Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahan kimia,
radiasi, atau arus listrik. Pemindahan energi dari sumber panas ketubuh manusia
menyebabkan urutan kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang paling berat
menyebabkan destruksi jaringan ireversibel. Rentang keparahan luka bakar mulai dari
kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cedera komplek yang melibatkan
semua sistem tubuh. Terapi bervariasi dari aplikasi sederhana agens antiseptik topikal di
klinik rawat jalan hingga pendekatan tim antardisiplin, multisistem, dan invasif dilingkungan
aseptik pusat penanganan luka bakar. Diperkirakan bahwa 500.000 milyar cedera luka bakar
yang memerlukan intervensi medis terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, dan dari jumlah
tersebut, sekitar 40.000 memerlukan hospitalisasi dengan perkiraan sekitar 4.000 cedera luka
bakar mengakibatkan kematian (American burn Association [ABA], 2007). Rumah
merupakan tempat yang paling umum terjadinya luka bakar terkait kebakaran (43 %).
Kebakaran rumah menyebabkan 92,5 % dari semua kematian terkait kebakaran. Sebagian
besar kebakaran tempat tinggal disebabkan oleh memasak yang tidak di awasi, yang
disebabkan oleh minyak yang mudah terbakar, lemari, penutup dinding, gorden, dan kantong
kertas atau plastik. Bahkan roko, termasuk sigaret, cerutu, dan rokok tipa, merupakan
penyebab utama kematian akibat kebakaran rumah. Sampah, kasur, dan perabot yang dilapisi
dengan kain pelapis merupakan bahan yang sering terbakar dirumah

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi luka bakar ?

2. Apa etiologi luka bakar ?

3. Bagaimana patofisiologi luka bakar ?

4. Apa klasifikasi luka bakar ?

5. Bagaimana manifestasi luka bakar ?

6. Bagaimana pengobatan kanker paru ?

7. Apa pemeriksaan diagnostic kanker paru ?

8. Bagaimana penatalaksaan kanker paru ?

9. Bagaimana prognosis kanker paru ?

10. Bagaimana asuhan keperawatan teori pada pasien ca paru ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi luka bakar.

2. Untuk mengetahui etiologi luka bakar.

3. Untuk mengetahui patofisiologi luka bakar.

4. Untuk mengetahui klasifikasi luka bakar.

5. Untuk mengetahui manifestasi luka bakar.

6. Untuk mengetahui pengobatan luka bakar.

7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic kanker paru.

8. Untuk mengetahui penatalaksaan kanker paru.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI LUKA BAKAR

Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
(Moenadjat, 2001).Combutsio (Luka bakar) adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh
suhu panas (thermal), kimia, elektrik dan radiasi (Suriadi, 2010).Luka bakar adalah suatu
trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit,
mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar merupakan luka yang unik diantara
bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati
(eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2002)
Luas luka bakar dan lokasi luka pada tubuh diukur dengan prosentase. Pengukuran ini
disebut rule of nines dan pada bayi dan anak anak dilakukan beberapa modifikasi. Rule of
nines membagi tubuh manusia dewasa dalam beberapa bagian dan setiap bagian dihitung 9%.

o Kepala dan leher = 9%


o Dada bagian depan dan belakang = 18%
o Perut bagian depan dan belang = 18%
o Tangan kanan dan kiri = 18%
o Paha kanan dan kiri = 18%
o Kaki kanan dan kiri = 18%
o genetalia = 1%

3
Hanya luka bakar derajat dua dan tigalah yang dihitung menggunakan rule of nine,
sementara luka bakar derajat satu tidak dimasukan sebab permukaan kulit relatif bagus
sehingga fungsi kulit sebagai regulasi cairan dan suhu masih baik.
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap di jelaskan dengan diagram Lund dan
Browder sebagai berikut :
Lokasi Usia (Tahun)

0-1 1-4 3-9 10-15 Dewasa

Kepala 19 17 13 10 7

Leher 2 2 2 2 2

Dada & Perut 13 13 13 13 13

Punggung 13 13 13 13 13

Pantat Kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Pantat Kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Kelamin 1 1 1 1 1

Lengan Atas Kanan 4 4 4 4 4

Lengan Atas Kiri 4 4 4 4 4

Lengan Bawah Kanan 3 3 3 3 3

Lengan Bawah Kiri 3 3 3 3 3

Tangan Kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Tangan Kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Paha Kanan 5,5 6.5 8,5 8,5 9,5

Paha Kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5

Tungkai Bawah Kanan 5 5 5,5 6 7

4
Tungkai Bawah Kiri 5 5 5,5 6 7

Kaki Kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

Kaki Kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

Jika luas luka bakar lebih dari 15 – 20% maka tubuh telah mengalami kehilangan cairan yang
cukup signifikan. Jika cairan yang hilang tidak segera diganti maka pasien dapat jatuh ke
kondisi syok atau renjatan.
Perhitungan penggantian cairan per infus adalah sebagai berikut.

 4cc/KgBB/% luka bakar = kebutuhan cairan permulaan dalam 24 jam hanya diberikan
setengahnya pada 8 jam pertama, kemudian sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya.

Semakin luas atau besar prosentase luka bakar maka resiko kematian juga semakin besar.
Pasien dengan luka bakar dibawah 20% biasanya akan sembuh dengan baik, sebaliknya
mereka yang mengalami luka bakar lebih dari 50% akan menghadapi resiko kematian yang
tinggi.

B. KLASIFIKASI
1. Kedalaman Luka Bakar
Menurut Brunner & Suddarth (2002), luka bakar dapat diklasifikasikan menurut
dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar superficial partial-thickness,
deep partial-thickness, dan full-thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar
derajat -satu, -dua dan -tiga.
a. Pada luka bakar derajat-satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian
dermis turut cedera. Luka tersebut bias terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti luka
bakar matahari, atau mengalami lepuh/bullae.
b. Luka bakar derajat-dua meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera
pada bagian dermis yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan
mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisian kembali
kapiler; folikel rambut masih utuh.

5
c. Luka bakar derajat-tiga meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada sebagian
kasus, jaringan yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervariasi mulai dari
warna putih hingga merah, cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terasa nyeri karena
serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel
rambut dan kelenjar keringat turut hancur.
Setiap daerah yang terbakar memiliki tiga zona cedera:
a. Daerah sebelah dalam dikenal sebagai zona koagulasi dimana terjadi kematian selular.
b. Daerah tengah disebut zona stasis tempat terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi
dan cedera jaringan.
c. Daerah sebelah luar merupakan zona hiperemia. Zona ini merupakan luka bakar derajat-
satu yang harus sudah sembuh dalam waktu satu minggu dan lebih khas untuk cedera
terbakar atau tersengat arus listrik ketimbang cedera akibat cairan yang panas.
2. Luas Permukaan Tubuh Yang Terbakar
Brunner & Suddarth (2002) mengestimasi luas permukaan tubuh yang terbakar
disederhanakan dengan menggunakan Rumus Sembilan (Rule of Nine). Rumus Sembilan
merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut
menggunakan persentase dalam kelipatan Sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.
3. Berat ringannya luka bakar
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
a) Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
b) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan perineum.
c) Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan
luasnya luka.
d) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
a) Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
b) Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
c) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor saperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah :
a) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10%
pada anak-anak.

6
b) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
c) Tidak terdapat luka bakar pada wajah, tangan dan kaki.
d) Luka tidak sirkumfer.
e) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik dan fraktur.

C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer (2002), luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas kepada tubuh melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik. Berikut ini adalah
beberapa penyebab luka bakar, antara lain :
1. Panas (misal api, air panas, uap panas)
2. Radias
3. Listrik
4. Petir
5. Bahan kimia (sifat asam dan basa kuat)
6. Sinar matahari
7. Suhu yang sangat rendah (frost bite)

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Corwin, Elizabeth J (2009), Berat ringannya luka bakar tergantung pada
faktor, agent, lamanya terpapar, area yang terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma,
usia dan kondisi penyakit sebelumnya.Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian; derajat
satu (superficial) yaitu hanya mengenai epidermis dengan ditandai eritema, nyeri, fungsi
fisiologi masih utuh, dapat terjadi pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari ringan.
Tampak 24 jam setelah terpapar dan fase penyembuhan 3-5 hari. Derajat dua (partial) adalah
mengenai dermis dan epidermis dengan ditandai lepuh atau terbentuknya vesikula dan bula,
nyeri yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis. Fase penyembuhan tanpa infeksi 7-21 hari.
Derajat tiga atau ketebalan penuh yaitu mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa
meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk mengisi kembali daerah yang rusak, hilangnya
rasa nyeri, warnanya dapat hitam, coklat dan putih, mengenai jaringan termasuk (fascia, otot,
tendon dan tulang).
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler
secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya

7
kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler
kedalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan
peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi
sehingga terjadi kekurangan cairan.Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan
maka tubuh mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang
mana dapat terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk
menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury
jaringan dan perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi
vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.Repon luka
bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan menurunkan aliran darah ke perifer
dan organ yang tidak vital.Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang
merupakan hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi
peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya pengeluaran
glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan glukosa,
ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan injury
jaringan.Kerusakan pada sel darah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang
kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi.Pertumbuhan
dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan
jaringan yang rusak.Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler
dan pada saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan
interstisial dimana secara khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam
sel. Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler. Skema
berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap injury pada anak/orang dewasa
dan perpindahan cairan setelah injury thermal.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut ( Suriadi, 2010) :
1. Riwayat terpaparnya
2. Lihat derajat luka bakar
3. Status pernapasan; tachycardia, nafas dengan menggunakan otot asesoris, cuping hidung
dan stridor

8
4. Bila syok; tachycardia, tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya pengeluaran
urine atau anuri
5. Perubahan suhu tubuh dari demam ke hipotermi.

F. Komplikasi
1. Kehilangan fungsi (luka bakar pada wajah, tangan, kaki, genitalia )
2. Penyumbatan total sirkulasi dalam ekstremitas (akibat edema karena luka bakar yang
melingkar).
3. Obstruksi jalan nafas (luka bakar leher) atau ekspansi respirasi yang terbatas (luka
bakar pada dada).
4. Cedera paru (akibat inhalasi asap atau emboli paru)

G. PENATALAKSANAAN
1. Pantau patensi jalan napas pasien; evaluasi nadi apical, karotis dan femoral.
2. Mulai lakukan pemantauan jantung.
3. Periksa tanda-tanda vital dengan teratur menggunakan alat ultrasonografi jika
diperlukan.
4. Periksa nadi perifer pada ekstremitas yang mengalami luka bakar setiap jam.
5. Pasang kateter IV dengan diameter besar dan kateter urine indwelling.
6. Pantau masukan cairan dan haluaran serta ukur setiap satu jam.
7. Perhatikan adanya peningkatan serak suara, stridor, frekuensi dan kedalaman
pernapasan, atau perubahan mental akibat hipoksia
8. Kaji suhu tubuh, berat badan, riwayat berat badan sebelum luka bakar dan alergi.
9. Kaji status neurologis: kesadaran; status psikologis, nyeri dan tingkat ansietas serta
perilaku.
10. Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang cedera dan pengobatan.

9
PATHWAY

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah
yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht
(Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun
dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
2.Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
3.GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4.Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan,
hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.

10
5. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari
10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6.Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial
atau gangguan pompa, natrium.
7.Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8.Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9.BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10.Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
11.EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12.Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar

11
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube
(ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam api, luka bakar
pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk bernapas, segera
lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat
pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema, pada luka bakar
yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen
cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
a) Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b) Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam berikutnya.
2. Pengkajian sekunder
1. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena infeksi.
(Doengoes, 2000)
2. Riwayat kesehatan sekarang
a)Sumber kecelakaan
b)Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
c)Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi

12
d)Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
e)Keadaan fisik disekitar luka bakar
f)Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
g)Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka bakar
3. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang merubah
kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi
(seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan). (Doengoes, 2000)

B. DIAGNOSA
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for Planning and Documenting
Patient Care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial; oedema mukosa;
kompresi jalan nafas
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema
3. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatic
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolik

C. INTERVENSI
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial; oedema
mukosa; kompresi jalan nafas.
Ø Tujuan : Oksigenasi jaringan adekuat
Ø Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda sianosis
- Frekuensi nafas 12 - 24 x/mnt
- SP O2 > 95
Ø Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda distress nafas, bunyi, frekuensi, irama, kedalaman nafas
2. Monitor tanda-tanda hypoxia(agitsi,takhipnea, stupor,sianosis)
3. Monitor hasil laboratorium, AGD, kadar oksihemoglobin, hasil oximetri nadi
4. Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai indikasi
5. Dorong batuk/latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering

13
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan endotracheal tube atau tracheostomi tube
bila diperlukan
7. Kolabolarasi dengan tim medis untuk pemasangan ventilator bila diperlukan
8. Kolaborasi dengan tim medis untuik pemberian inhalasi terapi bila diperlukan

2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema


Ø Tujuan: Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Ø Kriteria Hasil: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur
tubuh rileks.
Ø Intervensi :
1. Kaji respon pasien terhadap rasa sakit
2. Kaji kualitas, lokasi dan penyebaran dari rasa sakit
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Kolaborasi pemberian anlgesik narkotik sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan
luka
6. Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan
sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri.

3. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal.
Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidakcukupan pemasukan.
Ø Tujuan: Pasien dapat mendemostrasikan status cairan dan biokimia membaik
Ø Kriteria Hasil: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas
normal, haluaran urine 1-2 cc/kg BB/jam
Ø Intervensi :
1. Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer
2. Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai
indikasi
3. Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak
4. Timbang berat badan setiap hari
5. Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi
6. Selidiki perubahan mental
7. Observasi distensi abdomen,hematomesis,feces hitam.
8. Lakukan program kolaborasi meliputi :

14
a) Pasang / pertahankan kateter urine
b) Pasang/ pertahankan ukuran kateter IV
c) Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin
9. Awasi hasil pemeriksaan laboratorium (Hb, elektrolit, natrium)
10. Berikan obat sesuai idikasi
11. Tanda-tanda vital setiap jam selama periode darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan
setiap 4 jam selama periode rehabilitasi.
12. Masukan dan haluaran setiap jam selama periode darurat, setiap 4 jam selama periode akut,
setiap 8 jam selama periode rehabilitasi.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi.
Ø Tujuan: Pasien bebas dari infeksi
Ø Kriteria Hasil: tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik
Ø Intervensi :
1. Pantau :
a. Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial
tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
b. Suhu setiap 4 jam.
c. Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
2. Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik
(debridemen)
3. Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril
dan berikan krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari.
Berikan krim secara menyeluruh di atas luka
4. Batasi pengunjung yang menyebabkan infeksi silang
5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik sistemik dan topical
6. Kolaborasi pemberian diet, berikan protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen
nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang
dari 50%.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolik


Ø Tujuan : Intake nutrisi adekuat dengan mempertahankan 85-90% BB

15
Ø Kriteria Hasil :
- Intake kalori 1600 -2000 kkal
- Intake protein +- 40 gr /hari
- Makanan yang disajikan habis dimakan

Ø Intervensi :
1. Kaji sejauh mana kurangnya nutrisi
2. Lakukan penimbangan berat badan klien setiap hari (bila mungkin)
3. Pertahankan keseimbangan intake dan output
4. Jelaskan kepada klien tentang pentingnya nutrisi sebagai penghasil kalori yang sangat
dibutuhkan tubuh dalam kondisi luka bakar
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian nutrisi parenteral
6. Kolaborsi dengan tim ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang adekuat

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakaradalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
.Combutsio adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas, kimia,
elektrik dan radiasi . Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas,
arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam. Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka
lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada
pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama.

B. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak – anak
diharapkan selalu waspada dan berhati – hati setiap kali melakukan kegiatan aktivitas
terutama pada hal – hal yang dapat memicu luka bakar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth editor,
Suzanne C, Smeltzer, Brenda G, Bare ;alih bahasa, Agung Waluyo,dkk; editor edisi bahasa
indonesia, monica Ester, Ed.8. Jakarta : ECG, 2001

R Sjamsuhidayat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran.
ECG

Black & Hawk, 2009, Keperawatan Medikal Bedah Ed, 8 Buku 2. Singapore: Elsevier

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed, 8 Vol. 3. Jakarta :
ECG

Doengoes, Marilya E, 1999. Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian

NANDA NIC NOC, 2015. Jilid 1

18

Anda mungkin juga menyukai