pengetahuan, ke-cakapan, dan pengalaman baru kearah yang lebih baik. berusaha mengetahui
sesuatu.
Belajar merupakan sebuah proses yang menghasilkan suatu perubahan perilaku secara sengaja
untuk mendapatkan pengetahuan, kecakapan, serta pengalaman baru menuju ke arah yang lebih
Dan menurut Zainal Aqib (2014:66) belajar menurut pandangan teori kognitif
diartikan proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah obyek yang dilihat.
Menurut teori kognitf, belajar merupakan proses membangun persepsi seseorang dari sebuah
Sebenarnya tidur tidak sekedar mengistirahatkan tubuh, tetapi juga mengistirahatkan otak
khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi yang
digunakan untuk
mengigat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan alasan sesuatu. Karena
suatu zat yang disebut GABA (Gamma Aminobutryric Acid) merupakan asam amino yang
berfungsi sebagai nuerotransmiter (pengantar sinyal saraf) (Pandue,2009) Selain itu kualitas dan
(Tarwono, 2006).
Kecemasan merupakan suatu kekhawatiran terhadap suatu hal yang akan terjadi karena penyebab
yang tidak jelas dan dikaitkan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati,
2012). Cemas merupakan suatu keadaan tidak nyaman akibat aktivitas sistem nerus otonom
terhadap respon ancaman non spesifik. Carpenito (2010) mengatakan bahwa kecemasan
merupakan respon seseorang pada suatu situasi yang tidak menyenangkan atau menurunkan rasa
Masalah yang mungkin terjadi yang disebabkan oleh kecemasan adalah pasien susah untuk
berkonsentrasi, pasien merasa kurang diperhatikan terhadap hal yang kecil atau susah untuk
Kecemasan tidak hanya menimbulkan seseorang susah untuk berkonsentrasi tetapi juga dapat
Gangguan kualitas tidur adalah kondisi saat seseorang mengalami suatu perubahan dalam
kuantitas maupun kualitas pola istirahat yang mengakibatkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu fungsi hidup seseorang (Sumanto, R., Marsito., & Ernawati, 2011).
Kualitas tidur adalah kemampuan seseorang untuk dapat tidur dan memperolah jumlah istirahat
sesuai dengan kebutuhan tiap individu (Sulistyani, 2012). Menurut Khasanah (2012) kualitas
tidur adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan kondisi tidur dan mendapatkan tahap
REM serta NREM yang sesuai. Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif tidur seperti durasi tidur,
serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi yang digunakan untuk
suatu zat yang disebut GABA (Gamma Aminobutryric Acid) merupakan asam amino yang
Tidur tidak hanya mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak terutama bagian
serebral korteks, yaitu bagian otak yang memiliki fungsi mental tertinggi yang berfungsi untuk
Tidur yang cukup dapat memulihkan tenaga.Tidur dapat memberikan waktu untuk perbaikan dan
Baik dan buruknya kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penyakit,
lingkungan, kelelahan, gaya hidup, tingkat kecemasan, motivasi, dan obat-obatan (RISKESDAS,
2013).
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan mental dan fisik bagi
manusia, karena pada saat tidur akan memberikan waktu untuk otot beristirahat. Saat tidur segala
pengalaman dan kejadian yang dialami manusia setiap harinya akan diproses dan diintegrasikan
oleh pikiran. Hal ini sangat berpengaruh pada pikiran seseorang namun tergantung seberapa
kesegaran dan kebugaran setelah terbangun, kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak emnunjukkan rasa lelah dan cemas (Khasanah & Khusnul, 2012).
Gangguan kualitas tidur adalah kondisi saat seseorang mengalami suatu perubahan dalam
kuantitas maupun kualitas pola istirahat yang mengakibatkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu fungsi hidup seseorang (Sumanto, R., Marsito., & Ernawati, 2011).
Kondisi ini banyak dijumpai pada anak sekolahan, mahasiswa, dan pekerja yang mempunyai jam
terbang yang tinggi, dimana kelompok yang paling tinggi risikonya untuk terkena gangguan tidur
adalah mahasiswa terutama para mahasiswa di fakultas kedokteran. Hal tersebut dibuktikan dari
bahwa tingkat distres psikologis, ansietas, dan depresi yang tinggi, terdapat pada mahasiswa
fakultas kedokteran.5 Oleh karena itu, mahasiswa fakultas kedokteran rentan untuk mempunyai
Kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego yang memberitahukan adanya suatu dorongan yang
tidak dapat diterima dan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan
dari dalam tersebut. Idealnya penggunaan represi sudah cukup untuk memulihkan keseimbangan
psikologis tanpa menyebabkan gejala karena represi yang efektif dapat menahan dorongan yang
dibawah sadar. Namun jika represi tidak berhasil sebagai pertahanan, mekanisme pertahanan lain
(seperti konversi, pengalihan dan regresi) mungkin menyebabkan pembentukan gejala dan
menghasilkan gambaran gangguan neurotic yang klasik (seperti histeria, fobia, neurosis obsesif-
kompulsif).
Ansietas merupakan sinyal pada ego untuk memberitahukan adanya dorongan yang tidak bisa
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh stimuli lingkungan spesifik. Pola
berpikir yang salah, terdistorsi atau tidak produktif dapat mendahului atau menyertai perilaku
maladaptif dan ganggguan emosional. Penderita gangguan cemas cenderung menilai lebih
terhadap derajat bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk
mengatasi ancaman.
Teori perilaku mengatakan bahwa ansietas disebabkan oleh stimulasi lingkungan yang spesifik.
Pola pikir yang terdistorsi bisa menyertai atau mendahului perilaku maladaptif dan gangguan
emosi. Seseorang dengan ansietas cenderung memberi penilaian berlebihan terhadap suatu
bahaya dan menilai terlalu rendah terhadapa kemampuan diri sendiri dalam mengatasi suatu
ancaman.
Teori eksistensial kecemasan memberikan model untuk kecemasan menyeluruh, dimana tidak
terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk perasaan cemas.
Teori ini menjelaskan general ansietas (kecemasan menyeluruh), dimana diketahui secara pasti
Benjamin.J, Sadock, Virginia.A, 2010). Faktor biologis mencakup masalah biochemical yang
ada di otak, salah satunya gangguan neurotransmitter. Tiga neurotransmitter utama yang terkait
Acid (GABA).
Teori biologis telah dikembangkan untuk menggambarkan munculnya ansietas oleh Sadock, et
al., (2010) yang meliputi masalah biokimia yang ada di otak. Salah satunya adalah gangguan
Norephinephrine adalah respon dari “fight or flight”, regulasi tidur, suasana hati, serta tekanan
darah. Saat seseorang mengalami stress akut mungkin akan mengalami regulasi noradrenergik
yang buruk dan terjadi pelepasan norephinephrine dan memungkinkan untuk terjadi adanya
peningkatan. Pusat dari pengaturan norephinephrine berada di locus ceruleus di pons pars
rostralis dan badan selnya menjulurkan aksonnya ke korteks serebri, sistem limbik, batang otak
serta medula spinalis (Sadock, et al., 2010). Beberapa penelitian bahwa pelepasan
norephinephrine memegang peranan penting dalam rasa takut dan ansietas. Pelepasan dari
norephinephrine akan menimbulkan gejala fisik ansietas seperti berkeringat dan palpitasi
rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbic, dan hipotalamus. Pemeberian obat
serotonergic pada binatang dilaporkan menyebabkan perilaku yang mengarah pada ansietas.
GABA dapat ditinjau peranannya melalui manfaat dari benzodiazepine yang merupaka salah satu
obat dari ansietas. Benzodiazepine bertugas untuk meningkatkan aktivittas GABA pada reseptor
dan terbukti dapat mengatasi gejala umum ansietas bahkan panik. Diduga pada pasien ansietas
Seseorang cenderung memiliki ansietas jika memiliki keluarga yang juga ansietas. Dalam
sebuah penelitian juga ditegaskan bahwa faktor genetik berperan dalam berkembangnya ansietas
Saraf otonom yang terstimulasi dapat menunjukkan gejala tertentu yang dikarenakan adanya
pelepasan epinefrin dari adrenal. Hal ini akan mempengaruhi berbagai sistem organ dan
istirahat untuk tubuh dan pikiran. Tidur adalah keadaan dimana persepsi dan reaksi seseorang
Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar dimana seseorang dapat dibangunkan dengan stimulus
tertentu. Kondisi tidur dicirikan dengan adanya aktivitas yang minimal, kesadaran bervariasi,
perubahan proses fisiologis, penurunan respon terhadap stimulasi dari luar (Uliyah, 2011).
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme
serebal secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan
bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut
mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Uliyah, 2011). Dalam keadaan sadar,
neuron dalam reticular activating system (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti
norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri,
dan perabaan, juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi
dan proses pikir. Demikian juga pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel
khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR).
Sedangkan saat bangun bergantung dari keseimbangan implus yang diterima di pusat otak dan
sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan
Fisiologi tidur adalah pengaturan kondisi tidur yang meliputi hubungan mekanisme serebral
secara bergantian agar dapat mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun
(terjaga). Salah satu sistem yang mengatur aktivitas tidur adalah sistem pengaktivasi retikularis
yang berada di mesensefalon dan bagian atas pons. Sistem tersebut mengatur kewaspadaan dan
tidur. Fisiologi tidur juga diatur oleh Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar
Synchronizing Region (BSR). Saat kondisi sadar neuron pada RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepinefrin. Tidak hanya itu, RAS dapat memberikan rangsangan visual,
pendengaran, nyeri, perabaan, serta menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk stimuli
emosi dan proses berpikir. Saat kondisi tidur, terdapat pelepasan serotonin dari sel khusus yang
ada di pons dan batang otak tengan, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR) (Uliyah, 2011).
Tidur adalah irama biologis yang kompleks (Kozier, 2008). Tidur adalah proses fisiologis yang
bersiklus dan bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan (Potter & Perry, 2010).
Tidur ditandai dengan aktifitas fisik yang minimal, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan
perkiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan sensorik, dan
suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam. Irama sirkadian dipengaruhi
oleh cahayaa dan suhu, selain factor eksternal seperti aktivitas social dan rutinitas pekerjaan.
Perubahan dalam suhu tubuh juga berhubungan dengan pola tidur individu. (Saryono &
Widianti, 2010). Individu akan bangun ketika mencapai suhu tubuh tertinggi dan akan tertidur
Fisiologis tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral
yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak suatu aktifitas yang
melibatkan system saraf pusat, saraf perifer, endokrin kardiovaskular, dan respirasi
muskulokeletal. Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular
activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak pada batang
otak (Mubarak, 2015). Tidur merupakan suatu irama biologis yang kompleks. Tidur merupakan
suatu proses fisiologis yang bersiklus dari periode terjaga menuju periode yang lebih lama
(Potter & Perry, 2010). Fisiologi tidur adalah pengaturan aktivitas tidur karena terdapat
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktivasi dan menekan pusat otak
yang melibatkan sistem saraf pusat, sistem saraf perifer, endokrin, kardiovaskular, respirasi, dan
musculoskeletal. Sistem yng berperan dalam hal ini adalah reticular activating system (RAS)
yang berada di batang otak teratas dan bulbar synchronizing region (BSR) yang berada di batang
otak (Mubarak, 2015). RAS berpern dalam mempertahankan kewaspadaan dan kondisi terjaga.
SAR menerima stimuli sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Selain itu korteks serebral juga
dapat menstimuli SAR ketik teraktivasi (proses emosi maupun berpikir). Keadaan siaga atu
terjaga dalam waktu yang lama sering dikaitkan dengan gangguan proses berpikir dan emosi
yang mempertahankan kewaspadaan dan terjag. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori,
nyeri, dan taktil. Aktivitas korteks serebral (missal, proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi
SAR. Keadaan terjaga atau siaga yang berkepanjangan sering dihubungkan dengan gangguan
proses berpikir yang progresif dan terkadang dapat menyebabkan aktivitas perilaku yang
Para peneliti meyakini bahwa kenaikan sistem yang mengaktifkan retikular (Reticular Activating
Sistem/RAS) yang terletak di bagian atas batang otak memuat sel-sel khusus yang
mempertahankan kondisi sadar dan terjaga. RAS menerima stimulus indra penglihatan,
pendengaran, nyeri, dan peraba. Aktivitas dari korteks serebral (misal:emosi dan proses berpikir)
Gairah, keadaan terjaga, dan keadaan tetap sadar dihasilkan dari saraf di dalam RAS yang
melepaskan katekolamin seperti norepinefrin (Izac, 2006 dalam Perry & Potter, 2010).
Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dalam sistem tidur raphe pada pons dan otak
depan bagian tengah. Daerah juga disebut bulbar synchronizing region (BSR). Ketika individu
mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam keadaan rileks. Stimulus ke
SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, aktivasi SAR selanjutnya akan menurun. BSR
mengambil alih yang kemudian menyebabkan tidur (Mubarak, et. All, 2015).
Gambaran tidur dan bangun digambarkan demikian, pada saat pusat tidur tidak diaktifkan, nuklei
pengaktivasi retikular di mesensefalon dan pons bagian atas terbebas dari hambatan sehingga
memungkinkan nuklei pengaktivasi retikular menjadi aktif secara spontan. Hal ini akan
merangsang korteks serebri dan sistem saraf perifer dan keduanya kemudian mengirimkan
banyak sinyal feedback positif kembali ke nuklei pengaktivasi retikular yang sama agar sistem
ini tetap aktif. Oleh karena itu, adanya kecenderungan secara alami untuk mempertahankan
keadaan ini dan timbullah keadaan terjaga (Guyton, 2012). Sesudah otak aktif selama beberapa
jam, neuron dalam sistem aktivasi menjadi letih sehingga siklus feedback positif antara nuklei
retikular mesensefalon dan korteks akan melemah dan pengaruh perangsang tidur dari pusat tidur
akan mengambil alih sehingga timbul peralihan yang cepat dari keadaan jaga menjadi keadaan
Keadaan bergairah, kondisi terjaga, dan keadaan tetap sadar diatur oleh saraf dalam RAS yang
melepaskan katekolamin seperti norepinefrin (Izac, 2006 dalam Perry & Potter, 2010).
Sedangkan kondisi tidur dihasilkan dari pengaturan oleh BSR karena adanya pelepasan serotonin
dari raphe pada pons dan otak depan bagian tengah (letak dari BSR). Dalam kondisi tidur stimuli
SAR menurun karena disebabkan beberapa faktor diantaranya kondisi ruangan gelap dan tenang
Kondisi tidur digambarkan demikian, saat pusat tidur tidur tidak diaktifkan, nuklei RAS di
mesensefalon dan pons bagian atas terbebas dari hambatan sehingga memungkinkan nuklei RAS
teraktivasi secara spontan. Kondisi ini merangsang korteks serebri dan sistem saraf perifer untuk
memberi feedback positif pada nuklei RAS agar tetap aktif (Guyton, 2012). Setelah otak
teraktifasi dalam beberapa jam, neuron dalam sisem aktivasi mnjadi lelah sehingga feedback
positif antara nuklei reticular mesensefalon dan korteks serebri akan melemah dan terjadi
peralihan pengaruh stimuli perangsang tidur dari pusat tidur yang mengambil alih sehingga
a. Tidur NREM
NREM (nonrapid eye movement atau pergerakan mata yang tidak cepat) adalah
jenis tidur yang dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, dengan
gelombang otak yang lebih lambat, atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Ciriciri
tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang
delta. Ciri lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan
metabolisme turun (Uliyah, 2011). Tubuh membutuhkan tidur secara rutin untuk memulihkan
proses biologis tubuh. Selama tidur, gelombang lambat dan dalam (NREM tahap 4), tubuh
melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk perbaikan dan pembaruan sel epitel dan sel-sel
yang khusus seperti sel-sel otak (Jones, 2005 dalam potter & perry 2010). Sintesis protein dan
pembelahan sel untuk peremajaan jaringan seperti kulit, tulang, mukosa lambung, atau otak
terjadi selama istirahat dan tidur. Tidur NREM sangat penitng bagi anak-anak, yang mengalami
Nonrapid Eye Movement (NREM) atau pergerakan mata yang tidak epat adalah jenis tidur yang
dikenal dengan nama lain tidur dalam (deep sleep), istirahat penuh, yang memiliki gelombang
otak lebih lambat, atau dengan kata lain tidur nyenyak. Ciri-ciri dari tidur yang nyenyak adalah
merasa segar saat bangun, tidak adanya mimpi atau tidur dengan gelombang delta, tekanan darah
menurun, pergerakan bola mata melambat, dan penurunan metabolisme (Uliyah, 2011). Tubuh
memiliki kebutuhan untuk tidur secara rutin untuk memulihkan fungsi biologis tubuh. Selama
tidur berlangsung terjadi gelombang lambat dan dalam (NREM tahap 4), pelepasan hormone
tubuh untuk pertumbuhan, perbaikan dan pembaharuan sel epitel dan sel khusus seperti sel pada
b. Tidur REM
REM (rapid eye movement atau pergerakan mata yang cepat) adalah tidur yang
dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata
timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit. Namun apabila
kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini
tidak ada (Uliyah, 2011). Tidur REM sangat penting untuk jaringan otak dan pemulihan kognitif
(Bussye dalam potter & Perry 2011). Pada orang dewasa penyimpanan ingatan lebih besar terjadi
pada keadaaan tidur disbanding dalam keadaan terjaga (Scullin, 2012). Tidur REM diperlukan
untuk menjaga jaringan otak dan tampaknya menjadi penting bagi pemulihan kognitif (Buysse,
2005 dalam potter & Perry 2010). Tidur REM berhubungan dengan perubahan aliran darah otak,
Gabungan kegiatan ini membantu penyimpanan memori dan proses belajar (McCance dan
Huether, 2006 potter & Perry 2010). Selama tidur, otak menyaring informasi yang tersimpan
berlangsung pada tidur malam selama 5 – 20 menit, rata – rata terjadi selama 90 menit. Periode
pertama berlangsung selama 80 – 100 menit. Namun apabila seseorang dalam kondisi sangat
lelah, maka periode REM ini akan berpotensi tidak ada (Uliyah, 2011). Tidur REM berperan
penting pada jaringan otak dan pemulihan fungsi kognitif (Bussye dalam potter & Perry 2011).
Pada orang dewasa penyimpanan ingatan lebih banyak terjadi pada keadaan tidur daripada
terjaga (Scullin, 2012). Tidur REM berkaitan dengan perubahan aliran darah otaj, peningkatan
aktivitas korteks serebri, peningkatan penggunaan oksigen, dan pelepasan epinefrin. Seluruh
kegiatan ini membantu proses penyimpanan memori dan proses belajar. Selama tidur, otak
memproses informasi yang tersimpan tentang kegiatan hari itu (McCance dan Huether, 2006
Siklus tidur yang umum terjadi terdiri atas tahap 1 NREM, diikuti oleh tahap 2,3, dan 4 NREM
dengan kemungkinan kembali lagi ke tahap sebelumnya, yaitu tahap 3 dan 2 NREM, sebelum
dimulainya tahap REM. Fase NREM terjadi sekitar 75% sampai 80% dari waktu tidur total.
Tidur REM terjadi selama 20% sampai 25% waktu tidur dalam. Tahap REM dimulai kurang
lebih 60 menit dalam siklus tidur, dan umumnya empat sampai enam siklus tidur NREM sampai
Siklus tidur umumnya terdiri atas 4 tahap NREM dengan memungkinkan kembali lagi ke tahap 3
dan 2 NREM untuk mencapai tahap REM. Pada fase NREM terjadi sekitar 75% - 80% dariwaktu
total tidur, sedangkan REM terjadi 20% - 25% dalam satu waktu tidur (Maas, 2011).
Tahap 1 NREM merupakan periode transisi menuju saatnya tidur, saat individu dapat dengan
mudah terbangun (Maas, 2011). Pada tahap ini terjadi pengurangan aktivitas fisiologis, seperti
pengurangan tanda-tanda vital dan metabolism (Saryono & Widianti, 2010). Tahap 1 NREM
adalah periode peralihan menuju kondisi tidur, saat seseorang masih mudah untuk dibangunkn
lagi (Maas, 2011). Pada tahap ini terjadi penurunan aktivitas fisiologis seperti penurunan tanda-
Tahap 2 NREM dianggap sebagai periode tidur ringan dengan fase relaksasi yang sangat besar
(Maas, 2011). Tahap ini disebut sebagai tahap tidur bersuara. Tahap ini berakhir 10-20 menit.
Fungsi tubuh dalam tahap ini menjadi lambat (Saryono & Widianti, 2010). Tahap 2 NREM
dianggap sebagai periode tidur ringan dengan fase relaksasi yang besar (Maas, 2011). Tahap ini
memiliki nama lain tahap tidur bersuara. Tahap ini berlangsung selama 10 – 20 menit. Fungsi
tubuh alam tahap ini menjadi lambat (Saryono & Widianti, 2010).
Tahap 3 NREM merupakan fase pertama tidur dalam. Otot-otot menjadi rileks sehingga sulit
dibangunkan. Tanda-tanda vital menurun namun tetap teratur. Tahap ini berakhir dalam 15-30
menit. Tahap 3 NREM adalah fase pertama dari tidur dalam (deep sleep). Otot menjadi relaksasi
sehingga sulit untuk dibangunkan. Tanda-taanda vital menurun namun tetap teratur. Tahap ini
Tahap 4 NREM merupakan periode tidur palingdalam. Tahap ini merupakan tahap terbesar
terjadinya pemulihan. Tanda-tanda vital menurun secara bermakna. Pada tahap ini terjadi tidur
sambil berjalan dan enuresis. Tahap 3 dan 4 NREM seringkali disebut sebagai “tidur gelombang-
lambat” karena pada fase ini gelombang lambat ditunjukkan dalam aktivitas elektroenselografi
(EEG) (Saryono & Widianti, 2010; Maas, 2011). Tahap 4 NREM adalah periode tidur paling
dalam. Tahap ini adalah tahap terbesar adanya pemulihan. Tanda-tanda vital menurun secara
bermakna. Pda tahap ini dapat ditemui kondisi tidur sambil berjalan. Tahap 3 dan 4 NREM
sering disebut sebagai “tidur gelombang-lambat” karena pada fase ini gelombang lambat yang
ditunjukkan dalam elektroensefalografi (EEG) (Saryono & Widianti, 2010; Maas, 2011).
Pada tahap ini biasanya disertai dengan mimpi aktif, lebih sulit dibangunkan dari
pada selama tidur nyenyak NREM, tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, frekuensi
perifer, terjadi beberapa otot yang tidak teratur. Mata cepat tertutup dan terbuka,
nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau berfluktasi, sekresi gaster
mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi (Uliyah, 2011).
Pada tahap REM biasanya disertai dengan adanya mimpi, sulit dibangunkan daripada NREM,
frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur, mata cepat tertutup dan terbuka, nadi
cepat dan irregular, tekanan darah meningkat dan fluktuatif, adanya peningkatan sekresi gaster
dan metabolism. Tidur dalam fase ini sangat berperan dalam penyeimbangan mental, emosi,
(Sadock & Shadock, 2007). Ansietas cenderung mengakibatkan kebingungan dan distorsi
dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi
tidur, latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang
untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang
pantas (Khasanah, 2012). Indikator atau ciri-ciri untuk mengetahui tidur yang berkualitas adalah
dengan merasakan apakah badan merasa segar dan fresh setelah terbangun dan tidur merasa lelap
(Hidayat, 2015).
Kualitas tidur merupakan suatu kondisi yang dialami seseorang ditandai dengan rasa segar dan
bugar ketika terbangun. Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dari tidur (durasi tidur), latensi
tidur, serta aspek subjektif tidur. Kualitas tidur merupakan kemampuan untuk mempertahankan
keadaan tidur dan mendapatkan tahap tidur REM serta NREM yang sesuai (Khasanah, 2012).
Indicator untuk mengetahui kualitas tidur adalah dengan merasakan apakah badan terasa segar
dan bugar setelah terbangun dan kondisi tidur terasa lelap (Hidayat, 2015).
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang kebutuhannya
terpenuhu, ada pula yang mengalami gangguan. Menurut Mubarak (2015) seorang bisa tidur
1. Aktifitas Fisik
Aktivitas dan latihan fisik dapat meningkatkan kelelahan dan kebutuhan untuk tidur. Latihan
fisik yang melelahkan sebelum tidur membuat tubuh mendingin dan meningkatkan relaksasi.
Individu yang mengalami kelelahan menengah biasanya memperoleh tidur yang tenang terutama
setelah bekerja atau melakukan aktivitas yang menyenangkan. Pada kondisi yang semakin lelah,
semakin pendek siklus REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan
kembali memanjang.
2. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetapbangun dan
menahan tidur sehingga dapat menimbulkan gangguan proses tidur, sebab keinginan untuk tetap
terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya perasaan bosan atau tidak
3. Stres Emosional
Ansietas dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas dapat
meningkatkan norepinefrin darah melalui system saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
4. Obat-obatan
obat tidur seringkali membawa efek samping. Dewasa muda dan dewasa tengah dapat
mengalami ketergantungan obat tidur untuk mengatasi stressor gaya hidup. Obat tidur juga
sering kali digunakan untuk mengontrol atau engatasi sakit kroniknya. Beberapa obat juga dapat
Lingkungan tempat seorang tidur berpengaruh pada kemampuan untuk tertidur. Ventilasi yang
baik memberikan kenyamananuntuk tidur tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur
mempengaruhi kualitas tidur. Suhu dan suara dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur.
Suhu yang panas atau dingin menyebabkan klien mengalami kegelisahan. Beberapa orang
menyukai kondisi tenang untuk tidur dan ada yang menyukai suara untuk membantu tidurnya
Kebiasaan mengkonsumsi kafein dan alcohol mempunyai efek insomnia. Makan dalam porsi
besar, bearat dan berbumbu pada makanan juga menyebabkan makanan sulit dicerna sehingga
dapat mengganggu tidur. Nikotin yang terkandung dalam rokok juga memiliki efek stimulasi
pada tubuh. Akibatnya perokok sering untuk tertidur dan sering terbangun di malam hari.
Diet dan nutrisi yang cukup, dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi mempercepat
proses tidur, karena adanya L-Tritofan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna.
Seperti yang telah diketahui tidur merupakan proses fisiologis yang sangat
Kuantitas daripada tidur juga amat penting karena berkaitan baik dengan
kesiagaan dan juga pemusatan perhatian (Lima, 2009). Salah satu efek akibat dari
kekurangan tidur adalah rasa mengantuk pada siang hari, rasa lelah dan kurang
tumpuan serta dapat mempengaruhi suasana hati (mood). Ini akhirnya menjadi
faktor utama penurunan prestasi belajar pada siswa (Eliasson, 2009). Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa tidur sangat berpengaruh besar dalam hal
kewaspadaan, energi, suasana hati, berat badan, persepsi, daya ingat, daya pikir
dan lain sebagainya. Tidur adalah proses fisiologis yang penting bagi kehidupan. Kualitas tidur
berkaitan erat dengan psikologi dan kondisi fisik serta pengukuran lain dalam hidup seseorang.
Kuantitas tidur juga penting karena berhubungan dengna tingkat kesiagaan serta konsentrasi
(Lima, 2009). Dampak yang ditimbulkan akibat kualitas tidur yang buruk diantaranya
mengantuk di siang hari, lelah, turunnya konsentrasi, pengaruh terhadap suasana hati (mood).
Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab turunnya prestasi belajar seseorang (Eliasson, 2009).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidur memiliki pengaruh besar dalam hal kewaspadaan,
energi, suasana hati, berat badan, persepsi, daya ingat, konsentrasi, dan lain-lain.
Hasil penelitian yang mengkaji waktu tidur dan fungsi optimal anak remaja
pada siang harinya membuktikan adanya hubungan antara gangguan pada pola
tidur dengan prestasi belajar. Hal ini disebabkan hasil daripada penelitian tersebut
(Wolfson dkk, 1998). Berdasarkan hasil penelitian yang lain didapatkan masa
memulai tidur dan bangun pada tidur lebih memberi kesan kepada prestasi belajar
siswa berbanding jumlah masa tidur siswa itu sendiri. Hasil ini menunjukkan
tidur mereka menjadi lebih awal berbanding siswa yang kurang berprestasi
(Eliasson, 2009). Hasil penelitian mengakatakan waktu tidur dan fungsi optimal remaja pada
siang hari menunjukkan adanya hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi belajar. Hal ini
disebabkan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan mahasiswa dengan indeks prestasi (IP)
antara ritme sirkadian, waktu persekolahan dan tingkat kesukaran subjek yang
dipelajari mendapati bahwa pada subyek yang lebih sukar, masa optimal siswa
memberi pengaruh besar terhadap keputusan ujian mereka (McElroy dkk, 2006).
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarfriyanda (2015) pada mahasiswa
keperawatan didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi belajar.
Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Marpaung (2013) yang didapatkan 14%
responden yang memiliki kualitas tidur namun mempunyai prestasi belajar yang baik. Penelitian
yang dilakukan Rasyid (2011) pada mahasiswa kedokteran usia 17-22 tahun juga menunjukkan
hasil yang sama yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dan daya
ingat serta tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan tingkat
konsentrasi.
Hal ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa gangguan tidur meningkatkan beberapa
perubahan yang terjadi diantara sel-sel saraf di otak. Perubahan tersebut terjadi di bawah
kendali otak yang mengatur perilaku, belajar, dan mengingat. Kurang tidur berpengaruh buruk
bagi otak saat kita memerlukannya untuk melakukan tugas tingkat tinggi misalnya berfikir.
Sebagian dari otak akan bekerja berlebihan pada saat orang mengalami kurang tidur,
biasanya hanya satu yang masih aktif dari seluruh area otak. Ini merupakan fungsi yang rumit,
waktu, menghadapi situasi yang tidak terduga, dan kemampuan verbal (Rafknowledge, 2004).
Menurut Prasadja (2009) penurunan kualitas tidur dapat mempengaruhi kemampuan mental
seseorang, namun kemampuan untuk menghafal pada usia dewasa muda mungkin masih optimal.
Pada usia dewasa muda irama sirkadian tubuh akan berubah-ubah, dan tubuh akan menyesuaikan
jam tidur dengan aktifitas yang dilakukan setiap hari, pola tidur yang berubah-ubah
disebabkan oleh kesibukan dan tuntutan pekerjaan. Jam tidur yang berubah-ubah pada dewasa
muda tidak begitu mengganggu mental dan kemampuan dalam berkonsentrasi. Berbeda pada
anak-anak, tidur akan mempengaruhi perkembangan dan kemampuan otak anak, karena pada
saat tidur pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh anak-anak akan berkembang
mahasiswa.
Ansietas tidak hanya menimbulkan seseorang susah untuk berkonsentrasi tetapi juga dapat
dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (r= -0,086; sig 0,403>0.050) antara
kecemasan menghadapi ujian dengan hasil belajar mahasiswa program studi Pendidikan Biologi
Untirta. Keofesien korelasi yang menunjukkan minus artinya kedua variabel memiliki hubungan
yang berlawanan yang tidak signifikan. Jika kecemasan siswa tinggi maka hasil belajar akan
rendah dan sebaliknya jika kecemasan siswa rendah maka hasil belajar akan tinggi.
hasil belajar mahasiswa sebesar 0,8%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 99,2% hasil belajar
dipengaruhi oleh faktor lainnya. Tingkat kecemasan merupakan salah satu faktor psikologis
nonintelektual yang mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar mahasiswa dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan
ekternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri mahasiswa meliputi faktor
fisiologis (jasmani individu), psikologis (faktor intelektual dan kepribadian yang meliputi sikap,
minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, emosional), kematangan fisik maupun psikis. Faktor
ekternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri siswa meliputi faktor sosial (lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok), budaya, lingkungan fisik dan faktor spiritual
Menurut Dimyati (dalam Biggs & Telfer, 1987: hlm. 141-163) adapun faktor internal dan
belajar tersebut.
2. Motivasi belajar
belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi,
atau tiadanya motivasi belajar akan melemaahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu
hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa
perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada
3. Konsentrasi belajar
pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya.
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang
sesuai dengan keahlinya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya.
emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang pengjar, ia bertugas mengelola kegiatan
belajarsiswa di sekolah
raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Sarana pembelajaran
meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan
berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran
merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya
prasarana dan sarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik.
3. Kebijakan penilaian
Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja
siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti
untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian ang dimaksud adalah
Stresor
Hipotalamus
CRF
Korteks adrenal
Glukokortikoid (kortisol)
Kortisol
Memori adalah kemampuan untuk menyimpan, mempertahankan, dan mengingat
informasi dari pengalaman masa lalu pada otak manusia. Memori merupakan kumpulan apa yang
diingat sehingga memberikan kemampuan individu untuk belajar dan beradaptasi serta
memberikan kontrol dari penggunaan pengalaman masa lalu terhadap perilaku saat ini dan
pengolahan berpikir di masa yang akan dating (Costanzo, 2012). Memori merupakan salah satu
bagian dari fungsi kognitif sehingga sangat penting dalam proses belajar. Individu yang memiliki
fungsi memori yang baik maka pada umumnya memiliki kemampuan belajar yang baik pula.
Kognisi atau cognition merujuk kepada tindakan dan proses “mengetahui”, serta kesadaran dan
penilaian. Fungsi kognitif memuat kemampuan berpikir rasional termasuk proses belajar,
mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Hal ini meliputi: bagaimana
kemudian dimunculkan kembali, dan bagaimana pengetahuan itu digunakan seseorang untuk
Secara garis besar fungsi kognitif terdiri dari beberapa fungsi, antara lain:
b. Fungsi memori dan belajar, dimana informasi yang telah didapat disimpan dan apat dipanggil
kembali.
digunakan.
neuron di dalam kolom tertentu berfungsi sebagai satu kesatuan misalnya berfungsi dalam
pemrosesan suatu persepsi rangsangan dari lokasi yang sama. Perbedaan fungsional dari berbagai
area korteks ditimbulkan oleh perbedaan pola pembentukan lapisan di dalam kolom dan
perbedaan koneksi masukan-keluaran. Bagian dari korteks yang berfungsi dalam memori adalah
a. Granuler (Stelata)
Berperan untuk mentransmisikan sinyal jarak pendek sehingga berperan dalam pemrosesan awal
b. Fusiform
Berperan dalam proses output, memiliki jaras yang panjang sehingga dapat menghubungkan ke
c. Piramidal
Berperan dalam proses output seperti halnya fusiform, menghubungkan dengan area serebri lain.
Neuron-neuron yang berperan dalam memori tersebar di seluruh daerah subkorteks dan korteks
sehingga jumlah dan luas kerusakan pada korteks serebri berhubungan dengan gangguan
memori. Selanjutnya diketahui bahwa lobus temporalis serebri dapat menyimpan dan
membangkitkan memori seseorang. Hal tersebut diketahui akibat rangsangan listrik yang
diberikan pada lobus temporalis dapat menimbulkan ingatan-ingatan yang hidup berbeda halnya
apabila rangsangan diberikan selain di lobus temporalis yang mana hal-hal seperti ini tidak dapat
ditemukan. Lobus frontalis yang merupakan suatu daerah korteks asosiasi yang luas menurut
penelitian berhubungan dengan memori tentang peristiwa yang bersifat baru. Pada area ini terjadi
proses elaborasi kumpulan pikiran yang masuk ke serebri yang nantinya akan menjadi memori
jangka pendek.
Area asosiasi merupakan area pada korteks serebri yang menghubungkan setiap bagian struktur
otak satu sama lain. Area ini berfungsi untuk menerima dan menganalisis sinyal dari setiap regio
a. Area analisis keserasian spasial tubuh, dimulai dari korteks parietal bagian posterior kemudian
b. Area pemahaman bahasa atau area Wernicke. Area ini terletak di belakang korteks auditorik
c. Area proses membaca. Area ini termasuk girus angularis yang mengartikan kata-kata yang
d. Area penamaan objek, area ini terletak di bagian lateral lobus oksipitaslis anterior dan lobus
temporalis posterior.
2. Area asosiasi prefrontal, area ini berfungsi untuk merencanakan pola yang kompleks dan
berurutan dari gerakan motorik, melakukan proses berpikir, fungsi perluasan pikiran dan memori
kerja.
3. Area asosiasi limbik, area ini berfungsi dalam pengaturan emosi untuk mengaktifkan area otak
saling berhubungan melalui jalur neuron rumit. Struktur ini mencakup lobus korteks serebri
(terutama korteks asosiasi limbik), nukleus basal, thalamus, dan hipothalamus. Sistem ini
a. Mesokorteks/Korteks Paralimbik
b. Allokorteks/Korteks Limbik
c. Formatio Hippocampus yang terdiri dari Hippocampus, Gyrus Parahippocampalis, dan Gyrus
e. Area Kortikal
b. Jaras Subkortikal yang melawati hipotalamus dan batang otak untuk mengatur homeostasis
Secara singkat stimulus dari luar masuk ke dalam korteks asosiasi parietooksipitalis yang
berfungsi sebagai perseptuospasial. Kemudian informasi ini akan diarahkan ke korteks asosiasi
frontalis sebagai fungsi perencanaan dan akan memasuki sistem limbik. Jalan masuk sistem
limbik ini dapat melalui amigdala dan formatio hipokampus. Jaras dari sistem limbik atau Circuit
amigdala.
Hipokampus dalam proses memori berperan dalam pengulangan, penyusunan, dan konsolidasi
ingatan sebelumnya. Seseorang yang kedua hipokampusnya mengalami kerusakan atau telah
diangkat tidak akan memiliki masalah untuk mengingat informasi sebelum kerusakan atau
pengangkatan hipokampusnya, namun orang tersebut tidak akan mampu untuk mengubah
memori jangka pendeknya untuk menjadi memori jangka panjang atau dengan kata lain orang
Memori jangka pendek atau short term memory atau memori kerja (working memory)
merupakan ingatan tentang fakta, kata, bilangan, huruf, atau informasi kecil lainnya yang
bertahan selama beberapa detik sampai satu menit atau lebih pada suatu waktu. Contoh
penggunaan memori jangka pendek adalah ketika seseorang ingin mengingat nomor telepon
dalam jangka waktu yang singkat dari buku telepon. Namun memori jangka pendek biasanya
hanya terbatas pada tujuh informasi kecil, sehingga apabila beberapa informasi baru dimuat
ke dalam simpanan jangka pendek maka informasi lama akan tergantikan. Jadi setelah
seseorang mengingat nomor telepon untuk kedua kalinya, maka nomor yang pertama biasanya
sudah terlupakan. Pada memori jangka pendek informasi yang dibutuhkan langsung tersedia
sehingga seseorang tidak perlu mencari informasi tersebut di ingatannya seperti halnya
Memori jangka pendek merupakan suatu sistem memori yang digunakan untuk
menyimpan dan memproses informasi yang sedang dipikirkan seseorang.. Informasi dari
memori sensorik yang telah diterima kemudian akan ditransfer ke penyimpanan memori
selanjutnya. Berbeda dengan memori sensorik yang memiliki kapasitas yang sangat besar,
memori jangka pendek memiliki kapasitas yang lebih kecil. Seluruh informasi dari memori
sensorik baik yang ikonik maupun ekoik tidak seluruhnya menjadi memori jangka pendek,
namun informasi ini akan dipilah dan diproses untuk menjadi memori jangka pendek.
b. Kapasitas memori jangka pendek kecil yaitu sekitar 7±2 item, nomor telepon,
password.
d. Durasi pada memori jangka pendek sangat singkat, tanpa adanya rangsangan tertentu
g. Informasi dapat dipotong atau diubah menjadi hal yang lebih familiar agar
meningkatkan kapasitas.
Tahapan pada memori jangka pendek, seperti memori pada umumnya terdiri dari
1. Encoding
Pada tahap ini informasi akan diseleksi dari memori sensorik, individu
akan memilih apa yang ingin diingat. Apabila informasi tersebut tidak
2. Storage
beberapa orang dapat mengingat 5-9 item. Tidak ada angka pasti untuk kapasitas
memori jangka pendek karena hal ini tergantung pada memori jangka panjang.
Memori jangka pendek yang tidak diberikan suatu perlakuan seperti pengulangan
3. Retrieval
banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengingat kembali data tersebut. Memori
untuk waktu yang pendek dan berperan sebagai ruang kerja untuk perhitungan
jangka panjang. Salah satu teori yang membahas transfer memori dari memori
jangka pendek menjadi memori jangka panjang dinamakan dual memory model.
Hal ini menyatakan bahwa informasi pada memori jangka pendek dapat
Memori jangka panjang atau long term memory merupakan ingatan yang disimpan di
otak dan dapat diingat kembali di masa yang akan datang. Ingatan ini dibagi menjadi dua jenis
yaitu ingatan sekunder dan ingatan tersier. Ingatan sekunder disimpan dalam jejak ingatan yang
lemah sampai sedang sehingga mudah dilupakan dan kadang sulit untuk diingat kembali.
Sedangkan ingatan tersier merupakan suatu ingatan yang sangat melekat di dalam pikiran
sehingga dapat bertahan seumur hidup dan merupakan jenis ingatan yang memungkinkan
Kualitas tidur buruk yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Dari
segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas, dan daya
tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan dari segi psikis, kurang
tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan
menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan, dan sulit berkonsentrasi (Endang, 2011).