Anda di halaman 1dari 32

BIOFARMASI SEDIAAN OBAT

YANG DIBERIKAN SECARA


REKTAL
BIOFARMASI
Anatomi dan fisiologi rektum
 Rectum manusia merupakan akhir dari saluran
pencernaan.
 Panjang rektum sekitar 15 – 20 cm.
 Dalam keadaan istirahat, rektum tidak mengalami
motilitas secara aktif.
 Secara normal rectum tidak berisi apa-apa dan hanya
mengandung 2-3 mL cairan mucus inert (pH 7 – 8),
 Tidak memiliki villi atau microvilli pada mucosa rektal
dan luas permukaan absorpsinya sangat terbatas (200
– 400 cm2) tetapi cukup untuk mengabsorpsi obat.
Karena banyak pembuluh darah
Anatomi Rektal

4 lapisan rektum

Lapisan serosa peritonial

Lapisan otot

Lapisan bawah mukosa

Lapisan mukosa bagian


tertentu
 Anyaman
haemorrhoidals bagian
atas (plexus
harmorrhoidales
superior)
 Anyaman
haemorrhoidales yang
keluar dari plexus
hipogastricum
 Saraf haemorhoidales
atau saraf anus yang
merupakan cabang dari
plexus sacralis.
Rektum Dialiri 3 jenis Vena
Haemorrhoidales

1. Venae
haemorrhoidales
superior
2. Venae
haemorrhoidales
medialis
3. vena
haemorhoidales
inferior
Transport Zat Aktif Setelah Absorpsi
Melalui Rektum

V.hemorrhoidal V.Hemorrhoidal V. Hemorrhoidal


medialis inferior superior (tidak
(Langsung ) (Langsung) langsung)
• Vena cava Inferior • Vena cava Inferior • Vena mesentericum
• Perantara vena inferior
iliaca interna • Perantara vena • Vena porta
iliaca interna
• Absorpsi Langsung • Absorpsi Langsung • Obat diabsorpsi
ke sistemik ke sistemik melalui hati
sebelum ke sistemik
Aliran darah rektum
Biofarmasetika sediaan yang
diberikan secara Rektal
 Suppo adalah sediaan padat yang di buat dengan
zat pembawa lipofil atau hidrofil dengan bentuk
dan kekerasan yang mudah masuk ke rektum
sedangkan zat aktif dilepaskan secara difusi pada
suhu tubuh atau dengan pelarutan ke dalam cairan
rektum.
 Bobot supo dewasa 3 gram, anak 2 gram dan bayi
1 gram
Mekanisme kerja suppositoria

Efek • Tidak peka pada penyerapan


Mekanik

Efek • Suppositoris anti wasir


Setempat

Efek • Suppo nutritif dan suppo obat


sistemik
Kinetika Pre Disposisi Zat Aktif
Proses biofarmasi suppositoria
Penghancuran sediaan

Perpindahan zat aktif

Pelarutan zat aktif

Difusi zat aktif

Absorpsi
Faktor yang mempengaruhi kinetik
pre-disposisi ZA
• konsistensi
Penghancuran • Kekentalan setelah peleburan
• Kemampuan pecah
sediaan

• Sifat zat aktif dalam supo


Pemindahan • Kelarutan zat aktif
dan pelarutan • Koefisien partisi zat aktif dalam
fase lemak dan cairan rektum
zat aktif • Ukuran partikel zat aktif
Faktor yang mempengaruhi kinetika ZA

 Kedudukan suppositoria setelah pemakaian


 Waktu-tinggal suppositoria didalam rektum
 pH cairan rektum
 Konsentrasi zat aktif dalam cairan rektum
Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi
Obat dari Rektum
1. Faktor fisiologi
2. Faktor fisikokimia obat
3. Faktor pato-fisiologis obat
Faktor fisiologi
 Isi Kolon  obat akan mempunyai kemungkinan
untuk diabsorpsi lebih besar ketika rektum dalam
keadaan kosong. Untuk tujuan ini diberikan enema
sebelum penggunaan obat melalui rektal.
 Rute sirkulasi  jika obat diabsorpsi dari
pembuluh darah hemorrhoidal akan langsung
menuju vena cava inferior, sehingga absorpsi
akan cepat dan efektif.
 pH dan minimnya kapasitas buffer cairan rektal
 pH cairan rektal 7-8 dan tidak memiliki
kapasitas buffer yang efektif.
Faktor fisikokimia obat
 Kelarutan dalam lipid-water  obat lipofil jika
diberikan dengan basis lemak tidak dapat dikeluarkan
dengan mudah, sehingga absorpsi obat terganggu.
 Ukuran partikel  semakin kecil partikel semakin besar
kelarutannya.
 Sifat basis  jika basis berinteraksi dengan obat atau
mengiritasi membran mukosa akan menurunkan
absorpsinya. Khususnya pada kasus-kasus suppositoria.
Basis harus mampu mencair, melunak, melarut supaya
dapat melepaskan kandungan obatnya
Faktor pato-fisiologis obat
 Demam Penyerapan lebih baik bila zat aktif
berada dalam pembawa berlemak
 Diare  Sebaliknya (penyerapan buruk)
 Wasir  Gunakan Salep Rektum
Evaluasi sediaan obat secara rektal
 Evaluasi ketersediaan hayati ZA dalam sediaan
suppositoria harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
 Zat aktif yang terserap
 Komponen pembawa yang digunakan
 Proses fabrikasi dan cara penyimpanan sediaan
obat
Bentuk sediaan untuk penghantaran
rektal
 Obat dapat diberikan dalam beberapa bentuk
sediaan melalui rute rektal
 Bentuk sediaan yang biasanya adalah suppositoria,
baik suspensi padat atau emulsi sedangkan kapsul
gelatin yang diberikan rektal dapat berisi formulasi
cair
 Micro-enema memiliki volume antara 1 dan20 mL,
dan makro enema 50 mL atau lebih, yang
keduanya dapat diberikan baik sebgai larutan
atau suspensi
 Suppositoria suspensi adalah formulasi yang paling
banyak digunakan, dan telah menunjukkan
karakteristik pelepasan yang tergantung pada
faktor fisiologis, sifat fisikokimia obat, basis
suppositoria dan lingkungan lokal di dalam rektum
 Secara umum larutan berair dari obat diserap lebih
cepat dalam rute rektal daripada rute oral, tetapi
absorpsi biasanya lebih lambat dengan formulasi
tak berair, karena terbatasnya jumlah air yang
tersedia untuk disolusi obat
Obat-obat yang diberikan secara
rektal
 Antikonvulsan
 Salah satu cara yang paling efektif untuk

pengobatan epilepsi atau kejang berseri adalah


memberikan obat antikonvulsan secara intravena
 Namun masalah teknis yang terkait dengan

pemberian intravena mendorong bentuk sediaan


rektal sebagai alternatif praktis
 Obat praoperasi dan induksi anestesi
 Obat praoperasi biasanya diberikan parenteral

namun rute penghantaran yang lebih dapat


diterima terutama untuk anak-anak masih dalam
penelitian
 Pemberian rektal midazolam menghasilkan efek

penenang memuaskan 30 menit setelah


pemberian untuk anak-anak
 Pemberian rektal secara berangsur-angsur dari
larutan midazolam hidroklorida (5 g/L ; 0,3
mg/kg) pada sukarelawan sehat menghasilkan
bioavailabilitas sekitar 50% namun studi metabolik
menyarankan bahwa absorpsi rektal lengkap dari
obat induk tidak melalui metabolisme lintas
pertama ]
 Absorpsinya cepat, Tmax rata-rata menjadi 31
menit dan Cmax mencapai 120 µg/L
 Analgesik dan antiarthritis
 Pemberian oral narkotika analgesik dalam pengobatan
nyeri pasca operasi dan kanker sering dibatasi oleh mual
dan muntah, atau kondisi pasien yang lemah
 Studi menunjukkan bahwa morfin yang diberikan secara
rektal memiliki bioavailabilitas yang bervariasi jika
dibandingkan dengan injeksi intarmuskular, 30-70% bila
diberikan dalam gel mengandung pati dan 40-88% dari
lemak suppositoria yang keras
 Meningkatnya pH microenema morfin rektal dari 4,5 ke
7,4 secara signifikan meningkatkan laju absorpsi
 Antiemetik
 Pemberian rektal alizapride sebagai suppositoria

dalam basis yang tidak spesifik mengakibatkan


bioavailabilitas rata-rata 61% relatif terhadap
dosis bolus intravena
 Antara alizapride dan promethazine memiliki

profil absorpsi dari pemberian rektal jauh lebih


lambat dibandingkan dengan oral atau
intramuskular
 Senyawa antibakteri
 Metronidazole digunakan secara luas dalam

pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri


anaerob
 Untuk alasan praktis dan ekonomis, beberapa

upaya telah dilakukan untuk mengembangkan


formulasi metronidazole rektal
 Xantin
 Absorpsi teofillin dari larutan rektal mirip dengan
absorpsi dari larutan oral, dan umumnya terjadi
dengan cepat dan secara sempurna
 Namun, absorpsi dari suppositoria dapat
bervariabel dan tidak lengkap
 Menariknya, teofillin diabsorpsi dengan baik ketika

dihantarkan dalam perangkat penghantaran rektal


osmotik, meskipun fakta bahwa tingkat air yang
tersedia di rektum sangat rendah
 Obat untuk penyakit radang usus
 Mesalazine adalah bagian aktif sulphasalazine yang
secara lokal digunkan dalam pengobatan penyakit
radang usus
 Mesalazine dibebaskan dari obat induk yang diberikan
secara oral dalam kolon dengan memisahkan bakteri dari
ikatan azo
 Hal ini sering dihantarakan oleh enema, terutama pada
pasien dengan kolitis ulseratif distal kolon
 karena efek samping dari ssulphasalazine oral dianggap
berasal dari gugus sulphapyridine, formulasi spesifik kolon
yang telah dikembangkan memiliki bioavailabilitas
sistemik rendah tanpa gugus sulphapyridine
 obat aktif kardiovaskular
 penghantaran obat rektal laju dikendalikan
nifedipin oleh perangkat penghantaran osmotik
dalam relawan sehat menghasilkan konsentrasi
plasma steady-state, dengan laju input rendah
dalam menurunkan tekanan darah tanpa refleks
takikardia bersamaan
iritasi dan kerusakan rektal
 aplikasi obat rektal jangka panjang telah
dilaporkan menyebabkan iritasi, pendarahan
rektal, rasa sakit, dan bahkan ulserasi
 suppositoria ergotamine tartrat yang digunakan
pada kisaran dosis 1,5 sampai 9 mg selama
periode antara 1 dan 8 tahun dapat menghasilkan
kerusakan rektal, mungkin karena iskemia mukosa
yang dihasilkan oleh alkaloid
Daftar pustaka
 Aiache,JM.,1993,Farmasetika 2- BIOFARMASI:edisi
kedua.,Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai