Anda di halaman 1dari 101

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SIRKULASI

PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK DENGAN MASALAH


KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL
DI RUANG IGD RS Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

KRISINTA PANGESTI R.L


A01602223

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2018/2019

i STIKES Muhammadiyah Gombong


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas Akademika STIKES Muhammadiyah Gombong, saya yang


bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Krisinta Pangesti R.L

NIM : A01602223

Program Studi : DIII Keperawatan

Jenis Karya : KTI (Karya Tulis Ilmiah)

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKES Muhammadiyah Gombong Hak Bebas Royalti Nonekslusif atas karya
ilmiah saya yang berjudul :“Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Sirkulasi Pada Pasien Stroke Hemoragik Dengan Masalah Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Serebral Di Ruang IGD RS Dr. Soedirman Kebumen”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti
Nonesklusif ini, STIKES Muhammadiyah Gombong berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Gombong, 1 Juli 2019

Yang menyatakan

(Krisinta Pangesti R.L)

ii STIKES Muhammadiyah Gombong


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Krisinta Pangesti R.L

NIM : A01602223

Program Studi : DIII Keperawatan

Institusi : STIKES Muhammadiyah Gombong

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan
atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Gombong, 1 Juli 2019

Pembuat Pernyataan

(Krisinta Pangesti R.L)


A01602223

iii STIKES Muhammadiyah Gombong


iv STIKES Muhammadiyah Gombong
v STIKES Muhammadiyah Gombong
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat ,taufik, dan hidayah-Nya. Hanya dengan
pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah DIII
Keperawatan yang berjudul “Asuhan Pemenuhan KebutuhanSirkulasi Pada Pasien
Stroke Hemoragik Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Di
Ruang IGD RS Dr. Soedirman”. Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat sehat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.
2. Bpk. H. Susilo dan Ibu Latini, selaku orang tua yang telah memberikan
dukungan, doa, dan materil dalam penyusunan karya tulis lmiah ini.
3. Hj. Herniyatun, M. Kep. Sp. Mat, selaku ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan keperawatan.
4. Nurlaila, S.Kep.Ns. M.Kep, selaku ketua prodi DIII Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan ilmunya dan waktu untuk
kelancaran pembuatan proposal karya tulis ilmiah ini.
5. Isma Yuniar, M.Kep, selaku pembimbing yang telah memberikan motivasi
dan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
6. Endah Setianingsih, M.Kep, selaku penguji yang telah memberikan motivasi
dan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
7. Nur Afif Hidayat yang selalu memberikan motivasi dan bantuan kepada
penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Kakak saya yang selalu mengingatkan dan memberi motivasi dan juga
masukan untuk kelancaram karya tulis ilmiah ini.

vi STIKES Muhammadiyah Gombong


9. Sahabatku yang selalu menjadi tempat untuk bercerita dan selalu menemani
dan memberikan semangat kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuangan penulis dalam menempuh KTI jenjang DIII
Keperawatan 2019 yang ikut serta dalam memberikan bantuan, semangat,
serta doa untuk kelancaran tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


karya tulis ini, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat berarti bagi
penulis untuk menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat
membawa manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan.
Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Gombong, 1 Juli 2019

Penulis

Krisinta Pangesti R.L

vii STIKES Muhammadiyah Gombong


Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2019

Krisinta Pangesti Rahayu Lestari1, Isma Yuniar 2

ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SIRKULASI
PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK DENGAN MASALAH
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL DI RUANG
IGD RS DR.SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang : Sirkulasi adalah sistem yang bertindak sebagai transportasi


berbagai zat-zat dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh menuju organ-organ yang
membutuhkannya dan juga yang tidak diperlukan oleh tubuh (keluar tubuh).
Stroke merupakan penyakit yang menyerang otak dan terjadi ketika aliran darah
ke area otak terputus. Ketika hal ini terjadi, sel-sel otak kekurangan oksigen dan
mulai tidak berfungsi.
Tujuan Umum Penulisan Karya Ilmiah : Menggambarkan asuhan keperawatan
pada pasien stroke hemoragik dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral.
Metode : Penggunaan metode karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif analisis
dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan dokumentasi. Subjek adalah pasien stroke hemoragik yang
mengalami masalah peningkatan tekanan intrakranial berjumlah 2 orang.
Hasil : Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada pasien dengan
diagnose keperawatan utama yaitu resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
dengan menggunakan tindakan head up 15⁰-30⁰ diperoleh hasil tekanan
intrakranial menurun seperti tekanan darah sistolik menurun, tekanan darah
diastolik menurun, dan saturasi oksigen meningkat.
Rekomendasi : Meninggikan posisi kepala saat tidur kira-kira 15⁰-30⁰ untuk
memperlancar sirkulasi oksigen ke otak.

Kata Kunci : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, Head up 15⁰-30⁰, Stroke


Hemoragik
1. Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong
2. Dosen Prodi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

viii STIKES Muhammadiyah Gombong


DIII Study Program of Nursing
Muhammadiyah Health Scienes Institute of Gombong
Scientific Writing, July 2019

Krisinta Pangesti Rahayu Lestari1, Isma Yuniar 2

ABSTRACT

NURSING CARE OF CIRCULATION NEEDS IN HEMORRHAGIC


STROKE PATIENTS WITH INEFECTIVE PERFUSION OF THE
CEREBRAL TISSUE IN IGD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN HOSPITAL

Background :Circulation is a system that acts as a transportation of various


subtances and nutrients needed by the body to the organs that need it and which
are not needed by the body (out of the body). Stroke is a disease that attacks the
brain and occurs when blood flow to the brain area is cut off. When this happens,
brain cells lack oxygen and don’t function.
Purpose of Writing: Describes nursing care in hemorrhagic stroke patients with
problems ineffective perfusion of cerebral tissue.
Method : The use of scientific writing method is descriptive analysis with study
approach case. Data were obtained through interview, observation, physical
examination, and documentation. Subjects were hemorrhagic stroke patients who
had problems increasing intracranial pressure in 2 people.
Results : After performing nursing care for 3 days in patients with primary
nursing diagnoses the risk of ineffective perfusion of brain tissue using head up
15⁰-30⁰ so that intracranial pressure decreased like systolic blood pressure
decreased, diastolic blood pressure decreased, and oxygen saturation increased.
Recommendation : Elevate the head position during sleep approximately 15⁰-30⁰
to facilitate the circulation of oxygen to the brain.

Keywords : Cerebral tissue perfusion ineffectiveness, Head up 15⁰-30⁰,


Hemorrhagic stroke

1. Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong


2. Dosen Prodi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

ix STIKES Muhammadiyah Gombong


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
ABSTRAK .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuhan keperawatan dalam kebutuhan mobilisasi .............. 6
2.2.1 Pengkajian ................................................................ 6
2.2.2 Diagnosa ................................................................. 10
2.2.3 Perencanaan ............................................................ 10
2.2.4 Pelaksanaan ............................................................. 13
2.2.5 Evaluasi ................................................................... 13
2.2 Perfusi Serebral pada Stroke Hemoragik ............................ 13
2.2.6 Pengertian ............................................................... 13
2.2.7 Etiologi.................................................................... 14
2.2.8 Manifestasi Klinis ................................................... 17
2.2.9 Faktor Resiko Stroke............................................... 17
2.2.10 Patofisiologi ............................................................ 20
2.2.11 Tindakan Head Up15⁰-30º ...................................... 21
BAB III METODE STUDI KASUS
3.1 Jenis Studi Kasus........................................................... 23
3.2 Subyek Studi Kasus....................................................... 23
3.3 Fokus Studi Kasus ......................................................... 24
3.4 Definisi Operasional...................................................... 24
3.5 Instrumen Studi Kasus .................................................. 25
3.6 Metode Pengumpulan Data ........................................... 25
3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus ..................................... 27
3.8 Analisis Data dan Penyajian Data ................................. 27
3.9 Etika Studi Kasus .......................................................... 27

x STIKES Muhammadiyah Gombong


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ................................................................ 30
1. Tn. B
a. Pengkajian ............................................................... 30
b. Diagnosa Keperawatan............................................ 34
c. Intervensi Keperawatan........................................... 35
d. Implementasi Keperawatan ..................................... 37
e. Evaluasi Keperawatan ............................................. 38
2. Ny. M
a. Pengkajian ............................................................... 40
b. Diagnosa Keperawatan............................................ 43
c. Intervensi Keperawatan........................................... 45
d. Implementasi Keperawatan ..................................... 46
e. Evaluasi Keperawatan ............................................. 49
B. Pembahasan ........................................................................ 51
1. Pengkajian ..................................................................... 51
2. Diagnosa Keperawatan.................................................. 54
3. Intervensi Keperawatan ................................................. 56
4. Implementasi Keperawatan ........................................... 56
5. Evaluasi Keperawatan ................................................... 58
C. Keterbatasan Studi Kasus ................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 61
B. Saran .................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi STIKES Muhammadiyah Gombong


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengaruh Head Up 15⁰-30º mengenai


saturasi oksigen, tekanan darah sistolik,
tekanan darah diastolik pada pasien stroke hemoragik
setelah 2 jam dilakukan intervensi .......................................................... 58

xii STIKES Muhammadiyah Gombong


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan untuk mengikuti penelitian


Lampiran 2 : Persetujuan menjadi responden
Lampiran 3 : Asuhan Keperawatan
Lampiran 4 : Jurnal Keperawatan
Lampiran 5 : Lembar Konsultasi

xiii STIKES Muhammadiyah Gombong


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan pembangunan kesehatan kearah yang lebih baik
merupakan inti kesejahteraan manusia yang mampu meningkatkan angka
harapan hidup guna mencapai keberhasilan pembangunan suatu bangsa.
Namun, seiring peningkatan harapan hidup tersebut ternyata menimbulkan
transisi epidemiologi yang menimbulkan peningkatan kasus pada penyakit
degenerative (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan laporan World Health
Organization (2016) secara global, penyakit degenerative penyebab
kematian yang diperkirakan mengalami peningkatan terus-menerus yakni
stroke dan menjadi urutan kedua tertinggi setelah penyakit jantung. Angka
kematian akibat stroke diestimasikan sebesar 92/100.000 penduduk dan
diproyeksikan akan meningkat sebesar 104/100.000 penduduk tahun 2030
di dunia.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler yang terjadi karena
pembuluh darah. Penyakit stroke (cerebrovascular accident) tidak hanya
menyerang kelompok usia di atas 50 tahum, melainkan juga terjadi pada
kelompok usia produktif di bawah 45 tahun yang menjadi tulang
punggung keluarganya. Bahkan dalam sejumlah kasus, penderita penyakit
itu masih berusia di bawah 30 tahun (Merry dkk, 2018).
Stroke merupakan penyakit maut, yang setiap tahunnya belasan
juta orang di dunia terkena stroke dan 5 juta diantaranya meninggal karena
stroke. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat, di Indonesia
diperkirakan 500 ribu penduduk terkena stroke setiap tahunnya dan sekitar
25% di antaranya dan sisanya mengalami kecacatan baik ringan ataupun
berat (Sari et al., 2015). Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes
dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta

1 STIKES Muhammadiyah Gombong


2

(16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil,
dan Sulawesi Barat (15,5%) (Riskesdas, 2013).
Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur
di Indonesia. Setiap 1000 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke serta 7
orang yang meninggal dunia di Indonesia, 1 diantaranya terkena stroke.
Berdasarkan pada Riset Kesehatan Dasar, stroke merupakan penyebab
kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh rumah sakit di Indonesia
yaitu sebesar 15,14% dengan angka kejadian stroke meningkat dari tahun
ke tahun (Merry dkk, 2018).
Berdasarkan data riset kesehatan dasar oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
2013), diperoleh hasil terkait jumlah pasien penderita stroke pada 5 pulau
besar yang ada di Indonesia tahun 2013 sebanyak 1.483.910 orang pada
pulau Jawa, 513.397 orang pada pulau Sumatera, 114.060 orang pada
pulau Sulawesi, 87.176 orang pada pulau Kalimantan, dan 23.155 orang
pada pulau Papua. Hasil dari riset tersebut menyimpulkan bahwa stroke
merupakan salah satu penyakit mematikan di Indonesia.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data kasus baru penyakit tidak
menular, jumlah kasus baru yang dilaporkan secara keseluruhan pada
tahun 2016 adalah 943.927 kasus. Dan untuk kasus penyakit stroke di
Jawa Tengah sekitar 36.907 kasus (Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2016).
Di Kabupaten Kebumen tahun 2017, tiga teratas penyakit tidak
menular adalah Hipertensi (23.375 kasus), Diabetes Mellitus (7.274
kasus). Sedangkan penyakit tidak menular yang lainnya ada Dekomposio
Kordis sebanyak 871, psikosis sebanyak 406, stroke sebanyak 2048 kasus,
angina pektoris sebanyak 125 kasus, PPOK sebanyak 1877 kasus, Ca
Mammae sebanyak 243 kasus, Ca Serviks sebanyak 45 kasus, AMI
sebanyak 148 kasus, dan Ca Hepar 12 kasus (Profil Kesehatan Kabupaten
Kebumen, 2017).

