Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mengandung satu atau

lebih elektron tidak berpasangan, sehingga sangat reaktif (Fessenden dan

Fessenden, 1986). Senyawa oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species = ROS)

adalah senyawa radikal yang dapat menyerang berbagai substrat dalam tubuh

termasuk lipid, asam nukleat dan protein. Ketika paparan radikal bebas dalam

tubuh berlebihan maka tubuh dapat mengalami gangguan fungsi sel, kerusakan

struktur sel, molekul termodifikasi yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun dan

bahkan mutasi. Semua bentuk gangguan tersebut dapat memicu munculnya

berbagai penyakit, mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun,

penyakit degeneratif, hingga kanker (Winarsi, 2007). Maka dari itu, sangat

diperlukan senyawa untuk mengatasi radikal bebas ini yang bersifat antioksidan.
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menyumbangkan elektronnya

kepada radikal bebas sehingga membentuk radikal bebas tak reaktif dan relatif

stabil. Untuk mendapatkan senyawa antioksidan tersebut dapat dijumpai di

dalam antioksidan alami. Antioksidan alami merupakan antioksidan yang terdapat

pada tumbuhan tertentu, salah satunya adalah tumbuhan pepaya terutama

daunnya.

Daun pepaya telah lama digunakan sebagai obat tradisional oleh

masyarakat, antara lain adalah menyembuhkan luka bakar, memperkuat sistem

kekebalan tubuh dan mencegah beberapa penyakit yang terjadi sebagai hasil

menurunkan kekebelan, seperti pilek dan batuk, infeksi dan flu (Ulpa, 2011).

Metode yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan manfaat daun pepaya

ini menggunakan berbagai macam cara, namun kebanyakan dari masyarakat


lebih memilih cara yang lebih sederhana salah satunya adalah dengan cara

perebusan daun pepaya. Kemudian ekstrak dari daun pepaya berupa air rebusan

tersebut yang akan dikonsumsi oleh masyarakat sebagai obat tradisional.

Banyak masyarakat mengkonsumsi daun pepaya dengan berbagai cara

untuk pelengkap bahan pangan atau dijadikan sebagai obat tadisional. Terutama

pada daun pepaya tua memiliki banyak kandungan zat gizi dan senyawa aktif

yang baik untuk tubuh, sehingga membuat tubuh menjadi sehat dan bugar.

Konsumsi air rebusan daun pepaya telah lama dilakukan oleh masyarakat.

Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat, ada yang merebus daun utuh, ada

yang memotong-motong daun sebelumnya, dan ada yang menghancurkan daun

dengan diblender. Di samping itu juga terdapat perbedaan lamanya waktu

perebusan yang dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui metode perebusan daun pepaya yang optimal untuk

mempertahankan aktivitas antioksidan pada daun pepaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kondisi diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana perbedaan kandungan antioksidan pada air rebusan daun

pepaya yang berasal dari daun pepaya utuh dengan daun pepaya yang

sebelumnya dipotong-potong, atau diblender


2. Apakah terdapat pengaruh lama perebusan terhadap kandungan antioksidan

pada air rebusan daun pepaya ?


C. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini menggunakan daun pepaya tua.
2. Perebusan daun pepaya menggunakan suhu 100°C menggunakan hot plate.
3. Parameter aktivitas antioksidan diukur dengan menggunakan metode

penangkal radikal bebas DPPH.


D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengetahui aktivitas antioksidan pada air rebusan daun pepaya yang

berasal dari daun utuh, daun dipotong, dan daun diblender.


2. Mengetahui pengaruh lama perebusan terhadap kandungan antioksidan

pada air rebusan daun pepaya.


E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi

masyarakat yang ingin menggunakan air rebusan daun pepaya. Di samping itu

juga dapat digunakan sebagai dasar pengetahuan tentang aktivitas antioksidan

daun pepaya bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan di bidang ini.
F. Hasil Yang Diharapkan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

pengaruh perlakuan fisik bahan dan lama perebusan terhadap khasiat

antioksidan air rebusan daun pepaya.


II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan atom atau molekul (kumpulan atom) yang

memiliki elektron yang tak berpasangan (unpaired electron). Ikatan atom oksigen

dengan hidrogen merupakan ikatan kovalen, yaitu ikatan kimia yang timbul

karena sepasang elektron dimiliki bersama (share) oleh dua atom. Atom H (●H)

memiliki elektron yang tak berpasangan sehingga dapat pula dianggap sebagai

radikal. Molekul air dapat pula mengalami pembelahan jenis lain, yaitu

pembelahan heterolik (heterolytical cleavage). Dalam hal ini, yang terbentuk

bukanlah radikal tetapi ion-ion, sehingga proses tersebut dinamakan ionisasi.

Untuk ionisasi molekul air tak diperlukan masukan energi yang besar, sehingga

keadaan “biasa” air mengalami ionisasi (Suryohudoyo, 1993).

Radikal bebas memiliki dua sifat yaitu reaktivitas tinggi, karena

kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul

menjadi radikal bebas. Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksigen

terletak pada kecenderungannya untuk menarik elektron. Jadi sama

halnya dengan oksidan, radikal bebas adalah penerima elektron. Itulah

sebabnya dalam kepustakaan kedokteran, radikal bebas digolongkan

dalam oksidan. Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah oksidan

tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo, 1993).

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan

yang bukan radikal. Hal ini disebabkan oleh kedua sifat radikal bebas,

yaitu reaktifitas yang tinggi dan kecendurangannya membentuk radikal

baru, yang pada gilirannya apabila menjumpai molekul lain akan

membentuk radikal baru lagi, sehingga terjadilah rantai reaksi (chain

reaction). Reaksi rantai tersebut baru berhenti apabila radikal bebas


tersebut dapat diredam (quenched). Salah satu senyawa yang dapat

meredam radikal bebas salah satunya antioksidan (Suryohudoyo, 1993).

B. Penyakit Degeneratif
Pengertian penyakit degeneratif secara umum dikatakan bahwa penyakit

ini merupakan proses penurunan fungsi organ tubuh yang umumnya terjadi pada

usia tua. Namun ada kalanya juga bisa terjadi pada usia muda, akibat yang

ditimbulkan adalah penurunan derajat kesehatan yang biasanya diikuti dengan

penyakit. Akibat paling bahaya dari penyakit ini adalah rasa sakit dan juga sangat

menyita biaya terutama saat masa tua, dan bisa juga berakhir dengan kematian

(Dhani dan Yamasari, 2014).

Umumnya sebelum seseorang menderita atau mengalami

penyakit degeneratif, ada suatu gejala yang mengarah kepada penyakit

tersebut namun sering kali terabaikan. Kumpulan gejala itu dikenal

dengan istilah sindrom metabolik. Dr. Gerard Reaven dari universitas

Stanford pada tahun 1988 menyebutnya dengan istilah sindrom X.

Sindrom metabolik in tidak muncul secara tiba-tiba namun melalui proses

panjang dan perlahan, dan ternyata berhubungan erat dengan gaya hidup

seseorang. Hal ini merupakan hasil akhir dari pola makan yang tidak

sehat dengan kandungan gula dan lemak yang tinggi dalam makanan

(Dhani dan Yamasari, 2014).


Sindrom metabolik dapat diartikan sebagai kondisi dimana

seseorang mengalami tekanan darah tinggi, kegemukan, kadar gula

darah tinggi dan kadar lemak darah tidak normal. Adapun macam-macam

penyakit degeneratif dalam Dhani dan Yamasari (2014) adalah sebagai

berikut:

1. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak

menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara

efektif menggunakan insulin yang dihasilkan.


2. Hipertensi

Jika sistem kompleks yang mengatur tekanan darah tidak berjalan dengan

semestinya, maka tekanan dalam arteri akan meningkat. Peningkatan

tekanan dalam arteri yang berlanjut dan menetap disebut tekanan darah

tinggi. Tekanan darah dinyatakan tinggi bila tekanan sistolik adalah 140

mmHg atau lebih secara terus menerus atau keduanya.

3. Asterosklerosis
Aterosklerosis adalah suatu kondisi dimana dinding arteri menebal sebagai

akibat dari akumulasi bahan lemak seperti kolesterol.


4. Jantung
Penyakit jantung adalah yaitu penyakit yang terjadi pada jantung akibat

adanya gangguan kinerja jantung untuk memompa darah. Penyakit jantung

mengacu pada setiap penyakit yang mempengaruhi sistem kardiovaskular.


5. Kanker
Penyakit kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan

cepat, tidak terkendali dan akan terus membelah diri selanjutnya menyusup

ke jaringan sekitarnya dan terus mengalir menyebar melalui jaringan ikat,

darah dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang.

6. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak berupa kematian sel-sel saraf

neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak.
7. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang, ini paling sering

ditemukan pada masyarakat berkembang terutama pada wanita tua pasca

menopause. Menurut definisi WHO, Osteoporosis adalah gangguan tulang


dengan ciri penipisan tulang dan gangguan arsitektur tulang yang

berdampak tulang menjadi rapuh dan mudah patah.


8. Asam Urat
Penyakit asam urat yang tergolong kedalam salah satu penyakit arthritis

merupakan suatu penyakit akibat gangguan metabolisme purin. Gangguan

tersebut menyebabkan tingginya kadar asam urat didalam darah yang

selanjutnya mudah mengkristal akibat metabolisme purin yang tidak

sempurna.
9. Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh

diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan

peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang

persendian, biasanya mengenai banyak sendi yang ditandai dengan radang

membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan

tulang.
C. Antioksidan

Senyawa-senyawa oksigen reaktif terjadi akibat proses-proses

biologis normal, namun apabila aktifitas senyawa-senyawa tersebut tak

diredam, maka oksigen pembawa kehidupan organisma aerobi akan

berbalik menjadi racun yang mematikan, dan organisma aerobik sudah

lama punah dari muka bumi. Dalam kenyatannya organisma aerobik tetap

berjaya, dan saat ini merupakan organisma yang dominan di muka bumi

ini, termasuk manusia. Organisma aerobik dapat bertahan karena alam

menyediakan sarana untuk meredam dampak negatif oksidan, yaitu

senyawa-senyawa antioksidan (Suryohudoyo, 1993).

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau

reduktan. Senyawa ini mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi,

dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas. Antioksidan juga dapat


didefinisikan sebagai senyawa yang apabila dalam konsentrasi rendah berada

bersama substrat yang dapat teroksidasi, dapat menunda atau menghambat

oksidasi senyawa tersebut (Sunardi dan Kuncahyo, 2007).


D. Tanaman Pepaya
1. Definisi Tanaman Pepaya
Nama daerah Papaya, pawpaw, melon tree (En). Papayier, arbe de

melon (Fr). Indonesia: pepaya (Indonesia), gedang (Sunda), kates (Jawa).

Malaysia: papaya, betek, ketalah. Filipina: papaya, kapaya, lapaya. Myanmar:

thimbaw. Kamboja: lhong, doeum lahong. Laos: houng. Thailaind: malakor

(Tengah), loko (Semenanjung), ma kuai thet (Utara), Vietnam: du du (Verheij

dan Coronel, 1997).


Asal-usul dan penyebaran geografi Marga Carica L. berasal dari

Amerika tropik, dan pepaya tentunya berasal dari persilangan alami dengan

melibatkan C. Peltata Hook. & Arn. Dari Amerika tropik, pepaya ini dibawa

kepulauan Karibia dan Asia Tenggara semasa penjajahan orang-orang

Spanyol pada abad ke -16. Kemudian dengan cepat pepaya menyebar India,

Oseania, dan Afrika, serta kini tersebar ke seluruh daerah tropik dan subtropik

hangat di dunia (Verheij dan Coronel, 1997).


2. Taksonomi Tanaman Pepaya
Menurut ilmu botani, tanaman pepaya diklasifikasikan dalam

Cahyono (2017) sebagai berikut :


Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup/biji dalam buah)
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
Dari genus Carica dikenal ada 24 spesies. Namun, dari 24 spesies

tersebut salah satu diantaranya adalah spesies Carica papaya L. Spesies ini

memiliki rasa buah yang enak dengan nilai ekonomi yang tinggi. Dari spesies

Carica papaya L, dikenal ada banyak jenis atau varietas yang dibudidayakan
oleh masyarakat. Spesies ini memiliki bentuk buah yang beragam, tergantung

jenisnya. Demikian pula dengan tekstur buahnya. Pada umumnya, buah dari

spesies Carica papaya L. berukuran besar dengan bentuk buah bervariasi,

dari lonjong hingga bulat. Pepaya termasuk ke dalam golongan buah-buahan

berbentuk herba atau perdu dan hidup menahun (perenial). Tinggi pohon

pepaya dapat mencapai hingga 10 meter lebih dan tidak memiliki cabang.

Pepaya berbuah sepanjang tahun dan dapat mencapai umur hingga 25 tahun

lebih (Cahyono, 2017).


3. Deskripsi Tumbuhan
Daun tanaman pepaya termasuk daun tunggal, berukuran besar,

bercangkap, dan berwarna hijau. Daun memiliki tangkai yang berukuran

panjang dan berongga. Tangkai daun berwarna hijau lebih muda dari pada

warna daunnya. Tulang-tulang daun tersusun menjalar (palmineus) dan

permukaan daun bersifat kasar. Daun tumbuhan pada ruas-ruas batang yang

tersusun secara berselang-seling melingkar pada ruas-ras berikutnya

(tersusun pada bidang yang bersilang) dan daun-daun tersebut

pertumbuhannya tegak berbentuk sudut 45° (Cahyono, 2017).


Daun tanaman merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi

berlangsungnya proses asimilasi yang menghasilkan zat-zat yang diperlukan

tanaman untuk pertumbuhan vegetatif (akar, batang, dan daun) dan

pertumbuhan generatif (bunga, buah dan biji) (Cahyono, 2017).


4. Manfaat Daun Pepaya
Daun pepaya yang masih muda maupun yang tua dapat dimanfaatkan

sebagai bahan sayuran yang dapat dimasak dan dimakan sebagai lalapan

maupun menjadi berbagai macam masakan, misalnya buntil, pecel atau

gudangan, tumis, dan sebagainya. Sementara itu, air perasan daun pepaya

yang masih muda dapat digunakan sebagai obat penyakit malaria, kejang

perut, dan beri-beri. Pada daun-daun muda ini banyak mengandung zat
alkaloid carpaine yang memiliki rasa pahit. alkaloid carpaine ini disinyalir

dapat menurunkan tekanan darah dan membunuh amuba. Disamping itu, air

perasan daun pepaya muda dapat digunakan sebagai obat untuk

meningkatkan nafsu makan. Namun, dalam mengkonsumsi daun pepaya ini,

baik dikonsumsi sebagai sayur maupun sebagai obat, tidak boleh berlebihan

karena dapat mengakibatkan mengejangnya urat-urat jantung (Cahyono,

2017).
E. Metode DPPH
DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang bersifat stabil sehingga

dapat bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan

membentuk DPPH tereduksi (Molyneux, 2004). Berbagai macam metode untuk

pengukuran aktivitas antioksidan telah banyak digunakan untuk melihat dan

membandingkan aktivitas antioksidan pada berbagai macam sumber antioksidan.

Beberapa metode pengukuran aktivitas antioksidan yang dapat digunakan antara

lain metode beta karoten, metode linoleat, metode terkonjugasi, metode

tiosianat, metode rancimat dan metode DPPH (Sugiarti, 2015).

Pengujian antioksidan dengan DPPH merupakan salah satu

metode yang sederhana dengan menggunakan radikal 1,1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl sebagai senyawa pendeteksi. Antioksidan bereaksi dengan

1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) yang menstabilkan radikal bebas

dan mereduksi DPPH. Kemudian DPPH akan bereaksi dengan atom

hidrogen dari senyawa peredam radikal bebas membentuk 1,1-difenil-2

pikrilhidrazine (DPPH-H) yang lebih stabil. Reagen DPPH yang bereaksi

dengan antioksidan akan mengalami perubahan warna dari ungu ke

kuning, intensitas warna tergantung kemampuan dari antioksidan

(Molyneux, 2004).
F. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometer UV-VIS atau spektrofotometer ultraviolet –sinar

tampak menafaatkan sinar dengan panjang gelombang 180-380 nm untuk

daerah Uvdan 380-780 nm untuk daerah visible atau sinar tampak.

Spektrofotometer ini terdiri Was berkas tunggal (single beam) dan berkas

rangkap (double beam). Perbedaan pada keduanya adalah pada

spektrofotometer double beam pengukuran dapat dilakukan secara

bersamaan antara kuvet yang berisi larutan contoh atau standar dan

kuvet berisi blanko dalam satu ruang sehingga pembacaan serapan zat

tidak dipengaruhi oleh perubahan tegangan listrik karena blanko dan zat

diukur pada saat bersamaan (Warsono dan Syamsudin, 2013).


Pada spektrofotometer UV-VIS, zat diukur dalam bentuk larutan.

Analit yang dapat diukur dengan spektrofotometer sinar tampak adalah

analit berwarna atau yang dapat dibuat warna. Analit berwarna adalah

analit yang memiliki sifat menyerap cahaya secara alami. Analit yang

dibuat berwarna adalah analit yang tidak berwarna sehingga harus

direaksikan dengan zat tertentu untuk membentuk senyawa yang

menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu. Pembentukan

warna untuk zat atau senyawa yang tidak berwarna dapat dilakukan

dengan pembentukkan kompleks atau dengan cara oksidasi sehingga

analit menjadi berwarna (Warsono dan Syamsudin, 2013).

III. METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Politeknik

Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian dimulai pada bulan Februari 2019.


B. Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor 1 perbedaan ukuran daun pepaya

sebelum dilakukan perebusan, sedangkan faktor 2 adalah lama perebusan daun

pepaya yang diukur berdasarkan banyaknya volume air yang berkurang selama

perebusan. Setiap taraf dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

Faktor 1 yaitu dengan perbedaan ukuran daun pepaya terdiri dari 3 taraf :

1. Daun utuh (tidak dipotong-potong)


2. Daun dipotong-potong atau dirajang
3. Daun diblender sampai hancur

Faktor 2 yaitu dengan lama perebusan terdiri dari 2 taraf :

1. Volume air rebusan daun pepaya berkurang ¼ dari volume awal


2. Volume air rebusan daun pepaya berkurang ½ dari volume awal

Dengan demikian penelitian ini memiliki 6 perlakuan yaitu :

1. Daun pepaya utuh direbus hingga volume air berkurang ¼


2. Daun pepaya utuh direbus hingga volume air berkurang ½
3. Daun pepaya dipotong-potong direbus hingga volume air berkurang ¼
4. Daun pepaya dipotong-potong direbus hingga volume air berkurang ½
5. Daun pepaya diblender direbus hingga volume air berkurang ¼
6. Daun pepaya diblender direbus hingga volume air berkurang ½

C. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer UV-Vis,

timbangan analitik, hotplate, blender, pisau, tabung reaksi, gelas ukur.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pepaya tua

(Carica papaya L) diperoleh dari daerah Samarinda, Kalimantan Timur, asam


askorbat (Vitamin C), methanol (CH3OH), aquades (H2O) dan 1.1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl (DPPH).

D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Prosedur Pengambilan Sampel
Prosedur pengambilan sampel menggunakan metode Saptiani (2017), daun

pepaya tua adalah daun yang sudah berwarna hijau tua, permukaan daun

kasar, dan ukurannya lebih besar ± diameter daun 36,5 cm. Pengambilan

daun pepaya tua sudah dipisahkan dari batang atau ruas-ruas.


2. Pembuatan Air Rebusan Daun Pepaya (Sandhiutami dkk., 2013 dengan

sedikit modifikasi)
a. Prosedur pembuatan air rebusan daun pepaya utuh

Timbang 20 gram daun pepaya segar, dicuci, ditiriskan, direbus

menggunakan aquades sebanyak 1000 ml, setelah dingin kemudian

disaring dan masukkan ke dalam wadah.

b. Prosedur pembuatan air rebusan daun pepaya dipotong

Timbang 20 gram daun pepaya segar, dicuci, ditiriskan, kemudian

dipotong dengan ukuran ± 5 cm, direbus menggunakan aquades

sebanyak 1000 ml, setelah dingin kemudian disaring dan masukkan ke

dalam wadah.

c. Prosedur pembuatan air rebusan daun pepaya diblender

Timbang 20 gram daun pepaya segar, dicuci, ditiriskan, kemudian

diblender, direbus menggunakan aquades sebanyak 1000 ml, setelah

dingin kemudian disaring dan masukkan ke dalam wadah.

3. Pengukuran Persen Penghambat DPPH (Hasanah dkk., 2016 dengan

sedikit modifikasi)
a. Pembuatan larutan DPPH
Larutan DPPH 0,05 mM dibuat dengan menimbang serbuk sebanyak 2

mg serbuk DPPH, kemudian dikocok sampai larutan homogen dalam

labu ukur 100 ml, kemudian ditutup rapat dengan penutupnya.

Pengerjaan dilakukan ditempat yang terlindung dari cahaya.

b. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum DPPH


Sebanyak 3,8 ml larutan DPPH 0,05 mM dipipet dan ditambahkan

dengan 0,2 ml methanol, dibiarkan selama 30 menit ditempatkan yang

terlindung cahaya. Larutan campuran DPPH dengan menggunakan

methanol dimasukkan kedalam kuvet dan diuji serapannya

menggunakan alat spektrofotometrivisible pada panjang gelombang 400-

800 nm. Maka akan didapat panjang gelombang dan absorbansinya.

c. Pembuatan larutan kontrol positif Vitamin C


Larutan Vitamin C dibuat konsentrasi 1000 ppm dari 50 mg serbuk

Vitamin C dengan pelarut air menjadi larutan 50 ml, sebagai larutan

induk, kemudian di buat seri larutan konsentrasi 25 ppm, 20 ppm, 15

ppm, 10 ppm dan 5 ppm.


d. Pengukuran persen penghambatan DPPH
Pemeriksaan persen penghambatan DPPH dilakukan masing-masing

sampel. Sampel 0,2 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan 3,8 ml larutan DPPH 0,05 mM. Campuran larutan

dihomogenkan menggunakan vortex dan dibiarkan selama 30 menit di

tempat gelap. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombong serapan maksimum DPPH dengan absorbansi dari

hasil yang telah diketahui. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan

seara triplo. Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya

hambatan serapan radikal DPPH melalui perhitungan persentasi inhibisi

serapan DPPH.
Rumus perhitungan persen penghambatan DPPH =
absorbansi larutan kontrol−absorbansi larutan sampel
× 100
absorbansi larutan kontrol

E. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis dengan analisa sidik ragam ANOVA, bila

didadalam analisa sidik ragam memberikan hasil signifikan maka perlu dilakukan

uji lanjutan menggunakan uji DMRT (Duncans Multiple Range Test). Data

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono B. 2017. Pepaya (Budi Daya Intensif Pertanian Organik dan


Anorganik). PT. Srikandi Empat Widya Utama. Bandung.

Dhani S.R., Yamasari Y.2014. "Rancangan Bangun Sistem Pakar Untuk


Mendiagnosa Penyakit Degeneratif". Jurnal Manajemen Informatika. Vol.
03, No. 02:17-25

Hasanah M., Fitrianti M., dan Suasti Ni W.L. 2016. "Aktifitas Antioksidan
Rebusan Daun Segar dan Daun Kering Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Pada Berbagai Perlakuan Sampel". Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi. Vol. 1, No
1:43 – 50.

Molyneux P. 2004. "The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicryl-hydrazyl


(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity". Songklanakarin J. Sci.
Technol. 26 (2), 211-219.

Saptiani N. 2017. Analisa Kandungan Vitamin C Pada Dau Pepaya Muda dan
Daun Pepaya Tua (Carica Papaya L). (Tugas Akhir), Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda. Samarinda.

Sandhiutami Ni M. D., Rahayu L., Oktaviani T., dan Sari L.Y. 2013. “Uji Aktivitas
Antioksidan Rebusan Daun Sambang Getih (Hemigraphis Bicolor Boerl)
dan Sambang Solok (Aerva Sanguinolentas (L.) Blume) Secara In Vitro.
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.

Sugiarti S. 2015. Pengaruh Suhu Dan Waktu Penyimpanan Terhadap Kapasitas


Antioksidan Minuman Fungsional Umbi Bawang Dayak Formula Kayu
Manis. (Tugas Akhir), Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda

Sunardi, Kuncahyo I. 2007. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh


(Averrhoa bilimbi, L.) Terhadap 1,1-Diphhenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH).
Seminar Nasional Teknologi (SNT), D-III Teknologi Farmasi Fakultas
Teknologi Farmasi Teknologi USB. Yogyakarta.
Suryohudoyo P. 2013. “Oksidan, Antioksidan, Dan Radikal Bebas”. Surabaya.

Ulpa D.R. 2011. “Pembuatan Edible Film Dari Campuran Ekstrak Pepaya (Carica
papaya L.) Kanji Dan Gliserin Sebagai Bahan Pengemas. (Skripsi),
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Warsono D, Syamsudin. 2013. "Unjuk Kerja Spektrofotometer Untuk Analisa Zat


Aktif Ketoprofen”. Jurnal Konversi. Vol. 2, No. 2.

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.

Verheji E.W.M. dan Coronel R.E. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai