Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN


SAMPAH PLASTIK DI BUKIT PINANG

DOSEN PEMBIMBING : Drs. M. Rusydi Ahmad, M.Hum.

Disusun Oleh :

1902016095 – Grace Eunike

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi

kesempatan penulis untuk merancang dan menyelesaikan makalah yang berjudul

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN SAMPAH

PLASTIK DI BUKIT PINANG. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dari

mata kuliah Bahasa Indonesia, untuk memperkuat kuat kompetensi kami dalam

belajar dan mengembangkan keterampilan secara utuh.

Dengan dirancangnya makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat

bermanfaat untuk kita agar kita semakin sadar bahwa menjaga lingkungan dari

sampah, terutama sampah plastik itu sangat penting agar lingkungan kita tidak

tercemar.

Akhir kata, mohon maaf bila banyak kesalahan-kesalahan dalam penulisan,

dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis yang masih dalam tahap

belajar. Sekian dari penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, dan

penulis berharap agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Samarinda, 12 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman................................................................................................................................i

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................

1.3 Tujuan.................................................................................................................

1.4 Manfaaat.............................................................................................................

BAB II TEORI.......................................................................................................................

BAB III METODOLOGI

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................................

B. Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah merupakan sesuatu yang tidak pernah lepas dari kehidupan

manusia. Gaya hidup dan lingkungan membuat manusia terus menerus

membutuhkan barang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tanpa

disadari miliaran ton sampah ditinggalkan begitu saja di Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) menjadi timbunan, laut dan sungai tercemar. Hal ini dapat dilihat di

daerah Samarinda tepatnya berada di Bukit Pinang yang menjadi sorotan

dikarenakan menjadi tempat pembuangan sampah yang pada akhirnya berdampak

bagi masyarakat sekitar maupun bagi warga Samarinda yang terkena dampak

berbagai pencemaran seperti pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran

darat.

Data dari Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Samarinda, Kota

Samarinda memiliki 726.223 ribu jiwa penduduk yang setiap harinya

menghasilkan sampah organik maupun anorganik, Sampah non organik yang

memiliki waktu panjang untuk terurai. Hal ini diperburuk oleh sistem daur ulang

dan pengelolaan sampah yang banyak terkendala oleh sarana dan prasarana.

Menyebabkan sebagian sampah non organik ini tercampur dengan sampah

organik dan berakhir menjadi timbunan di tempat pembuangan akhir atau tercecer

di lingkungan.
PERDA Kota Samarinda No. 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Sampah seharusnya bisa mendorong kerjasama antara masyarakat dan Lembaga

pemerintah terkait untuk mengelola sampah secara bersama dan mengurangi

timbulan sampah langsung dari sumbernya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan utama dalam karya

ilmiah ini adalah partisipasi masyarakat. Permasalahan ini dirinci sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat?

2. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap pengurangan sampah plastik?

3. Apa yang seharusnya masyarakat lakukan terhadap pengurang sampah

plastik?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari karya tulis ilmiah ini yaitu, agar mengetahui partisipasi

masyarakat dalam pengurangan sampah plastik, khususnya di daerah Bukit

Pinang.

1.4 Manfaat

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan

sekitar dari sampah, terutama sampah plastik.


BAB II

TEORI

Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila

dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris

“participation” yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan (John M. Echols

& Hasan Shadily, 2000: 419). Partisipasi berarti peran serta seseorang atau

kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan

maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu,

keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil –

hasil pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010: 46). Pengertian tentang

partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi, (2001: 201-202)

dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan

kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan

pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti

bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka,

membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

H.A.R.Tilaar, (2009:287) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai

wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses

desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah

(bottom-up)dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan

pembangunan masyarakatnya.
Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah (2001: 38) mengklasifikasikan

partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:a.Partisipasi

LangsungPartisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu

dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat

mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan

terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.b.Partisipasi tidak

langsungPartisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak

partisipasinya.Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011:61-

63) membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam

pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi

dalam pengambilan pemanfaatan. Dan Keempat, partisipasi dalam evaluasi.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

partisipasi adalah keterlibatan suatu individu atau kelompok dalam pencapaian

tujuan dan adanya pembagian kewenangan atau tanggung jawab

bersama.2.Bentuk PartisipasiBentuk partisipasi menurut Effendi yang dikutip oleh

Siti Irene Astuti D (2011:58), terbagi atas:a.Partisipasi VertikalPartisipasi vertikal

terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian

dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada

sebagai status bawahan, pengikut, atauklien.b.Partisipasi horizontalPartisipasi

horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau

kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.


Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D (2011:58), partisipasi

masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu:a.Partisipasi fisikPartisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua)

dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan

menyelenggarakan usaha sekolah.b.Partisipasi non fisikPartisipasi non fisik

adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan

pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu

pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan

mengarahkan rakyat untuk bersekolah.


BAB III

METODOLOGI

Dalam hal ini, metodologi yang digunakan oleh penulis ialah studi

literatur, dimana peneliti mengumpulkan data dengan mencari di internet dan

melihat keeadaan langsung di tempat kejadian guna memecahkan masalah yang

dihadapi oleh penulis.


BAB IV

PEMBAHASAN

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga

untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak

atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan. Sampah

adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas

manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat dirumuskan

sebagai bahan sisa dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Sampah yang harus

dikelola tersebut meliputi sampah yang dihasilkan dari :

Rumah tangga Kegiatan komersial: pusat perdagangan, pasar, pertokoan,

hotel, restoran, tempat hiburan.

Fasilitas sosial : rumah ibadah, asrama, rumah tahanan/penjara, rumah

sakit, klinik, puskesmas.

Fasilitas umum: terminal, pelabuhan, bandara, halte kendaraan umum,

taman, jalan, Industri Hasil pembersihan saluran terbuka umum seperti sungai,

danau dan pantai.


A. Bagian – bagian Sampah

Sampah pada umumnya dapat di bagi menjadi dua bagian :

1. Sampah Organik

Sampah organik (biasa disebut sampah basah) dan sampah anorganik

(sampah kering). Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan

dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,

perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses

alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya

sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran dll.

2. Sampah Anorganik

Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti

mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak

terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara

keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat

diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah

tangga, misalnya berupa botol, botol, tas plsti. Dan botol kaleng, kertas, koran,

dan karton merupakan pengecualian. Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan

karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat

didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik),

maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik.


B. Dampak - Dampak Sampah

Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian

maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas

kehidupan dapat lebih ditingkatkan. Namun seringkali peningkatan teknologi juga

menyebabkan dampak negatif yang tidak sedikit.

1. Dampak Bagi Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai

(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi

beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing

yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat

ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus

yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air

minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat

dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah

satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia).

Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui

makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.


2. Dampak Terhadap Lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau

sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati

sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya

ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan

menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau

kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

3. Dampak terhadap keadaan social dan ekonomi

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk

lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap

dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.

Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan. Pengelolaan sampah yang

tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal

penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk

mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja,

rendahnya produktivitas).

Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir

dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan,

jembatan, drainase, dan lain-lain.

Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah

yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan

air.
Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan

cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu

lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

C. Bahaya Sampah Plastik bagi Kesehatan dan Lingkungan

Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup

yang sampai saat ini masih tetap menjadi “PR” besar bagi bangsa Indonesia

adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi

sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.

Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat

sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Namun yang menjadi

persoalan adalah dampak negatif sampah plastik ternyata sebesar fungsinya juga.

Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara

terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang

sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air

tanah.

Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang

berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik

akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila

terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis,

pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi. Kantong plastik

juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air, tanggul. Sehingga

mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.


Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik

digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka,

dapat membukus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat! Coba anda

bayangkan begitu fantastisnya sampah plastik yang sudah terlampau menggunung

di bumi kita ini Setiap tahun, sekitar 500 milyar – 1 triliyun kantong plastik

digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong

plastik setiap tahunnya dunia setiap tahunnya. Kantong plastik mulai marak

digunakan sejak masuknya supermarket di kota-kota besar.

Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik

mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik

membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya.

Proses produksinya sangat tidak hemat energi dan pada tahap pembuangan di

lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca.

D. Usaha Pengendalian Sampah

Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan

alternatif pengolahan yang benar. Teknologi landfill yang diharapkan dapat

menyelesaikan masalah lingkungan akibat sampah, justru memberikan

permasalahan lingkungan yang baru. Kerusakan tanah, air tanah, dan air

permukaan sekitar akibat air lindi, sudah mencapai tahap yang membahayakan

kesehatan masyarakat, khususnya dari segi sanitasi lingkungan.


Gambaran yang paling mendasar dari penerapan teknologi lahan urug

saniter (sanitary landfill) adalah kebutuhan lahan dalam jumlah yang cukup luas

untuk tiap satuan volume sampah yang akan diolah. Teknologi ini memang

direncanakan untuk suatu kota yang memiliki lahan dalam jumlah yang luas dan

murah. Pada kenyataannya, lahan di berbagai kota besar di Indonesia dapat

dikatakan sangat terbatas dan dengan harga yang tinggi pula. Dalam hal ini,

penerapan lahan urug saniter sangatlah tidak sesuai.

Berdasarkan pertimbangan di atas, dapat diperkirakan bahwa teknologi

yang paling tepat untuk pemecahan masalah di atas, adalah teknologi pemusnahan

sampah yang hemat dalam penggunaan lahan. Konsep utama dalam pemusnahan

sampah selaku buangan padat adalah reduksi volume secara maksimum. Salah

satu teknologi yang dapat menjawab tantangan tersebut adalah teknologi

pembakaran yang terkontrol atau insinerasi, dengan menggunakan insinerator.

Teknologi insinerasi membutuhkan luas lahan yang lebih hemat, dan

disertai dengan reduksi volume residu yang tersisa ( fly ash dan bottom ash )

dibandingkan dengan volume sampah semula. Ternyata pelaksanaan teknologi ini

justru lebih banyak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan berupa

pencemaran udara. Produk pembakaran yang terbentuk berupa gas buang COx,

NOx, SOx, partikulat, dioksin, furan, dan logam berat yang dilepaskan ke

atmosfer harus dipertimbangkan. Selain itu proses insinerator menghasilakan

Dioxin yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya kanker, sistem

kekebalan, reproduksi, dan masalah pertumbuhan.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah


berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam
proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak
bergerak.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika
dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat
dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari


aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,
manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah
pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah
konsumsi. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam usaha mengatasi masalah
sampah yang saat ini mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari masyarakat
adalah pemberian pajak lingkungan yang dikenakan pada setiap produk industri
yang akhirnya akan menjadi sampah.

B. Saran – Saran

Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan


menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan
sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih
menghargai lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu.
Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak
maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.

DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.uny.ac.id/7720/3/bab%202%20-%20%2007110241010.pdf

http://endra-tugasiswa.blogspot.com/2011/03/makalah-limbah-sampah-plastik.html

https://eprints.uny.ac.id/7720/3/bab%202%20-%20%2007110241010.pdf

https://www.academia.edu/8669784/MAKALAH_PENGOLAHAN_LIMBAH_P

LASTIK

Anda mungkin juga menyukai