STIKES Muhammadiyah Gombong


3

Stroke terjadi karena adanya gangguan pada perfusi jaringan


serebral. Hal ini terjadi karena adanya stimulus infark diperiventrikel
lateralis kiri, lobus frontalis, akibat adanya oklusi serebral. Bila aliran
darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang diperlukan
untuk pembentukan energi akan menurun dan menyebabkan permukaan
sel menjadi lebih negatif sehingga terjadi membran depolarisasi.Saat awal
depolarisasi membran sel masih reversibel, tetapi bila menetap terjadi
perubahan struktural ruang menyebabkan kematian jaringan otak (Pujiarto,
2017).
Aliran darah ke otak dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti
keadaan pembuluh darah, keadaan darah (viskositas darah meningkat,
jematokrit meningkat,aliran darah menjadi lebih lambat,anemia berat,
oksigenasi ke otak menjadi menurun), tekanan darah iskemik memegang
peranan perfusi otak, kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah
jantung dan karena lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskemia
otak. Selain itu, pada pasien stroke biasanya didapatkan peningkatan
intrakranial dengan tanda klinis berupa nyeri yang tidak hilang dan
semakin meningkat, peningkatan intrakranial salah satunya seperti
peningkatan pada tekanan darah sistole, tekanan darah diastole,
peningkatan rate respiration dan nadi. Selain itu, termasuk kasus gawat
darurat dimana cedera otak irreversible atau kematian dapat dihindari
dengan intervensi tepat pada waktunya (Hisam, 2013).
Upaya menurunkan stimuli untuk mencapai koping yang adaptif
dalam masalah gangguan perfusi jaringan serebral, yaitu posisi penopang
punggung dengan head up 15⁰-30⁰. Evaluasi terhadap masalah gangguan
perfusi jaringan serebral dilakukan secara non invasif dengan melihat
(tekanan darah, mean tekanan darah, nadi, suhu tubuh, frekuensi
pernapasan, GCS, dan pupil). Head up berdasarkan pada respon fisiologis
merupakan perubahan posisi untuk peningkatkan aliran darah ke otak dan
mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Aktivitas
keperawatan bedrest dengan head up 15⁰-30⁰, mempunyai tujuan

STIKES Muhammadiyah Gombong


4

mencegah terjadinya penurunan tekanan perfusi serebral dan mengurangi


terjadinya infark serebral lanjut (Pujiarto, 2017). Tindakan head up tidak
boleh lebih dari 30⁰, dengan rasional mencegah peningkatan resiko
penurunan tekanan perfusi serebral dan selanjutnya dapat memperburuk
iskemia serebral jika terjadi vasospasme (Solikin dkk,2015).
Menurut hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Dr. Soedirman
Kebumen dari tahun ke tahun jumlah pasien stroke mengalami kenaikan.
Dengan jumlah pasien stroke yang semakin bertambah sehingga terdapat
ruang baru yaitu unit khusus stroke dengan kapasitas empat bad sehingga
perawatan pasien stroke bisa dirawat secara komprehensif dan paripurna.
Berdasarkan kasus diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus
stroke hemoragik atas dasar meningkatnya penderita stroke dari tahun ke
tahun. Selain itu, peran perawat juga sangat penting dalam menangani
pasien stroke dengan cara memberikan dukungan dan asuhan keperawatan
pada pasien stroke yang meliputi pemberian edukasi kepada pasien dan
keluarganya sehingga kualitas hidup pasien stroke dapat meningkat.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik
dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral?

C. Tujuan studi kasus


1. Tujuan umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pasien stroke hemoragik dengan
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien stroke hemoragik
dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
b. Mendeskripsikan hasil diagnosa keperawatan pada pasien stroke
hemoragik dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral

STIKES Muhammadiyah Gombong


5

c. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada pasien stroke


hemoragik dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien stroke
hemoragik dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien stroke
hemoragik dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral
f. Mendeskripsikan tanda dan gejala sebelum dan sesudah diberikan
asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik dengan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

D. Manfaat studi kasus


Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit khususnya Ruang
IGD untuk selalu melakukan tindakan head up 15⁰-30⁰ yang bertujuan
untuk meningkatkan aliran darah ke otak sehingga dapat mencegah
terjadinya penurunan tekanan perfusi serebral dan peningkatan tekanan
intrakranial (TIK).
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
untuk pasien stroke dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral.
3. Bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil tetang riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien stroke hemoragik dengan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.

STIKES Muhammadiyah Gombong


DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.

Bahrudin, M dkk. (2008) . Posisi Kepala Dalam Stabilisasi Tekanan


Intrakranial.http://www.greenbookee.com/keperawatan-pada-
orangdewasa/ diakses pada tanggal 8 Oktober 2018.

Darmojo, Boedhi. (2011). Buku Ajar Boedhi-Darmojo geriatrik (ilmu


kesehatan usia lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep Dan


Kerangka Kerja. Edisi Pertama. Yogyakarta : Goyan Publishing.

Ekayanti, Merry Septemi dkk. ( 2018) : Nilai Hematokrit Pada Stroke


Akut. Jurnal Sinaps. VOL 1 (1) 9-20. Diakses pada tanggal 10
Oktober 2018.

Farida, I. (2009). Faktor Risiko Terkena Stroke. Yogyakarta : Buku Biru.

Hafdia, Andi Nur Aida dkk. (2018) : Analisis Kualitas Hidup Pasien
Pasca Stroke, Jurnal Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. 2622-0520. Diakses pada tanggal 19 Oktober
2018.

Hafid, MA. (2012). Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian


Stroke di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar.Jurnal
Kesehatan Volume VII No.1/2014. Program Studi Ilmu
keperawatan Fakultas Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Herdman, T. (2014). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.

Hisam,Y,Sudadi,&Raharjo.S.(2013) : Tatalaksana Peningkatan Tekanan


Intrakranial (TIK) Pada Oprasi Craniotomi Evaluasi Hematom
Yang Disebabkan Oleh Hambatan Intraserebral, Jurnal
Komplikasi Anastesi. 35-41. diakses pada tanggal 21 Oktober
2018.

Junaidi, I. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : Andi


Offset.

Kanggeraldo, Jansen dkk. (2018). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis


Penyakit Stroke Hemoragik dan Iskemik Menggunakan Dempster

STIKES Muhammadiyah Gombong


Shafer. Jurnal RESTI. Vol 2 (2) 498-505. Diakses pada tanggal 8
Oktober 2018.

Kemenkes RI. (2013) . InfoDATIN (Situasi Kesehatan Lansia). Jakarta


Selatan : KEMENKES RI.

Muhlisin, A. (2013). Stroke – Pengertian, Jenis, Gejala stroke. http://


mediskus.com/penyakit/stroke-pengertian-jenis-gejala-stroke
diakses pada tanggal 9 Oktober 2018.

Muttaqin, A (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan System Persarafan Edisi Pertama. Yogyakarta :
Salemba Medika.

Nanda. (2018) . Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-


2020. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo . (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen. (2017) . Profil Kesehatan 2017.


http://kesehatan.kebumenkab.go.id/web/download diakses pada
tanggal 20 Oktober 2018.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2016) . Profil Kesehatan 2016.


www.depkes.go.id>13_Jateng_2016 diakses pada tanggal 20
Oktober 2018.

Pujiarto (2017). Analisis Praktek Keperawatan Medikal Bedah Dengan


Pendekatan Teori Adaptasi Roy Pada Pasien Gangguan
Persyarafan Di Rsupn Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jurnal
Kesehatan. Vol VIII (150-160) . diakses pada tanggal 22 Oktober
2018.

Rosjidi (2014). Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial dan


Gangguan Peredaran Darah Otak. Yogyakarta : Gosyen
Fublishing.

Rosya, Ernalinda . (2014) : Hubungan Discharge Planning Prosedur Di


Rumah Sakit Dengan Perawatan Pasien Stroke. (96-106).
Diakses pada tanggal 9 Oktober 2018.

Smeltzer, Suzanne C. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner dan Suddarth. Edisi : 8. Jakarta : EGC.

STIKES Muhammadiyah Gombong


Solikin dkk (2015). Pengaruh Pemberian Oksigen dan Posisi Kepala 30⁰
Terhadap Perubahan Tingkat Kesadaran .diakses pada tanggal 12
Oktober 2018.

Stroke Association. (2017) . State of the Nation Stroke statistics . United


Kingdom : Stroke Association United Kingdom.

Supadi (2012). Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke


Hemoragik Terhadap Tekanan Rata-Rata Arterial, Tekanan
Darah, Dan Tekanan Intrakranial Di Rumah Sakit Margono
Soekarjo Purwokerto Tahun 2011. Jurnal Kesmasindo . vol 5 (2)
154-168. diakses pada tanggal 12 November 2018.

World Health Organization (2016). Projections of mortality and cause of


death 2015 and 2030. Jenewa: World Health Organization
(WHO).

STIKES Muhammadiyah Gombong


PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)

1. Kami adalah Peneliti yang berasal dari STIKES Muhammadiyah


Gombong program studi D3 Keperawatan dengan ini meminta Anda
untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Sirkulasi Pada Pasien
Stroke Hemoragik dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Serebral di Ruang IGD RS Dr. Soedirman Kebumen.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk melakukan asuhan
keperawatan pada pasien stroke hemoragik yang dapat memberi manfaat
berupa bagaimana asuhan atau tindakan yang harus dilakukan pada pasien
dengan stroke hemoragik. Penelitian ini akan berlangsung selama 3 hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin
dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung
kurang lebih 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan
ketidaknyamanan tetapi Anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini
untuk kepentingan pengembangan asuhan atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang Anda peroleh dalam keikutsertaan Anda pada penelitian
ini adalah Anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atau
tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri Anda beserta seluruh informasi yang saudara
sampaikan akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp : 0896 6956 8998.

PENELITI

Krisinta Pangesti R.L


INFORMED CONSENT

(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian
yang akan dilakukan oleh : Krisinta Pangesti R.L dengan judul Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Sirkulasi Pada Pasien Stroke
Hemoragik dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral di
Ruang IGD RS Dr. Soedirman Kebumen.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini


secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun.

Kebumen, 12 Februari 2019

Saksi Yang memberikan persetujuan

........................................... .......................................

Kebumen, 12 Februari 2019

Peneliti

Krisinta Pangesti R.L


FORM PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Emergency Nursing Department | STIKes Muhammadiyah Gombong

No RM : ………………………………………….
Tanggal : …………………………….. Jam ……………. WIB
Nama : ………………………………………….
Keluhan Utama : …………………………………………………………..
Tanggal Lahir : ………………………………………….
Anamnesa : …………………………………………………………..
Jenis Kelamin : L/P
…………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Riwayat Alergi : Tidak ada Ada, ………………………………………………………………………………………………..
Riwayat Penyakit Dahulu : ……………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Riwayat Penyakit Keluarga : …………………………………………………………………………………………………………………………..

Airways
PRIMARY SURVEY

Paten Tidak Paten ( Snoring Gargling Stridor Benda Asing ) Lain-lain .............................

Breathing
Irama Nafas Teratur Tidak Teratur
Suara Nafas Vesikuler Bronchovesikuler Wheezing Ronchi
Pola Nafas Apneu Dyspnea Bradipnea Tachipnea Orthopnea
Penggunaan Otot Bantu Nafas Retraksi Dada Cuping hidung
Jenis Nafas Pernafasan Dada Pernafasan Perut
Frekuensi Nafas ............................. x/menit

Circulation
Akral : Hangat Dingin Pucat : Ya Tidak
Sianosis : Ya Tidak CRT : <2 detik >2 detik
........./
Tekanan Darah : .......... mmHg Nadi : Teraba ............ x/m Tidak Teraba
Perdarahan : Ya .................. cc Lokasi Perdarahan : ...................................... Tidak
Adanya riwayat kehilangan cairan dalam jumlah besar : Diare Muntah Luka Bakar Perdarahan
Kelembaban Kulit : Lembab Kering
Turgor : Baik Kurang
Luas Luka Bakar : ........ ...... % Grade : ............... Produksi Urine : .................. cc
Resiko Dekubitus : Tidak Ya, lakukan pengkajian dekubitus lebih lanjut

Beri Tanda Centang (√) pada kotak yang tersedia Praktik Klinik Keperawatan Gadar | 2018
Disability
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Coma
Nilai GCS : E ............. V ................ M ................... Total : ……………
Pupil : Isokhor Miosis Midriasis Diameter 1mm 2mm 3mm 4mm
Respon Cahaya : + -
Penilaian Ekstremitas : Sensorik Ya Tidak kekuatan
Motorik Ya Tidak otot
PRIMARY SURVEY

Exposure
Pengkajian Nyeri
Onset : ……………………………………………………………………………………………………………
Provokatif/Paliatif : ……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
Qualitas : ……………………………………………………………………………………………………………
Regio/Radiation : ……………………………………………………………………………………………………………
Scale/Severity : ……………………………………………………………………………………………………………
Time : ……………………………………………………………………………………………………………
Apakah ada nyeri : Ya, skor nyeri VRS : ............. Tidak Lokasi Nyeri
WBS : .............

VRS :

WBS :

Luka : Ya, Lokasi .......................................... Tidak


Resiko Dekubitus : Ya Tidak (arsir sesuai lokasi nyeri)

Fahrenheit
Suhu Axila : ......................... oC Suhu Rectal : ......................oC
Berat Badan : ................ kg

Pemeriksaan Penunjang
EKG : ……………………………………………………………………………………………………………………..
GDA : ……………………………………………………………………………………………………………………..
Radiologi : ……………………………………………………………………………………………………………………..
Laboratorium : Item Hasil Satuan Normal Item Hasil Satuan Normal

Beri Tanda Centang (√) pada kotak yang tersedia Praktik Klinik Keperawatan Gadar | 2018
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : ……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
SECONDARY SURVEY

Leher : ……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
Dada : ……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
Perut : …………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
Ekstremitas : (atas) .…………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………….………………………
(bawah) ……………………………………………………………………………………………………………………………..
...…………………………………………………………………………………………………………………………………………
Genitalia : .……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..

PROGRAM TERAPI
Tanggal/Jam : ……………………………………………………………..
NO NAMA OBAT DOSIS INDIKASI

Beri Tanda Centang (√) pada kotak yang tersedia Praktik Klinik Keperawatan Gadar | 2018
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
2. …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
3. …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO NOC INTERVENSI RASIONAL
DX

Beri Tanda Centang (√) pada kotak yang tersedia Praktik Klinik Keperawatan Gadar | 2018
NO NOC INTERVENSI RASIONAL
DX

IMPLEMENTASI
TGL/JAM TINDAKAN RESPON TTD

Beri Tanda Centang (√) pada kotak yang tersedia Praktik Klinik Keperawatan Gadar | 2018
EVALUASI
TGL/JAM NO DX EVALUASI TTD

RENCANA TINDAK LANJUT


……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

Tanggal : …………………………………..
Jam …….…….. WIB
Perawat,

…………………………………………….

Beri Tanda Centang (√) pada kotak yang tersedia Praktik Klinik Keperawatan Gadar | 2018
Public Health of Indonesia
Pertami SB, et al. Public Health of Indonesia. 2017 August;3(3):89-95 ISSN: 2477-1570
http://stikbar.org/ycabpublisher/index.php/PHI/index
Original Research

EFFECT OF 30° HEAD-UP POSITION ON INTRACRANIAL


PRESSURE CHANGE IN PATIENTS WITH HEAD INJURY IN
SURGICAL WARD OF GENERAL HOSPITAL OF Dr. R.
SOEDARSONO PASURUAN
Sumirah Budi Pertami*, Sulastyawati, Puthut Anami

Department of Nursing, Polytechnic of Health of Malang, Ministry of Health Republic of Indonesia

Accepted: 5 September 2017


*Correspondence:
Sumirah Budi Pertami
Department of Nursing, Polytechnic of Health of Malang
Ministry of Health Republic of Indonesia
Jln. A.Yani No 1 lawang Malang
E-mail: sumirahbudip@yahoo.com

Copyright: © the author(s), YCAB publisher and Public Health of Indonesia. This is an open-access article
distributed under the terms of the Creative Commons Attribution Non-Commercial License, which permits
unrestricted non-commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is
properly cited.

ABSTRACT
Background: Head-injured patients have traditionally been maintained in the head-up position to
ameliorate the effects of increased intracranial pressure (ICP). However, it has been reported that the 15
degrees head-up position may improve cerebral perfusion pressure (CPP) and outcome. We sought to
determine the impact of 30 and 15 degrees on intracranial pressure change.
Methods: This was a quasi-experimental study with posttest only control time series time design. There
were 30 head-injured patients was selected using consecutive sampling, with 15 assigned in the treatment
(30° head-up position) and control group (15° head-up position). Intracranial pressure variable was
identified using the level of consciousness and mean arterial pressure parameters. Wilcoxon signed rank test
was used for data analysis
Results: Findings showed p-value 0.010 (<0.05) on awareness level and p-value 0.031 (<0.05) on mean
arterial pressure, which indicated that there was a statistically significant effect of the 30° head-up position
on level of awareness and mean arterial pressure.
Conclusion: There was a significant effect of the 30° head-up position on intracranial pressure changes,
particularly in the level of awareness and mean arterial pressure in patients with head injury. It is
recommended that for health workers to provide knowledge regarding this intervention to prevent increased
intracranial pressure.

Key words: Consciousness level, 30° head-up position, intracranial pressure, mean arterial pressure

BACKGROUND According to literature, head injuries can


Head injuries include injuries by objects/ cause serious problems such as increased
bone fragments that penetrate brain tissue, intra-cranial pressure, crisis hypertension,
and the effect of strength or energy being bleeding, seizures and death. Increased
passed on to the brain or the effects of intraranial pressure can lead to ischemia or
acceleration and deceleration on the brain.1

 
©Public Health of Indonesia – YCAB Publisher, Volume 3, Issue 3, July-August 2017 |  89

   
infarction of brain tissue and brain death so intra-cranial pressure, blood pressure is
that immediate precautions are required.2 required to maintain the value of cerebral
Traffic accidents are the most perfusion pressure within the normal
common cause of head injuries and are a range. In patients with severe head injury,
public health problem worldwide, hypotension may increase death. While in
especially in developing countries.3 This patients with head injury, hypertension
situation generally occurs in motor drivers also occurs that can cause death. The 30°
without wearing helmet or wearing helmets head-up position is suggested according to
carrelesly, and do not meet the standards.3 previous studies, which can decrease ICT
Brain injury trauma is a significant global and increase the pressure of cerebral
public health concern and is predicted to be perfusion compared to the supine position.8
the leading cause of death and disability by A 30° head-up position is performed
2020.4 in patients with head injury because this
Every year, in the United States, it is position will facilitate drainage of reverse
about 30 million emergency injuries blood flow from intracranial so as to
become hospital cases and cause death. Of reduce intracranial pressure.2 In addition,
those, 16% are head injuries as a primary from the Mahfoud study,9 it was found that
and secondary diagnosis. In 2010, intracranial pressure in ICT values
approximately 2.5 million people were decreased significantly in the 0°-60°
hospitalized with a diagnosis of head position range, minimum intracranial
injury in the United States.5 In Asia, a high arterial pressure was found in patients with
percentage of incidence of head injury is a 30° head-up position. Horizontal position
caused by fall (77%) and other injuries will increase CPP and head-up position
(57%).4 >40° will decrease brain perfusion.8
In Indonesia, the incidence of head Bahrudin and Sunardi10 also stated that
injury each year is estimated to reach ICT will decrease significantly from 0°-
500,000 cases, with 10% of them died 35° head-up position, but in 40° position
before arriving at the hospital. Of all cases, and upwards, ICT will rise again.
80% were classified as mild head injury, Therefore, this study aimed to
10% as moderate head injury, and 10% as analyze the effect of the 30° head-up
severe head.6 According to medical record position on changes in intracranial pressure
data of general hospital of dr. R. in patients with head injury. The study was
Soedarsono Pasuruan during the preli- conducted by observing the level of
minary study, there were 115 cases of head awareness and Mean Arterial Pressure
injury on July - September 2016, with 94 (MAP) to identify changes in intracranial
patients categorized as mild head injury, 8 pressure.
moderate head injury and 13 serious head
injury patients.
Non-pharmacologic strategies perfor- METHODS
med for the management of head injury are Design
the setting up of the 15-30° head-up This was a quasi-experimental study with
position to improve venous return and posttest only control time series time
reduce intra-cranial pressure. In patients design.
with hypovolemic, there may be a
suspicion of a drastic decrease in blood Research subjects
pressure and decreased cerebral perfusion.7 The target population in this study was all
In management to optimize the value of patients with head injury in the surgical

 
©Public Health of Indonesia – YCAB Publisher, Volume 3, Issue 3, July-August 2017 |  90

   
ward of the general hospital of Dr. R. pressure in this study was categorized into
Soedarsono Pasuruan. There were 30 head- 3 classes: High if MAP >100 mmHg,
injured patients was selected using normal if MAP in the range 70 - 100
consecutive sampling, with 15 assigned in mmHg, and low if MAP <70 mmHg.
the treatment and control group.
Research Ethics
Intervention Ethical approval was obtained from the
The researcher performed a 30° head-up Health Research Ethics Commission at
position to the treatment group and the 15° Poltekkes Kemenkes Malang. Study
head-up position to the control group to permission was obtained from the General
obtain relevant data in accordance with the Hospital of Dr. R. Soedarsono Pasuruan to
research objectives. The treatment of this carry out research by disseminating the
position arrangement was performed when intent and purpose of research. The
the patient was treated in the surgical ward. researcher explained the objectives and
The treatment was given for 2 hours on the procedures of the study, and asked for the
first day and then the level of awareness patient's willingness to be the respondent
and Mean Arterial Pressure was measured in the study and signed the informed
(posttest 1). After than, the treatment was consent.
continued for 2 hours and then the level of
awareness and Mean Arterial Pressure was Data analysis
measured again (posttest 2). Wilcoxon signed rank test was used for
data analysis because the result of
Instrument normality test using Shapiro Wilk showed
Level of awareness and mean arterial <0.05, which indicated that the data were
pressure were measured in this study. not in normal distribution.
Level of awareness was measured using
GCS instruments (Glasgow Coma Scale) to
describe intracranial pressure. GCS 9 -12 RESULTS
refers to moderate intracranial pressure Characteristics of respondents
increase, and GCS 13-15 refers to 13-15. Table 1 shows that 33.3% of patients with head
While Mean Arterial Pressure or average injury aged 15-25 years, 30% of them aged 26-
of arterial pressure was calculated by 35%, and the rest aged 36-65 years. The
majority of respondents were male (60%),
measuring blood pressure then counting
having head injury caused by motor vehicle
systole multiply diastole and divided by accidents (73.3%), and 83.3% of them had
three. Measurement of Mean Arterial mild head injury.
Pressure to explain the intracranial

Table 1. Distribution of respondents based on age, gender, cause of head injury, head injury classification

Characteristics n %
Age
15 – 25 10 33.3%
26 – 35 9 30%
36 – 45 2 6.67%
46 – 55 5 16.67%
56 – 65 4 13.33%
Gender
Male 18 60%
Female 12 40%

 
©Public Health of Indonesia – YCAB Publisher, Volume 3, Issue 3, July-August 2017 |  91

   
Cause of head injury
Motor vehicle accidents 22 73.3%
Work-related accidents 2 6.7%
Falls 4 13%
Blunt trauma 2 6.7%
Classification
Mild head injury 25 83.3%
Moderate head injury 5 16.67%

Table 2. Average level of awareness and mean arterial pressure

Variables n Mean SD
Level of Awareness
30° Head-up position
Posttest 1 15 13.67 1.44
Posttest 2 15 14.87 0.32
15° Head-up position
Posttest 1 15 14.40 0.91
Posttest 2 15 14.60 0.91
Mean Arterial Pressure (MAP)
30° Head-up position
Posttest 1 15 80.42 18.5
Posttest 2 15 93.76 5.57
15° Head-up position
Posttest 1 15 85.01 15.3
Posttest 2 15 81.05 15.4

The result of the awareness level on the 30° awareness on the 15° head-up position, the
head-up position in 15 respondents in posttest mean of awareness level in posttest 1 was
1 showed that 26.67% of respondents had 14.40 and in posttest 2 was 14.60. For the
awareness level 9-12 and 73.33% of them had mean arterial pressure, in the 30° head-up
awareness level 13-15. In posttest 2, it was position, MAP in the posttest 1 was 80.42 and
100% of respondents had awareness level posttest 2 was 93.76. While in the 15° head-up
ranged 13-15. Table 2 shows that the mean position, MAP in the posttest 1 was 85.01 and
level of awareness in posttest 1 was 13.67 and posttest 2 was 81.05.
in posttest 2 was 14.87. While the level of

Table 3. Effect of the 30° head-up position on intracranial pressure changes using Wilcoxon signed rank test

Level of Awareness P-value


30° Head-up position
Posttest 1 0.010*
Posttest 2
15° Head-up position 0.083
Posttest 1
Posttest 2
Mean Arterial Pressure (MAP)
30° Head-up position
Posttest 1 0.031*
Posttest 2
15° Head-up position
Posttest 1 0.035*
Posttest 2
*Significant level (<0.05)

 
©Public Health of Indonesia – YCAB Publisher, Volume 3, Issue 3, July-August 2017 |  92

   
Wilcoxon signed rank test as shown in the Pressure (MAP) variable was measured in
Table 3 showed p-value 0.010 (<0.05), this study because of the particularity of
which indicated that there was a the clinical symptoms in head injury
statistically significant effect of the 30° namely decreased level of consciousness
head-up position on level of awareness and change in blood pressure. Besides,
compared to the 15° head-up position. MAP is used in the formula: Cerebral
However, there were statistically Perfusion Pressure = Mean Arterial
significant effects of both 30° and 15° Pressure - Intracranial Pressure.10
head-up position on mean arterial pressure Cerebral Perfusion Pressure is the pressure
with p-value 0.031 and 0.035 (<0.05). of brain perfusion, which is related to the
intracranial pressure.
DISCUSSION On the other hand, Olviani8 states
This study aimed to analyze the effect of that Mean Arterial Pressure should be
the 30° head-up position on changes in maintained above 60 mmHg to ensure
intracranial pressure in patients with head perfusion to the brain, coronary artery and
injury. Intracranial pressure was described kidney during head-up position. In
in terms of awareness level and mean addition, an increase in blood pressure or
arterial pressure. Findings of this study enlarged pulse pressure (the difference
revealed that there was a statistically between systolic and diastolic blood
significant effect of the 30° head-up pressure) or changes in vital signs is a
position on level of awareness. This is in clinical symptom of increased intracranial
line with previous study found that 93.3% pressure.12 Changes in systole and diastole
of patients post-op trepanation had will also affect the value of mean arterial
composmentis awareness after given 30° pressure in patients with head injury.
head-up position in 30 minutes. Positioning is one of the familiar
The 30° head-up position aims to forms of nursing intervention in the
secure the patient in the fulfillment of application of patient care. The 30° head-
oxygenation in order to avoid hypoxia in up position is part of progressive
the patient, and intracranial pressure may mobilization of level I in head-injured
be stable within the normal range.11 In patients who can be non-pharmacological
addition, this position is more effective to techniques to maintain intracranial
maintain the level of consciousness pressure stability. The 30° head-up
because it affects the anatomical position position can launch venous drainage from
of the human body which then affects the the head and stable condition; and prevent
patient's hemodynamics. The 30° head-up neck flexion, head rotation, cough and
position is also effective for brain sneeze.
homeostasis and prevent secondary brain However, the effect of the 30° head-
damage by respiratory function stability to up position on intracranial pressure is
maintain adequate cerebral perfusion.12 influenced by many factors include drug
Findings of this study also revealed factors, history of hypertension and other
that there was statistically significant effect nonpharmacological techniques. Drug
of both 30° and 15° head-up position on factors are excluded in this study due to the
mean arterial pressure. This is consistent researchers limitations in controlling the
with previous study indicated that head-up half-life of the drug, and the other
position in the range 15-30° could decrease confounding factors such as prior history
cerebral perfusion pressure and stabilize of disease were also excluded because in
mean arterial pressure.8 The Mean Arterial

 
©Public Health of Indonesia – YCAB Publisher, Volume 3, Issue 3, July-August 2017 |  93

   
the study there were no respondents with 3. Riyadina W, Subik IP. Profil
prior history of hypertension. keparahan cedera pada korban
At the time of the study, some kecelakaan sepeda motor di
patients were not able to tilt to one side of Instalasi Gawat Darurat RSUP
the body so that this limitation affected the Fatmawati. Universa Medicina.
progressive mobilization of level I for head 2016;26(2):64-72.
injury patients. In addition, in this study, 4. Puvanachandra P, Hyder AA. The
the researcher also had a limitation in burden of traumatic brain injury in
managing pharmacological treatment that Asia: a call for research. Pak J
might impact on intracranial pressuree, Neurol Sci. 2009;4(1):27-32.
such as sedation with morphine IV, 5. Frieden TR, Houry D, Baldwin G.
tracheal intubation, mechanical hyper- Report to Congress on Traumatic
ventilation (PaCO2˂30 mmHg), Brain Injury in the United States:
hyperosmotic drugs (manitol 0.25-0.5 g / Epidemiology and Rehabilitation:
kg), diuretics (furosemide 5-20 mg), National Center for Injury
paralysis (pancuronium 1-4 mg) and LCS Prevention and Control; Division of
drainage.7 However, this study provides Unintentional Injury Prevention.
the insight of knowledge regarding the Atlanta, GA. ; 2015.
effect of the 30° head-up position on 6. Clarinta U, Iyos RN. Cedera
intracranial pressure change. Kepala Berat dengan Perdarahan
Subraknoid. Journal Medula Unila.
2016;4(4):188-193.
CONCLUSION 7. Dunn LT. Raised intracranial
It can be concluded that there was a pressure. Journal of Neurology,
significant effect of the 30° head-up Neurosurgery & Psychiatry.
position on intracranial pressure changes, 2002;73(suppl 1):i23-i27.
particularly in the level of awareness and 8. Olviani Y. PENGARUH
mean arterial pressure in patients with head PELAKSANAAN MOBILISASI
injury. It is recommended that for health PROGRESIF LEVEL I
workers to provide knowledge regarding TERHADAP NILAI
this intervention to prevent increased MONITORING HEMODINAMIK
intracranial pressure. Further study is NON INVASIF PADA PASIEN
needed to examine the 30° head-up CEREBRAL INJURY DI RUANG
position on intracranial pressure, in cluding ICU RSUD ULIN
pulse rates, breathing, pain level, vomiting BANJARMASIN TAHUN 2015.
and pupillary response. Caring. 2015;2(1):37-48.
9. Mahfoud F, Beck J, Raabe A.
Intracranial pressure pulse
REFERENCES amplitude during changes in head
1. Grace PA, Borley NR. At a glance elevation: a new parameter for
ilmu bedah. Edisi ketiga. Jakarta: determining optimum cerebral
Penerbit Erlangga. 2006. perfusion pressure? Acta
2. Japardi I. Pemeriksaan dan Sisi neurochirurgica. 2010;152(3):443-
Praktis Merawat Pasien Cedera 450.
Kepala. Jurnal Keperawatan 10. Bahrudin M. Posisi Kepala Dalam
Indonesia. 2003;7(1):32-35. Stabilisasi Tekanan Intrakranial.
2016.

 
©Public Health of Indonesia – YCAB Publisher, Volume 3, Issue 3, July-August 2017 |  94

   
11. Khandelwal N, Khorsand S,
Mitchell SH, Joffe AM. Head- Cite this article as: Pertami SB,
elevated patient positioning Sulastyawati, Anami P. Effect of 30°
decreases complications of Head-Up Position on Intracranial
emergent tracheal intubation in the Pressure Change in Patients with Head
ward and intensive care unit. Injury in Surgical Ward of General
Anesthesia & Analgesia. Hospital of Dr. R. Soedarsono
2016;122(4):1101-1107. Pasuruan. Public Health of Indonesia
12. Batticaca FB. Asuhan keperawatan 2017;3(3):89-95
pada klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba
Medika. 2008.

 
 

   

 
©Public Health of Indonesia – YCAB Publisher, Volume 3, Issue 3, July-August 2017 |  95

   
POSISI HEAD UP 300 SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN SATURASI
OKSIGEN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK DAN NON HEMORAGIK

Martina Ekacahyaningtyas1, Dwi Setyarini2, Wahyu Rima Agustin3, Noerma Shovie Rizqiea4
Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta
1
mekacahyaningtyas@gmail.com

ABSTRAK
Stroke merupakan defisit neurologis yang mempunyai awitan tiba–tiba, berlangsung lebih dari 24
jam dan disebabkan oleh penyakit serebrovascular. Posisi Head up adalah posisi datar dengan
kepala lebih tinggi 300 dengan posisi tubuh dalam keadaan sejajar. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh posisi head up 300 terhadap saturasi oksigen pada pasien stroke. Desain
Penelitian ini menggunakan Quasi Experiment Design dengan pendekatan One Group Pretest-
Posttest Design. Teknik sampling dengan consecutive sampling. Jumlah responden sebanyak 30
orang. Penelitian ini dilakukan di ICU RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Hasil
analisa status hemodinamik pada saturasi oksigen menunjukkan nilai P value = 0.009 sehingga
terdapat pengaruh posisi Head Up terhadap saturasi oksigen pada pasien stroke. Kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini didapatkan hasil ada perbedaan yang bermakna rata-rata saturasi
oksigen sebelum dan setelah tindakan posisi head up 300.

Kata kunci : Stroke, Posisi Head Up 300, saturasi oksigen

ABSTRACT
Stroke is a neurological deficit that has a sudden onset, lasts more than 24 hours, and is caused by
cerebrovascular disease. Head-up position is a position in which the body is laid flat in the back
and the head is raised 30 degrees higher than the body. The objective of this research is to
investigate the effect of head-up position on the oxygen saturation of stroke patients. This research
used the quasi-experimental design with one group, pre test-posttest design approach. It was
conducted at the Intensive Care Unit of Local General Hospital of dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri. Consecutive sampling technique was used to determine its samples. The samples
consisted of 30 respondents. The result of the hemodynamic status analysis on the oxygen
saturation shows that the p-value was 0.009. Thus, there was an effect of head-up position on the
hemodynamic status of stroke patients. In conclusion, there was a significant difference of oxygen
saturation prior to and following the head-up position intervention.

Keywords : Stroke, head-up 300 position, oxygen saturation

PENDAHULUAN oleh penyakit serebrovaskuler 2. Stroke atau


Pada berbagai belahan dunia, proporsi cidera cerebrovaskuler merupakan hilangnya
populasi yang bertahan hingga usia 50 dan 60 fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
tahun meningkat. Tren ini akan memiliki efek suplai darah ke bagian otak. Stroke
yang sangat besar pada struktur demografi menyebabkan terjadinya gangguan fungsi
masyarakat. Populasi global berusia di atas 65 syaraf lokal atau global, munculnya
tahun meningkat sebesar 9 juta setahun, dan mendadak, progresif dan cepat. Gangguan
pada tahun 2025 akan ada lebih dari 800 juta fungsi syaraf pada stroke disebabkan oleh
orang berusia di atas 65 tahun di dunia. Hal gangguan peredaran darah otak non traumatik
tersebut berefek pada meningkatnya penyakit 5
. Stroke merupakan penyebab kematian
serebrovaskuler salah satunya adalah penyakit nomor tiga dan penyebab kecacatan nomor
stroke 1. satu di seluruh dunia, sebanyak 80-85%
Stroke merupakan defisit neurologis merupakan stroke non hemoragik 3.
yang mempunyai awitan tiba–tiba, Jumlah penderita stroke di Indonesia
berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan menduduki peringkat pertama terjadi sebagai

Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017 55


negara terbanyak yang mengalami stroke di terhadap sturasi oksigen pada pasien stroke
seluruh Asia. Prevalensi stroke di Indonesia hemoragik dan non hemoragik di RSUD dr.
mencapai 8,3 dari 1000 populasi. Angka Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
prevalensi ini meningkat dengan
meningkatnya usia. Data nasional Indonesia METODE
Jenis penelitian yang akan dilakukan
menunjukkan bahwa stroke merupakan
adalah penelitian kuantitatif, dengan
penyebab kematian tertinggi, yaitu 15,4%.
menggunakan desain quasi experiment one
Didapatkan sekitar 750.000 insiden stroke per
group pre test-post test yaitu mengungkapkan
tahun di Indonesia, dan 200.000 diantaranya
hubungan sebab akibat dengan cara
merupakan stroke berulang. Prevalensi stroke
melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok
di Jawa Tengah pada umur ≥ 15 tahun
subjek diobservasi sebelum dilakukan
mencapai 12,3% 4. Berdasarkan data dari
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah
Rekam Medis RSUD Dr. Soediran Mangun
intervensi 6. Observasi yang dilakukan adalah
Sumarso Wonogiri, jumlah kasus stroke
penilaian saturasi oksigen dengan
sebanyak 939 orang pada tahun 2015,
menggunakan pulse oxymetri. Sedangkan
sedangkan pada bulan Januari sampai Juni
intervensi yang dilakukan adalah pemberian
sebanyak 462 orang jumlah tersebut
posisi head up 300 yaitu posisi kepala
meningkat dari bulan Juli sampai Desember
ditinggikan 300 dengan menaikkan kepala
sebanyak 465 kasus pada tahun 2016,
tempat tidur atau menggunakan ekstra bantal
sehingga dapat dilihat bahwa jumlah penyakit
sesuai dengan kenyamanan pasien selama 30
stroke mengalami peningkatan setiap
menit 2.
tahunnya.
Teknik sampling menggunakan
Saturasi oksigen adalah persentase
consecutive sampling dengan kriteria inklusi
oksigen yang telah bergabung dengan molekul
semua pasien stroke (stroke non hemoragik
hemoglobin dimana oksigen bergabung
dan hemoragik), responden berusia 30-90
dengan hemoglobin dalam jumlah yang cukup
tahun dan pasien kritis yang memiliki status
untuk memenuhi kebutuhan tubuh, pada saat
hemodinamik stabil. Sedangkan kriteria
yang sama oksigen dilepas untuk memenuhi
eksklusinya meliputi pasien yang mengalami
kebutuhan jaringan. Gambaran saturasi
trauma servikal dan pasien kritis yang gelisah.
oksigen dapat mengetahui kecukupan oksigen
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
dalam tubuh sehingga dapat membantu dalam
tersebut maka didapatkan besar sampel
penentuan terapi lanjut 5.
sebanyak 30 responden.
Aliran darah yang tidak lancar pada
Peneliti melakukan penelitian di ruang
pasien stroke mengakibatkan gangguan
ICU RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso.
hemodinamik termasuk saturasi oksigen. Oleh
Peneliti mengidentifikasi sampel sesuai
karena itu diperlukan pemantauan dan
dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
penanganan yang tepat karena kondisi
Kemudian peneliti memperkenalkan diri,
hemodinamik sangat mempengaruhi fungsi
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
pengantaran oksigen dalam tubuh yang pada
dan memberikan lembar persetujuan.
akhirnya akan mempengaruhi fungsi jantung.
Selanjutnya peneliti menilai saturasi oksigen
Pemberian posisi head up 300 pada pasien
sebelum dilakukan intervensi posisi head up
stroke mempunyai manfaat yang besar yaitu
300 lalu dicatat dalam lembar observasi.
dapat memperbaiki kondisi hemodinamik
Kemudian peneliti memberikan intervensi
dengan memfasilitasi peningkatan aliran darah
dengan memposisikan head up 300 yaitu
ke serebral dan memaksimalkan oksigenasi
posisi kepala ditinggikan 300 dengan
jaringan serebral 2,5.
menaikkan kepala tempat tidur atau
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggunakan ekstra bantal sesuai dengan
mengetahui pengaruh posisi head up 300

56 Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017


kenyamanan pasien selama 30 menit. Lalu Hasil uji normalitas data Shapiro-Wilk
peneliti menilai kembali saturasi oksigen dan Tabel 3. Hasil Uji normalitas Shapiro-Wilk
dicatat pada lembar observasi. Saturasi Oksigen (n=30)
Statistik Df Sign
Data yang terkumpul dilakukan uji
Sebelum .627 30 .000
normalitas dengan uji shapiro wilk dan Sesudah .850 30 .001
didapatkan kesimpulan bahwa data Tabel 3 menunjukkan hasil uji tes
berdistribusi tidak normal (p value sebelum normalitas Shapiro-Wilk Saturasi Oksigen P
intervensi=0.000 dan p value setelah value (sebelum) = 0.000 sehingga P value <
intervensi 0.001) sehingga analisis bivariat 0.05 maka data kelompok saturasi oksigen
sebelum berdistribusi tidak normal sedangkan
menggunakan uji wilcoxon.
P value (sesudah) = 0.001 sehingga P value <
HASIL 0.05 maka kelompok sesudah berdistribusi
Data Umum tidak normal.
Tabel 1. Karateristik Responden (n=30)
No Karakteristik Responden f % PEMBAHASAN
1 Umur Stroke paling banyak diderita pada usia
Dewasa Akhir (36 - 45 1 3,3 lebih dari 65 tahun dan jarang pada usia
tahun) dibawah 40 tahun 2. Data dari WHO
Usia pertengahan (45 – 59 8 26,7 menyebutkan jumlah penderita stroke banyak
tahun) terjadi pada usia 60 tahun keatas dimana
Usia lanjut (60 – 74tahun) 14 46,7 urutan kedua terbanyak di Asia. Tingginya
Lansia tua (75 – 90 tahun) 7 23,3 angka kejadian stroke pada usia lanjut karena
2 Jenis Kelamin pada usia tersebut berhubungan dengan proses
Pria 13 43,3 penuaan. Organ tubuh mengalami penurunan
Wanita 17 56,7 fungsi termasuk pembuluh darah otak menjadi
Tabel 1 menunjukkan tahap tidak elastis terutama bagian endotel yang
perkembangan usia lanjut merupakan tahap mengalami penebalan, mengakibatkan lumen
perkembangan tertinggi terjadi kasus stroke pembuluh darah semakin sempit sehingga
yaitu sebanyak 46,7 % dan menunjukkan jenis terjadi penurunan aliran darah pada otak 7.
kelamin responden wanita sebanyak 56,7 % Penelitian ini menyebutkan penderita
merupakan jenis kelamin terbanyak yang stroke lebih banyak wanita yaitu sebesar 56.7
mengalami stroke. %. American of Heart Association (AHA)
memperkirakan stroke lebih sering dialami
Data Khusus oleh wanita sebanyak 60.000 lebih banyak
Nilai Rata-Rata Saturasi Oksigen Sebelum dibanding pria setiap tahunnya.5 Besarnya
dan Sesudah Pemberian Posisi head up 300 jumlah wanita dalam kejadian stroke terjadi
Tabel 2. Nilai Rata-Rata Saturasi Oksigen setelah usia mencapai menopause.
Sebelum dan Sesudah Pemberian Posisi Head Peningkatan faktor risiko stroke pada wanita
Up 300 terjadi karena kelebihan kadar androgen dan
Status Sebelum Sesudah sebaliknya kadar estrogen yang menurun.
hemodinamik Kelebihan androgen berpengaruh pada kadar
Saturasi Oksigen 97,07 % 98,33 % kolesterol darah menjadi meningkat sehingga
Z
- 2,594a berpengaruh terjadi stroke sedangkan estrogen
Asymp. Sig.
memliki efek menurunkan kolesterol plasma
0,009 dan mempercepat vasodilatasi, jika estrogen
(2-tailed)
Tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata menurun maka akan berisiko terkena stroke.
saturasi oksigen mengalami peningkatan yaitu Hal tersebut menyebabkan wanita menjadi
sebelum 97.07 % dan sesudah 98.33%. Tabel beresiko dua kali lipat terjadi stroke pada 10
5 menunjukkan hasil analisis bivariat tahun setelah menopause 8.
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan Hasil yang berbeda pada penelitian lain
saturasi oksigen nilai p value = 0,009 maka p yang menyebutkan bahwa kejadian stroke
value< 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 banyak dialami oleh laki-laki karena memiliki
diterima yang artinya ada pengaruh posisi hormon testoteron yang bisa meningkatkan
head up terhadap saturasi oksigen. kadar LDL darah, apabila kadar LDL tinggi

Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017 57


akan meningkatkan kadar kolesterol dalam hemoragik maupun non hemoragik karena
darah, jika kadar kolesterol dalam darah dapat memfasilitasi peningkatan aliran darah
meningkat akan menimbulkan risiko penyakit ke serebral dan memaksimalkan oksigenasi
degeneratif karena kolesterol darah tinggi jaringan serebral.
merupakan salah satu faktor risiko penyebab
penyakit degenaratif 9. SARAN
Pada penelitian ini didapatkan hasil Penelitan ini dapat diaplikasikan
bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata sebagai intervensi keperawatan pada pasien
saturasi oksigen setelah intervensi (sebelum stroke karena memiliki manfaat dapat
pemberian posisi 97.07% dan setelah meningkatkan saturasi oksigen. Sehingga
pemberian posisi 98.33%). Hasil uji statistik diharapkan pihak rumah sakit dapat menyusun
wilcoxon didapatkan p value = 0.009 (< 0.05) Standar Operasional Prosedur tentang
yang artinya ada pengaruh pada saturasi pemberian posisi Head Up 300 pada pasien
oksigen setelah dilakukan pemberian posisi stroke sehingga dapat digunakan sebagai
head up 300. Saturasi oksigen adalah acuan bagi perawat di ruang ICU dalam
persentase oksigen yang telah bergabung memberikan intervensi keperawatan yang
dengan hemoglobin dalam jumlah yang cukup tepat.
untuk memenuhi kebutuhan tubuh, pada saat
yang sama oksigen dilepas untuk memenuhi DAFTAR PUSTAKA
kebutuhan jaringan.5 Secara teoritis, posisi 1. WHO (2009). The WHO Stepwise
telentang dengan di sertai head up Approach to Stroke Surveillance.
menunjukkan aliran balik darah dari bagian http://www.who.int/ncd_surveillance/e
inferior menuju ke atrium kanan cukup baik n/steps_stroke_manual_v1.2.pdf
karena resistensi pembuluh darah dan tekanan diakses tanggal 5 Januari 2017.
atrium kanan tidak terlalu tinggi, sehingga 2. Munoz-Venturelli P, et all. Trials.
volume darah yang masuk (venous return) ke (2015). Head position in Stroke Trial
atrium kanan cukup baik dan tekanan (HeadPost) sitting-up vs lying-flat
pengisian ventrikel kanan (preload) positioning of patients with acute
meningkat, yang dapat mengarah ke stroke: study protocol for a cluster
peningkatan stroke volume dan cardiac randomisted controlled trial. DOI
output. Pasien diposisikan head up 300 akan 10.1186/S13063-015-0767-1. Biomed
meningkatkan aliran darah diotak dan Central.
memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
10,11
26040944 . Diakses tanggal 13 Februari
Penelitian ini juga sesuai dengan 2016.
penelitian sebelumnya yaitu posisi kepala 3. Hafid, MA. (2012). Hubungan Riwayat
yang lebih tinggi 150 dan 300 sama-sama Hipertensi dengan Kejadian Stroke di
dapat meningkatkan saturasi oksigen. Tetapi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap Makasar.Jurnal Kesehatan Volume VII
nilai saturasi oksigen pada pasien stroke No.1/2014. Program Studi Ilmu
sebelum dan setelah dilakukan tindakan keperawatan Fakultas Kesehatan UIN
elevasi kepala 150 dan 300.5 Penelitian yang Alauddin Makassar. http://journal.uin-
lainnya menyatakan bahwa tindakan elevasi alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/arti
kepala dapat memfasilitasi peningkatan aliran cle/download/941/908 . Diakses tanggal
darah ke serebral dan memaksimalkan 20 desember 2016.
oksigenasi jaringan serebral. Tetapi untuk 4. Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan
ketinggian posisi kepala belum bisa Dasar. Badan Penelitian dan
diidentifikasi dengan pasti.12 Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI.
KESIMPULAN www.depkes.go.id/resources/download/
Kesimpulan pada penelitian ini adalah general/Hasil%20Riskesdas%202013.p
terdapat pengaruh posisi head up 300 terhadap df Diakses tanggal 14 Januari 2017
saturasi oksigen pada pasien stroke dengan 5. Sunarto. (2015). Peningkatan Nilai
nilai p value = 0.009. Pemberian posisi head Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke
up 300 dapat dilakukan pada pasien stroke Menggunakan Model Elevasi

58 Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017


Kepala.Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Kesehatan, Volume 4, Nomor 1. Airlangga Surabaya.
Kementrian Kesehatan Politeknik https://media.neliti.com/media/publicati
Kesehatan Surakarta Jurusan ons/75921-ID-none.pdf . Diakses
Keperawatan. http://jurnal.poltekkes- tanggal 12 Juli 2017.
solo.ac.id/index.php/Int/article/view/11 10. Oktavianus. (2014). Asuhan
5 . Diakses tanggal 8 januari 2017. Keperawatan pada Sistem
6. Nursalam. (2015). Metodologi Neurobehaviour. Yogyakarta: Graha
Penelitian Ilmu Keperawatan Ilmu.
Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba 11. Patricia GM, Dorrie F, Carolyn
Medika. M.Hudak, Barbara M. Gallo. (2014).
7. Sofyan, AM, Sihombing, EY, Hamra, Keperawatan Kritis Pendekatan
Yusuf (2013). Hubungan Umur, Jenis Asuhan Holistik Volume 1 dan 2.
Kelamin, dan Hipertensi dengan Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Kejadian Stroke. Medula Journal Vol 1 ECG
No 1. 12. Summers, D., Leonard, A., Wentworth,
http://ojs.uho.ac.id/index.php/medula/ar D., Saver, J.L., Simpson, J., Spilker,
ticle/view/182/125 Diakses tanggal 12 J.A., Hock, N., Miller, E., & Mitchell,
Juli 2017. P.H. (2009). Comprehensive overview
8. Mauk, Kristen, L (2006). of Nursing and Interdisciplinary Care of
Gerontological Nursing : Competencies the Acute Ischemic Stroke Patient. A
for Care. Jones and Bartlett Publishers : Scientific Statement From the
Sudbury American Heart Association.
9. Laily, SR (2016). Hubungan https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
Karakteristik Penderita dan Hipertensi 19478222 . Diakses tanggal 20 Februari
dengan Kejadian Stroke Iskemik. 2017.
Departemen Epidemiologi Fakultas

Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017 59


PENGARUH ELEVASI POSISI KEPALA PADA KLIEN STROKE
HEMORAGIK TERHADAD TEKANAN RATA-RATA ARTERIAL,
TEKANAN DARAH DAN TEKANAN INTRA KRANIAL DI RUMAH SAKIT
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011

THE EFFECT OF HEAD ELEVATION ON MEAN ARTERIAL PRESSURE,


BLOOD PRESSURE, AND INTRACRANIAL PRESSURE AMONG
HEMORRHAGIC STROKE PATIENTS IN THE MARGONO SOEKARDJO
HOSPITAL, PURWOKERTO 2011
Supadi
Jurusan Keperawatan Akademi Keperawatan Kemenkes Semarang
Abstract
Stroke result in mortality cases in the developing countries such as Indonesia.
Indonesia Healthcare Ministry reported that stroke was the first rank of death fatality
among hospitalized patients. The disease also has been founded in many countries.
Annual published statistics at The Margono Soekarjo Hospital Purwokerto indicated
that stroke revealed top ten cases in neurologic department. The incidence of stroke
showed steadily increased since 2007. The aim of the study was to investigate the
effect of head elevation on mean arterial pressure, blood pressure, and intracranial
pressure among hemorrhagic stroke at the Margono Soekarjo Hospital Purwokerto on
2011.The study was employed quasi experimental design pre and post test with control
group. This research used analytical descriptive. And, the data was analyzed by t test
dependent and chi square analysis approach. There was significant effect of head
elevation positioning on mean arterial pressure, blood pressure, and intracranial
pressure among hemorrhagic stroke patients after the treatment (p value 0, 00) of
intervention group in the Margono Soekarjo Hospital Purwokerto. Meanwhile, there
was no significant change of control group on mean arterial pressure, systolic and
diastolic blood pressure, and intracranial pressure (p values were 0,206, 0,761 and
0,092, and 0,058 respectively). The study showed that there was significant effect of
head elevation positioning on mean arterial pressure, blood pressure, and intracranial
pressure among hemorrhagic stroke patients after the treatment (p value 0, 00).

Keywords: head elevation, intracranial pressure, blood pressure, MAP, hemorrhagic


stroke

Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

154
155 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

PENDAHULUAN dilakukan oleh Schneider, dkk (2000


Stroke adalah penyebab dalam Muhammad, 2007) menyatakan
kematian yang utama. Pola penyebab bahwa salah satu penatalaksanaan
kematian di rumah sakit yang utama penurunan peningkatan intra kranial
dari data Kementerian Kesehatan adalah dengan mengatur posisi kepala
Republik Indonesia menyebutkan elevasi 15- 300 untuk meningkatkan
bahwa stroke menempati urutan venous drainage dari cerebral ke
pertama sebagai penyebab kematian di jantung. Elevasi kepala 15- 300 aman
RS. Hal ini teramati pula di banyak sepanjang tekanan perfusi serebral
negara. Stroke merupakan penyebab dipertahankan lebih dari 70 mmHg
kematian nomor tiga setelah penyakit dengan melihat indikator MAP (Mean
jantung dan kanker secara global. Arterial Pressure). Disamping itu
(Kelompok Studi Stroke Perhimpunan tindakan elevasi kepala 15- 300
Dokter Spesialis Saraf Indonesia, tersebut juga diharapkan venous
2007). return (aliran balik) ke jantung
Stroke hemoragik sekitar 10 - berjalan lebih optimal sehingga dapat
15% mengakibatkan perdarahan intra mengurangi edema intaserebral karena
serebral terhitung dari seluruh stroke perdarahan. Tetapi fenomena di
dan memiliki tingkat mortalitas lebih Rumah sakit Margono Purwokerto
tinggi dari infark serebral. (Nasisi, posisi tidur dengan elevasi kepala 15-
2010) 300 belum digunakan secara optimal
Peningkatan intra kranial akan sebagai tindakan karena belum ada
menyebabkan herniasi ke arah batang evidece based nursing practice (bukti
otak sehingga mengakibatkan ilmiah) yang dijadikan sebagai acuan
gangguan pusat pengaturan organ tindakan. Disamping itu berdasarkan
vital, gangguan pernafasan, survey pendahuluan 10 pasien stroke
hemodinamik, kardiovaskuler dan hemorargik yang dilakukan oleh
kesadaran (Anurogo, 2008). peneliti di Rumah sakit Margono di
Oleh karena itu peningkatan dapatkan hasil 7 pasien dengan
intrakranial merupakan kegawat- tekanan darah tidak normal / stabil,
daruratan yang harus diatasi dengan terjadi penurunan kesadaran, mual,
segera. Dalam studi penelitian yang muntah dan MAP rata –rata antara
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 156

60-70 mmHg dengan posisi flat atau Populasi dalam penelitian ini adalah
elevasi kepala di bawah 15- 300 serta semua pasien stroke hemoragik
belum adanya SPO ( Standar Prosedur sedangkan Pengambilan sampel
Operasi ) untuk mengatur posisi dilakukan dengan metode non
kepala pada pasien dengan kasus probability sampling melalui
stroke hemoragik. purposive sampling dengan kriteria
inklusi yaitu :a) Pasien stroke
Tujuan penelitian ini adalah untuk
hemoragik dengan perawatan di IGD,
Mengetahui pengaruh elevasi posisi
bangsal Asoka, Dahlia dan bangsal
kepala pada klien stroke hemoragik
Mawar dan Cempaka RSUD Margono
terhadap tekanan rata-rata arterial,
Soekarjo Purwokerto b) Usia pasien ≥
tekanan darah dan tekanan intra
21 tahun c) Pasien dalam kondisi sadar
kranial di Rumah Sakit Margono
atau koma d)Telah ditegakan
Soekarjo Purwokerto Tahun 2011.
diagnosis medis stroke hemoragik
METODE PENELITIAN dengan CT scan e) Lama perawatan

Rancangan penelitian yang minimal 7 hari.

digunakan adalah kuasi eksperimen Jumlah sampel ada 42 sampel dengan

(pre - post test with control design). pembagian responden 21 untuk

Penelitian ini bertujuan mencari kelompok intervensi dan 21 responden

pengaruh elevasi posisi kepala pada untuk kontrol.

klien stroke hemoragik terhadap HASIL PENELITIAN DAN


tekanan rata-rata arterial, tekanan PEMBAHASAN
darah dan tekanan intra kranial di
Hasil penelitian pengaruh
Rumah Sakit Margono Soekarjo
elevasi posisi kepala pada klien stroke
Purwokerto.
hemoragik terhadap tekanan rata – rata
Waktu penelitian mulai bulan
arterial, tekanan darah dan tekanan
Agustus sampai dengan November
intra kranial di RS. Margono Soekarjo
2011 dan lokasi Penelitian ruang IGD,
Purwokerto.
Asoka, Dahlia serta ruang Mawar
A. Gambaran umum Responden
RSMS Purwokerto.
Gambaran umum responden stroke
hemoragik yang meliputi Tingkat
157 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

kesadaran, jenis pekerjaan, jenis Pendidikan


pendidikan, umur, nilai GCS,  Tidak 3 7,1
tekanan darah, MAP dan TIK, Sekolah
dapat di lihat pada tabel di bawah  SD 8 19,0
ini :
 SMP 8 19,0
Tabel 4.1 Gambaran umum  SMA 18 42,9
responden stroke hemoragik  PT 5 11,9
menurut tingkat kesadaran,
pekerjaan, Jenis kelamin dan Berdasarkan data gambaran umum

pendidikan. dapat dilihat bahwa sebagian besar


kesadaran klien dalam keadaan
sadar 28 klien (66,7%) sedangkan
Variabel Jumlah Persentase
sisanya 14 klien (33,3%) dalam
Tingkat
keadaan tidak sadar. Jenis
kesadaran :
pekerjaan klien sebagian besar
 Tidak 14 33,3
pensiunan 11 klien (26,2%),
sadar
sedangkan pegawai swasta, buruh,
 Sadar 28 66,7
tidak bekarja, wiraswasta dan tani
Pekerjaan :
masing – masing 2,4 %, 9,5%,
 PNS 8 19,0
11,9%, 14,3% dan 16,7%.
 Buruh 4 9,5
Distribusi data masing-masing
 Tani 7 16,7
variabel bila dilihat hasil
 Pensiunan 11 26,2
perbandingan antara skwness dan
 Wiraswasta 6 14,3
standar error didapatkan hasil
 Pegawai 1 2,4
kurang dari 2 (dua). Hal ini
Swasta
menunjukan bahwa distribusi data
 Tidak 1 11,9
untuk masing – masing variabel
bekerja
adalah normal, sehingga analisis
Jenis kelamin uji T dan Chi squre dapat
 Pria 25 59,5 digunakan untuk analisis uji
 Wanita 17 40,5 hipotesis.
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 158

B. Tekanan darah sistolik dan dan perlakuan dapat dilihat pada


diastolik, MAP, TIK sebelum tabel di bawah ini:
dilakukan intervensi. Tabel 4.2 Tekanan darah sistolik
Tekanan darah sistolik dan dan diastolik, MAP sebelum
diastolik, MAP sebelum dilakukan dilakukan intervensi pada
intervensi pada kelompok kontrol kelompok kontrol dan perlakuan

Tabel 4.2 Tekanan darah sistolik dan diastolik, MAP sebelum dilakukan
intervensi pada kelompok kontrol dan perlakuan

Mean
Variabel Kelompok SD Min-Maks 95 % CI
Median
Tekanan Darah Kontrol 169,38 15,20 150-200 162,46-
Sistolik 170,00 176,30
Intervensi 176,05 24,65 130-240 164,82-
172,00 187,27
Tekanan Darah Kontrol 93,76 9,909 80-110 89,25-
Diastolik 90,00 98,27
Intervensi 109,71 14,67 90-150 103,04-
110,00 116,39
MAP Kontrol 120,809 13,16 103-156 114,81-
120,00 126,80
intervensi 132,86 21,64 90-190 123,01-
127,00 142,721

Dari hasil analisis dapat dilihat tinggi yaitu 109,71 mmHg


bahwa rata-rata tekanan darah sistolik dibandingkan dengan kelompok
kelompok intervensi lebih tinggi yaitu kontrol yaitu 93,76 mmHg. Rata –rata
176,05 mmHg, dibandingkan dengan tekanan arterial pada kelompok
tekanan darah sistolik kelompok intervensi lebih tinggi 132, 86
kontrol yaitu 169,39 mmHg. dibandingkan dengan kelompok
Sedangkan rata-rata tekanan darah kontrol 120,80.
diastolik kelompok intervensi lebih
159 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

Menurut Roper (2005) kurang dengan meningkatnya umur,


Penyebab stroke hemoragik sangat sehingga ia menjadi kurang kuat,
beragam tetapi tekanan darah yang meskipun masih penting dan bisa
relatif tinggi atau hipertensi sebagai diobati, faktor risiko ini pada orang
pencetus terjadinya stroke hemoragik tua.
yaitu perdarahan intraserebral primer Kelompok Studi Stroke
(hipertensif). Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Sedangkan menurut Sitirios Indonesia (2007) menjaga agar Mean
(2000), Risiko stroke berkaitan dengan Arterial Pressure (MAP) sekitar 110
tingkat sistolik hipertensi. Hal ini mmHg atau tekanan darah sistolik
berlaku untuk kedua jenis kelamin, (TDS) tidak lebih dari 160 dan
semua umur, dan untuk resiko tekanan darah diastolic (TDD) 90
perdarahan, atherothrombotik, dan mmHg akan mengoptimalkan sirkuasi
stroke lakunar, menariknya, risiko ke organ vital dan mengurangi risiko
stroke pada tingkat hipertensi sistolik stroke hemoragik.
Tabel 4.3 Tekanan Intrakranial Klien stroke hemoragik sebelum dilakukan intervensi

TIK Jumlah Persentase Valid Percent


Tidak ada TIK 1 2,4 4,8
Ada TIK 20 47,6 95,2
Total 21 50,0 100,0

Dari data di atas terlihat bahwa Menurut Corwin (2006),


sebagian besar responden volume darah yang terakumulasi di
memperlihatkan adanya TIK (47,6%), ruang subarachnoid menyebabkan
sedangkan hanya satu responden yang peningkatan tekanan di sekitar
tidak menunjukkkan adanya TIK jaringan otak, sehingga memicu
(2,4%). Ini menunjukkan bahwa kenaikan tekanan intracranial. Hal ini
pasien dengan stroke hemoragik selaras dengan hasil penelitian yang
cenderung mengalami peningkatan menunjukkan bahwa sebagian besar
TIK. pasien stroke hemoragik mengalami
peningkatan tekanan intracranial.
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 160

C. Tekanan darah sistolik dan Tabel 4.4 Tekanan darah sistolik


diastolik, MAP dan TIK sesudah dan diastolik, MAP
dilakukan intervensi sesudah dilakukan
intervensi

Mean
Variabel Kelompok SD Min-Maks 95 % CI
Median
Tekanan Darah Kontrol 167,86 18,81 140-210 159,29-
Sistolik 165,00 176,42
Intervensi 151,81 24,00 110-200 140,88-
150,00 162,74
Tekanan Darah Kontrol 89,90 7,98 80-100 86,30-
Diastolik 90,00 9351
Intervensi 97,95 16,53 70-147 90,42-
100 105,48
MAP Kontrol 117,04 10,01 102-138 112,48-
118,67 121,60
intervensi 116,59 20,00 83-174 107-
113,00 125,70
dibandingkan dengan kelompok
Dari hasil analisis dapat dilihat
intervensi 116,59.
bahwa rata-rata tekanan darah sistolik
kelompok intervensi lebih tinggi yaitu Menurut The seventh report of
151,81 mmHg, dibandingkan dengan the joint national commitee on
tekanan darah sistolik kelompok prevention, detection, eveluation, and
kontrol yaitu 167,86 mmHg. treatment of high pressure (2006)
Sedangkan rata-rata tekanan darah dalam Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
diastolik kelompok intervensi lebih Simadibrata, et.al, (2006) klasifikasi
tinggi yaitu 97,95 mmHg tekanan darah sistolik dan diastolik
dibandingkan dengan kelompok responden setelah perlakuan masih
kontrol yaitu 89,90 mmHg. Rata–rata relatif tinggi yaitu termasuk hipertensi
tekanan arterial pada kelompok derajat 2 yaitu sistolik ≥ 160 mmHg
kontrol lebih tinggi 117,04 dan diastolik ≥ 110 mmHg.
161 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

Sedangkan menurut Matson 70-110 mmHg untuk mempertahankan


(2004) MAP merupakan indikator perfusi jaringan.
yang baik untuk perfusi jaringan dan
monitor saat orang dalam keadaan
kritis. MAP direkomendasikan antara

Tabel 4.5 Tekanan Intrakranial sesudah dilakukan perlakuan pada kelompok


intervensi

TIK Jumlah Persentase Valid Percent


Tidak ada TIK 14 33,3 66,7
Ada TIK 7 16,7 33,3
Total 21 50,0 100,0

Penelitian dengan sampel yang


Dari kelompok intervensi terlihat
lebih besar oleh Lim dan Wong
bahwa setelah dilakukan
(2004) juga melaporkan adanya
intervensi elevasi kepala sebagian
penurunan yang signifikan pada
besar responden tidak
TIK dan tekanan perfusi serebral
menunjukkan adanya TIK
bila elevasi kepala 30° dilakukan.
(66,7%), sedangkan sepertiganya
masih menunjukkan adanya TIK
(33,3%). Tindakan elevasi kepala
menjanjikan perbaikan pada
pasien dengan stroke hemoragik.

Hasil ini selaras dari suatu studi


oleh Fan (2004)
merekomendasikan penggunaan
elevasi kepala 30° untuk
mengurangi TIK dan memonitor
efek tekanan perfusi serebral pada
pasien dengan cedera kepala.
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 162

D. Analisis pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan pada


kelompok kontrol dan intervensi

Tabel 4.6 Analisis pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok kontrol

Variabel Kelompok Mean SD Pvalue


Tekanan sistolik Pre klp kontrol 169,38 15,2 0,761
Post klp kontrol 167,85 18,81

TD diastolik Pre klp kontrol 93,76 9,90 0.092


Post klp kontrol 89,90 7,91

Tabel 4.7 Analisis pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok intervensi

Variabel Kelompok Mean SD Pvalue


Tekanan sistolik Pre klp intervensi 176,04 24,65 0.00
Post klp intervensi 151,80 24,00
TD diastolik Pre klp intervensi 109,71 14,67 0.00
Post klp intervensi 97,95 16,53

0,00. Beberapa sistem balikan


Dari hasil analisa data dapat
mengatur tekanan darah dalam
dilihat bahwa tidak ada pengaruh
pembuluh darah. Salah satu
yang signifikan tekanan darah
sistem ini dikontrol oleh area
sistolik dan distolik pada
vasomotor di pusat
kelompok kontrol sebelum dan
kardiovaskuler. Ini merupakan
sesudah perlakuan dengan p value
kelompok sel saraf di medulla
0,761 dan 0,092 sedangkan
oblongata, terletak di bagian
tekanan darah sistolik dan
inferior batang otak (Tortora dan
diastolik sesudah perlakuan pada
Grabowksi, 2002). Pusat
kelompok intervensi ada pengaruh
vasomotor ini mengontrol
yang signifikan dengan p value
konstriksi viscera dan pembuluh
163 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

darah perifer. Bagian ini bekerja Meskipun pada tahap akhir,


bukan hanya dalam respon kenaikan TIK mengurangi
terhadap perubahan tekanan tekanan perfusi serebral.
darah, hipoksia, dan hiperkapnia, Penurunan perfusi medular ini
tetapi juga berespon terhadap akan mengaktifkan reflex iskemia.
perubahan perfusi darah di Mengakibatkan vasokonstriksi
medulla oblongata (Ganong, dan konsekuensi-nya menaikkan
2003). Pada tahap awal kenaikan tekanan arteri (Hickey, 2002).
TIK, tekanan darah relative stabil.

E. Analisis pengaruh MAP sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok


kontrol dan intervensi
Tabel 4.8 Analisis pengaruh MAP sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok kontrol.

Variabel Kelompok Mean SD Pvalue


MAP Pre klp kontrol 120,80 13,16 0,206
Post klp kontrol 117,04 10,01

Tabel 4.9 Analisis pengaruh MAP sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok intervensi.

Variabel Kelompok Mean SD Pvalue


MAP Pre klp intervensi 132,86 21,64 0,00
Post klp intervensi 116,59 20,00
intervensi ada pengaruh yang
Dari hasil analisa data dapat
signifikan dengan p value 0,00.
dilihat bahwa tidak ada pengaruh
yang signifikan MAP pada Dalam hubungannya dengan
kelompok kontrol sebelum dan tekanan intracranial, mekanisme
sesudah perlakuan dengan p value fisiologi yang terjadi di otak
0,206 sedangkan MAP sesudah dikenal dengan istilah
perlakuan pada kelompok autoregulasi aliran darah serebral.
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 164

Bila otak berkontribusi hanya 2% mmHg (Dunn, 2022). Tekanan


dari berat badan, namun perfusi serebral berhubungan erat
bertanggung jawab terhadap 20% terhadap tekanan intracranial. Hal
konsumsi tubuh terhadap oksigen ini berarti perbedaan sistemik
dan glukosa pada saat istirahat antara mean arterial pressure
(Tortora dan Grabowski, 2002). (MAP) dan tekanan intracranial.
Neuron di otak menghasilkan Menurut hubungan ini, jika
energy hampir seluruhnya dengan tekanan intracranial meningkat
cara mengoksidasi glukosa. Selain atau MAP menurun, tekanan
itu, otak tidak menyimpan perfusi serebral menurun, dan jika
glukosa. Sehingga aliran darah MAP meningkat, tekanan perfusi
serebral yang konstan diperlukan serebral meningkat. Jika tekanan
untuk mempertahankan suplai perfusi serebral dibawah 50
oksigen dan glukosa secara mmHg dapat menyebabkan
teratur( Tortora dan Grabowski,
hipoksia (kadar oksigen tidak
2002). Hal ini dijamin oleh mencukupi di tingkat jaringan)
mekanisme autoregulasi, dimana dan iskemia ( aliran darah tidak
kemampuan pembuluh darah mencukupi ke jaringan). Jika
dalam otak berkonstriksi atau tekanan perfusi serebral
berdilatasi untuk mempertahankan meningkat diatas 150 mmHg, hal
aliran darah yang stabil terhadap ini dapat menyebabkan edema
tekanan perfusi serebral dalam serebral (akumulasi cairan
rentang normal antara 50-140
interstitial abnormal).

F. Analisis pengaruh TIK sebelum dan sesudah tindakan pada kelompok


kontrol dan perlakuan.

Tabel 4.10 Analisis pengaruh TIK sebelum dan sesudah tindakan pada kelompok
kontrol
TIK Tidak ada TIK Ada TIK Total Pvalue
Pre klp kontrol 1 20 21 0,058
Post klp kontrol 1 20 21
165 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

Tabel 4.11 Analisis pengaruh TIK sebelum dan sesudah tindakan pada kelompok
perlakuan

TIK Tidak ada TIK Ada TIK Total Pvalue


Pre klp intervensi 1 20 21 0,032
Post klp intervensi 14 7 21

ditunjukkan dari tidak


Dari hasil analisa data dapat
ditemukannya TIK pada sebagian
dilihat bahwa tidak ada pengaruh
pasien. Walaupun elevasi kepala
yang signifikan PTIK pada
30° menunjukkan perbaikan pada
kelompok kontrol sebelum dan
sebagian pasien, namun posisi ini
sesudah perlakuan dengan p value
0,058 sedangkan PTIK sesudah hanya bermanfaat pada pasien
yang mengalami TIK. Namun
perlakuan pada kelompok
perlu kewaspadaan bagi petugas
intervensi ada pengaruh yang
kesehatan bila menemui pasien
signifikan dengan p value 0,032
yang menunjukkan TIK normal
Hasil penelitian ini mengindikasi-
pada awal gejala stroke,
kan bahwa elevasi posisi kepala
mengingat perdarahan dapat
30° dapat menghambat aliran
terjadi 3 – 5 hari setelah awal
darah serebral ke otak pada pasien
serangan.
dengan stroke hemoragik. Hal ini

G. Keterbatasan penelitian

Penelitian ini masih memiliki kepala pada posisi yang normal


keterbatasan diantaranya, pertama tidak dilakukan saat pengambilan
tidak adanya pengklasifikasian sampel penelitian. Ketiga,
kasus stroke hemoragik yang penilaian adanya peningkatan TIK
berat, ringan dan sedang waktu dengan gejala Trias PTIK masih
pengambilan sampel penelitian. belum standar, peneliti
Kedua, saat melakukan pengaturan menentukan adanya peningkatan
posisi kepala dengan elevasi 15 – TIK bila ada satu gejala yang
30 derajat dari tempat tidur, fiksasi muncul dari Trias PTIK.
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 166

SIMPULAN DAN SARAN kelompok intervensi di Rumah Sakit


Margono Soekarjo Purwokerto.
Simpulan
Sedangkan pada kelompok control
Dari hasil penelitian ini diperoleh
tidak ditemukan perubahan tekanan
gambaran tentang tekanan rata-rata
rata-rata arteri, tekanan darah sistolik
arterial (MAP), tekanan darah, dan
dan diastolic, dan TIK pada kelompok
yang memiliki gejala tekanan
control dengan p value adalah 0,206,
intracranial pada klien stroke
0,761 dan 0,092, 0,058 secara
hemoragik cukup tinggi baik pada
berurutan.
kelompok control dan perlakuan.
Selanjutnya terungkap juga tekanan Saran-saran
rata-rata arterial (MAP), tekanan Berdasarkan kesimpulan tersebut
darah, dan yang menunjukkan gejala dapat direkomendasikan hal-hasil
tekanan intrakranial pada klien stroke sebagai berikut: pertama, perlunya
hemoragik sesudah perlakuan pengaturan posisi elevasi kepala 30°
menunjukan penurunan pada untuk menyokong perbaikan aliran
kelompok intervensi, sedangkan darah arteri pada pasien dengan stroke
kelompok kontrol menunjukan tidak hemoragik. Kedua, perlunya SOP
ada perubahan nilai MAP, Tekanan tentang positioning pengaturan posisi
darah dan gejala peningkatan kepala pada klien stroke hemoragik.
tekananan intrakranial.
Dan ketiga, perlu penelitian lebih
Pada akhirnya disimpulkan bahwa ada lanjut untuk mengkonfirmasi hasil
pengaruh elevasi posisi kepala pada temuan ini dan evaluasi secara
klien stroke hemoragik terhadap komprehensif terhadap standar
tekanan rata-rata arterial, tekanan perawatan pasien yang menyokong
darah dan tekanan intra kranial pengaturan posisi pasien untuk pasien
sesudah intervensi (p value 0,00) pada stroke hemoragik.
167 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

DAFTAR PUSTAKA Perhimpunan Dokter Spesialis


Saraf Indonesia: Jakarta, 2007.
Dunn, LT (2002) Raised intracranial Lim, L dan Wong, HB (2004). Effect
pressure. Journal of of head posture on cerebral
Neurology, Neurosurgery, hemodynamics: its influences on
and Psychiatry. 73 intracranial pressure, cerebral
Supplemen 1, 123-127. perfusion pressure, and cerebral
Gorelick, P.B. (2000). Neurology Up oxygenation. Neurosurgery. 54.
Date:Stroke. From AAN 593-597.
Sylabus: 97 –113. MERCK. (2007). Hemorrhagic Stroke.
Hickey (2002). Intracranial Diperoleh dari:
hypertension: theory and http://www.merck.com/mmhe/se
management of increased c06/ch086/ch086d.html
intracranial pressure. The [Tanggal: 23 Maret 2011].
Clinical Practice of Neurological Mesiano, T.(2007). Perdarahan
th
and Neursosurgical Nursing. 5 Subarakhnoid Traumatik. FK
ed. Lippincott William & UI/RSCM. Diunduh
Wilkins, Philadelphia. 253-285 dari:http://images.omynenny.mu
Joseph V, dkk.(2006). Intracranial ltiply.multiplycontent.com/attac
pressure/ head elevation. hment/0/R@u
Diunduh Tanggal: 17 Februari uzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%
2011. 20traumatik%20Neurona%20by
http://pedscm.wustl.edu/all_net/ %20Taufik
English/Neuropage/Protect/icp- %20M.doc?nmid=88307927
Tx-3.htm [Tanggal: 13 Februari 2011]
Nasissi, Denise.(2010). Hemorrhagic
Kelompok Studi Stroke Perhimpunan
Stroke Emedicine.
Dokter Spesialis Saraf
Medscape.[diunduh dari:
Indonesia.(2007). Guideline
http://emedicine.medscape.com/
Stroke . Edisi Revisi.
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 168

article/793821-overview] Samino.(2006).Perjalanan Penyakit


[Tanggal: 24 M aret 2011] Peredaran Darah Otak. FK
Price, Sylvia A.(2006). Patofisiologi UI/RSCM. Diunduh dari:
Konsep Klinis Proses-proses http://www.kalbe.co.id/files/cdk/
Penyakit ed.6. EGC, Jakarta. files/13PerjalananPenyakitPered
Ropper AH, Brown RH.(2005). aranDarahOtak021.pdf/13Perjala
Adams and Victor’s Principles nanPenyakitPeredaranDarahOta
of Neurology. Edisi 8. BAB 4. k021.html [Tanggal: 12
Major Categories of Maret 2011]
Neurological Disease: Tortora GJ, and Grabowski SR.
Cerebrovascular Disease. (2002). Principles of anatomy
McGraw Hill: New York. and Physiology. 10th ed. John
Rizaldy, P. (2007).Stroke di Indonesia. Wiley & Sons. New York.
Diunduh dari:
Wibowo S, 1999. Upaya Pencegahan
http://artikelindonesia.com/strok
Stroke: Berbagai Faktor Yang
e-di-indonesia.html [Tanggal: 21
Dapat mempengaruhi ketaatan
April 2011]
Berobat Pasien. Manajemen
Sjahrir.( 2003). Stroke Iskemik. Stroke Mutakhir. Berita
YandhiraAgung: Medan Kedokteran Masyarakat. Vol.
Sotirios,A,T.(2000). Clinician’s
V. No. 2: 85-91
Pocket Guide: Differential
Diagnosis in Neurology and
Neurosurgery. George Thieme
Verlag: New York.
Sotirios AT.(2000) Differential
Diagnosis in Neurology and
Neurosurgery.New York.
Thieme Stuttgart.
Silbernagl, S.(2007). Florian Lang.
Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi.
EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai