Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN TUGAS BESAR

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH


DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Oleh:
Kelompok 2
1. Agung Tri Kuncoro (1162005021)
2. Malikhatun Nikmah (1162005005)
3. Medinah Nur Khalifah (1162005019)
4. Rr. Alifianatifa Anandya P (1162005002)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BAKRIE
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan kota yang semakin pesat akan meningkatkan aktivitas penduduknya. Seiring
dengan meningkatnya aktivitas tersebut akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan air bersih,
baik untuk keperluan domestik maupun non domestik. Pemakaian air bersih yang besar akan
meningkatkan jumlah Air Limbah Domestik yang dihasilkan. Semakin besarnya penggunaan air
juga berpengaruh terhadap Air Limbah Domestik yang dihasilkan sebab 60-80% air bersih yang
digunakan merupakan air buangan. Sementara lahan yang tersedia semakin sempit karena
digunakan untuk pembangunan berbagai fasilitas.
Air limbah domestik dan limbah non domestik menjadi suatu kebutuhan yang mendesak, ketika
dampak negati fmulai dirasakan. Dampak yang ditimbulkan antara lain masalah dengan sistem
sanitasi, kesehatan lingkungan dan penyaluran air buangan. Terlebih lagi saat ini masih banyak
yang menggunakan system sanitasi on-site, sehingga resiko belum standarnya kualitas Air Limbah
Domestik tersebut dapat menjadi beban pencemaran pada daerah tersebut. Oleh karena itu
diperlukan suatu usaha terpadu untuk mengelola Air Limbah Domestik supaya tidak mencemari
lingkungan.
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa dan 137 pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, dihuni oleh beraneka ragam suku
bangsa dengan adat istiadatnya yang juga berbeda, namun mempunyai cita-cita dan tujuan yang
sama, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Untuk melaksanakan dan mencapai tujuan dan cita-cita tersebut diperlukan suatu rencana
yang dapat merumuskan secara lebih konkrit pencapaian tujuannya.
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk dapat memenuhi tujuan- tujuan Millenium
Development Goals (MDGs). Khususnya yang terkait dengan Butir 7 Target ke-10 MDGs, yakni
“mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak punya akses berkelanjutan pada
air yang aman diminum dan sanitasi yang layak pada tahun 2015”. Hal ini sejalan dengan target
nasional dalam RPJMN 2010-2014, bidang sanitasi d engan uraian kuantitatif sebagai
berikut:(i)Target air minum perpipaan dan non-perpipaan dari 54,08% pada tahun 2010 menjadi
70% pada tahun 2014;(ii)Target akses air limbah off -site dan on-sitesystem dari 75% tahun2010
menjadi 100% pada tahun 2014; dan (iii) Target sampah terangkut perkotaan dari 44,60% pada
tahun 2010 menjadi 80% pada tahun 2014. Sedangkan target yang ditetapkandalam RPJMD
Provinsi NTB 2009-2013, terkait bidang Sanitasi memuat tentang upaya peningkatan cakupan air
bersih sebesar 75% (2013) dari 65% (2007) serta meningkatnya cakupan jamban keluarga dari 57%
pada tahun 2007 menjadi 80% di tahun 2013.
Target ini bisa dipenuhi secara kuantitif, tetapi secara kualitatif layanan yang tersedia masih
belum memadai. Kurang dari 10 kota memiliki jaringan pembuangan limbah dan ini mencapai
kurang lebih 1,3% penduduk kota. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah
lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi yang lebih disebabkan karena tidak terpadu, salah
sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat
pada perilaku hidup bersih dan sehat.
Sanitasi merupakan salah satu tantangan paling signifikan yang berhubungan dengan
pengurangan kemiskinan di Indonesia. Kurangnya pengelolaan sanitasi di perkotaan memiliki
konsekwensi rendahnya tingkat kesehatan masayarakat pada pembangunan lingkungan yang
berkelanjutan.
Sebagai upaya memperbaiki kondisi sanitasi tersebut perlu dengan menyiapkan sebuah
perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Diperlukan perhatian khusus
dalam upaya meningkatkan kepedulian dan menggalakan pola hidup bersih dan sehat untuk
merubah kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi.
Suatu perencanaan pembangunan Sanitasi tanpa disertai data-data yang memadai, tentu hasilnya
akan jauh dari harapan. Demikian pula dalam hal pembangunan sanitasi perlu gambaran riil kondisi di
lapangan agar prioritas dan model pembangunan sanitasi tepat sasaran dan sesuai kondisi wilayah setempat.
Selama ini pemerintah daerah sudah memiliki data-data sekunder tentang kondisi sanitasi di
wilayahnya. Namun data-data tersebut masih bersifat terbatas. Data yang terkait dengan sanitasi
umumnya berada ditingkat kabupatan/kota dan tidak mampu dipecah ke dalam tingkat yang lebih
ke bawah. Selain itu, data yang terkait dengan sanitasi kerapkali berada pada database yang
berbeda-beda, tersebar di berbagai sektor. Salahsatu sumber data mengenai air bersih (air minum),
drainase serta air limbah dan sanitasi termuat dalam RPJPD Kabupaten Sumbawa Barat tahun
2006-2025 dengan gambaran yang sangat terbatas.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pembuatan tugas besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah
(PBPAL) ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan alternatif teknologi pengolahan air limbah yang tepat sesuai dengan
karakteristik air limbah domestik dan air limbah non domestik di Kabupaten Sumbawa
Barat.
b. Merencanakan desain unit bangunan pengolahan air limbah sesuai dengan kriteria desain
yang ada dan menggambar desain unit yang telah direncanakan.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup tugas besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah (PBPAL) ini adalah
sebagai berikut:
1. Mencari data kualitas air limbah domestik.
2. Menghitung konsentrasi air limbah domestik.
3. Menganalisa karakteristik air limbah dan membandingkan dengan baku mutu.
4. Mengumpulkan literature mengenai metode pengolahan air limbah domestik beserta
kriteria desainnya.
5. Menentukan alternatif unit pengolahannya.
6. Melakukan perhitungan dimensi unit pengolahan sesuai dengan kriteria desain yang telah
dipilih.
7. Melakukan perhitungan hidrolis.
8. Membuat gambar desain unit-unit sesuai dengan hasil perhitungan.
BAB II
GAMBARAN UMUM AREA PELAYANAN

2.1. Gambaran Umum


Kabupaten Sumbawa Barat sebagai sebuah kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Sumbawa berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dalam rangka
mendekatkan dan meningkatkan pelayanan publik, terus berusaha meningkatkan kualitas
pembangunan demi mengejar ketertinggalan dari daerah lain di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Hal ini sejalan dengan visi pembangunan KSB untuk lima tahun pertama, Kabupaten
Sumbawa Barat yakni “membangun pelayanan publik prima dan produktivitas pertanian menuju
agroindustri agar terciptanya pembangunan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi
geografis dan sumber daya alam, keseimbangan antara pertumbuhan dan pemerataan
pembangunan dan sumber daya manusia yang berdaya saing”.

2.2. Administrasi
Pada Awal pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat, terdiri dari 5 kecamatan, 37 Desa dan
131 Dusun/Lingkungan. Sesuai dengan kebutuhan organisasi sekaligus untuk mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat, wilayah administrasi kabupaten Sumbawa Barat mengalami
pemekaran menjadi 8 Kecamatan, 6 Kelurahan, 57 Desa dan 208 Dusun/ Lingkungan pada Tahun
2009.
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai salah satu daerah dari sembilan kabupaten/kota yang
berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak diujung barat pulau Sumbawa pada posisi
116o 42’ sampai dengan 117o 05’ BT dan 08o 30’ sampai dengan 09o 07’ LS, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kec. Alas Barat dan Kec. Alas Kabupaten Sumbawa;
 Sebelah Timur : Kec. Batu Lanteh dan Kec. Lunyuk Kab. Sumbawa;
 Sebelah Selatan : Samudera Indonesia; dan
 Sebelah Barat : Selat Alas
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Sumbawa Barat
Di tahun 2009 Secara administratif wilayah Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari 8
kecamatan, yang terdiri dari: Poto Tano 158,88 km2 (8,59%), Seteluk 236,21 km2 (12,77%), Brang
Rea 212,07 km2 (11,47%), Brang Ene 140,90 km2 (7,62%), Kecamatan Taliwang 375,93 km2
(20,33%), Jereweh 260,19 km2 (14,07%), Kecamatan Maluk 92,42 km2, dan Sekongkang 372,42
km2 (20,14%) (5,00%). Secara lebih rinci dan detail dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jarak Dengan Ibukota Kabupaten
Sumbawa Barat
Luas Wilayah Jarak Dengan
Jumlah
No Kecamatan Ibukota Kabupaten
2
(km ) (%) Desa/Kel
(km2)
1 Poto Tano 158,88 8,59 8 25
2 Seteluk 236,31 12,77 10 15
3 Brang Rea 212,07 11,47 9 11
4 Taliwang 375,93 20,33 15 0
5 Brang Ene 140,90 7,62 6 5
6 Jereweh 260,19 14,07 4 15
7 Maluk 92,42 5,00 5 30
8 Sekongkang 372,42 20,14 7 41
Jumlah 1.849,02 1.849,02 64
Sumber : Sumbawa Barat Dalam Angka 2008/2009
Pada tahun 2010 jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 3.210 orang. 458 orang masih berstatus CPNS Daerah dan
63 Honor Daerah. Jika di rinci pergolongan 45 orang Pegawai Golongan I, 1.352 orang Golongan
II, 1.332 orang Golongan III, 481 orang Golongan IV dari jumlah tersebut PNS terbanyak bertugas
di Sekolah Dasar Negeri yaitu sekitar 618 orang dengan rincian 327 laki-laki dan 291 perempuan,
sementara kantor arsip dan perpustakaan merupakan SKPD yang memiliki PNS paling sedikit.
Tabel 2.2 Nama Kecamatan, Ibukota dan Jumlah Desa/ Dusun Kabupaten Sumbawa Barat
Jumlah
Kecamatan Ibu Kota
Kelurahan Desa Dusun/ Lingk

Poto Tano Senayan 8 25

Seteluk Seteluk Tengah 10 28

Taliwang Kuang 6 8 50

Brang Rea Tepas 9 31

Brang Ene Manemeng 6 18

Jereweh Beru 4 14

Maluk Benete 5 17

Sekongkang
Sekongkang 7 21
Bawah

Sumber : BPS dalam Buku Sumbawa Barat Dalam Angka 2010

2.3. Keadaan Fisik Dasar


4.1.1. 2.3.1. Topografis
Keadaan topografi wilayah KSB cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang curam
sampai sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter dari permukaan
laut (mdpl) seperti disajikan pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.3 Keadaan Tofografi Wilayah KSB Tahun 2009
Kemiringan Luas Luas
No. Keadaan Tofografi
Lahan (%) (ha) (%)
1. Datar 0 – 2,00 21.822 11,80
2. Bergelombang 2,01 – 15,00 16.369 8,85
3. Curam 15,01 – 40,00 53.609 28,999
4. Sangat Curam > 40,00 93.102 50,35
Total KSB - 184.902 100,00
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010
Ketinggian ibukota pada setiap kecamatan di KSB berkisar antara 7 sampai 31 mdpl.
Topografi yang semakin datar dan bergelombang sebagian besar digunakan untuk lokasi
permukiman dan lahan pertanian, sedang topografi yang semakin curam hingga sangat curam
sebagian besar merupakan kawasan hutan yang berfungsi untuk melindungi kawasan
sekitarnya yang lebih rendah.

4.1.2. 2.3.2. Luas dan Sebaran Tanah/Lahan


Luas tanah/lahan di KSB tahun 2010 adalah 148.902 hektar berupa lahan sawah dengan
lima jenis penggunaan dan lahan kering dengan 12 jenis penggunaan. Rincian sebaran
penggunaan lahan di KSB tahun 2006 - 2010 disajikan pada Tabel 2.03. berikut ini.
Tabel 2.4 Rincian Sebaran Penggunaan Lahan di KSB Tahun 2006 - 2010
No. Jenis Penggunaan 2006 2007 2008 2009 2010
I. Tanah/Lahan Sawah:
1 Sawah Irigasi Teknis 3.846 4.093 4.093 4.093 4.093
2 Sawah Irigasi ½ Teknis 1.876 2.052 2.052 2.052 2.052
Sawah Irigasi Sederhana
3 836 869 869 869 1.233
PU
Sawah Irigasi Sederhana
4 594 589 589 589 589
Non PU
5 Sawah Tadah Hujan 1.850 1.850 1.487 1.486 1.507
Sub Total 9.002 9.090 9.090 9.090 9.474
II. Tanah/Lahan Kering:
1 Tegal/Kebun 6.545 7.852 7.852 7.852 7.518
No. Jenis Penggunaan 2006 2007 2008 2009 2010
2 Ladang/Huma 4.499 3.096 3.096 3.096 3.096
3 Perkebunan 4.009 5.332 5.332 5.332 5.332
Ditanami Pohon/Hutan
4 1.945 3.179 3.179 3.179 3.179
Rakyat
5 Hutan Negara 137.965 134.888 134.790 134.790 134.790
Padang Rumput/
6 2.465 2.610 2.610 2.610 2.610
Pengembalaan
7 Tambak 502 526 526 526 526
8 Kolam/Tebat/Empang 20 173 0 14 14
Rawa-rawa (tidak
9 987 987 987 987 987
ditanami)
Sementara Tidak
10 2.201 2.407 2.407 2.407 2.357
Diusahakan
Pekarangan/Permukiman
11 1.048 1.048 1.071 1.071 1.071
(rumah/bangunan)
12 Lain-lain 13.714 13.714 13.962 13.948 13.948
Sub Total 175.900 175.812 175.812 175.812 175.428
Total I + II 184.902 184.902 184.902 184.902 184.902
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010; Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010
Berdasarkan Tabel 2.4 di atas diketahui bahwa sebaran penggunaan lahan di KSB tahun
2010 meliputi: lahan sawah 5,12% yang sebagian besar berupa lahan sawah irigasi teknis dan
irigasi setengah setengah teknis, dan lahan kering 94,88% yang sebagian besar berupa hutan
negara. Perkembangan penggunaan lahan selama periode tahun 2006 – 2010, luas lahan sawah
meningkat rata-rata 1,32% per tahun disebabkan adanya pembangunan prasarana irigasi baru,
sebaliknya luas lahan kering menurun rata-rata 0,07% per tahun.
Lahan sawah, baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan umumnya dimanfaatakan
untuk usahatani padi dan palawija. Lahan kering yang digunakan untuk kegiatan pertanian
dalam arti luas berupa: tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, ditanami pohon/hutan rakyat,
hutan negara, padang rumput/pengembalaan, tambak, dan kolam/tebat/empang, belum
dimanfaatkan secara intensif untuk pengusahaan berbagai jenis komoditas pertanian dan
perikanan, sedang pemeliharaan ternak umumnya dilakukan secara ekstensif.
Lahan kering berupa hutan negara menempati porsi penggunaan yang sangat luas (sekitar
72,90 % dari luas wilayah). Rincian luas hutan Negara berdasarkan jenis penguasaannya
disajikan pada Tabel 2.5. berikut di bawah ini.
Tabel 2.5 Rincian Luas Hutan Negara berdasarkan Jenis Penggunaan di Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2010

No. Status Penguasaan Luas (Ha) Luas (%) % dr Luas Wil.

1 Hutan Lindung 66.311,06 49,20 35,86


2 Hutan Cagar Alam 524,00 0,39 0,28
3 Hutan Taman Wisata Alam 874,91 0,65 0,47
4 Hutan Produksi Terbatas 36.155,07 26,82 19,55
5 Hutan Produksi Tetap 18.753,24 13,91 10,14
6 Hutan Konservasi SDA 12.171,72 9,03 6,58
TOTAL 134.790,00 100,00 72,90
Sumber: Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010.
Dari Tabel 2.5. diketahui bahwa sebagian besar hutan negara (59,27% dari luas hutan
negara atau 43,19% dari luas wilayah) tidak dapat dimanfaatkan secara langsung untuk proses
produksi pertanian, pertambangan atau kegiatan ekonomi lainnya karena kawasan hutan
tersebut harus tetap dipertahannya fungsinya untuk melindungi ketersediaan sumbersaya
tanah, air dan udara. Sementara itu, hutan negara yang dapat dimanfaatkan secara langsung
untuk kegiatan ekonomi hanya 40,73% dari luas hutan atau 29,73% dari luas wilayah.
Lahan KSB yang digunakan sebagai lokasi obyek Wisata Alam, dalam lima tahun terakhir
berkembang cukup pesat seiring dengan beroperasinya berbagai perusahaan dan pelaksanaan
pembangunan. Jumlah lokasi obyek wisata alam yang potensial di KSB tahun 2010 sebanyak
32 lokasi, terdiri atas 13 obyek wisata pantai dan 19 obyek wisata alam darat dan air (Dinas
ESDM Budpar KSB, 2010).

4.1.3. 2.3.3. Pulau-pulau Kecil


Pulau-pulau kecil (small island) adalah pulau-pulau yang berukuran kecil yang secara
ekologis terpisah dari pulau induknya (main land). Pulau-pulau kecil KSB tahun 2009
berjumlah 16 pulau dengan luas sekitar 1.016,83 Ha. Pulau-pulau kecil tersebut tidak
mempunyai penghuni tetap, tetapi sebagian dari pulau-pulau tersebut telah dimanfaatkan oleh
sebagian kecil masyarakat KSB untuk berbagai macam kegiatan seperti: pariwisata, budidaya
mutiara, budidaya rumput laut, penangkapan ikan, tempat pengambilan sarang burung walet,
dan pengambilan hasil hutan kayu dan non kayu.

4.1.4. 2.3.4. Hidrologi dan Klimatologi


Wilayah perairan laut KSB tahun 2009 seluas 1.060,80 km2. Perairan laut yang utama
adalah Selat Alas dengan beberapa teluk kecil di sekitarnya (seperti: Teluk Taliwang, Teluk
Balat, Teluk Maluk, Teluk Lawar dan lain-lain), sangat potensial untuk berbagai jenis usaha
perikanan dan kelautan. Selat Alas mempunyai arti penting karena peranannya dalam proses
Arus Lintas Indonesia (ARLINDO), sehingga merupakan wilayah perairan dengan potensi
perikanan yang cukup besar (PT. Newmont Nusa Tenggara dan P2LH Unram, 2004; BPS
KSB dan BAPPEDA KSBM, 2010).
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan wilayah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh
musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan umumnya berlangsung bulan
Nopember sampai dengan Maret (5 bulan), sedang musim kemarau dari bulan April sampai
dengan Oktober (7 bulan). Total hari hujan pada tahun 2009 sebanyak 95 hari dengan rata-rata
per bulan 7,92 hari, sedang total curah hujan sebesar 2.156 mm atau rata-rata per bulan 179,66
mm (BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa KSB
merupakan daerah kering, sehingga ketersediaan air merupakan faktor pembatas untuk
pengembangan kegiatan ekonomi, terutama pertanian lahan kering.

2.4. Kependudukan
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa Barat
berjumlah 114.754 jiwa yang terdiri dari 58.170 laki-laki dan 56.584 perempuan. Dengan melihat
luas wilayah Kabupaten Sumbawa Barat sekitar 1.849,02 km2 maka rata-rata kepadatan penduduk
KSB adalah sebanyak 62 orang per-km2 dengan rincian sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk KSB Per-Kecamatan dan Jenis Kelamin
Penduduk (jiwa)
Sex Luas Kepadatan
No Kecamatan Laki- Jumlah %
Peremp. Rasio (Km2) (Jiwa/Km2)
laki
1. Poto Tano 4.695 4.563 9.258 8,1 102,89 158,88 58,27
2. Seteluk 7.777 7.623 15.400 13,4 102,02 236,21 65,20
3. Brang Rea 6.447 6.084 12.531 10,9 105,97 212,07 59,05
4. Brang Ene 2.578 2.502 5.080 4,5 103,04 140,9 36,05
5. Taliwang 22.095 21.937 44.032 38,4 100,72 375,93 117,13
6. Maluk 6.196 5.679 11.875 10,3 109,10 260,19 32,25
7. Jereweh 4.210 4.181 8.391 7,3 100,69 92,42 128,49
8. Sekongkang 4.172 4.015 8.187 7,1 103,01 372,42 21,98
Jumlah 58.170 56.584 114.754 100 102,80 1.849,02 62,06
Sumber: BPS Sumbawa Barat (Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010)

120000

100000
Jumlah (Jiwa)

80000

60000

40000

20000

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk

Gambar 2.2 Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Kab. Sumbawa Barat Tahun 2006 -
2009 dan Prediksinya Tahun 2010 - 2015
115000 31000

Jumlah Rumahtangga (unit)


30000
Jumlah Penduduk (Jiwa)

110000
29000
105000
28000
100000 27000
26000
95000
25000
90000
24000
85000 23000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Penduduk Rumahtangga

Gambar 2.3 Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk dan Rumahtangga KSB Tahun 2006
– 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015

Tingkat kepadatan penduduk KSB yang tersaji pada Tabel 2.21. tergolong “sangat jarang”,
namun penyebaran penduduk antar kecamatan dan desa “relatif tidak merata”, dimana desa-desa
di Kecamatan Seteluk, Taliwang dan Maluk lebih padat dari desa-desa di Kecamatan Poto Tano,
Brang Rea, Brang Ene, Jereweh dan Sekongkang. Sementara itu, rata-rata jumlah anggota
rumahtangga penduduk pada tahun 2009 sebanyak 3,82 jiwa.
Tabel 2.7 Perkembangan Jumlah Penduduk menurut Struktur Umur di KSB Tahun 2006 –
2009 dan Prediksnya Tahun 2010 - 2015
Tahun 0 - 14 Tahun (jiwa) 15 – 64 Tahun (jiwa) 65+ Tahun (jiwa) Total (jiwa)
2006 31.480 61.238 3.119 95.837
2007 30.911 62.930 3.172 97.013
2008 30.506 65.713 2.837 99.056
2009 31.247 63.363 6.479 101.089
2010 32.803 64.977 5.685 103.465
2011 32.284 66.018 6.790 105.092
2012 32.582 66.809 7.634 107.025
2013 32.881 67.600 8.478 108.959
2014 33.179 68.391 9.322 110.892
Tahun 0 - 14 Tahun (jiwa) 15 – 64 Tahun (jiwa) 65+ Tahun (jiwa) Total (jiwa)
2015 33.477 69.182 10.166 112.825
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat, 2006 – 2010.

80000
70000
Jumlah (jiwa)

60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

0 - 14 15 - 64 65+

Gambar 2.4 Grafik Perkembangan Penduduk menurut Struktur Umur di KSB Tahun 2006
– 2010 dan Prediksnya Tahun 2011 – 2015
Data pada Tabel 2.24. dan Gambar 2.25. menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
tergolong sebagai tenaga kerja (usia 15 tahun ke atas), misalnya pada tahun 2009 sebanyak 68.842
jiwa, sedang jumlah penduduk yang bukan tenaga kerja sebanyak 31.247 orang, sehingga angka
ketergantungan (dependency ratio) sebesar 0,45, artinya setiap 100 orang yang bekerja
menanggung hidup 45 orang yang tidak bekerja. Sedangkan tingkat perkembangan jumlah tenaga
kerja di Kabupaten Sumbawa Barat dari Tahun 2006 – 2007 terlihat pada Tabel 2.17 berikut ini:
Tabel 2.8 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di KSB Tahun 2006 – 2009
Perubahan
No. Kompenen 2007 2008 2009
(%/tahun)
1. Angkatan Kerja: 44.501 40.943 40.943 - 4,00
a. Bekerja 42.361 38.628 38.628 - 4,41
b. Pernah Bekerja 810 1.209 1.209 24,63
c. Tdk pernah bekerja 13.130 1.106 1.106 - 45,79
2. Bukan Angkatan Kerja: 24.138 27.548 27.548 7,06
a. Sekolah 6.283 5.406 5.406 6,98
b. Mengurus RT 15.425 13.531 13.531 - 6,14
c. Lainnya 2.430 8.611 8.611 -127,18
Total Tenaga Kerja 68.639 68.491 68.491 0,22
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.
Data pada Tabel 2.8 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja dari waktu ke waktu
menurun dengan rata-rata penurunan 4,00 % per tahun, sebaliknya jumlah buka angkatan kerja
meningkat dengan rata-rata peningkatan 7,06 per tahun. Dari sejumlah angkatan kerja pada tahun
2009, masih terdapat pencari kerja yang belum ditempatkan atau belum memperoleh pekerjaan
sebanyak 738 orang.
Tabel 2.9 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Uang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
di KSB Tahun 2006 – 2009
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009
1 Pertanian Dalam Arti Luas 17.543 15.253 15.253
2 Industri Pengolahan 1.822 4027 4.027
3 Rumah Makan dan Perhotelan 8.005 6473 6.473
4 Jasa-jasa Kemasyarakatan 5.994 7065 7.065
5 Lainnya 8.997 5810 5.810
Total AK yang Bekerja 42.361 38.628 38.628
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.
Data pada Tabel 2.9 menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja yang bekerja masih
menggantungkan hidupnya pada lapangan usaha pertanian dalam arti luas (misalnya pada tahun
2009 sebanyak 39,49 %), sedangkan jumlah angkatan kerja pada lapangan-lapangan usaha lainnya
relatif sedikit.
Tabel 2.10 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Formal di KSB
Tahun 2006 – 2009

No. Pendidikan Formal 2007 2008 2009

1. Tidak/belum sekolah 2222 1184 1184


2. Tidak/belum tamat SD 5238 6079 6079
3. SD 18050 14889 14889
4. SMP 6404 6149 6149
5. SMA 10467 9801 9801
6. Diploma I/II/III 2120 2841 2841
7. Sarjana Ke Atas - -
Total AK 44501 40.943 40.943
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.
Data pada Tabel 2.10 menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja mempunyai tingkat
pendidikan yang rendah, yaitu tidak sekolah sampai dengan tamat sekolah dasar sebanyak 54,10
%, sedangkan angkatan kerja yang berpendidikan relative baik, yaitu tamat sekolah menengah
pertama ke atas sebanyak 45,90 %.
Tabel 2.11 Jumlah Penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Sekongkang
Tahun 2000-2019 dan Proyeksi Penduduknya 20 Tahun Mendatang
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Sekongkang Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2000 5793 2020 10958
2001 5943 2021 11327
2002 6096 2022 11708
2003 6254 2023 12102
2004 6415 2024 12510
2005 6581 2025 12931
2006 6751 2026 13366
2007 6926 2027 13816
2008 7072 2028 14281
2009 7250 2029 14761
2010 8179 2030 15258
2011 8385 2031 15771
2012 8596 2032 16302
2013 8615 2033 16851
2014 9191 2034 17418
2015 9436 2035 18004
2016 9677 2036 18610
2017 9939 2037 18610
2018 10189 2038 19236
2019 10446 2039 19884
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Jereweh Tahun
2000-2019 dan Proyeksi Penduduknya 20 Tahun Mendatang
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Jereweh Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2000 5556 2020 11265
2001 5717 2021 11571
2002 5882 2022 11877
2003 6052 2023 12183
2004 6227 2024 12489
2005 6407 2025 12796
2006 6592 2026 13102
2007 6783 2027 13408
2008 6926 2028 13714
2009 7121 2029 14020
2010 8370 2030 14327
2011 9700 2031 14633
2012 9973 2032 14939
2013 8831 2033 15245
2014 9461 2034 15551
2015 9734 2035 15858
2016 9906 2036 16164
2017 10291 2037 16470
2018 10580 2038 16776
2019 10877 2039 17083
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 2.13 Jumlah Penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Maluk Tahun
2000-2019 dan Proyeksi Penduduknya 20 Tahun Mendatang
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Maluk Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2000 8148 2020 15937
2001 8338 2021 16513
2002 8533 2022 17110
2003 8732 2023 17728
2004 8936 2024 18369
2005 9144 2025 19033
2006 9358 2026 19720
2007 9576 2027 20433
2008 9778 2028 21171
2009 10001 2029 21936
2010 11929 2030 22729
2011 12098 2031 23551
2012 12374 2032 24402
2013 12516 2033 25283
2014 13325 2034 26197
2015 13655 2035 27144
2016 14021 2036 28125
2017 14316 2037 29141
2018 14642 2038 30194
2019 14976 2039 31285
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 2.14 Jumlah Penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Taliwang Tahun
2000-2019 dan Proyeksi Penduduknya 20 Tahun Mendatang
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Taliwang Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2000 29949 2020 60207
2001 30789 2021 62432
2002 31654 2022 64740
2003 32542 2023 67134
2004 33455 2024 69615
2005 34394 2025 72189
2006 35360 2026 74857
2007 36352 2027 77625
2008 37117 2028 80494
2009 38130 2029 83470
2010 44136 2030 86555
2011 44578 2031 89755
2012 45795 2032 93073
2013 46505 2033 96514
2014 49795 2034 100081
2015 51203 2035 103781
2016 52085 2036 107618
2017 54085 2037 111596
2018 55561 2038 115721
2019 57078 2039 119999
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 2.15 Jumlah Penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Brang Ene Tahun
2000-2019 dan Proyeksi Penduduknya 20 Tahun Mendatang
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Brang Ene Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2000 3794 2020 6851
2001 3907 2021 7058
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Brang Ene Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2002 4024 2022 7271
2003 4144 2023 7491
2004 4268 2024 7718
2005 4396 2025 7951
2006 4527 2026 8192
2007 4662 2027 8440
2008 4759 2028 8695
2009 4897 2029 8958
2010 5088 2030 9229
2011 5139 2031 9508
2012 5288 2032 9796
2013 5379 2033 10092
2014 5778 2034 10397
2015 5951 2035 10712
2016 6211 2036 11036
2017 6312 2037 11370
2018 6495 2038 11714
2019 6683 2039 12068
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 2.16 Jumlah Penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Brang Rea Tahun
2000-2019 dan Proyeksi Penduduknya 20 Tahun Mendatang
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Brang Rea Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2000 8892 2020 16956
2001 9150 2021 17527
2002 9415 2022 18117
2003 9689 2023 18727
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Brang Rea Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2004 9970 2024 19357
2005 10259 2025 20008
2006 10557 2026 20682
2007 10863 2027 21378
2008 11092 2028 22097
2009 11405 2029 22841
2010 12498 2030 23610
2011 12623 2031 24404
2012 12979 2032 25225
2013 13194 2033 26074
2014 14160 2034 26952
2015 14582 2035 27859
2016 14957 2036 28796
2017 15439 2037 29766
2018 15875 2038 30767
2019 16323 2039 31803
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 2.17 Jumlah Penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Seteluk Tahun
2000-2019 dan Proyeksi Penduduknya 20 Tahun Mendatang
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Seteluk Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2000 11463 2020 20663
2001 11798 2021 21288
2002 12143 2022 21931
2003 12497 2023 22595
2004 12863 2024 23278
2005 13239 2025 23982
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Seteluk Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2006 13626 2026 24708
2007 14024 2027 25455
2008 14319 2028 26225
2009 14726 2029 27018
2010 15424 2030 27836
2011 15511 2031 28678
2012 15952 2032 29545
2013 16286 2033 30439
2014 17485 2034 31360
2015 18001 2035 32308
2016 18502 2036 33285
2017 19065 2037 34292
2018 19606 2038 35330
2019 20163 2039 36398
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 2.18 Jumlah Penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat Kecamatan Poto Tano Tahun
2000-2019 dan Proyeksi Penduduknya 20 Tahun Mendatang
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Poto Tano Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2000 6434 2020 12700
2001 6617 2021 13155
2002 6805 2022 13626
2003 6998 2023 14114
2004 7197 2024 14620
2005 7401 2025 15143
2006 7611 2026 15686
2007 7827 2027 16248
Jumlah Penduduk (2000-2019) di Poto Tano Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Tahun Jumlah penduduk Tahun Jumlah Penduduk
2008 7993 2028 16830
2009 8214 2029 17433
2010 9327 2030 18058
2011 9379 2031 18705
2012 9638 2032 19375
2013 9841 2033 20069
2014 10528 2034 20788
2015 10829 2035 21533
2016 11187 2036 22304
2017 11443 2037 23103
2018 11759 2038 23931
2019 12084 2039 24788
Sumber : Hasil Perhitungan

2.5. Kualitas Air Sungai


Pada pengukuran di lapangan maupun hasil analisa laboraturium menunjukan bahwa
secara umum air sungai masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, walaupun pada
parameter Coliform melebihi baku mutu.
Tabel 2.19 Pengukuran Kualitas Air Sungai yang Melintasi Kota Taliwang Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2009
BAKU
MUTU
HASIL UJI
PP 82/01
PARAME LABORATORIUM
NO SATUAN TTG PPA Ket
TER
& PKA
SUNGAI
Kls III
H1 H2 H3
A Fisik
o
1 Suhu C Deviasi 3 27,57 27,33 27,7
BAKU
MUTU
HASIL UJI
PP 82/01
PARAME LABORATORIUM
NO SATUAN TTG PPA Ket
TER
& PKA
SUNGAI
Kls III
H1 H2 H3
2 TDS mg/L 1000 115,9 614,37 117,67 < BAKU MUTU
3 DHL µmhos/cm 2250 241,67 410 245,17 < BAKU MUTU
Tidak
4 Kekeruhan NTU (-) 6,49 9,11 8,54
Dipersyaratkan
B Kimia
5 pH 6-9 9,17 8,96 8,87 < BAKU MUTU
DO
6 (standar mg/L 3 1,26 0,39 0,19 < BAKU MUTU
minimum)

o
Tidak
7 Salinity /oo (-) 0,1 0,2 0,1
Dipersyaratkan
Kesadahan
Tidak
8 sebagai mg/L 114,73 135,9 134,27
Dipersyaratkan
CaCO3
Klorida Tidak
9 mg/L (-) 9,5 22,87 7,2
(Cl) Dipersyaratkan
Amonium Tidak
10 mg/L (-) 0,02 0,03 0,04
(NH4) Dipersyaratkan
Nitrit
11 mg/L 0,06 0,01 0,01 0,01 < BAKU MUTU
(NO2)
Phosphat
12 mg/L 1 0,1 0,08 0,09 < BAKU MUTU
(PO4)
13 BOD mg/L 6 2,08 2,21 3,12 < BAKU MUTU
BAKU
MUTU
HASIL UJI
PP 82/01
PARAME LABORATORIUM
NO SATUAN TTG PPA Ket
TER
& PKA
SUNGAI
Kls III
H1 H2 H3
14 COD mg/L 50 12,67 8,6 12,67 < BAKU MUTU
Mangan Tidak
15 mg/L (-) 0,49 0,09 0,10
(Mn) Dipersyaratkan
Cadmium
16 mg/L 0,01 0,002 0,002 0,002 < BAKU MUTU
(Cd)
Chromium
17 mg/L 0,05 0,017 0,017 0,017 < BAKU MUTU
(Cr)
Timbal
18 mg/L 0,03 0,03 0,03 0,03 < BAKU MUTU
(Pb)
Minyak
19 dan mg/L 1000 2,5 2,5 2,5 < BAKU MUTU
Lemak
Tembaga
20 mg/L 0,02 0,01 0,01 0,01 < BAKU MUTU
(Cu)
Tidak
21 Besi (Fe) mg/L (-) 0,184 0,373 0,278
Dipersyaratkan
22 Seng (Zn) mg/L 0,05 0,001 0,001 0,004 < BAKU MUTU
Detergen
23 mg/L 200 0,037 0,067 0,05 < BAKU MUTU
(MBAS)
Nitrat Tidak
24 mg/L (-) 2,123 1,637 2,45
(NO3) Dipersyaratkan
Sulfat Tidak
25 mg/L (-) 0,77 2,61 2,63
(SO4) Dipersyaratkan
C Biologi
BAKU
MUTU
HASIL UJI
PP 82/01
PARAME LABORATORIUM
NO SATUAN TTG PPA Ket
TER
& PKA
SUNGAI
Kls III
H1 H2 H3
Escherichi
MPN/100 10133, 10666, 16666,
25 al 2000 > BAKU MUTU
ml 3 6 6
Coliform
Total MPN/100
26 10000 7000 6800 9333,3 < BAKU MUTU
Coliform ml
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat, 2009
Keterangan :
mg/L = miligram/liter
MPN = Most Probable Number
H1 = Hulu
H2 = Tengah
H3 = Hilir
(-) = tidak dipersyaratkan

2.6. Fasilitas Umum


Berikut adalah jumlah fasilitas umum yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat :
Tabel 2.20 Fasilitas Umum Kabupaten Sumbawa Barat
Sekolah Kesehatan Peribadatan
Kecamatan
SD SMP SMA RS Pukesmas Masjid Mushollah Gereja
Sekongkang 10 4 1 0 2 4 2 0
Jereweh 7 2 1 0 1 6 1 2
Maluk 7 3 1 0 1 8 2 5
Taliwang 30 8 7 1 1 40 1 6
Brang Ene 7 2 1 0 1 4 0 0
Brang Rea 12 4 2 0 1 25 0 1
Seteluk 14 5 2 0 1 5 0 0
Poto Tano 11 5 1 0 1 0 0 0
Sumber : Hasil Analisis

2.7. Kondisi Eksisting Pengolahan Air Limbah


Secara umum kondisi sanitasi Kabupaten Sumbawa Barat terkait sistem pengolahan air
limbah domestik masih dikelola secara on-site system (setempat). Berdasarkan hasil studi EHRA
tahun 2016, sistem ini meliputi tangki septik sebesar 83%, pipa sewer 3.20%, cubluk 4.30% dan
selebihnya dibuang disungai, sawah kebun/tanah lapang dan drainase 9.57%. Berkaitan dengan
tangki septik, hasil kajian EHRA menunjukkan bahwa tangki septik masuk dalam kategori suspek
aman. Sistem pembuangan limbah non tinja ini dialirkan melalui lubang resapan yang disalurkan
melalui saluran terbuka yang dialirkan ke sistem drainase atau ke sungai dan pengelolaan air limbah
seperti IPLT tidak tersedia.
Tabel 2.21 Kondisi Eksisting Pengolahan Air Limbah Sumbawa Barat
NO Sistem Cakupan Layanan Eksisting

A Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 2,31%

Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-


B
site)

1. Cubluk/tangki septik individual belum aman 17.60%

2. Tangki septik individual 73.59%

3. Tangki septik komunal (≤ 10 KK) 0%

4. Jamban bersama 5.41%

Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat


C
(Offsite)

1. Tangki septik komunal (≥ 10 KK) 0%

2. IPAL komunal 1.09%


3. IPAL kawasan 0%

4. IPAL kota 0%

Total 100%

Sumber : Hasil Perhitungan


BAB III
DASAR-DASAR PELAYANAN

3.1. Rencana Pelayanan


4.1.5. 3.1.1. Daerah Pelayanan
Rencana pelayanan yang akan dibangun berlokasi di kabupaten Sumbawa Barat.
Daerahvpelayanan air limbah di Kabupaten Sumbawa Barat dibagi menjadi 2 yaitu sistem
offsite dan sistem onsite. Untuk sistem offsite akan berakhir dan diolah di IPAL yang akan
dibangun sementara untuk sistem onsite menggunakan septic tank baik individu maupun
komunal dan akan diolah di IPLT yang akan dibangun.
Pembagian wilayah yang dilayani dengan sistem offsitedan onsite adalah sebagai berikut :
Sistem off-site :
a. Kecamatan Taliwang 98%
b. Kecamatan Seteluk 20%
c. Kecamatan Brang Rea 10%
d. Kecamatan Brang Ene 12%
e. Kecamatan Poto Tano 3%

Sistem On-site
a. Kecamatan Poto Tano 97%
b. Kecamatan Seteluk 80%
c. Kecamatan Brang Rea 90%
d. Kecamatan Taliwang 2%
e. Kecamatan Brang Ene 88%
f. Kecamatan Jereweh 100%
g. Kecamatan Maluk 100%
h. Kecamatan Sekongkang 100%
Gambar 3.1 Peta Pembagian Zona Pelayanan

4.1.6. 3.1.2. Periode dan Tahap Perencanaan


Pada rencana pembangunan layanan pengolahan air limbah di Kabupaten Sumbawa Barat
dilakukan rencana untuk 20 tahun kedepan dengan 2 periode yaitu jangka menengah dan
jangka panjang. Jangka menengah di tahun 2029 dan jangka panjang 2039.
Tabel 3.1 Rencana Pengembangan SPALD
Cakupan Jangka
Jangka Panjang
No Sistem Layanan Menengah
(2039)
Eksisting (2029)

Buang Air Besar


A 2,31% 1% 0%
Sembarangan (BABS)

Sistem Pengolahan Air


B
Limbah Setempat (on-site)

Cubluk/tangki septik
1. 17.60% 8% 0%
individual belum aman
Cakupan Jangka
Jangka Panjang
No Sistem Layanan Menengah
(2039)
Eksisting (2029)

2. Tangki septik individual 73.59% 58,5% 27,5%

Tangki septik komunal (≤


3. 0% 25% 0%
10 KK)

4. Jamban bersama 5.41% 4,5% 3%

Sistem Pengolahan Air


C
Limbah Terpusat (Offsite)

Tangki septik komunal (≥


1. 0% 0% 0%
10 KK)

2. IPAL komunal 1.09% 0% 25%

3. IPAL kawasan 0% 0% 0%

4. IPAL kota 0% 0% 44,5%

Total 100% 100% 100%

Sumber : Hasil Analisis

3.2. Kuantitas dan Karakteristik Air Limbah


4.1.7. 3.2.1 Kuantitas Air Limbah
Kuantitas air limbah dapat dihitung berdasarkan proyeksi kebutuhan air bersih. Di mana
Kebutuhan Air bersih, dihitung jumlah penduduk, dan kebutuhan air yang diambil adalah
untuk kebutuhan sehari-hari adalah 100 liter/orang//hari. Kebuthan air bersih di Kabupaten
Sumbawa Barat dihitung berdasarkan kebutuhan air domestik, non domestik, dan juga hidran
umum. Sehingga didapatkan nilai kebutuhan air rata-rata, pada jam puncak, minimum per
hari, dan maksimum perhari. Berdasarkan pembagian daerah perlayanan, dapat dilihat bahwa
tidak semua penduduk mendapatkan pelayanan pengolahan air limbah terpusat. Persentase
peduduk yang terlayani di Kabupaten Sumbawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Proyeksi Penduduk Terlayani
Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Terlayani
Penduduk
Daerah Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Terlayani
2019 2029 2039 2019 2029 2039
Taliwang 57,078 83,470 119,999 98% 55,937 81,801 117,600
Seteluk 20,163 27,018 36,398 20% 4,033 5,404 7,280
Brang
6,683 8,958 12,068 10% 669 896 1,207
Ene
Brang
16,323 22,841 31,803 12% 1,959 2,741 3,817
Rea
Poto
12,084 17,433 24,788 3% 363 523 744
Tano
Total 112,331 159,720 225,056 Total 62,961 91,365 130,648
Sumber : Hasil Perhitungan

Selain jumlah penduduk terlayani, diperlukan juga data mengenai fasilitas umum pada
daerah yang dilayani sebagai dasar dari perhitungan kebutuhan air non domestik.
Tabel 3.3 Jumlah Fasilitas Umum
Sekolah Kesehatan Peribadatan
Kecamatan
SD SMP SMA RS Pukesmas Masjid Mushollah Gereja
Taliwang 30 8 7 1 1 40 1 6
Brang Ene 7 2 1 0 1 4 0 0
Brang Rea 12 4 2 0 1 25 0 1
Poto Tano 11 5 1 0 1 0 0 0
Sumber : Hasil Perhitungan

Berdasarkan data jumlah penduduk maka didapatkan data kebutuhan air domestic.
Sedangkan data fasilitas umum dapat digunakan untuk mendapatkan nilai kebutuhan air non
domestic. Sehingga didapatkanlah data proyeksi kebutuhan air bersih sebagai berikut.
Tabel 3.4 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani di Kabupaten Sumbawa Barat
Kebutuhan Tahun 2019 Tahun 2029 Tahun 2039
Domestik (L/s) 65.22 94.64 135.34
Nondomestik (L/s) 9.53 9.53 9.53
Total I 74.75 104.17 144.87
Keperluan Umum Kota
Hidran Kebakaran (10%) (L/s) 7.48 10.42 14.49
Tata Kota (5%) (L/s) 3.74 5.21 7.24
Total II 85.96 119.80 166.60
Tingkat Kehilangan Air (%) 17.5 17.5 17.5
Kehilangan Air (L/s) 15.04 20.97 29.15
Jumlah Air Diproduksi (L/s) 101.01 140.77 195.75
Debit Maksimum Harian (fm=1.5) (L/s) 121.21 168.92 234.90
Debit Minimum Harian (fm=0.2) (L/s) 20.20 28.15 39.15
Debit Jam Puncak (fp=1.8) (L/s) 181.81 253.38 352.35
Sumber : Hasil Perhitungan

Untuk mencari debit air limbah, dapat menggunakan faktor debit air limbah yaitu
0.8 dari debit air bersih. Sehingga didapatkan proyeksi kuantitas air limbah sebagai
berikut.
Tabel 3.5 Proyeksi Kuantitas Air Limbah
Kebutuhan Tahun 2019 Tahun 2029 Tahun 2039
Debit Air Bersih (l/s) 121,21 168,92 234,90
Debit Air Limbah Domestik (fab=0.8)(l/s) 96,97 135,14 187,92
Penduduk Ekivalen (/1000 jiwa) 62,96 91,37 130,65
Q Min (l/s) 44,41 66,67 99,59
Debit Harian Maksimum (fm=1.2)(l/s) 116,36 162,16 225,51
Debit Jam Puncak (fm=1.5)(l/s) 145,45 202,70 281,88
Sumber : Hasil Perhitungan
Sehingga, berdasarkan Tabel 3.5 tersebut, dapat disimpulkan bahwa debit air limbah rata-
rata adalah 12.41 m3/s di tahun 2019, 14.27 m3/s di tahun 2029, dan 16.07 m3/s di tahun 2039.

4.1.8. 3.2.2 Karakteristik Air Limbah


Air Limbah yang akan diolah memiliki karakteristik sebagai berikut
Tabel 3.6 Karakteristik Air Limbah
Parameter Hasil Pengujian Baku Mutu

Suhu 25.9 oC -

pH 7.5 6-9

DO 0.33 Mg/L -

BOD 105 Mg/L 30 Mg/L

COD 315 Mg/L 100 Mg/L

TSS 315 Mg/L 30 Mg/L

Sumber : Hasil Analisis, Permen LHK No. 68 Tahun 2016

Berdasarkan karakteristik air limbah tersebut, makadapat dilihat bahwa kadar BOD, COD,
dan TSS dari air limbah melebihi baku mutu air limbah domestik pada Permen LHK No. 68
Tahun 2016. Tingginya kadar BOD, COD, dan TSS ini dapat dikarenakan oleh kegiatan rumah
tangga yang menghasilkan cemaran organic yang tinggi sehingga membuat aktifitas mikroba
di dalam air limbah meningkat.

3.3. Lokasi IPAL


Dalam pemilihan lokasi IPAL terdapat bebrapa pertimbangan, sebagai berikut :
a. Jarak
Jarak minimal IPAL dengan pusat kota atau pemukiman adalah 3 Km.
b. Topografi Lahan
- Kemiringan tanah sebesar 2%
- IPAL terletak di daerah dengan elevasi yanglebih rendah dibandingkan dengan
lokasi pelayanannya.
c. Badan Air Penerima
- Badan air penerima effluent IPAL adalah sungai.
- Kualitas effluent IPAL haruslah menyesuaikan dengan kelas sungai yang
digunakan sebagai badan air penerima.
d. Bahaya Banjir
Lokasi yang dipilih adalah daerah bebas banjir
e. Jenis Tanah
Tanah yang baik untuk dijadikan lokasi IPAL adalah tanah yang kedap air seperti tanah
lempung.
Berdasarkan persyaratan tersebut, maka ditentukanlah lokasi IPAL di Kecamatan Talingan
yang berdekatan dengan sungai Panujan sebagai berikut.

Lokasi IPAL

Gambar 3.2 Lokasi IPAL


Sumber : Google Earth
3.4. Rencana Kualitas Effluent
Dikarenakan effluent yang dihasilkan pleh penduduk masih melebihi baku mutu, maka
diharapkan dengan adanya pengolahan air limbah dapat menurunkan cemaran pada air limbah
tersebut sehingga sesuai dengan baku mutu air sungai kelas 3 dengan parameter sebagai berikut.
Tabel 3.7 Rencana Kualitas Effluent
Parameter Influent Effluent

Suhu 25.9 oC ± 25 oC

pH 7.5 6-9

DO 0.33 Mg/L > 3 Mg/L

BOD 105 Mg/L < 20 Mg/L

COD 315 Mg/L < 50 Mg/L

TSS 315 Mg/L < 20 Mg/L

Sumber : Hasil Analisis


BAB IV
PENGEMBANGAN SISTEM PENGOLAHAN

4.1. Penentuan Alternatif Unit Pengolahan Air Limbah Domestik


Pada dasarnya, tahap pengolahan limbah pada suatu bangunan pengolahan air limbah ada tiga yaitu:
a. Pengolahan fisik: partikel yang dihilangkan atau dikurangi konsentarsinya pada pengolahan ini
adalah partikel tersuspensi dimana ukuran partikel besar dan dapat membentuk flok-flok.
Pengolahan fisik ini penting karena apabila partikel besar ini terbawa ke unit berikutnya akan
mengganggu unit selanjutnya.
b. Pengolahan biologis: partikel yang dihilangkan atau dikurangi konsentarsinya pada pengolahan
ini adalah partikel terlarut dimana ukuran partikel kecil dan menggunakan bantuan
mikroorganisme untuk mereduksinya.
c. Pengolahan lumpur: hasil samping dari pengolahan biologis adalah lumpur biomassa yang
memerlukan perlakuan lebih lanjut baik diresirkulasi kembali pada unit pengolahan biologis
maupun langsung masuk ke unit sludge dewatering.
Berdasarkan hasil analisis kualitas dan kuantitas air limbah domestik yang telah dilakukan,
maka dilakukan pemilihan unit pengolahan air limbah. Pemilihan unit ditentukan dengan
tujuan dapat menghasilkan Air Limbah Domestik yang sesuai dengan parameter-parameter
dalam baku mutu. Oleh karena itu, dipilih unit pengolahan yang dapat menurunkan konsentrasi
COD, TSS, dan BOD5 yang masih melebihi baku mutu. Pemilihan unit didasarkan pada
beberapa aspek, yaitu persentase penyisihan kekeruhan dan dan zat organik, waktu
operasional, biaya dan luas lahan (Oktavitri, 2016). Baku mutu yang digunakan ialah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik. Berikut alternatif unit pengolahan air limbah yang direncanakan
dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Alternatif Unit Pengolahan Air Limbah
No Unit Alternatif 1 Unit Alternatif 2

1 Intake dan Barscreen Intake dan Barscreen

2 Sedimentasi Sedimentasi I

3 Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) Rotating Biological Contactor (RBC)


4 Sedimentasi II
Badan air
5 Badan air

Sumber : Hasil Analisis


4.2. Analisis Unit Pengolahan Air Limbah Domestik
Pemilihan unit pengolahan air limbah yang direncanakan untuk instalasi pengolahan Air
Limbah Domestik adalah inletdan bar screen, sedimentasi I, UASB / RBC, sedimentasi II.
Perencanaan ini memiliki dua alternatif unit pengolahan air, yang memiliki perbedaan pada
unit aerobic/anaerobic. Jenis unit aerobic yang digunakan sebagai perbandingan adalah
rotating biological contactor (RBC) dan unit anaerobic yang digunakan sebagai perbandingan
adalah upflow anaerobic sludge blanket (UASB). Skema rencana rancangan unit alternatif
yang ada di instalasi pengolahan Air Limbah Domestik dapat dilihat pada Gambar 4.1. dan
Gambar 4.2.

Inlet dan Bar Screen Sedimentasi

Upflow Anaerobic Sludge Blanket


Badan air
(UASB)

Sludge Handling

Gambar 4.1 Rencana Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah Domestik Alternatif 1

Rotating
Intlet dan Bar Screen Sedimentasi I Biological
Contactor (RBC)

Badan air Sedimentasi II

Sludge Handling

Gambar 4.2 Rencana Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah Domestik Alternatif 2

Berdasarkan perencanaan alternatif rangkaian unit pengolahan Air Limbah Domestik


limbah domestik tersebut, kemudian dilakukan perencanaan alternatif rangkaian proses untuk
memilih alternatif yang lebih efektif dan efisien melalui perhitungan. Perhitungan ini
didasarkan atas prosentase removal masing-masing unit pengolahan terhadap karakteristik air
limbah yang ada. Nilai presentase removal untuk menghitung besar penyisihan yang dilakukan
oleh unit-unit yang direncanakan dapat dilihat Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Efisiensi Penyisihan Unit Pengolahan Air Buangan

Efisiensi Penyisihan (%)


Unit Pengolahan
BOD5 COD TSS

Bar Screen 5a 5a 10 a

Sedimentasi I 60a 30 – 40a 50 – 70b

UASB 38-75d 40-77d 60-85e

RBC 90c 50-60a 0

Sedimentasi II 80a 70a 80a

Sumber: aQasim(1985), bPUPR, (2017), Metcalf dan Eddy (2003) c, Rekoyoso dkk (2013)d, Eawag (2010)e.

Tabel 4.3 Nilai Presentase Removal Unit Alternatif I


Parameter COD TSS BOD5
Konsentrasi awal (mg/l) 315 315 105
Removal 5% 10% 5%
Bar Screen
Effluen 299,25 283,5 99,75
Removal 40% 70% 60%
Sedimentasi
Effluen 179,55 85,05 39,9
Removal 77% 85% 75%
UASB
Effluen 41,30 12,76 9,98
Removal - - -
Badan Air
Effluen 41,30 12,76 9,98
Baku Mutu 100 30 30
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 4.4 Nilai Presentase Removal Unit Alternatif II
Parameter COD TSS BOD5
Konsentrasi awal
315 315 105
(mg/l)
Removal 5% 10% 5%
Bar Screen
Effluen 299,25 283,5 99,75
Removal 40% 70% 60%
Sedimentasi I
Effluen 179,55 85,05 39,9
Removal 60% 0% 90%
RBC
Effluen 71,82 85,05 3,99
Removal 70% 80% 80%
Sedimentasi II
Effluen 21,55 17,01 0,80
Removal - - -
Badan Air
Effluen 21,55 17,01 0,80
Baku Mutu 100 30 30
Sumber : Hasil Analisis

Berikut adalah contoh perhitungan hasil persentase removal konsentrasi COD pada
alternatif 1:
a) Intake = air limbah domestik
= 315 mg/l
b) Bar screen = COD di inlet- {[% removal] x [COD di inlet]}
= 315– {5%x315}mg/l
= 299,25 mg/l
c) Sedimentasi = COD di barscreen– {[% removal] x [COD di barscreen]}
= 299,25 – {0% x 299,25 }
= 179,55 mg/l
d) UASB = COD di sedimentasi I - {[% removal] x [COD di
sedimentasi I]}
=179,55– {77%x179,55}
= 41,30 mg/l
e) Badan air = COD di UASB – {[% removal] x [COD di UASB]}
= 41,30 – {0% x 41,30}
= 41,30 mg/L
[COD air baku – COD hasil akhir]
f) Total Persen = x 100%
COD air baku
Removal
[315−41,30]
= x 100%
315
=86,89% = 87%

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rangkaian unit IPAL alternatif 1 yaitu dari
inlet hingga unit UASB dapat menurunkan COD hingga 41,30 mg/l, TSS 9,9 mg/l dan BOD5
12,76 mg/l. Sedangkan rangkaian unit IPAL alternatif 2 yaitu dari inlet hingga unit RBC-
sedimentasi II dapat menurunkan COD hingga 21,55 mg/l, TSS 0,8 mg/l dan BOD5 17,01
mg/l. Ketiga parameter tersebut sudah memenuhi baku mutu air limbah domestik, berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik.
Berdasarkan hasil persen removal diatas, langkah selanjutnya dalam pemilihan alternatif
unit pengolahan air limbah adalah membandingkan UASB dan RBC berdasarkan beberapa
aspek seperti, persen removal, biaya, dsb. Perbandingan antara unit UASB dan RBC dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Perbandingan Antara Unit UASB (alternatif 1) dan RBC (alternatif 2)
Kriteria Upflow Anaerobic Rotating Biological
No
Pemilihan Sludge Blanket (UASB) Contactor (RBC)

1 Efisiensi penyisihan 95% 60-90%

2 Produksi lumpur Rendah Tinggi

3 Start-up time 2-4 bulan 2-4 minggu

4 Stabilitas proses Rendah-sedang Sedang-tinggi

5 Biaya operasional Rendah Tinggi

Sumber: Eckenfelder, et.al (1988)


Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui perbandingan aspek – aspek antara kedua jenis unit
alternative pengolahan limbah cair domestik diatas dapat di lihat bahwa unit upflow anaerobic
sludge blanket (UASB) lebih unggul dibandingkan unit rotating biological contactor (RBC).
Oleh karena itu dipilih unit alternatif 1 menggunakan upflow anaerobic sludge blanket
(UASB). Alternatif ini dipilih karena memiliki beberapa kelebihan seperti efisiensi penyisihan
yang tinggi, produksi lumpur yang rendah, serta tidak membutuhkan biaya operasional yang
tinggi. Maka alternatif unit pengolahan air pada perencanaan IPAL ini menggunakan alternatif
1, yaitu inlet dan bar screen - sedimentasi - upflow anaerobic sludge blanket (UASB) - badan
air.

Inlet dan Bar Screen Sedimentasi

Upflow Anaerobic Sludge Blanket


Badan air
(UASB)

Sludge Handling

Gambar 4.3 Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah Domestik Terpilih

4.3. Inventarisasi Unit Pengolahan Air Limbah Domestik


4.3.1. Intake dan Barscreen
Saluran inlet merupakan saluran masuknya limbah menuju instalasai pengolahan. Saluran
inlet dilengkapi dengan bar screen untuk menyaring padatan berukuran besar (Kristin, 2008).
Bar screen berfungsi untuk menyaring benda-benda kasar yang terdapat pada air limbah.
Prinsip yang digunakan adalah menghilangkan bahan padat kasar dengan menggunakan
sederet bahan baja yang diletakkan berdekatan dan melintang arah aliran. Dimensi dan ukuran
screen dipengaruhi oleh parameter-parameter seperti kecepatan aliran air limbah pada
screening channel tidak boleh dibawah kecepatan pembersihan diri (cleaning self) sebesar 37,5
cm/det.
Bar screen terdiri atas 2 macam, yaitu coarse screen dan fine screen, sebagai berikut :
1. Saringan kasar (Coarse screen)
Digunakan untuk menjaga alat-alat dan biasanya digunakan dalam unit pengolahan pertama.
Tipenya secara umum adalah bar rack (bar screen), coarse wire screen, dan communitor.
2. Saringan halus (Fine screen)
Bukaannya berkisar antara 2,3 – 6 mm, bahkan untuk instansi tertentu bisa lebih kecil dari 2,3
mm. Biasanya digunakan untuk pengolahan primer ataupun pra pengolahan.
4.3.2. Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan padatan dari cairan (slurry) menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge (pengurai
lumpur) dan penampung lumpur. Pada bak pengendap I umumnya akan menghilangkan 30 –
40 % COD dan 60% BOD (Qasim, 1985).
Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan betuk lingkaran,
bujur sangkar, atau segi empat. Yang digunakan pada unit pengolahan ini adalah bak
sedimentasi dengan bentuk segi empat. Bak berbentuk segi empat umumnya mempunyai
lebar 1,5 hingga 6 meter, panjang bak sampai 76 meter dan kedalaan kebih dari 1,8 meter.
Namun angka-angka tersebut bukanlah angka mutlak yang harus diikuti, harus disesuaikan
dengan kondisi setempat dan debit air yang diolah.
Bagian-bagian dari bak sedimentasi :
a. Inlet : tempat air masuk ke dalam bak
b. Zona pengendapan : tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan.
c. Ruang lumpur : tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak. Terkadang
dilengkapidengan sludge collector/scrapper.
d. Outlet : tempat dimana air akan meninggalkan bak, biasanya berbentuk pelimbah
(weir)
4.3.3. Upflow Anaerobic Sludge Blanket
Dalam kondisi anaerobik, polutan organik dalam air limbah terdegradasi oleh mikroba yang
memproduksi metana dan karbon dioksida. Proses degradasi efektif dibandingkan dengan
proses aerobik yang lebih konvensional dan hanya menghasilkan 5-10% lumpur. Ini
menghemat biaya yang terkait dengan pembuangan lumpur. Di antara teknologi anaerobik,
yang paling populer adalah UASB. Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) merupakan
sistem pengolahan anaerobik di mana air limbah masuk dengan memanfaatkan aliran ke atas.
Dalam proses UASB, limbah yang akan diolahterletak di bagian bawah reaktor. Air limbah
mengalir ke atas melalui selimut lumpur yang terdiri dari butiran atau partikel yang terbentuk
secara biologis. Pengaliran air limbah tersebut menyebabkan terjadi kontak antara air limbah
dengan lumpur sehingga terbentuk lumpur endapan (Bagastyo dan Kusumadewi, 2016).
4.3.4. Sludge Handling
Sludge drying bedmerupakan salah satu teknik pengeringan lumpur konvensional yang
banyak digunakan. Tipikal lapisan terdiri dari pasir kasar dengan tebal 15-25 cm di dasarnya
dan lapisan atasnya diberi batu pecah. Di dasarnya juga diberi effluent berupa pipa berlubang
sebagai underdrainnya. Effulent dari underdrain sebagaian ada yang dikembalikan lagi ke
unit pengolahan (Qasim, 1985).
BAB V
PERHITUNGAN DETAIL ENGINEERING DESIGN IPAL

5.1 Inlet dan Bar Screen

5.1.1 Saluran inlet

Kriteria desain saluran inlet pada perencanaan bangunan pengolahan air buangan dapat
dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5. 1 Kriteria desain saluran inlet

No Kriteria Umum Satuan Besaran Sumber

1 Kecepatan aliran (Valiran) m/detik Minimal Davis, 2010 (Hal: 858)


0,4

Detail perencanaan desain saluran inlet

 Saluran inlet berbentuk persegi dengan asumsi b = 2y


 Jumlah saluran =2
 Qrencana(Qave) = 0,226 m3/detik
 n saluran = 0,013 (Perkerasan dengan beton)
 Kemiringan (S) = 0,001
 Koefisien pengaliran (Cd) = 0,6
 Gravitasi = 9,8 m/s2
 Spesific gravity = 2,65

Perhitungan saluran inlet:

Qave 0,226 m3 /detik


 Qsaluran = = = 0,113m3/detik
Jumlahsaluran 2
h

Gambar 5.1 Ilustrasi bentuk saluran inlet

Gambar 3.1 menunjukkan bentuk saluran inlet. Apabila diasumsikan b = 2y, maka

- A = 2h x h = 2h2
- P = 2h + h + h = 4h
𝐴 2h2 1
- R=𝑃= =2h
4h

- b = 2h

Sehingga dapat diketahui nilai h dan b dari rumus:

1
 Q =nx R2/3 x S1/2 x A
1 h
Q= nx ( 2)2/3 x (0,001)1/2 x 2h2

1 h2/3
0,113 = 0,015x x (0,001)1/2 x 2h2
22/3

1
2h8/3 = 0,113 x 0,015 x 22/3x
√0,001

1 1
h = [ 2( 0,113 x 0,015 x 22/3x ) ]3/8
√0,001

1
h = [ 2(0,085)]3/8

h = [0,042]3/8

h = 0,305  0,3 m
b = 2h

= 2 (0,3m)

= 0,6 m

A 2h2 1
R =P = = 2h
4h

1
= 2(0,3 m)

= 0,15 m

 Dan Valiran adalah sebesar:


1
Valiran = nx R2/3 x S1/2

1
= 0,015x(0,15)2/3 x √0,001

= 0,6 m/s

Agar tidak terjadi pengendapan pada saluran inlet, maka perlu dilakukan kontrol kecepatan aliran.
Syarat agar tidak terjadi pengendapan di saluran inlet yaitu: Vscouring< Valiran

 Menghitung diameter partikel terkecil yang disaring (dp)


Asumsi:

- Viskositas (Tair baku pada 26oC) = 8,73.10-7 m/s


Qsaluran 0,113 m3 /detik
- Kecepatan pengendapan (Vs) = = = 0,2 m/dtk
𝑝𝑥𝑙 1,2 𝑥 0,6

- Spesific gravity (Sg) = 2,65

Sehingga,

18 x Vs x V
dp = √ g x (Sg−1)

18 𝑥 0,2 𝑥 8,73.10−7
= √ 9,81 𝑥 (2,65−1)
= 4.10-4 m

 Menghitung V scouring, f = 0,02 – 0,03; β = 0,04 – 0,06


8 𝑥 𝑘 𝑥 (𝑠𝑔−1) 𝑥 𝑔 𝑥 𝑑𝑝
Vscouring =√ 𝑓

8 (0,04)(2,65−1) 9,81 (0,0004)


=√ 0,03

= 0,26 m/s

Maka dapat diketahui bahwa Vscouring(0,26 m/s) < Valiran(0,6 m/s), sehingga tidak terjadi
pengendapan

 Pada saluran inlet yang berbentuk saluran terbuka juga terjadi head loss. Untuk menghitung
head loss saluran inlet dengan menggunakan kecepatan, maka dilakukan perhitungan berikut:
Vmanning = Valiran = 0,6 m/s

1 Hf
V = nx R2/3 x ( b )1/2

1 Hf
0,6 = 0,015x (0,15)2/3 x (0,6 )1/2

Hf
0,6 = 18,82 x (0,6 )1/2

Hf
0,03 = (0,6 )1/2

Hf = (0,03 x (0,61/2))2

= (0,232)2

= 0.054 m
5.1.2 Bar Screen

Bar screen yang akan digunakan dalam perencanaan bangunan pengolahan air buangan ini
merupakan tipe bar racks atau coarse screen yang dibuat secara manual dengan menggunakan baja
tahan karat berdiameter 1 cm (Priyanka, 2012). Kriteria desain bar screen berdasarkan sistem
pembersihannya dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 5.2 Kriteria desain bar screen

Parameter Unit Manual Mekanik

Lebar (b) mm 5 – 15 5 - 15

Kedalaman mm 25 – 38 25 – 38

Jarak tiap bar (Sb) mm 25 – 50 15 – 75

Slope o
30 – 45 0 – 30

Kecepatan

Maksimum m/s 0,3 – 0,6 0,6 – 1

Minimum m/s - 0,3 – 0,5

Headloss mm 150 150 - 600

Sumber: Metcalf and Eddy, 2003

Detail perencanaan desain bar screen:

 Bar screen menggunakan tipe manual


 Tebal bar screen yang akan digunakan (b) yaitu 5 mm = 0,005 m
 Jarak antar bar (Sb) yaitu 50 mm = 0,05 m
 Slope= 30°

Perhitungan:

 Jumlah batang (n) >> (dimana Lscreen = lebar saluran inlet)


lebar saluran−jarak antar bar
n= lebar bak+jarak antar bar
0,6 −0,05
n = 0,005+0,05

0,55
n = 0,055 = 10 buah

 Jumlah jarak antar batang


N = (n+1)

= (10+1)

= 11 buah

 Total area bar screen


A = N x Sb x h

= 11 x 0,05 m x 0,3 m

= 0,17  0,2 m2

 Kecepatan melalui bar


Q
Vbar = Vb =
A

0,113 m3 /s
= (0,2 m2 )

= 0,57  0,6 m/s memenuhi syarat: OK

 Pada bar screen terjadi headloss (Hf)


Vb2 + Va2 1
Hf =( ) x ( 0,7)
2g

0,62 + 0,62 1
=( )x( )
2 x 9,81 0,7

0,36 1
= ( 19,6) x ( 0,7)

= (0,02) x 1,42

= 0,028 m
5.2. Sedimentasi

Kriteria desain bak pengendap yang digunakan sebagai acuan pada tugas perencanaan kali
ini dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Kriteria desain sedimentasi

No Kriteria Umum Satuan Besaran Sumber

1 Waktu detensi (td) Jam 1,5-2,5

2 Over flow rate (Vo) m3/m2/hari 30-50

3 Beban pelimpah

Untuk Qr 44 L/s 124

Untuk Qr > 44L/s 186

4 Kedalaman (h) m 3 - 4,5 Asmadi dan


Suharno, 2012
5 Panjang (p) m 15 - 90

6 Lebar (l) m 3 – 24

7 Kemiringan dasar (s) % 1–2

8 Kecepatan inlet (v) m/s 1

9 Kecepatan aliran (Va) m/s 0,3

Metcalf dan Eddy,


5 Waktu detensi (td) jam 1,5 – 2,5
1991

5.2.1 Settling Zone Design

a. Qave = 0,226 m3/s


b. Jumlah bak = 2 buah
Q
c. Q tiap bak = jumlah bak
m3
0,226
s
= 2

= 0,113 m3/s = 406,8 m3/jam


d. OFR rencana (Vo) = 40 m3/m2/hari = 1,67 m3/m2/jam
e. Slope = 0,0001
f. Koefesien gesek (n) = 0,013
g. Freeboard = 0,3 m
h. H bak =3m
i. Viskositas kinematis (v) = 8,73.10-7 m/s
j. Kerapatan air (𝜌𝑤) = 997 kg/m3
k. Kerapatan lumpur (𝜌𝑠) = 2600 kg/m3
Perhitungan dimensi bak pengendapan

 Luas zona pengendapan


Qbak
As = OFR
406,8 m3 /jam
= 1,67 m3 /m2 jam

= 243,59 m2
 Dimensi zona pengendapan, P : L = 4 : 1
As =PxL
243,59 m2 = 4.L x L
243,59 m2 = 4L2
243,59 m2
L2 = 4

L2 = 60,9 m
L = 8 m  OK (memenuhi kriteria desain 3 – 24 m)
As
P = L
243,59 m2
= 8m

= 30 m  OK (memenuhi kriteria desain 15 – 90 m)


 Cek waktu tinggal (td)
Volume
td = Q
PxLxH
= Q
30 m x 8 m x 3 m
= 0,113 m3 /det
6372 det
= 3600 det/jam

= 1,77  2 jam  OK (memenuhi kriteria desain 1-2 jam)


 Kecepatan horizontal partikel
P
VH = td
30 m
= 2 jam

= 15 m/jam = 0,004 m/det


Perhitungan kontrol aliran bilangan Reynlod dan bilangan Froude
Untuk memenuhi kriteria Bak Prasedimentasi maka syarat yang harus dipenuhi adalah:
- NRe < 2000 (Aliran Laminer)
- NFr > 10-5(Partikel tidak langsung lolos)
Oleh karena itu dilakukan perhitungan untuk memenuhi kriteria tersebut dengan perhitungan
sebagai berikut:

𝐿𝑥𝐻
R = 𝐿+(2𝐻)

8𝑥3
= 8 + (2 𝑥 3)

= 1,7 m

 Cek bilangan Reynold


VH x R
Nre = 𝑣
m
0,004 x 1,7 m
= 8,73.10det
−7 m2 /det

= 7789 > 2000 (tidak memenuhi)


 Cek bilangan Fround
VH2
Nfr = g x R
(0,004)2
= 9,81 m/det2 x 1,7 m

= 9,6 x 10-7 < 10-5 (tidak memenuhi)

Karena NFr lebih kecil dari 10-5 dan Nre lebih besar dari 2000, maka memodifikasi bak
pengendapan dengan merencanakan perforated wall di zona inlet untuk mencegah aliran pendek
dan agar alirannya menjadi lebih laminer sehingga partikel mempunyai kesempatan mengendap
yang lebih lama.

5.2.2 Perforated wall


Direncanakan:
a. D lubang rencana = 0,2 m
b. P wall = L bak =8m
c. L wall = H bak =3m
d. Menghitung A tiap lubang
A = ¼ × π × D2
= ¼ × 3,14 × 0,22
= 0,031 m2
e. Menghitung luas wall total yang terendam air
Awall = Pw × Bw
=8m×3m
= 24 m2
f. Menghitung luas lubang total
Atotal = 40% x Awall
= 40% x 24
= 9,6 m2
g. Menghitung jumlah lubang
A total
n = A
9,6 m2
= 0,031 m2

= 310 buah
h. Susunan lubang
Jumlah horizontal = 10 buah
Jumlah vertikal = 31 buah
i. Jarak horisontal antar lubang (sh)
Sh = [lebar wall / (jumlah vertikal + 1)]
= [8 / (31 + 1)]
= 0,25 m
j. Jarak vertikal antar lubang (sv)
Sv = [tinggi wall / (jumlah horizontal +1)]
= [3 / (10 + 1)]
= 0,27 m
k. Menghitung debit tiap lubang
Qave
Q = jumlah lubang

0,113 m3 /𝑠
= 310

= 0,0004 m3 /𝑠
l. Menghitung kecepatan tiap lubang
Q lubang
V = A
0,0004 m3 /𝑠
= 0.031 m2

= 0,012 m3 /𝑠
m. Cek bilangan Reynold
Qlubang
NRe = πxdxʋ
0,0004 m3 /𝑠
= 3,14 x 0,2 m x 8,73.10−7 m2/det

= 730 < 2000 OK(Memenuhi kriteria aliran laminer)

5.2.3 Zona Inlet


Saluran inlet dan outlet berfungsi untuk membawa dan mengatur debit air untuk memasuki
atau melewati beberapa unit bak prasedimentasi. Panjang dan lebar saluran menyesuaikan dari
lebar dan panjang unit prasedimentasi yang telah direncanakan. Perhitungan secara rinci adalah
sebagai berikut:
a. Qave = 0,226 m3/s
b. Jumlah bak = 2 buah
Q
c. Q tiap bak = jumlah bak
m3
0,226
s
= 2

= 0,113 m3/s = 406,8 m3/jam

d. V asumsi = 0,6 m/s


e. Slope = 0,0001
f. Koefesien gesek (n) = 0,013
g. Freeboard = 0,3 m
h. Panjang saluran =1m
i. Lebar inlet =8m
j. Dimensi saluran
Q
 A saluran = V
m3
0,113
s
= 0,6 m/s

= 0,2 m2

A
 Kedalaman air (H air) =L
0,2 𝑚2
= 8m

= 0,025 m
 Kedalaman inlet (H) = H air + f
= 0,025 m + 0,3 m
= 0,325 m
 Kehilangan tekanan (Hf) = s x L
= 0,0001 x 8 m
= 0,0008m

5.2.3 Zona Lumpur


Untuk menangkap lumpur sebelum dikuras atau dipompa menuju pengolahan lumpur, pada
bak prasedimentasi diperlukan ruang lumpur sebagai penampungan sementara. Ruang lumpur
dapat dihitung dari jumlah lumpur yang dapat diendapkan oleh bak prasedimentasi sesuai dengan
perhitungan sebelumnya.

a. Dari perhitungan mass balance:


- kualitas air limbah yang masuk sedimentasi I

BOD = 99,75 mg/l

COD = 299,25 mg/l

TSS = 283,5 mg/l

- Removal yang terjadi:

BOD = 60%

COD = 40%

TSS = 70%

b. Spesific gravity = 2,65


c. Density solid = 2,65 gr/cm3= 2650 kg/m3
d. Density air = 1 gr/cm3= 1000 kg/m3
e. Lumpur mengandung:
- kadar air = 94%
- kadar solid = 6%
f. Q bak = 0,113 m3/s
g. Removal TSS / TSS yang terendapkan (TSSr) tiap bak
TSSr = % removal × TSS awal x Qbak

86.400 s
= 70% x 283,5 x (0,113 m3/s x 1000 kg )

= 830 kg/hari

h. Menghitung berat jenis lumpur


𝜌lumpur = [density SS × 6%] + [density air × 94%]
= [2650 kg/m3× 6%] + [1000 kg/m3× 94%]
= 1099 kg/m3
i. Menghitung massa air
kadar air dalam lumpur
Massa air = (kadar SS kering dalam lumpur)× massa lumpur terendapkan

94%
= ( 6% ) × 830 kg/hari

= 13003 kg/hari

j. Menghitung volume lumpur


berat lumpur+ berat air
Volume Lumpur = density lumpur
830 kg/hari + 13003 kg/hari
= 1099 kg/m3

= 12,6 m³/hari
k. Menghitung volume ruang lumpur
Volume ruang lumpur = volume lumpur × waktu pengurasan
= 12,6 m³/hari x 1/2 hari
= 6,3 m³

Dimensi ruang lumpur

Direncanakan bentuk limas terpancung dipasang dekat inlet

l. Slope pada ruang lumpur = 45o (30o -50o)


m. Menghitung lebar permukaan zona lumpur (L1)
Lebar perm zona lumpur (L1) = lebar settling zone = 8 m
n. Menghitung panjang permukaan zona lumpur (P1)
Panjang permukaan ruang lumpur =1/4 dari panjang bak sedimentasi
Panjang perm zona lumpur (P1) = 1/4 x 30
= 7,5 m
o. Menghitung panjang dasar (P2) dan lebar dasar zona lumpur (L2)
Panjang dan dasar ruang lumpur = 1/4 dari P1 dan L1 zona lumpur.
Panjang dasar zona lumpur (P2) = 1/4 x 7,5 m = 1,9 m
Lebar dasar ruang lumpur (L2) = 1/4 x 8 m = 2 m
p. Menghitung luas permukaan zona lumpur (A1)
Luas perm (A1) = P1 x L1
= 7,5 m x 8 m
= 60 m²
q. Menghitung luas dasar zona lumpur (A2)
Luas perm (A2) = P2 x L2
= 1,9 m x 2 m
= 3,8 m²
r. Menghitung tinggi zona lumpur
1
Volume = 3 x t x (A1+A2+√(A1+A2)
1
6,3 m3 = 3 × t × (60 +3,8 +√(60+3,8)

18,9 m3 = 71,8 m2 x t
t = 0,3 m

P1

L1

L2

P2

Gambar 5.2 Penampang Ruang Lumpur

Kebutuhan pompa pengurasan


Pengurasan menggunakan pompa non – clogging centrifugal pump

Perencanaan:

- Q pompa = 5 m3/menit = 0,08 m3/s


- v pipa (rencana) = 1 m/s
Perhitungan:
a. Mengitung waktu pengurasan (t)
Volume lumpur
t = Q pengurasan

6,3 m³
= 5 m³/menit

= 1,3 menit

b. Mengitung luas (A) pipa


Q pengurasan
A = v pipa (rencana)

0,08 m³/s
= 1 m/s

= 0,08 m 2

c. Mengitung diameter pipa penguras


4 × A 1/2
D =( )
π

4 × 0,08 m2 1/2
=( )
3,14

= 0,319 m (diameter pasaran = 400 mm)

d. Mengitung V cek
Q
Vcek =A

0,08 m3/s
= 0,08 m2

= 1 m/s

5.2.4 Zona Outlet

Saluran Outlet berfungsi untuk membawa dan mengatur debit air untuk memasuki atau
melewati beberapa unit Bak Prasedimentasi. Saluran ini berguna untuk merencanakan dimensi
saluran antara dua unit pengolah atau jika disini berarti saluran/pipa menuju unit UASB. Panjang
dan lebar saluran menyesuaikan dari lebar dan panjang unit Prasedimentasi yang telah
direncanakan. Perhitungan secara rinci adalah sebagai berikut:

a. Q bak = 0,113 m3/s


b. Weir loading rate rencana = 186 m3/m.hari
c. Bentuk pelimpah = jenis V weir
d. Sudut V-notch = 900
e. Tebal weir (t) = 0,1 m
f. Lebar bak (L) =8m
g. Panjang bak = panjang bak pengendap = 30 m
Perhitungan pelimpah:

 Menghitung panjang total weir (P)


Qmasing−masing bak
P = 𝑊𝑒𝑖𝑟 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑒

0,113 m3 /s 86400 s
= 186 m3 /m.hari x hari

= 52,5 m
 Menghitung jumlah pelimpah (np)
P
np = Pzp
52,5 m
= 30 m

= 1,7  2 buah
 Menghitung debit pelimpah (qp)
Q bak
qp =
𝑛𝑝

0,113 m3 /s
= 2

= 0,006 m3/s
 Lebar V-notch = 0,1 m
 Menghitung jumlah V-notch(Nvn)
P
Nvn = 𝑙 -2
52,5 m
= -2
0,1 n
= 525
 Menghitung debit tiap V-notch (Qvn)
Q
Qvn = 𝑁𝑣𝑛
0,113 m3 /s
= 525

= 2 x 10-4 m3/s
 Menghitung ketinggian air pada V-notch (hvn)
Qvn
hvn = (8 𝑎 )2/5
𝑥 𝐶𝑑 𝑥 tan 𝑥 √2𝑔
15 2

0,0002
= (8 90 )2/5
𝑥 0,6 𝑥 tan 𝑥 √2 𝑥 9,81
15 2

= 0,03 m

a. Bentuk gutter = Persegi panjang


b. Lebar gutter (Lg) = 0,3 m
c. Panjang gutter ( Pgutter  Pzp ) = 30 m

d. 1 gutter = 2 pelimpah
Perhitungan Gutter

 Jumlah gutter (ng)


np
ng = 2

2
= 2 = 1 buah

 Menghitung tinggi air pada gutter (h)


Q
h = (1,38 x Lg)2/3
0,113
= (1,37 x 0,3 )2/3

= (0,28)2/3
= 0,43 m
 Menghitung freeboard (f)
f = 20% x h
= 20% x 0,43 m
= 0,09 m
 Menghitung tinggi gutter (H)
H =f+h

= 0,09 m + 0,43 m

= 0,52 m

Menghitung saluran pengumpul

Direncanakan :

 Q tiap saluran = 0,113 m3/s


 lebar : kedalaman =2:1
 Panjang saluran = lebar bak prasedimentasi =8 m
Perhitungan :

 Kedalaman (h)
Q = 1,375 x L x h3/2
0,113 m3/s = 1,375 x 2 x h x h3/2
0,04 m = h5/2
Kedalaman (h) = 0,28 m
Lebar (b) = 2 x 0,28 m
= 0,6 m
 Dimensi saluran pengumpul :
Panjang ( L ) =8m
Lebar ( b ) = 0,6 m
Kedalaman + freeboard ( h ) = 0,28 m + 0,3

= 0,58 m

 Kecepatan dalam saluran pengumpul


V =Q/A
= 0,113 m3/s / (0,6 x 0,28)
= 0,7 m /s
 Koefisien manning (n) = 0,013
 Jari – jari hidrolis (R)
R = (h x b)/(2h +b)
= (0,28 x 0,6)/((2 x 0,28) + 0,6)
= 0,15 m
 Menghitung slope
1 2⁄ 1⁄
v =n xR 3 xs 2

0,7 m/s = 1/0,013 x 0,152/3 x s1/2


0,03 = s1/2
Slope (s) = 0,0009
 Head loss (hf) = slope x L
= 0,0009 x 8 m
= 0,0072 m
v2
 Head kecepatan (hv) = 2g

= 0,72 / (2 x 9,81)
= 0,025 m
 Head loss total = hf + hv
= 0,0072 m + 0,025 m

4.1 Upflow Anaerob Sludge Blanket

Kriteria desain UASB yang digunakan sebagai acuan pada tugas perencanaan kali ini dapat
dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Kriteria desain UASB

No Kriteria Umum Satuan Besaran


1 Waktu detensi (td) Jam >5
2 Y KgTSS/kgCOD 0,1-0,6
3 Tinggi (h) m 4-5
4 Densitas sludge kg/m3 1020-1040
5 Konsentrasi sludge % 0-5
6 Upflow velocity (v) m/jam 1,0-1,5
7 Velocity in aperture (Va) m/jam 2,0-2,3
8 Surface loading rate (Vo) m/jam 0,6-0,8
Sumber: Chernicharo (2007)

A. Perencanaan proses anaerobic dengan UASB


Direncanakan:

 Qave = 0,226m3/s
= 0,226m3/s x 3600 = 813,6 m3/jam
= 813,6 m3/jam x 24 = 19526 m3/hari
 COD (eff.sedimentasi I) = 179,55 mg/l
= 179,55 mg/l : 1000 = 0,1795 kg/m3
 BOD (eff.sedimentasi I) = 39,9 mg/l
= 39,9 mg/l : 1000 = 0,04 kg/m3

 Suhu = 25,9oC
 Koefisien yields (Y) = 0,18 kg/TSSkgCODapp
 Yobs = 0,21 kgCODsludge/kgCODapp
 Sludge yg dihasilkan (C) = 4%
 Massa jenis sludge = 1020 kg/m3

Perhitungan:

a) Menghitung beban COD (Lo)


Lo = COD x Qave
= 0,1795 kg/m3x 19526m3/hari
= 3504,9 kgCOD/hari

b) Menentukan nilai untuk waktu tinggal hidraulic (t)


t = 6 jam

c) Menghitung volume total reaktor (V)


V = Qave x t
= 813,6 m3/jam x 6 jam
= 4881,6 m3

d) Jumlah module reaktor (N)


N =2

e) Menghitung volume masing-masing module (Vu)


V
Vu =
N
4881,6 m3
= 2

= 2440,8 m3

f) Menentukan ketinggian atau kedalaman reaktor (H)


H =5m

g) Menghitung luas area untuk masing-masing module (A)


Vu
A = H

2440,8 m3
= 5m

= 488 m2

Reaktor direncanakan berbentuk balok dengan ukuran


A=PxL

= 28 m x 17,43 m

= 488 m2
P = 28 m

L =17,43 m

H =5m

h) Verifikasi luas area terkoreksi (At)


At = N x A
= 2 x 488 m2
= 976 m2

i) Verifikasi volume terkoreksi (Vt)


Vt = At x H

= 976 m2 x 5m

= 4880 m3

j) Verifikasi waktu tinggalterkoreksi (t)


Vt
t = Qave

4880 m3
= 813,6 m3/jam

= 6 jam OK

k) Verifikasi beban yang diolah


 Volumetric hidraulic load (VHL)
Qave
VHL = Vt
19526 m3/hari
= 4880 m3

= 4 m3/m3.hari
 Volumetric organic load (Lv)
Qave x So
Lv = Vt
m3
19526 x 0,1795 kg/m3
hari
= 4880 m3

= 0,72kgCOD/m3.hari

l) Verifikasi kecepatan upflow


Qave
V =
At
813,6 m3/jam
= 976 m2

= 0,83 m/jam

m) Sistem influen air limbah


Diketahui bahwa luas area masing-masing distribusi tube = 2,25 m2

n) Menghitung jumlah tube (Nd) distribusi


At
Nd = Ad
976
= 2,25

= 434 distributor

Perencanaan:
- Ada 28 tube sepanjang 28 m pada masing-masing module
- Ada 8 tube searah lebar reaktor sebesar 17,43 m pada masing-masing module
Sehingga, masing-masing module akan memiliki 224 (28 x 8) tube distribusi, dengan luas area
masing-masing tube adalah:

At
Ad = Nd
976
= 434

= 2,24 m2
Berikut adalah skema cakupan masing-masing tube distribusi dapat dilihat pada Gambar 4.2
8,7 m 8,7 m

28 m

1 2
Gambar 4.2 Skema cakupan masing-masing tube distribusi (terlihat dari reaktor bagian bawah)
Diketahui efisiensi pengurangan BOD dan COD adalah 60% sementara untuk efisiensi TSS
adalah 85%

o) Menghitung konsentrasi COD dan BOD effluen


(E x So)
- CeffluenCOD = So – 100
(60 x 179,55 mg/l)
= 179,55 mg/l - 100

= 72 mgCOD/L
= 72 mgCOD/L : 1000 = 0,072 kgCOD/m3
(E x So)
- CeffluenBOD = So – 100
(60 x 39,9 mg/l)
= 39,9 mg/l - 100

= 16,5 mgBOD/L
(E x So)
- CeffluenTSS = So – 100
(85 x 85,05 mg/l)
= 85,05 mg/l 100

= 12,75 mgTSS/L
B. Zona Inlet dan Outlet
Direncanakan :

 Jumlah saluran = 1 buah


 Q = 0,226 m3/detik
 Koefisien kekasaran pipa (pvc) = 120
 Asumsi V = 1 m/s

Perhitungan:
Inlet
 Menghitung diameter pipa (D)
D 𝟒𝐐
=√
𝛑.𝐯

𝟒 𝐱 𝟎,𝟐𝟐𝟔 𝐦𝟑 /𝐬
=√
𝟑,𝟏𝟒 𝐱 𝟏
𝟎,𝟗𝟎𝟒𝐦𝟑 /𝐬
=√
𝟑,𝟏𝟒

D = 0,53 m ≈ 530 mm

D pasaran = 560 mm

𝐐
 V =
𝐀
0,226 m3 /s
=
0,28 x 3,14 x 0,562

0,226 m3 /s
=
0,2757

= 0,82 m/s
 Panjang pipa = 4,7 m
 Menghitung headloss
Q
Hfmayor =( )1,85 x L
0,2785 x C x D2,63

0,226 m3/s
=( )1,85 x 4,7
0,2785 x 120 x 0,562,63

= 0,008 m

Hf minor belokan

Belokan 90° = 1 buah

Kb = 0,2

Kb x v2
Hf belokan = (Nb x )
2g

0,2 x 0,822
= (1 x )
2 x 9,8

= 0,007 m

Headloss total
Headloss total = Hf mayor + Hf minor

= 0,008m + 0,007 m

= 0,015 m

Outlet

 Menghitung diameter pipa (D)


D 𝟒𝐐
=√
𝛑.𝐯

𝟒 𝐱 𝟎,𝟐𝟐𝟔 𝐦𝟑 /𝐬
=√
𝟑,𝟏𝟒 𝐱 𝟏

𝟎,𝟔𝟒𝟒 𝐦𝟑 /𝐬
=√
𝟑,𝟏𝟒

D = 0,53 m ≈ 530 mm

D pasaran = 560 mm

𝐐
 V =
𝐀
0,266 m3 /s
=
0,28 x 3,14 x 0,562

0,266 m3 /s
=
0,2747

= 0,82 m/s
 Panjang pipa = 2 m
 Menghitung headloss
Q
Hfmayor =( )1,85 x L
0,2785 x C x D2,63

0,266 m3/s
=( )1,85 x 2
0,2785 x 120 x 0,562,63

= 0,004 m

Anda mungkin juga menyukai