Anda di halaman 1dari 27

TUGAS BESAR

SISTEM PENGELOLAAN AIR BUANGAN DAN HUJAN

NAMA : REIFALDY TSANY BETTA ARYANTO


NIM : 104217013
KELAS : EV

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem drainase adalah sebuah sistem pengaliran yang tertuju untuk mencegah genangan
di suatu wilayah dan mengalirkan limpasan air hujan ke saluran atau badan air. Pada mulanya,
sistem drainase sudah terbentuk secara alami. Pertumbuhan penduduk dan dampak urbanisasi
suatu wilayah yang cepat menyebabkan sistem drainase alami tersebut tidak berfungsi optimal dan
dapat terjadi banjir. Hal tersebut akan terjadi jika pengelolaan kota tidak berjalan dengan baik,
khususnya dalam sistem drainase kota tersebut. Peningkatan pengelolaan diantaranya mencakup
bagaimana merencanakan suatu sistem drainase yang berkesinambungan yang terdiri dari
pembuatan Rencana Induk, Studi Kelayakan, dan Rencana Detail (Krispratmadi, dkk. 9).
Pada perencanaan sistem drainase perkotaan terdapat paradigma lama dan baru. Paradigma
baru menyempurnakan pemikiran yang terdapat dalam paradigma lama yang berkonsep air
berlebih secepatnya langsung dialirkan ke sungai dan akhirnya ke laut untuk mencegah adanya
genangan. Dengan perkembangan pemikiran, terbentuk paradigma baru yang berkonsep ramah
lingkungan, dengan mengelola air hujan dengan berbagai metode yang bertujuan untuk konservasi
air tanah yang dapat digunakan kembali.
Dalam perencanaan sistem drainase perkotaan ini digunakan pedoman dari Buku Sistem
Drainase Perkotaan, Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Pedoman
tersebut umum digunakan di Indonesia untuk perencanaan sistem drainase perkotaan yang
berwawasan lingkungan.

1.2 Ruang Lingkup


Dalam perencanaan sistem drainase perkotaan memuat perhitungan desain drainase dan
luas wilayah yang terbagi atas 10 jenis, yaitu:
i. Pemukiman sangat padat
ii. Pemukiman dengan kepadatan rata-rata
iii. Pemukiman tidak padat
iv. Stasiun
v. Pertokoan
vi. Perkantoran
vii. Rumah Sakit
viii. Hotel
ix. Masjid
x. Sekolah

1.3 Tujuan
Perencanaan sistem drainase perkotaan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya genangan
di wilayah perkotaan yang dapat mengganggu aktivitas warga serta dapat merugikan dalam aspek
materiil.
BAB II
PENGOLAHAN DATA DAN LOKASI
Kota Ku adalah sebuah kota metropolitan yang memiliki kepadatan penduduk cukup padat
dan memiliki luas 46,411 hektar. Untuk mencegah terjadinya banjir diperlukan perencanaan sistem
drainase yang baik. Karena hal tersebut, maka diperlukan data-data untuk mendukung perhitungan
sistem drainase kota.

2.1 Data Spasial


Perencanaan sistem drainase kota memerlukan data luasan area dan curah hujan di
perkotaan tersebut. Mengacu pada pedoman perencanaan, koefisien pengaliran dibedakan
berdasarkan karakteristik wilayah. Maka luas area perlu memperhatikan karakteristik wilayah.
Umumnya pada perencanaan sistem drainase kota, data spasial yang digunakan adalah data 10
tahun kedepan. Untuk perencanaan sistem drainase kali ini digunakan data spasial berupa peta kota
yang diproyeksikan untuk tahun 2029. Luas per kategori tersebut digunakan untuk mendapatkan
debit air hujan pada setiap luasan area dan jenisnya.
Tabel 2.1 Data luas area Kota Ku
Jenis Peta (mm2) Kota (ha) Jenis Peta (mm2) Kota (ha)
A1 4080678 2,040339 ST 1818935 0,9094675
A2 2175057 1,0875285 PS1 1068234 0,534117
A3 1180382 0,590191 PS2 2069920 1,03496
A4 2245337 1,1226685 K1 1530303 0,7651515
A5 1610145 0,8050725 K2 2434942 1,217471
A6 3267675 1,6338375 K3 1825345 0,9126725
A7 695665 0,3478325 S1 1232552 0,616276
A8 868047 0,4340235 S2 761487 0,3807435
A9 625004 0,312502 S3 1010916 0,505458
A10 3049875 1,5249375 M1 651510 0,325755
A11 5463366 2,731683 M2 2439949 1,2199745
B1 2242637 1,1213185 H1 608374 0,304187
B2 1505227 0,7526135 RS 1121061 0,5605305
B3 1016436 0,508218 TOTAL 18573528 9,286764
B4 3095432 1,547716
B5 2171743 1,0858715
B6 3419733 1,7098665
B7 714142 0,357071
B8 2280812 1,140406
B9 1846003 0,9230015
B10 1950640 0,97532
C1 1741093 0,8705465
C2 312188 0,156094
C3 1785952 0,892976
C4 5354070 2,677035
C5 4394212 2,197106
C6 391064 0,195532
C7 14765743 7,3828715
TOTAL 74248358 37,124179
Gambar 2.1 Peta saluran drainase kota

Gambar 2.2 Peta topografi kota


2.2 Data Hidrologi
Data spasial yang telah didapatkan dari peta digabungkan dengan data hidrologi untuk
mengetahui curah hujan kota. Sama halnya dengan data spasial, data hidrologi yang digunakan
adalah hasil metode perhitungan proyeksi tahun 2029.

Tabel 2.2 Data curah hujan Kota


Tahun Curah Hujan Tahun Curah Hujan
1992 44,2 2005 41,0
1993 76,8 2006 21,7
1994 74,3 2007 48,8
1995 29,9 2008 74,8
1996 33,9 2009 43,5
1997 49,5 2010 21,9
1998 98,3 2011 36,9
1999 51,6 2012 41,3
2000 31,5 2013 51,3
2001 46,0 2014 52,1
2002 74,1 2015 46,1
2003 55,4 2016 39,1
2004 88,5

Tabel 2.3 Data Periode Ulang Hujan


PUH Curah Hujan
2 45,2116
5 66,5007
10 82,6053
25 103,8944
50 119,9989
100 136,1035
BAB III
METODE
3.1 Hidrologi
Dalam perencanaan sistem drainase perkotaan dibutuhkan dibutuhkan metode hidrologi
untuk mendapatkan proyeksi data curah hujan pada masa yang akan datang. Perhitungan metode
hidrologi melalui tahapan sebagai berikut:

1. Analisis Curah Hujan Harian Maksimum


Dalam melakukan analisis curah hujan dapat digunakan metode:
i. Metode Gumbel
𝑋𝑡 = 𝑋̅ + 𝐾𝜎
Keterangan:
Xt :Nilai curah hujan maksimum pada periode ulang tertentu
𝑋̅ : rata-rata curah hujan
K : Faktor frekuensi (tergantung dari periode ulang hujan)
σ : Standar deviasi dari data yang dianalisis

𝑦𝑇 − 𝑦̅𝑛
𝐾=
𝑆𝑛
Keterangan:
YT : fungsi dari periode ulang
𝑦̅𝑛 : Reduce medan atau fungsi dari ukuran sampel (tabel terlampir)
𝑆𝑛 : Reduce standar deviation atau fungsi dari standar deviasi (tabel terlampir)

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
𝜎= √
𝑁−1
Keterangan:
N : Jumlah data yang digunakan

𝑇
𝑦𝑇 = −[𝑙𝑛. 𝑙𝑛 ]
𝑇−1
Keterangan:
T : Tahun PUH yang digunakan

ii. Metode Log Pearson III


Data curah hujan diubah menjadi bentuk logaritmik untuk mendapatkan rata-
rata dengan persamaan sebagai berikut:
∑𝑛𝑖=0 log 𝑅
̅
𝑙𝑜𝑔𝑅 =
𝑛
Setelah mendapat nilai rata-rata dari data tersebut, kemudian hitung nilai dari
simpangan baku dengan pesamaan sebagai berikut:
1
∑𝑛𝑖=1(log 𝑅𝑖 − log 𝑅̅ )2 2
𝑆=[ ]
𝑛−1

Untuk menentukan nilai koefisen dari K dengan menggunakan tabel yang


berdasarkan pada koefisien kemencengan (G) dengan persamaan sebagai berikut:
2
𝑛 ∑𝑛𝑖=1(log 𝑅𝑖 − log 𝑅̅ )
𝐺=
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆 3

Curah hujan dengan PUH10 dihitung dengan persamaan sebagai berikut:


log 𝑅𝑇 = log 𝑅̅ + 𝐾𝑆

iii. Metode Distribusi Normal


Metode distrbusi normal atau biasa disebut metode Gauss dengan perhitungan
sebagai berikut:

𝑋𝑡 = 𝑋̅ + 𝐾𝜎
Keterangan:
XT : Perkiraan nilai dengan periode ulang T
𝑋̅ : nilai rata-rata
KT : Faktor frekuensi (tabel terlampir) S = standar deviasi
Hasil dari ketiga metode yang dihitung, digunakan nilai PUH10 yang terbesar untuk
dapat mengatasi kekeliruan perhitungan perencanaan sistem drainase.
3.2 Desain Bangunan Drainase
Dalam perencanaan sistem drainase perkotaan dibutuhkan data jalur, saluran, dan dimensi
saluran drainase. Perhitungan dimensi saluran drainase dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Penentuan Jalur Saluran Drainase
Jalur drainase ditentukan dengan memperhitungkan topografi perkotaan dan
memaksimalkan gaya gravitasi untuk mengaliri air limpasan hujan dalam sistem drainase
perkotaan.

2. Penentuan Luas Area Pelayanan


Luas area pelayanan sistem drainase ditentukan berdasarkan jenis kelompok pemukiman
yang terbagi atas 10 kelompok, yaitu:
i. Pemukiman sangat padat
ii. Pemukiman dengan kepadatan rata-rata
iii. Pemukiman tidak padat
iv. Stasiun
v. Pertokoan
vi. Perkantoran
vii. Rumah Sakit
viii. Hotel
ix. Masjid
x. Sekolah

3. Penentuan Nilai Koefisien Pengaliran Tiap Segmen


Dengan panduan buku jilid IA ditentukan koefisien pengaliran tiap wilayah (Ci) yang
di olah menjadi data Koefisien pengaliran segmen (Ceq) dengan persamaan sebagai
berikut:
∑(𝐶. 𝐴)
𝐶𝑒𝑞 =
∑𝐴

4. Penentuan Panjang Limpasan dan Saluran


Panjang limpasan air hujan dihitung yang terjauh dalam salah satu luasan pada satu
segmen dan panjang saluran dihitung pada peta tiap segmen.

5. Perhitungan Kemiringan Saluran


Kemiringan saluran dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
∆ℎ
𝑆=
𝐿𝑑

6. Waktu Limpasan Air di Permukaan Tanah


6.33(𝑛. 𝐿0 )0.6
𝑡0 =
(𝐶. 𝐼)0.4 (𝑆)0.3

7. Waktu Pengaliran Air dalam Saluran


4.763 𝐿𝑑
𝑡𝑑 =
(𝑅𝑡 . 𝐿𝑑 )0.5 (𝐴. 𝐶)0.1 (𝑆)0.2
8. Kecepatan dalam Saluran
𝑣𝑑 = 0.0035(𝑅𝑡 . 𝐿𝑑 )0.5 (𝐴. 𝐶)0.1 (𝑆)0.2

9. Intensitas Curah Hujan


Curah hujan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑅𝑡 24 2/3
𝐼= ( )
24 𝑡𝑐

10. Perhitungan Debit Saluran


Nilai debit aliran saluran dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
𝑄 = 0.00278. 𝐶. 𝐼. 𝐴

11. Perhitungan Dimensi Saluran


Dengan perhitungan debit yang telah dilakukan, dimensi saluran dpat ditentukan
dengan persamaan sebagai berikut:
𝑄
𝐴𝐷 =
𝑉𝑑
Setelah perhitungan luas penampang saluran, dimensi saluran dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
1
𝐴𝐷 2
𝑦𝑒 = ( )
2

BAB IV
HASIL DAN KESIMPULAN
4.1 Hidrologi
1. Analisis Curah Hujan Harian Maksimum
Pada perencanaan sistem drainase perkotaan digunakan perhitungan curah hujan harian
maksium dengan metode:
i. Contoh Perhitungan Metode Gumbel
Contoh perhitungan metode gumbel menggunakan data pada PUH10 dengan
perhitungan sebagai berikut:
𝑋𝑡 = 𝑋̅ + 𝐾𝜎
𝑋𝑡 = 50,9 + (1,58 × 19,88)
𝑋𝑡 = 82.22 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
dengan standar deviasi dihitung menggunakan:
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
𝜎=√
𝑁−1

9489.16
𝜎=√
25 − 1
𝜎 = 19.88

dan untuk menentukan nilai K menggunakan:


𝑦𝑇 − 𝑦̅𝑛
𝐾=
𝑆𝑛
2,2504 − 0,5309
𝐾=
1.0915
𝐾 = 1.58

Dengan nilai yT didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:


𝑇
𝑦𝑇 = −[𝑙𝑛. 𝑙𝑛 ]
𝑇−1
10
𝑦𝑇 = −[𝑙𝑛. 𝑙𝑛 ]
10 − 1
𝑦𝑇 = 2.2504
ii. Contoh Perhitungan Metode Log Pearson III
Contoh perhitungan metode log pearson III menggunakan data pada PUH10 dengan
perhitungan sebagai berikut:
∑𝑛𝑖=0 log 𝑅
̅
𝑙𝑜𝑔𝑅 =
𝑛
41,8851
𝑙𝑜𝑔𝑅̅ =
25
𝑙𝑜𝑔𝑅̅ = 1.6754

Setelah mendapat nilai rata-rata dari data tersebut, kemudian hitung nilai dari
simpangan baku dengan pesamaan sebagai berikut:
1
∑𝑛𝑖=1(log 𝑅𝑖 − log 𝑅̅ )2 2
𝑆=[ ]
𝑛−1
1
0.6914 2
𝑆=[ ]
25 − 1
𝑆 = 0.1697

Kemudian untuk menentukan nilai koefisen dari K dengan menggunakan tabel yang
berdasarkan pada koefisien kemencengan (G), nilai koefisien kemencengan (G) dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
3
𝑛 ∑𝑛𝑖=1(log 𝑅𝑖 − log 𝑅̅ )
𝐺=
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆 3
25 × −0,0112
𝐺=
(25 − 1)(25 − 2)(0.1697)3
𝐺 = −0.1

Kemudian logaritma curah hujan dengan periode ulang 10 tahun dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
log 𝑅𝑇 = log 𝑅̅ + 𝐾𝑆
log 𝑅𝑇 = 1.6754 + (1,270 × 0,1687)
log 𝑅𝑇 = 1.8909
Nilai K didapatkan dari tabel yang terlampir.

iii. Contoh Perhitungan Metode Distribusi Normal


Contoh perhitungan metode distribusi normal menggunakan data pada PUH10
dengan perhitungan sebagai berikut:

𝑋𝑡 = 𝑋̅ + 𝐾𝜎
𝑋𝑡 = 50,9 + (1.082 × 19,88)
𝑋𝑡 = 72.414 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

Nilai K yang digunakan didapatkan dari tabel dengan koefisien kemencengan (G) = 0
4.2 Desain
Contoh perhitungan pada segmen 1, jalur 1 sistem drainase perkotaan Kota Ku dengan
menggunakan persamaan berikut:
∑(𝐶. 𝐴)
𝐶𝑒𝑞 =
∑𝐴
4,355
𝐶𝑒𝑞 =
7,931
𝐶𝑒𝑞 = 0,5492
Pada peta dilakukan pengukuran limpasan terjauh (Lo) dan panjang saluran Ld dengan nilai
sebagai berikut:
𝐿𝑜 = 134,067 m
𝐿𝑑 = 560,55 m
Setelah didapatkan panjang jalur pada segmen 1, selanjutnya menghitung kemiringan dengan
persamaan
∆ℎ
𝑆=
𝐿𝑑
824 − 814
𝑆=
560,55
𝑆 = 0.0178
Langkah selanjutnya menghitung waktu limpasan di permukaan tanah pada segmen 1 dengan
persamaan sebagai berikut:
6.33(𝑛. 𝐿0 )0.6
𝑡0 =
(𝐶. 𝐼)0.4 (𝑆)0.3
6.33(25 × 134,067)0.6
𝑡0 =
(0.5492 × 82.22)0.4 (0.0178)0.3
𝑡0 = 6.439 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
dan waktu detensi dalam saluran dengan persamaan sebagai berikut:
4.763 𝐿𝑑
𝑡𝑑 =
(𝑅𝑡 . 𝐿𝑑 )0.5 (𝐴. 𝐶)0.1 (𝑆)0.2
4.763 × 560,55
𝑡𝑑 =
(82,22 × 560,55) (7,9307 × 0,549)0.1 (0.0178)0.2
0.5

𝑡𝑑 = 24,0162 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Langkah selanjutnya adalah menentukan kecepatan aliran dalam saluran dengan persamaan
sebagai berikut:
𝑣𝑑 = 0.0035(𝑅𝑡 . 𝐿𝑑 )0.5 (𝐴. 𝐶)0.1 (𝑆)0.2
𝑣𝑑 = 0.0035 × (82,22 × 560,55)0.5 (7,9307 × 0,549)0.1 (0.0178)0.2
𝑣𝑑 = 0.3891 𝑚/𝑠
Karena nilai kecepatan lebih kecil dari 0,4 m/s, maka digunakan nilai 0,4 m/s untuk
menghindari adanya endapan. Langkah selanjutnya yitu menentukan intensitas curah hujan
(I) pada segmen 1, dengan menggunakan persamaan berikut:

𝑅𝑡 24 2/3
𝐼= ( )
24 𝑡𝑐
82.22 24 2/3
𝐼= ( )
24 30,455
𝐼 = 2,9229
Selanjutnya menghitung nilai debit dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑄 = 0.00278. 𝐶. 𝐼. 𝐴
𝑄 = 0.00278 × 0.5492 × 2,9229 × 7,9307
𝑄 = 0.0353 𝑚3 /𝑠
Untuk mendapatkan nilai dimensi dihitung luas penampang dengan persamaan sebagai
berikut:
𝑄
𝐴𝐷 =
𝑉𝑑
0.0353
𝐴𝐷 =
0.3891
𝐴𝐷 = 0.0884 𝑚2
dan dimensi saluran dengan menggunakan:
1
𝐴𝐷 2
𝑦𝑒 = ( )
2
1
0.0884 2
𝑦𝑒 = ( )
2
𝑦𝑒 = 0.2103 𝑚

Sedangkan untuk nilai dari b di segmen 1, dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝑏 = 2 × 0,2103
𝑏 = 0,4207 𝑚
4.3 Desain dan Detil Gambar

Gambar 4.1 Saluran Drainase Jalur 1

Gambar 4.2 Saluran Drainase Jalur 2

Gambar 4.3 Saluran Drainase Jalur 3


Gambar 4.4 Saluran Drainase Jalur 4
BAB V
KESIMPULAN
Dalam perancangan suatu sistem drainase perkotaan perlu diperhatikan pengambilan data
hidrologi dan spasial. Kedua data tersebut menjadi data utama yang diolah untuk mendesain sistem
drainase perkotaan. Drainase perkotaan seringkali berjalan tidak efektif dan menyebabkan banjir.
Banjir dapat dikarenakan oleh perilaku masyarakat yang membuang sampah ke saluran drainase
ataupun kesalahan dapam perancangan. Banjir karena kesalahan dalam perancangan dapat di
cegah dengan menggunakan penambahan kedalaman saluran dengan 10% dari kedalaman efisien.
Dalam pembuatan rancangan saluran perkotaan ini, penulis mendapatkan beberapa kendala
berupa:
1. Luas wilayah yang terlalu kecil, kemungkinan terjadi karena peta yang diberikan telah
mengalami beberapa proses sehingga skala peta sudah berubah.
2. Penentuan jenis wilayah untuk koefisien pengaliran untuk wilayah seperti masjid dan
sekolah belum ada di standar referensi yang penulis miliki.
3. Terlalu sedikitnya pembagian segmen oleh penulis, menyebabkan ukuran saluran drainase
cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA

Meinda, Niken. Perencanaan Sistem Drinase Pada Daerah Aliran Sungai Cimahi Di Kota Cimahi.
Institut Teknologi Bandung. Bandung. 2007)
Yuwono, Budi. 2007. Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan.
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kementrian Pekerjaan Umum. Indonesia. Diakses melalui
http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/buku_jilid_1_tata_cara_perencanaan_drain
ase.pdf
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Perhitungan Metode Gumbel


Tahun Curah Hujan (x-x) 2 N 25
1992 44,2 44,89 SD 19,88
1993 76,8 670,81 yn 0,5309
1994 74,3 547,56 sn 1,0915
1995 29,9 441
1996 33,9 289 Metode Gumbel
1997 49,5 1,96 PUH Curah Hujan Yt Kt Xt
1998 98,3 2246,76 2 45,21 0,37 -0,15 47,91
1999 51,6 0,49 5 66,50 1,50 0,89 68,55
2000 31,5 376,36 10 82,61 2,25 1,58 82,22
2001 46 24,01 25 103,89 3,20 2,44 99,50
2002 74,1 538,24 50 120,00 3,90 3,09 112,31
2003 55,4 20,25 100 136,10 4,60 3,73 125,03
2004 88,5 1413,76
2005 41 98,01
2006 21,7 852,64
2007 48,8 4,41
2008 74,8 571,21
2009 43,5 54,76
2010 21,9 841
2011 36,9 196
2012 41,3 92,16
2013 51,3 0,16
2014 52,1 1,44
2015 46,1 23,04
2016 39,1 139,24
Rata-rata 50,9 9489,16
Lampiran 2.Tabel Perhitungan Metode Log Pearson III
Tahun Curah Hujan Log R (log R - log R rata)^2 (log R - log R rata)^3
1992 44,2 1,645422 0,0009 0,0000
1993 76,8 1,885361 0,0441 0,0093
1994 74,3 1,870989 0,0383 0,0075
1995 29,9 1,475671 0,0399 -0,0080
1996 33,9 1,5302 0,0211 -0,0031
1997 49,5 1,694605 0,0004 0,0000
1998 98,3 1,992554 0,1006 0,0319
1999 51,6 1,71265 0,0014 0,0001
2000 31,5 1,498311 0,0314 -0,0056
2001 46 1,662758 0,0002 0,0000
2002 74,1 1,869818 0,0378 0,0073
2003 55,4 1,74351 0,0046 0,0003
2004 88,5 1,946943 0,0737 0,0200
2005 41 1,612784 0,0039 -0,0002
2006 21,7 1,33646 0,1149 -0,0389
2007 48,8 1,68842 0,0002 0,0000
2008 74,8 1,873902 0,0394 0,0078
2009 43,5 1,638489 0,0014 -0,0001
2010 21,9 1,340444 0,1122 -0,0376
2011 36,9 1,567026 0,0117 -0,0013
2012 41,3 1,61595 0,0035 -0,0002
2013 51,3 1,710117 0,0012 0,0000
2014 52,1 1,716838 0,0017 0,0001
2015 46,1 1,663701 0,0001 0,0000
2016 39,1 1,592177 0,0069 -0,0006
Rata-rata 50,9 41,8851 0,6914 -0,0112
log R rata S G
1,6754 0,169735637 -0,103
Metode Log Pearson III
PUH Curah Hujan K log R Rt
2 45,2116 0,017 1,678289 47,67486
5 66,5007 0,846 1,819 65,91744
10 82,6053 1,270 1,890968 77,79796
25 103,8944 1,716 1,96667 92,61265
50 119,9989 2,000 2,014875 103,4845
100 136,1035 2,252 2,057649 114,1954
Lampiran 3.Tabel Perhitungan Metode Distribusi Normal
Metode Distribusi Normal
PUH Curah Hujan Kt Xt
2 45,2116 0 50,9
5 66,5007 0,842 67,6425
10 82,6053 1,082 72,41471
25 103,8944 1,751 85,71725
50 119,9989 2,054 91,74216
100 136,1035 2,326 97,15066
Lampiran 4. Tabel Perhitungan Koefisien Pengaliran
JALUR 1
SEGMEN Ceq C A A*C KETERANGAN
0,3 0,90947 0,27284 ST
0,4 0,59019 0,23608 A3
0,4 2,04034 0,81614 A1
0,8 0,76515 0,61212 K1
1 0,5492 0,95 0,53412 0,50741 PS1
0,5 0,75261 0,37631 B2
0,5 1,12132 0,56066 B1
0,8 1,21747 0,97398 K2
TOTAL 7,93067 4,35553
0,5 1,54772 0,77386 B4
0,5 1,70987 0,85493 B6
0,6 0,89298 0,53579 C3
0,4 0,38074 0,1523 S2
0,4 0,34783 0,13913 A7
2 0,50096
0,4 0,43402 0,17361 A8
0,4 0,3125 0,125 A9
0,6 2,19711 1,31826 C5
0,4 1,52494 0,60998 A10
TOTAL 9,3477
0,4 1,12267 0,44907 A4
0,6 7,38287 4,42972 C7
0,1 0,32576 0,03258 M1
3 0,5436
0,4 0,61628 0,24651 S1
0,5 0,50822 0,25411 B3
TOTAL 9,95579
JALUR 2
SEGMEN Ceq C A A*C KETERANGAN
0,6 0,87055 0,52233 C1
1 0,48892 0,4 1,08753 0,43501 A2
TOTAL 1,95808
0,8 1,21747 0,97398 K2
0,6 0,15609 0,09366 C2
2 0,66011
0,6 2,67704 1,60622 C4
TOTAL 4,0506
JALUR 3
SEGMEN Ceq C A A*C KETERANGAN
0,5 1,08587 0,54294 B5
0,4 0,80507 0,32203 A5
1 0,44772 0,5 1,14041 0,5702 B8
0,4 1,63384 0,65354 A6
TOTAL 4,66519
0,6 0,19553 0,11732 C6
0,5 0,4615 0,23075 1/2 B9
2 0,68689
0,8 0,91267 0,73014 K3
TOTAL 1,56971
0,4 0,50546 0,20218 S3
3 0,4
TOTAL 0,50546
JALUR 4
SEGMEN Ceq C A A*C KETERANGAN
0,5 0,4615 0,23075 1/2 B9
0,5 0,97532 0,48766 B10
0,95 1,03496 0,98321 PS2
1 0,71594 0,4 0,56053 0,22421 RS
0,1 1,21997 0,122 M2
0,4 0,30419 0,12167 H1
TOTAL 4,55647
0,4 2,73168 1,09267 A11
2 0,4
TOTAL 2,73168
Lampiran 5. Tabel Perhitungan Desain Drainase
JALUR 1
SEGMEN Lo Ld to td tc Slope I Q vd vd koreksi Ad ye b yjaga

1 134,067 560,55 6,43953 24,0162 30,4557619 0,017839749 2,922911584 0,035391684 0,389094447 0,4 0,088479209 0,210332129 0,420664259 0,02103

2 147,669 464,24 8,80696 25,0979 33,90490507 0,008616224 2,721157226 0,035424949 0,308356826 0,4 0,088562374 0,210430955 0,42086191 0,0021

3 111,197 263,401 4,36258 13,3549 17,71747942 0,045558 4,194311677 0,063104757 0,328794442 0,4 0,157761891 0,280857518 0,561715037 0,00281

JALUR 2
SEGMEN Lo Ld to td tc Slope I Q vd vd koreksi Ad ye b yjaga

1 111,943 193,094 7,12681 18,2855 25,41226276 0,010357676 3,297866714 0,00877695 0,176039637 0,4 0,021942383 0,104743456 0,209486911 0,00105

2 177,497 291,764 1,26641 5,77575 7,042167142 5,531868222 7,758738328 0,057673143 0,842115323 0,842115323 0,06848604 0,185048696 0,370097392 0,00185
JALUR 3
SEGMEN Lo Ld to td tc Slope I Q vd vd koreksi Ad ye b yjaga

1 130,722 372,83 9,87005 26,8068 36,67685472 0,005364375 2,582263763 0,014994156 0,23185395 0,4 0,037485391 0,136903964 0,273807929 0,00137

2 118,034 108,718 5,40508 12,0869 17,49200464 0,018396218 4,230278255 0,012679908 0,149945782 0,4 0,031699771 0,125896327 0,251792655 0,00126

3 70,9495 140,48 3,8402 13,7248 17,56498212 0,042710858 4,218553061 0,00436095 0,170630327 0,4 0,010902371 0,073832146 0,147664291 0,00074

JALUR 4
SEGMEN Lo Ld to td tc Slope I Q vd vd koreksi Ad ye b yjaga

1 91,516 257,759 5,91251 19,8004 25,7128775 0,007759201 3,272112325 0,02967433 0,217014259 0,4 0,074185825 0,192595204 0,385190408 0,00193

2 176,972 426,579 8,5067 23,8185 32,32515497 0,018753853 2,809106775 0,008533031 0,298561943 0,4 0,021332578 0,103277728 0,206555455 0,00103
Lampiran 6. Tabel Reduce Mean (yn)

Lampiran 7. Tabel Reduce Standar Deviasi (Sn)


Lampiran 8. Tabel Nilai K untuk Distribusi Log Pearson III

Lampiran 9. Tabel Nilai Koefisien Kemencengan (G)


Lampiran 10. Tabel Nilai Koefisien Limpasan

Anda mungkin juga menyukai