Anda di halaman 1dari 12

Mata kuliah Farmakologi- Toksikologi I

Cardiovascular
Farmakologi Obat Candesartan

OLEH:
Kelompok I

1. Anak Agung Mas Siti Sunari NIM.161200081


2. Nirvia Aquino NIM.161200116

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sembahkan kehadapan Tuhan Yang Maha


Esa karena atas rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Makalah yang berjudul “Farmakologi Obat Candesartan” ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam menempuh
mata kuliah Farmakologi- Toksikologi I Pada Semester Pendek
Tahun Akademik 2018/2019 yang diampu oleh
1. Ni Putu Aryati Suryaningsih., S.Farm., M.Farm-Klin., Apt.
2. Ida Ayu Manik Parthasutema S.Farm., M.Farm., Apt
. Dalam penyusunan makalah ini penyusun mengalami banyak
rintangan dan hambatan. Akan tetapi, berkat adanya bantuan dari
semua pihak, rintangan dan hambatan tersebut dapat diatasi sehingga
terwujudlah makalah ini. Terkait hal itu, penyusun mengucapkan
terimakasih yang setulus-tulusnya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari
kata sempurna. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan
pengalaman penyusun dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah dan karya-karya penyusun berikutnya.

Denpasar, 6 September 2019


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Manfaat Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Farmakologi obat Candesartan 2
2.1.1 Farmakokinetika 3
2.1.2 Farmakodinamika 4
2.2 Mekanisme Kerja Obat 5
2.3 Obat Candesartan di pasaran 6
2.3.1 Obat Candesartan Generik 7
2.3.2 Obat Candesartan Paten 7
2.3.3 Obat Candesartan kombinasi 7
2.3.4 Obat Candesartan di luar negeri 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 9
DAFTAR PUSTAKA 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Candesartan merupakan obat golongan Angiotensin Reseptor
Blocker (ARB). yang diklasifikasikan sebagai antagonis tipe 1 reseptor
angiotensin II. Angiotensin II reseptor antagonis tipe 1 banyak
digunakan dalam pengobatan penyakit seperti hipertensi, jantung
kegagalan, infark miokard dan nefropati diabetik. Candesartan adalah
lipofilik yang aktif secara oral dan memiliki penyerapan oral yang
cepat. Hal Ini menyebabkan penurunan tekanan darah yang relatife
cepat pada pasien hipertensi, juga digunakan dalam pengobatan gagal
jantung kongestif dan diberikan sebagai profilaksis untuk mengurangi
keparahan dan durasi migraine, Candesartan juga tersedia di pasaran
dalam bentuk tunggal maupun dalam formulasi kombinasi dengan dosis
rendah dengan golongan diuretik thiazide, hidroklorotiazid, untuk
pengobatan antihipertensi

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana Farmakologi obat Candesartan?


2. Bagaimana Mekanisme kerja obat dihubungkan dengan patofisiologi
penyakit Jantung?
3. Apa saja contoh sediaan obat Candesartan yang ada di pasaran?
1.3 Manfaat
1.1.1 Mahasiswa
Mengetahui farmakologi serta mekanisme kerja obat Candesartan
sehingga menambah pengetahuan serta wawasan dari mahasiswa
1.1.2 Umum
Mengetahui cara menggunakan obat candesartan dengan benar serta
jenis sediaan lain yang ada di pasaran

BAB II
PEMBAHASAN

1
2.1 Farmakologi obat candesartan
Adapun farmakologi dari yaitu
a. Indikasi
hipertensi, jantung kegagalan, infark miokard dan nefropati diabetik.
(Medscape)
b. Dosis
o Hipertensi : Dosis awal yang dianjurkan dewasa dengan tekanan
darah tinggi (hipertensi) adalah Candesartan 16 mg sekali sehari
dan bisa di kurangi/ditingkatkan berdasarkan respons tekanan
darah
16 mg PO 1 kali sehari, titrasi dosis dengan 8-32 mg PO 1 kali
sehari atau dengan dosis terbagi setiap 12 jam ( Medscape)
o Gagal jantung :
Dengan Kelas II-IV & Fraksi Ejeksi <40%)
Dosis awal 4 mg PO 1 kali sehari ; dosis ganda setiap 2 Minggu h
32 mg PO 1 kali sehari ( Medscape)
c. Efek samping
Efek samping yang umum adalah sebagai berikut:
 SSP: Sakit kepala, pusing, , kelemahan otot
 Dermatologis: Ruam, peradangan, urtikaria, pruritus,
 Gastro-intestinal: Diare, sakit perut, mual,
 sembelit, mulut kering, sakit gigi
 Pernafasan: Gejala URI, batuk, gangguan sinus (Medscape)
d. Pregnancy dan lactasi
D (Tidak di rekomendasikan)
e. Interaksi obat
Candesartan berpotensi berinteraksi dengan sejumlah obat lain. Beberapa
interaksi Candesartan ini meliputi:
 Candesartan dan captopril. Dengan meningkatkan toksisitas dari
captopril dengan sinergisme farmakodinamik. meningkatkan risiko
hipotensi, hiperkalemia, dan gangguan ginjal. (Medscape)
 Candesartan dan Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
kombinasi dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dan
menyebabkan pembengkakan (edema), terutama pada pasien dengan
gagal jantung kongestif. (Husain, Asif. 2011)
2.1.1 Farmakokinetika
a. Absorpsi
Candesartan cilexetil diubah menjadi obat aktif candesartan dengan
bioavailabilitas absolut sebesar 15-40%. Konsentrasi serum puncak

2
rata-rata (Cmax) tercapai 3-4 jam setelah mengkonsumsi tablet.
Konsentrasi serum candesartan meningkat secara linear dengan
peningkatan dosis dalam kisaran dosis terapeutik. Area di bawah
kurva (area under the curve; AUC) untuk konsentrasi serum versus
waktu dari candesartan tidak signifikan dipengaruhi oleh makanan.
Konsentrasi puncak (Cmax) meningkat sebesar 26% dan laju
penyerapan meningkat saat dikonsumsi dengan makanan. Yang
mendandung lemak tinggi. (Husain, Asif. 2011)
b. Distribusi
Volume distribusi candesartan adalah 0,13 L/kg. Candesartan sangat
terikat pada protein plasma (> 99%). (Husain, Asif. 2011)
c. Metabolisme
Sebagian kecil metabolisme candesartan di hepar (<20%) untuk
membentuk metabolit yang tidak aktif terjadi oleh O-
deethylation melalui sitokrom P450 2C9. Candesartan mengalami N-
glukuronidasi pada cincin tetrazol oleh uridine diphosphate
glucuronosyltransferase 1A3 (UGT1A3). Dapat pula terjadi proses O-
glukuronidasi. Puncak kadar plasma diperoleh 3 sampai 4 jam setelah
pemberian oral, dan waktu paruh plasma sekitar 9 jam pada pada
pasien hipertensi (Putri, Aghnia J, 2017)
d. Eliminasi
Sekitar 26% dosis dikeluarkan dalam urin. Candesartan terutama
diekskresikan Candesartan diekskresi melalui mekanisme eliminasi
oleh ginjal (33%) dan ekskresi empedu (67%). (Putri, Aghnia J, 2017)

2.1.2 Farmakodinamika
Candesartan memberi efek penurunan tekanan darah dengan cara
melawan efek hipertensi angiotensin II melalui renin-angiotensin-
aldosteron system (RAAS) yang merupakan mekanisme homeostatik
untuk mengatur hemodinamika, keseimbangan air dan elektrolit. Selama
stimulasi simpatis atau pada keadaan berkurangnya tekanan darah ginjal

3
atau aliran darah, renin dilepaskan dari sel granular aparatus
juxtaglomerular di ginjal.
Renin mengubah angiotensinogen sirkulasi menjadi angiotensin I,
yang selanjutnya diubah oleh angiotensin converting enzyme (ACE)
menjadi angiotensin II. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah
dengan meningkatkan resistensi perifer total, meningkatkan reabsorpsi
natrium dan air di ginjal melalui sekresi aldosteron, dan mengubah
struktur kardiovaskular. Angiotensin II berikatan dengan dua reseptor:
reseptor angiotensin II tipe-1 (AT1) dan reseptor angiotensin II tipe-2
(AT2). AT1 adalah reseptor protein G berpasangan (GPCR) yang
menengahi efek vasokonstriksi dan aldosteron dari angiotensin II..
Penghambat reseptor angiotensin (ARB) adalah penghambat kompetitif
non-peptida AT1. Candesartan tidak menghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE) sehingga tidak menimbulkan potensiasi bradikinin atau
zat P, yang tidak akan menyebabkan gejala batuk.(Drug bank, 2019)
Candesartan secara selektif menghambat pengikatan angiotensin II
terhadap AT1 di banyak jaringan termasuk otot polos pembuluh darah dan
kelenjar adrenal dengan ikatan yang erat dan disosiasi yang lambat dari
reseptor serta tidak memiliki aktivitas agonis. Keadaan ini menghambat
efek mediasi vasokonstriksi dan aldosteron AT1 yang disekresikan dari
angiotensin II dan menghasilkan penurunan tekanan darah secara
keseluruhan. Penghambatan sekresi aldosteron juga dapat meningkatkan
ekskresi natrium dan air sembari mengurangi ekskresi kalium.
Candesartan lebih selektif untuk AT1 dibanding AT2. Pada hipertensi, zat
ini menyebabkan penurunan tekanan darah arteri yang berdampak pada
penurunan sistemik resistensi perifer, namun tidak mempengaruhi denyut
jantung, volume stroke dan curah jantung. Selain itu, candesartan juga
memiliki efek hemodinamik ginjal yang baik dengan meningkatkan aliran
darah ginjal dan mempertahankan atau meningkatkan laju filtrasi
glomerulus sementara menurunkan resistensi pembuluh darah ginjal dan
fraksi filtrasi. Candesartan mengurangi ekskresi protein urin pada pasien
hipertensi dengan mikroalbuminuria atau nefropati akibat etiologi tertentu

4
dan tidak memiliki efek buruk pada glukosa darah atau profil lipid (Putri,
Aghnia J, 2017)

2.2. Mekanisme kerja obat dihubungkan dengan patofisiologi penyakitnya


jantung

Angiotensin II merupakan hormon vasoaktif utama dari sistem


renin angiotensin aldosteron dan memainkan peran penting dalam
patofisiologi hipertensi, gagal jantung dan gangguan kardiovaskular
lainnya. Efek fisiologis utama dari angiotensin II adalah vasokonstriksi,
stimulasi aldosteron, pengaturan homeostasis garam dan air serta
stimulasi pertumbuhan sel, yang dimediasi melalui reseptor tipe 1
(AT1) (Husain, Asif. 2011)
Angitensinogen II dihasilkan dengan melibatkan dua jalur enzim:
RAAS (Renin Angiotensin Aldosterone System) yang melibatkan ACE,
dan jalan alternatif yang menggunakan enzim lain seperti chymase.
ACEI hanya menghambat efek angiotensinogen yang dihasilkan
melalui RAAS, dimana ARB menghambat angiotensinogen II dari
semua jalan. Oleh karena perbedaam ini, ACEI hanya menghambat
sebagian dari efek angiotensinogen II. ARB menghambat secara
langsung reseptor angiotensinogen II tipe 1 (AT1) yang memediasi efek
angiotensinogen II yang sudah diketahui pada manusia: vasokonstriksi,

5
pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormone
antidiuretik dan konstriksi arteriol efferen dari glomerulus. ARB tidak
memblok reseptor angiotensinogen tipe 2 (AT2). Jadi efek yang
menguntungkan dari stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan
jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel) tetap utuh dengan
penggunaan ARB. . (Husain, Asif. 2011) Selain itu penggunaan ARB
dapat
 memungkinkan pembuluh darah tersebut membesar
 mengurangi tekanan darah
 memperbaiki gejala gagal jantung
 memperbaiki perkembangan penyakit ginjal akibat diabetes
Angiotensin II juga memiliki efek pada:
 aktivasi simpatetik. Angiotensin II memiliki efek pada noradrenalin
yang berkontribusi terhadap vasokonstriksi dan meningkatkan
denyut jantung
 sekresi aldosteron dari korteks adrenal
 penyerapan kembali natrium dan retensi (penahanan) air oleh ginjal

2..3 contoh obat yang ada di pasaran


2.3.1 Candesartan generik

2.3.2 Candesartan Paten

2.3.3 Candesartan kombinasi

6
2.3.4 Candesartan di luar negeri

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Candesartan adalah tetrazol non-peptida yang ampuh, bekerja lama, dan
tahan lama turunan, antagonis reseptor angiotensin II memiliki tinggi
selektivitas untuk subtipe AT1 (angiotensin I). Candesartan mengurangi
tekanan darah dan merupakan agen antihipertensi yang efektif pada pasien
dengan hipertensi ringan hingga sedang. Candesartan lebih aman, lebih dapat
ditoleransi dan seefektif yang biasa digunakan agen antihipertensi lainnya.
Candesartan menghasilkan penurunan resistensi vaskular sistemik dan kapiler
paru, terdapat banyak pilihan obat candesartan di pasaran baik yang paten
maupun yang generik dan terdapat pula yang kombinasi

8
DAFTAR PUSTAKA

Candesartan.cilexetile https://www.drugbank.ca/drugs/DB00796
( Diakses 7 September 2019 )
Husein, Asif,dkk 2011. A Review on Candesartan: Pharmacological and
Pharmaceutical Profile . India.: https://www.japsonline.com (seri
jurnal tersedia online)
Medsacpe application
Putri Aghnaia J. 2017. Farmakologi Candesartan.
https://www.alomedika.com/obat/obat-
kardiovaskuler/antihipertensi/candesartan/farmakologi ( Diakses 7
September 2019 )

Anda mungkin juga menyukai