carpal
Tunnel Syndrome” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan
Klinik di SMF Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Irma Yanti, Sp.S selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu
Penyakit Saraf Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian referat
ini.
2. Rekan-rekan dokter muda atas kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi semua dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
BAB III. KESIMPULAN ................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26
5
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan neuropati akibat tekanan terhadap
nervus medianus didalam terowongan karpal pada pergelangan tangan,
tepatnya dibawah fleksor retinaculum. Carpal tunnel syndrome adalah
kumpulan gejala khas dan tanda-tanda yang terjadi termasuk kompresi saraf
medianus dalam terowongan karpal. Gejala yang termasuk adalah mati rasa,
paresetesia, dan nyeri pada distribusi saraf medianus. Gejala ini mungkin atau
tidak disertai dengan perubahan obyektif dalam sensasi dan kekuatan struktur
medianus yang diinervasi di tangan.4
Sindroma ini dulu juga dikenal sebagai acroparesthesia, median thenar
neuritis, atau partial thenar atrophy. Diagnosis carpal tunnel syndrome berupa
adanya nyeri, mati rasa dan kesemutan yang dapat menjalar hingga pundak
dan leher, gangguan ini sering terjadi di malam hari saat tidur dengan posisi
tidur berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel
syndrome akibat aktivitas repetitif yang menimbulkan mati rasa dan nyeri,
perlu dilakukan gerakan pergelangan tangan, tangan dan jari tangan. Selain
itu, pengobatan yang efektif bagi penderita carpal tunnel syndrome dengan
menggunakan splint (balut tangan), injeksi kortikosteroid dan pembedahan.5
Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome didiagnosis tanpa disertai dengan
penyebab yang khusus dan pada beberapa penderita diartikan oleh faktor
genetik.
2.2 Epidemiologi
Epidemiologi carpal tunnel syndrome di USA 1-3 kasus dari 100 populasi
per tahun. Insiden mungkin meningkat menjadi 150 per 1000 subyek per tahun
dengan prevalensi rata-rata 500 kasus per 1000 subyek di populasi yang
resiko tinggi. Berdasarkan mortalitas dan morbiditas, carpal tunnel syndrome
tidak lah fatal tetapi bisa menyebabkan kerusakan saraf medianus yang
8
2.3 Etiologi
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh saraf medianus juga
dilalui beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada saraf
medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrome.
Pada sebagian kasus, etiologinya tidak diketahui terutama pada penderita
lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang
pada pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan
pada pergelangan tangan termasuk carpal tunnel syndrome
Pada kasus yang lain etiologinya adalah :7
1. Herediter
Neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya
HMSN (hereditary motory and sensory neuropathies ) tipe III.
2. Trauma
Dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan.
Sprain pada pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan
tangan.
3. Pekerjaan
Gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerjaan kasar
yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama pemain
piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga
merupakan penyebab yang mendasari carpal tunnel syndrome.
4. Infeksi
Tenosinovitis, tuberkulosis tulang, sarkoidosis
5. Metabolik
9
2.5 Patofisiologi
Adanya disproporsi antara volume CT dengan isinya, yaitu
bertambahnya volume dari isi carpal Tunnel atau berkurangnya volume dari
CT tersebut. Dengan adanya Disproporsi akan terjadi penekanan pd vasa
vasorum dari N. Medianus serta ischemic sehingga akan menekan syaraf pada
pembedahan akan tampak syaraf yang pipih seperti pita.
10
Pada keadaan tersebbut juga diiikuti adanya proliferasi dari fibroblast serta
iskemik pada jaringan ikat yang mengalami konstriksi. Pada tahap akhir
dari kompresi saraf, akan terjadi defek pada motorik maupun sensorik.
Dasar patofisiologi dari penekanan dari saraf ini di awali dengan
berkurang nya aliran darah yang timbul dengan tekanan 20 – 30 mmHg. Pada
penderita CTS tekanan pada terowongan sedikitnya mencapai 33 mmHg dan
bahkan sering mencapai 110 mmHG saat pergelangan tangan pada dalam posisi
ekstensi posisi dorsofleksi ini nampaknya merupakan posisi yang
meningkatkan tekanan intra karpal yang paling tinggi. Tekanan sebesar 50
mmHG selama 2jam akan menyebabkan oedema epineurium bila tekanan
tersebut berlangsung selama 8 jam maka akan mengakibatkan tekanan cairan
endoneurium meningkat sebesar 4 kali dan menghambat transport aksonal jika
trauma ini terus terjadi pada endotel kapiler maka akan semakin banyak protein
yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga oedema makin menghebat
dengan demikian lingkaran akan terjadi.
Dampak yang terjadi lebih nyata pada endoneurium, karena lebih banyak
eksudat dan oedema yang menumpuk disana akibat tidak dapat menembus
perineurium. Perineurium lebih tahan terhadap perubahan tekanan karena
kelenturan.
Kelemahan dan atrofi otot – otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi
ini semakin tak terobati.
2.7 Diagnosis
Diagnosis carpal tunnel syndrome ditegakan berdasarkan gejala-gejala
yang ada dan didukung oleh beberapa pemeriksaan:
1. Anamnesis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal
biasanya berupa parestesia, hilangnya sensasi atau rasa seperti terkena
aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-
kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan paresetesi biasanya
lebih menonjol di malam hari.
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih
berat pada malam hari sehinga sering membangunkan penderita dari
tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat
atau menggerak-gerakan tangannya atau dengan meletakan tangannya
pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita
lebih banyak mengistirahatkan tangannya. 9
2. Pemeriksaan fisik
Haruslah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan
perhatian khusus pada fungsi motorik, sensorik, dan otonom tangan.
Beberapa pemeriksaan tes provokasi yang dapat membantu menegakan
diagnosis carpal tunnel syndrome adalah sebagai berikut:
a. Flick’s sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong
diagnosa.
b. Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi terdapat atrofi otot-otot thenar.
c. Wrist extension test
14
4. Pemerksaan radiologis
Pemeriksaan foto rontgen pada pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah penyebab dari CTS terdapat penyebab lain seperti fraktur
atau artritis.
5. Pemeriksaan laboratorium
Bila etiologi dari CTS belum jelas seperti pada usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila
nyeri bertambah.9
2.9 Tatalaksana
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome, kasus ringan bisa doiobati dengan
obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit
pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama
minimal dua bulan, terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang.
Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid local yang mengurangi
peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala cukup mengganggu operasi sering
dianjurkan untuk meringankan kompresi Oleh karena itu sebaiknya terapi
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:9
a. Terapi konservatif
1. Istirahatkan pergelangan tangan
2. Obat anti inflamasi non steroid
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai
dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama
2-3 minggu.
b. Operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan
dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang
berat atau adanya atrofi otot-otot thenar.
2.10 Pencegahan
Pencegahan pada CTS dapat dilakukan dengan :
2.11 Prognosis
Pada CTS, prognosis biasanya baik. Terdapat bebrapa faktor yang dapat
menyebabkan prognosis menjadi buruk, seperti status mental dan penggunaan
alkohol. Gejala bilateral dan manuver Phalen yang positif merupakan
indikator prognosis yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa 34% pasien
CTS idiopatik mengalami resolusi sempurna dalam 6 bulan. Bila setelah
dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini : 10
18
BAB III
KESIMPULAN