Anda di halaman 1dari 3

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil walk through survey yang kami lakukan adalah:

a. Perusahaan bekerja sama dengan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dengan lokasi perusahaan, yakni
Klinik dan Puskesmas Cakung untuk menangani masalah kesehatan pada pekerja menggunakan fasilitas
BPJS Kesehatan.

Program kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif)

1. Promotif: terdapat 1 (satu) buah poster promosi kesehatan di area pabrik.


2. Preventif: penggunaan APD untuk tindakan preventif belum memadai. Di lapangan telah disediakan
beberapa APD meskipun belum lengkap, namun pekerja belum seluruhnya memiliki kesadaran untuk
menggunakan APD pada saat bekerja.
3. Kuratif: perusahaan bekerja sama dengan fasilitas kesehatan terdekat terhadap penanganan kesehatan
pekerja dan setiap pekerja mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan.
4. Rehabilitatif: perusahaan memberikan waktu istirahat kepada pekerja yang sakit, sesuai dengan surat
keterangan dokter.
b. Perusahaan belum melakukan pemeriksaan kesehatan awal, berkala, dan khusus pada pekerja.
c. Perusahaan belum melakukan pencegahan HIV/AIDS dan Narkoba.
d. Kesesuaian pekerja dengan alat masih kurang, ditandai dengan sikap dan cara kerja yang tidak ergonomis.
e. Beban waktu kerja sudah sesuai, tidak melebihi batas maksimal waktu kerja per hari.
f. Lingkungan kerja kurang kondusif untuk bekerja.
g. Pemenuhan gizi pekerja, kantin, atau ruang makan belum tersedia di lokasi perusahaan, sehingga pekerja
mencari makan di luar.
h. Perusahaan belum menyediakan pencatatan penyakit pada karyawan perusahaan.
i. Sarana P3K sudah tersedia di satu lokasi di dalam wilayah perusahaan.
j. Belum ada personil kesehatan terlatih atau tenaga kesehatan medis khusus di lingkungan perusahaan
5.2 SARAN

Dari hasil walk through survey yang kami lakukan, maka kami ajukan beberapa saran, yaitu:

a) Perusahaan harus mempunyai P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang sesuai
dengan PERMENAKER RI Nomor PER.04/MEN/1987 yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota.
b) Perusahaan sebaiknya memiliki klinik perusahaan dan dokter perusahaan untuk menjadi penanggung
jawab kesehatan dan kecelakaan kerja, serta agar pekerja yang sakit dapat segera tertangani.
c) Perusahaan memberikan penyuluhan hiperkes dan kesehatan kerja (K3) secara berkala kepada pekerja
dan memasang media promosi kesehatan di tempat yang mudah dilihat.
d) Perusahaan melengkapi sarana APD bagi tenaga kerja dan menertibkan tenaga kerja yang tidak
menggunakan APD pada saat bekerja.
e) Perusahaan melakukan pencegahan penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
Lainnya) sesuai dengan PerMenakerTrans No. PER.11/MEN/VI/2005 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap NAPZA di Tempat Kerja.
f) Perusahaan melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS sesuai KepMenakertrans No. 68 tahun 2004
tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
g) Perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus pada tenaga kerja
h) Perusahaan membuat pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan dan pencatatan jumlah penyakit yang
diderita serta angka kecelakaan kerja yang dialami oleh tenaga kerja.
i) Perusahaan melakukan pengadaan ruang makan atau kantin guna memenuhi kebutuhan gizi tenaga kerja
serta meningkatkan efisiensi waktu istirahat pekerja.
j) Perusahaan memasang pemberitahuan mengenai nama dan lokasi kotak P3K di tempat kerja pada tempat
yang mudah terlihat dan terjangkau.
BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan kegiatan walk through survey yang telah kami lakukan di PT. Putra Bintang Lima pada
tanggal 17 Oktober 2019, kami menemukan bahwa sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)
di PT. Putra Bintang Lima masih memiliki beberapa kekurangan sehingga perlu dilakukan perbaikan pada sistem
SMK3 tersebut.

Kami harapkan makalah ini dapat memberikan manfaat serta masukan pada perkembangan
SMK3 perusahaan di lingkungan PT. Putra Bintang Lima agar dapat menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai