Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan indera penglihatan yang dibentuk untuk menerima

rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina. Rangsangan ini dialihkan ke pusat

penglihatan pada otak, bagian mata berfungsi memfokuskan rangsangan cahaya

ke retina adalah lensa. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang

dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,

atau terjadi akibat kedua-duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya

cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga

hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain

yang dapat terlibat seperti paparan sinar ultraviolet yang, paparan dengan radikal

bebas, merokok, defisiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta

karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka

panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan miopia.1-3

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 20122, dimana lima

penyakit penyebab kebutaan di seluruh dunia adalah katarak 51%, di ikuti oleh

glaukoma 8%, dan Degenerasi Makular Terkait Usia (Age-related Macular

Degeneration – AMD) 5%, kekeruhan kornea 4%, dan gangguan refraksi 3%.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 20104, katarak di

Indonesia bandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka

kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%,

Thailand 0,3%). Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang per tahun),

sedangkan operasi mata yang dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang per

tahun. Akibatnya timbul penumpukan penderita katarak yang cukup tinggi.

Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi

yang masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi,

serta ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan mata yang masih

terbatas.

Riset Nasional terkini, yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 20135,

menunjukan angka katarak atau kekeruhan lensa mata merupakan salah satu

penyebab kebutaan terbanyak Indonesia maupun di dunia. Prevalensi katarak

pada tahun 2013 adalah 1,8 persen. Penduduk Indonesia juga memiliki

kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk

di daerah subtropis, sekitar 16-22% penderita katarak yang dioperasi berusia di

bawah 55 tahun.

Data dari sumber yang sama5, juga menyatakan bahwa Maluku berada di

peringkat ke 12 dari data prevalensi katarak menurut provinsi tahun 2013 yaitu

sebanyak 2,2%, dan dimana provinsi yang tertinggi dengan pasien katarak adalah

provinsi Sulawesi Utara 3,7% dan terendah adalah provinsi DKI Jakarta 0,9%.
Menurut Riskesdas sebelumnya tahun 20076, secara Nasional pada daerah

Maluku kabupaten atau kota pasien yang mengalami katarak terbanyak adalah

kabupaten Maluku Tenggara yaitu sebanyak 38,5 %. Dimana 10 kabupaten atau

kota dengan prevalensi katarak pada penduduk umur lebih dari 30 Tahun

tertinggi adalah Aceh Selatan 53,2%, Boalemo 47,6%, Aceh Barat Daya 41,5%,

Pidie 40,6%, Jeneponto 40,0%, Pasaman 39,2%, Maluku Tenggara 38,5%, Timor

Tengah Utara 36,7%, Kampar 35,6%, dan Luwu Utara 35,5%. Data riskesdas

2007 ini di ambil untuk melihat data katarak Secara Nasional pada daerah

Maluku kabupaten atau kota, karena pada data riskesdas 2013 tidak di lampirkan

data penderita katarak menurut kabupaten dan kota di Indonesia.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati tahun 20137, mengenai

prevalensi penderita katarak di poliklinik mata RSUD DR. M. Haulussy Ambon

Tahun 2010-2012, menyatakan bahwa pada Tahun 2010 angka kejadian katarak

sebanyak 377 kasus, pada Tahun 2011 menjadi 588 kasus, dan pada Tahun 2012

kasusnya semakin meningkat menjadi 760 kasus.

Dalam hal ini peneliti ingin melakukan penelitian ini sesuai dengan judul

yaitu prevalensi penderita katarak di Klinik Mata Ambon Vlissingen pada 1

Oktober 2015 sampai 30 September 2016. Peneliti mengambil judul prevalensi

karena peneliti ingin melihat seberapa banyak penderita katarak di Klinik Mata

Ambon Vlissingen dalam satu tahun, apakah ada terjadi peningkatan penderita

katarak atau tidak dalam satu tahun terakhir. Judul penderita katarak sendiri
karena di mana yang di ketahui katarak adalah penyakit penyebab kebutaan

nomor satu di dunia dan untuk itu peneliti ingin mengetahui prevalensi penderita

katarak di Klinik Mata Ambon Vlissingen. Peneliti ingin meneliti penderita

katarak pada Klinik Mata Ambon Vlissingen karena klinik mata ini adalah klinik

mata yang baru di bangun di Kota Ambon oleh pemerintah Vlissingen dan

APBD kota Ambon dan baru di resmikan pada November 2013 di Kota Ambon

dan belum ada penelitian sebelumnya, dan dimana klinik ini adalah klinik khusus

penyakit mata sehingga penderita katarak lebih banyak di dapatkan di klinik ini.

Belum ada penelitian sebelumnya mengenai kejadian katarak yang

dilakukan di klinik ini, sehingga melalui penelitian ini di harapkan prevalensi

penderita katarak yang berobat pada Klinik Mata Ambon Vlissingen ini dalam

satu tahun terakhir dapat diketahui. Penelitian ini di lakukan pada 1 Oktober

2015 sampai 30 September 2016 karena peneliti ingin melihat prevalensi

penderita katarak pada satu tahun terakhir sebelum di lakukan penelitian

mengenai judul skripsi ini.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti merasa perlu untuk

melakukan penelitian tentang prevalensi penderita katarak di Klinik Mata

Ambon Vlissingen dari 1 Oktober 2015 sampai 30 September 2016.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian di Klinik Mata Ambon Vlissingen, dengan rumusan masalah sebagai

berikut:

Bagaimana prevalensi penderita katarak di Klinik Mata Ambon Vlissingen

pada 1 Oktober 2015 sampai 30 September 2016

1.3 Tujuan Penilitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi penderita katarak di Klinik Mata Ambon

Vlissingen pada 1 Oktober 2015 sampai 30 September 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Prevalensi penderita katarak di Klinik Mata Ambon Vlissingen

2. Distribusi mata dengan katarak berdasarkan jenis kelamin pasien di

Klinik Mata Ambon Vlissingen

3. Distribusi mata dengan katarak berdasarkan umur pasien di Klinik Mata

Ambon Vlissingen

4. Distribusi mata dengan katarak berdasarkan visus dasar pasien di Klinik

Mata Ambon Vlissingen

5. Distribusi mata dengan katarak berdasarkan jenis katarak pasien di

Klinik Mata Ambon Vlissingen


6. Distribusi mata dengan katarak berdasarkan stadium katarak pasien di

Klinik Mata Ambon Vlissingen

7. Distribusi mata dengan katarak berdasarkan status operasi pasien di

Klinik Mata Ambon Vlissingen.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Memberikan informasi mengenai prevalensi penderita katarak di Klinik Mata

Ambon Vlissingen.

2. Memberikan informasi mengenai distribusi mata dengan katarak berdasarkan

jenis kelamin, umur, visus dasar, jenis katarak, stadium katarak, status

operasi.

3. Untuk peneliti dan peneliti lain agar hasil penelitian ini bisa menjadi bahan

acuan atau bahan referensi sebagai studi prevalensi katarak kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai