Biofarmasi Sedian Intra Pulmo Dan Parenteral
Biofarmasi Sedian Intra Pulmo Dan Parenteral
wahyupriyol
Pendahuluan
• Aerosol digunakan untuk memasukkan obat ke
dalam alveolus pulmonari melalui saluran napas
bagian atas tanpa disertai hambatan yang berarti
saat melewati saluran napas
• Seperti diketahui, saluran napas merupakan satu-
satunya organ tubuh yang berhubungan langsung
dengan lingkungan luar dan lingkungan dalam
tubuh
• Oleh sebab itulah saluran napas dapat dan harus
mempunyai sistem pertahanan terhadap semua
pengaruh luar, termasuk obat
wahyupriyol
• Jika senyawa yang terhirup tidak atau kurang
bersih, maka senyawa akan tertahan dan
selanjutnya bila senyawa tersebut toksik maka akan
timbul efek patogenik atau bila senyawa tersebut
merupakan bahan obat, akan timbul efek setempat
dan jika senyawa memasuki peredaran darah maka
selanjutnya akan memberikan efek sistemik
• Keuntungan dari pemberian obat melalui saluran
napas adalah terhindarnya obat dari pengaruh
cairan lambung yang kadang dapat menyebabkan
peruraian bahan aktif
wahyupriyol
Anatomi dan fisiologi saluran napas
wahyupriyol
wahyupriyol
wahyupriyol
Anatomi dan fisiologi saluran napas
• Pintu masuk saluran napas; hidung dan mulut
wahyupriyol
• Mulut
▫ Merupakan jalur kedua yang digunakan untuk
penghirupan
▫ Penghirupan melalui mulut mempunyai efek
samping terutama bila udara mengandung
partikel
wahyupriyol
AEROSOL
• “aerosol” (aer = udara dan sol = larutan, jadi
aerosol merupakan larutan dalam udara)
»» Istilah aerosol kini dikenal dengan
pengertian kabut yang dibentuk oleh partikel-
partikel padat atau cairan yang terdispersi
dalam udara atau dalam gas, dan partikel
tersebut cukup halus hingga tetap tersuspensi
dalam waktu singkat.
wahyupriyol
AEROSOL
Dispersi butiran cairan yang sangat halus di
dalam udara dan berdiameter rata- rata 5 µm.
Terdiri atas dua fase :
1. fase pendispersi (fase penyebar) campuran
udara dan gas.
2. fase terdispersi (fase yang tersebar) larutan
dalam air.
wahyupriyol
wahyupriyol
wahyupriyol
Tipe Aerosol
wahyupriyol
Perjalanan sediaan aerosol diringkas
menjadi 4 tahap yaitu
Transit/penghirupan
Penangkapan/depo
Penahanan/pembersihan
Penyerapan
wahyupriyol
wahyupriyol
wahyupriyol
Transit/penghirupan
• Tetesan aerosol mula-mula mencapai cavum
bucallis, kemudian menuju trakea, bronkus,
bronkiolus, kanal alveoli dan akhirnya ke alveoli
paru.
Ukuran
partikel
Pernafas
an dan
suhu Laju
aliran
udara
Faktor yang
mempengaruhi
Kelemba Aliran
ban gas
tekanan
wahyupriyol
Penangkapan/depo
• Partikel aerosol ditahan oleh epitel broncho-
alveoli. Hanya sebagian partikel yang diteruskan
sedangkan yang lainnya ditolak.
• Faktor yang mempengaruhi penahan/depo :
a) Anatomi fisiologi saluran napas
b) Sifat fisikokimia
• Cara penahanan
1. Tumbukan karena kelembaban
2. Difusi
3. Pengendapan karena gravitasi
wahyupriyol
Penahanan dan pembersihan
• Partikel tertahan dipermukaan tempat depo
• Aktivitas tergantung laju pelarutan dan difusi
• Pembersihan dilakukan oleh selaput mukosilia
(100 jam)
• Tergantung sistem aerosol
wahyupriyol
Penghirupan dan perpindahan
• Aerosol memulai perjalanan dari alat generator
sampai titik fiksasinya di epitel pernapasan
• Tetesan aerososl mula-mula mencapai cavum
bucallis, kemudian menuju trakea, bronkus,
bronkiolus, kanal alveoli dan akhirnya ke alveoli
paru
wahyupriyol
• Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan
partikel adalah
1. ukuran partikel
2. pernapasan dan laju pengaliran udara
3. jenis aliran
4. kelembaban
5. suhu dan tekanan
wahyupriyol
Evaluasi ketersediaan hayati sediaan
aerosol
Tahap I
• Pemilihan bagian saluran napas yang akan dicapai oleh ZA
untuk memberikan aksi setempat atau untuk diserap dan
selanjutnya memberikan efek sistemik
Tahap III
• Penelitian in vivo pada hewan untuk meramalkan toksisitas dan
reaksi samping yang mungkin terjadi setelah pemberian ZA
dalam aerosol
Tahap
wahyupriyol
V • Studi ketercampuran obat dan stabilitas ZA dalam bentuk
terpilih
wahyupriyol
Sediaan Parenteral
wahyupriyol
Sediaan parenteral
• sediaan yang digunakan tanpa melalui mulut
atau dapat dikatakan obat dimasukkan ke dalam
tubuh selain saluran cerna (langsung ke
pembuluh darah) sehingga memperoleh efek
yang cepat dan langsung sampai sasaran. Misal
suntikan atau insulin.
wahyupriyol
Keuntungan sediaan parenteral
Memberikan efek cepat
wahyupriyol
Faktor yang mempengaruhi
bioavailabilitas sediaan parenteral
Faktor • Laju disolusi,
• Koefisien partisi
Fisiko kimia • kelarutan dalam lemak
wahyupriyol
Larutan dalam air
• Penambahan bahan makromolekul yang larut-
air ke dalam larutan dengan pelarut air dapat
memperlama waktu aksi ZA yang terkandung
wahyupriyol
Suspensi dalam air
• Penyuntikan suspensi dalam air dapt
memperlama aksi obat, dan aksi ini tergantung
pada ukuran partikelnya
wahyupriyol
Larutan dan suspensi dalam minyak
• Pelepasan ZA dari larutan atau suspensi dalam
pembawa minyak jauh lebih sulit dibandingkan
dengan pembawa air
wahyupriyol
Pengendapan ZA pada tempat
penyimpanan
• Molekul-molekul tertentu yang diberikan dalam
larutan-air atau larutan campuran air-pelarut
organik akan mengendap pada tempat
penyuntikkan karena pengaruh perbedaan pH
antara pembawa dan cairan biologik
wahyupriyol
Tablet susuk
• Tablet susuk diletakkan di bawah kulit setelah
dilakukan pembedahan
• Karena luas permukaan nya sangat terbatas,
tablet tersebut dapat melepaskan ZA yang
dikandungnya dalam waktu yang sangat lama
wahyupriyol
Jenis sediaan parenteral
• cairan infus
• NaCL 0,9 % (Normal Saline)
• Neurobion injeksi
Cair • Lidocain
• impalanon
Tablet
susuk
wahyupriyol
Karakteristik sediaan
wahyupriyol
Steril
wahyupriyol
Bebas dari partikel yang berukuran
besar
wahyupriyol
Jenis rute pemberian
Intra vena
(IV drip)
Intra Intra
Cardiac Muscular
Intra
Sub Kutan
Arterial
Intra
Epidural
Dermal
wahyupriyol
Pemberian Intravena
• Obat dimasukkan ke dalam pembuluh darah
vena dengan cara diinjeksi. Rute ini
memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol
yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi.
• Pemberian Intravena tidak mengalami tahap
absorbsi. Obat langsung dimasukkan ke
pembuluh darah sehingga kadar obat didalam
darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat
disesuaikan langsung dengan respons penderita.
wahyupriyol
Mekanisme IV
wahyupriyol
Pemberian Intramuskular
- Biasanya Absorbsi larutan > suspensi dan
sediaan dengan pelarut air > minyak.
- Tempat injeksi sebaiknya sejauh mungkin dari
syaraf utama .
- Biasanya di otot gluleus maksimus (pantat), otot
deltoid (lengan atas)
- Kerusakan akibat i.m : hematom, emboli,
terkelupasnya kulit, kerusakan saraf
- Volume umumnya 5 ml di (gluteal), 2 ml
(deltoid)
wahyupriyol
Pemberian Subkutan
- Di bawah permukaan kulit
- Umumnya di jaringan intersitial longgar , lengan
bawah, paha, atau pantat.
- Obat yang mengiritasi, larutan suspensi kental
sebaiknya tidak dengan s.c. Karena dapat
menimbulkan sakit, lecet, dan abses.
- Volume suntikan jarang lebih besar dari 2 ml.
wahyupriyol
wahyupriyol
Evaluasi biofarmasetik obat yang
diberikan melalui penyuntikan
• Interpretasi kadar zat aktif dalam darah yang diperoleh
setelah penyuntikkan subkutan atau intramuskular,
merupakan cara tunggal yang objektif dalam menilai
biofarmasetik obat yang diberikan melalui penyuntikan
• Pada sediaan beraksi lama
1. Langkah pertama.menentukan waktu aksi yang
diharapkan
2. Langkah kedua. Mempertimbangkan dengan
seksama beberapa faktor yang berpengaruh
3. Langkah ketiga.pengontrolan secara in vivo
peningkatan kadar dalam darah pada hewan dan
dilanjutkan pada manusia
wahyupriyol
Daftar pustaka
• Aiache,JM.,1993,Farmasetika 2-
BIOFARMASI:edisi kedua.,Airlangga University
Press
wahyupriyol