Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

PENGELOLAAN ANASTESI REGIONAL TINDAKAN DEBRIDEMENT


PADA SEORANG WANITA USIA 58 TAHUN DENGAN DIAGNOSIS
ULKUS PEDIS SINISTRA DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2:
LAPORAN KASUS

PENYUSUN:

Fified Fajar Ramanda, S. Ked J510195059

PEMBIMBING:
dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp.An

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SEPTEMBER 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Pengelolaan Anastesi Regional Tindakan Debridement Pada Seorang


Perempuan Usia 58 Tahun Dengan Diagnosis Ulkus Pedis Sinistra Dengan
Diabetes Mellitus Tipe 2: Laporan Kasus
Penyusun : Fified Fajar Ramanda, S. Ked J510195039
Pembimbing : dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp. An

Magetan, 20 Januari 2020


Penyusun,

Fified Fajar Ramanda, S. Ked


Menyetujui,
Pembimbing

dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp. An

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD

ii
PENGELOLAAN ANASTESI REGIONAL TINDAKAN DEBRIDEMENT PADA
SEORANG PEREMPUAN USIA 58 TAHUN DENGAN DIAGNOSIS ULKUS PEDIS
SINISTRA DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2: LAPORAN KASUS

Fified Fajar RAmanda *, Mochamad Fauzi Hanafia


* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Anestesiologi dan Reanimasi RSUD dr. Sayidiman Magetan

Abstrak

Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran
yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem
saraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada saraf.
Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem saraf pusat (SSP) secara
reversibel. Anestesi umum merupakan kondisi yang dikendalikan dengan ketidaksadaran
reversibel dan diperoleh melalui penggunaan obat-obatan secara injeksi dan atau inhalasi
yang ditandai dengan hilangnya respon rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia),
hilangnya respon terhadap rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility),
serta hilangnya kesadaran (unconsciousness). Tindakan intubasi trakhea merupakan salah
satu teknik anestesi umum inhalasi, yaitu memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang
berupa gas atau cairan yang mudah menguap melalui alat/ mesin anestesi langsung ke udara
inspirasi. Periapendikular infiltrate merupakan inflamasi di appendiks atau mikroperforasi
yang ditutupi atau di bungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus atau peritoneum
sehingga terbentuk suatu massa. Massa periapendikular adalah salah satu komplikasi yang
sering terdapat pada pasien setelah beberapa hari mengalami appendicitis akut. Massa
appendiks lebih sering terjadi pada pasien usia lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh
telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup Panjang dan tebal untuk
membungkus proses radang. Dilaporkan kasus seorang pasien anak laki-laki usia 6 tahun
dengan diagnosis periappendikuler infiltrate. Dilakukan tindakan laparotomy, eksplorasi dan
adhesiolisis. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara
melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam
abdomen yang mengalami masalah, misalnya kanker, pendarahan, obstruksi, dan perforasi.

Kata Kunci: anestesi umum, laparotomy, periappendikuler inflitrat

PENDAHULUAN reversible disebut anestesi umum. Anestesi


Tindakan anesthesia merupakan local terbagi atas anestesi intravena,
pemberian pelayanan anestesia pada anestesi intramuscular, dan anestesi
pasien yang akan dilakukan pembedahan, inhalasi. Beberapa teknik general anestesi
yang meliputi trias anestesia yaitu hipnotik inhalasi adalah Endotrakea Tube (ETT)
(tidak sadarkan diri), analgesia (bebas dan Laringeal Mask Airway (LMA).
nyeri), dan muscle relaxant (relaksasi otot Sedangkan jenis anestesi yang hanya
rangka). Jenis-jenis anestesia terbagi menghilangkan nyeri dari bagian tubuh
menjadi anestesia umum, anesthesia lokal, tertentu namun dalam pemakainya pasien
dan anesthesia regional. Anestesi yang tetap sadar disebut anestesi regional.
menyebabkan hilangnya kesadaran tanpa Anestesi regional terbagi atas anestesi
nyeri seluruh tubuh secara sentral yang spinal (anestesi blok subaraknoid), anestesi

1
epidural dan blok perifer. Anestesi spinal PAI dapat terjadi karena adanya
dan epidural telah digunakan secara luas di obstruksi lumen yang bias disebabkan
bidang ortopedi, obstetri dan ginekologi, karena adanya fekalit, tumor, konstipasi,
operasi ekstremitas bawah serta operasi dan lain-lain yang mengakibatkan mucus
abdomen bagian bawah. Sedangkan yang diproduksi mukosa akan mengalami
anestesi lokal adalah teknik anestesia yang bendungan. Peningkatan tekanan intra
dilakukan dengan cara menyuntikkan obat lumen/dinding appendiks menyebabkan
anestetik lokal pada daerah atau sekitar aliran darah berkurang sehingga terjadi
lokasi pembedahan yang menyebabkan edema dan ulserasi mukosa (appendicitis
konduksi hambatan impuls aferen yang akut fokal dengan gejala nyeri
sifatnya sementara. epigastrium) yang menyebabkan
Anestesia pediatrik merupakan terputusnya aliran darah. Obstruksi vena,
anestesi pada pasien anak-anak yang dapat edema bertambah dan bakteri menembus
dibagi menjadi 4 kelompok umur yaitu dinding mengakibatkan peradangan
neonatus (umur 1-28 hari), bayi (sampai 1 peritoneum (apendisitis supuratif akut
tahun), anak pra sekolah (2-5 tahun), dan dengan gejala nyeri di daerah kanan
anak usia sekolah (6-14 tahun). Perbedaan bawah) sehingga aliran arteri terganggu
anatomi dimana jalan nafas pediatri lebih dan terjadi infark pada dinding apendiks
kecil dan mudah tersumbat membuat ahli lalu terjadi ganggrene (apendisitis
anestesi harus lebih berhati-hati. Alat-alat ganggrenosa). Akibatnya dinding
khusus yang berbeda dari segi ukuran, appendiks menjadi rapuh dan terjadi
bentuk, dan fungsi seperti blade infiltrate sehingga menjadi appendikuler
laringoskop yang lebih lurus, mesin infiltrate.
Jackson-Rees, dan lainnya diperlukan pada Laparotomi merupakan prosedur
anestesi pediatri. Perubahan fisiologi dan pembedahan yang melibatkan suatu insisi
biokimia juga membuat diperlukannya pada dinding abdomen hingga ke cavitas
pengaturan dosis obat, kebutuhan cairan, abdomen. Laparotomi merupakan Teknik
pengaturan suhu, dan penyesuaian lainnya. sayatan yang dilakukan pada daerah
Respon psikologi pediatri yang sering abdomen yang dapat dilakukan pada bedah
menyulitkan proses anestesi dan reanimasi digestif. Laparotomi eksplorasi digunakan
membuat diperlukannya pendekatan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat
pendekatan tersendiri pada pasien trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
pediatrik. Hal-hal ini membuat tatalaksana Jika terdapat perlengketan maka dilakukan
anestesi dan reanimasi pada pasien pembebasan perlengketan dengan cara
pediatrik cukup berbeda dari orang adhesiolisis, kemudian dilakukan
dewasa, dimulai dari evaluasi dan appendectomy pada kasus ini. Metode
persiapan pra anestesi, induksi, anestesi yang digunakan pada beberapa
pemeliharaan, pemulihan, hingga kasus adalah teknik anestesi umum yaitu
perawatan pasca anestesi dan reanimasi. generan anestesi endotracheal tube.
Periapendikular infiltrate merupakan Pada laporan ini akan membahas
inflamasi di appendiks atau mikroperforasi tentang pemberian general anestesi pada
yang ditutupi atau di bungkus oleh pasien periappendikuler inflitrat yang
omentum dan atau lekuk usus halus atau dilakukan tindakan laparotomy.
peritoneum sehingga terbentuk suatu
massa. Massa periapendikular adalah salah LAPORAN KASUS
satu komplikasi yang sering terdapat pada Pasien datang ke IGD RSDS
pasien setelah beberapa hari mengalami Magetan, dengan keluhan utama luka pada
appendicitis akut. Massa appendiks lebih kaki kirinya. Keluhan pasien sudah
sering terjadi pada pasien usia lima tahun dirasakan sejak satu minggu yang lalu.
atau lebih karena daya tahan tubuh telah Luka diawali bengkak kemerahan disertai
berkembang dengan baik dan omentum keluar nanah. Luka dirasa nyeri, panas
telah cukup panjang dan tebal untuk yang hilang timbul, pasien juga merasa
membungkus proses radang. meriang selama 3 hari. 4 hari sebelumnya

2
luka sudah pernah diobati ke dokter dan leher dalam batas normal, thorax dan
Umum, dan diberi obat antibiotik dan abdomen tidak didapatkan kelainan, pada
penghilang rasa nyeri namun tak kunjung ekstremitas didapatkan luka terbuka pada
sembuh. Keluhan pasien sampai membuat pedis sinistra, disertai oedem minimal,
tidak bisa beraktifitas seperti biasanya. tidak ditemukan deformitas, nyeri tekan
Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat dan keterbatasan gerak minimal.
keluhan serupa, namun pasien memiliki Pemeriksaan penunjang
riwayat penyakit diabetes mellitus sejak 5 menunjukkan Hb: 13,0, Leukosit
tahun yang lalu dan tidak pernah berobat. meningkat 19,55, trombosit 531; GDS
Pada pemeriksaan didapatkan (202);. Pemeriksaan Foto Rontgen pedis
kondisi umum tampak lemah, compos tidak didapatkan adanya fraktur. Pasien
mentis, E4V5M6, berat badan pasien 56 dipersiapkan untuk menjalani tindakan
kg, tinggi badan 156 cm, tekanan darah debridement dengan anestesi regional
110/80 mmHg, nadi 80x/menit, respiratory spinal. Operasi diperkirakan memakan
rate 20x/menit, SpO2 99%, suhu 36,5o C. waktu kurang lebih 30-45 menit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kepala

KASUS 2) Riwayat diabetes mellitus :


1. IDENTITAS PASIEN Diakui sejak 5 tahun lalu, tidak
Nama : Ny. M terkontrol.
Jenis Kelamin : Perempuan 3) Riwayat penyakit paru kronis :
Usia : 58 tahun Disangkal
Diagnosis : Ulkus pedis sinistra 4) Riwayat penyakit jantung :
dengan diabetes mellitus Disangkal
2. ANAMNESIS 5) Riwayat hipertensi : Disangkal
Dilakukan anamnesis dan 6) Riwayat penyakit hati :
pemeriksaan fisik di bangsal IRNA 3 Disangkal
a. Keluhan utama 7) Riwayat penyakit ginjal :
Luka pada kaki kiri Disangkal
b. Riwayat penyakit sekarang 8) Riwayat asma: Disangkal
Pasien datang ke IGD RSDS 9) Riwayat Katarak : Diakui, 5
Magetan, dengan keluhan utama tahun yang lalu
luka pada kaki kiri sejak seminggu 10) Riwayat mondok di RS :
yang lalu. Keluhan diawali bengkak Disangkal
kemerahan disertai nyeri. Nyeri d. Riwayat kebiasaan
dirasa hilang timbul disertai rasa 1) Riwayat merokok: Disangkal
panas. Nyeri dirasa sampai Riwayat minum alcohol :
mengganggu aktivitas sehari-hari. Disangkal
Keluhan sudah pernah diobati 4 hari 2) Riwayat konsumsi obat
sebelumnya ke dokter Umum, penenang: Disangkal
diberikan antibiotik dan anti nyeri 3) Riwayat konsumsi narkotika :
namun belum sembuh. Keluhan Disangkal
makin parah sampai keluar nanah e. Riwayat Keluarga
sehari sebelum ke rumah sakit. 1) Riwayat asma : Disangkal
Pasien mengaku keluhan lain yang 2) Riwayat diabetes mellitus :
dirasa meriang selama 3 hari Disangkal
bersamaan dengan bengkaknya. 3) Riwayat penyakit paru kronis :
BAB (+), BAK(+), mual (-), muntah Disangkal
(-). 4) Riwayat penyakit jantung :
c. Riwayat penyakit dahulu : Disangkal
1) Riwayat alergi : Disangkal 5) Riwayat hipertensi : Disangkal
6) Riwayat penyakit hati :
Disangkal

3
7) Riwayat penyakit ginjal : deviasi trakea(-), kesulitan
Disangkal menelan(-), pembesaran
8) Riwayat asma: Disangkal KGB (-)
f. Riwayat Kebiasaan/Pola Hidup
3) Paru-paru : dbn
1) Riwayat diet : Pasien makan dan
minum tidak pilih-pilih, makan 4) Kardiovaskular : dbn
dan minum apa saja yang 5) Abdomen :distended(-),
disediakan. Pasien sering minum BU (+), nyeri tekan (-)
teh dan kopi setiap hari. 6) Sistem Saraf : dbn
2) Riwayat aktivitas : Sehari-hari 7) Sistem Muskuloskeletal
pasien bekerja sebagai seorang a) Ekstremitas atas : dbn
petani.
b) Ekstremitas bawah : terdapat
3) Riwayat berolahraga : Pasien
tidak pernah berolahrga. ulkus dan tampak oedem
3. AMPLE pada pedis sinistra, luka
terbuka disertai pus.
A: Tidak ada riwayat alergi obat-
obatan dan makanan c. Pemeriksaan Penunjang
M: Tidak ada riwayat konsumsi obat-  Darah Rutin dan Kimia Darah
obatan Pemeriksaa
P: Asma (-), TB (-), hipertensi (-), DM n 11-01-20 Rujukan
(+), Katarak (+)
L: Pasien direncanakan puasa 6 jam Hemoglobin 13.0 11,5-15,5
sebelum tindakan operasi
E: Ada riwayat operasi katarak Hematokrit 37.6 35-45
sebelumnya
Leukosit 19.55 4,5-14,5
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis (Saat Masuk Eritrosit 4.62 4-5,2
Rumah Sakit)
1) Keadaan Umum: Lemah Trombosit 531 150-450
2) Kesadaran: Compos mentis
(GCS: E4V5M6) GDS 202 <140
3) Tekanan Darah : 110/80 mmHg Natrium
4) Nadi : 80 kali/menit 129 136-146
5) Respirasi : 20 kali/menit Kalium 4,5 3,5-5,0
6) Suhu : 36,5 oC
7) SPO2 : 99% Clorida 9,3 98-106
8) VAS :2
b. Pemeriksaan Fisik Ca.Ion 1,15 1,16-1,32
1) Status Gizi
a) BB : 56 kg  Urinalysis (12-01-2020)
b) TB : 156 cm
- Leukosit : 3+
c) IMT : 23,01 kg/m2
(normal) - Protein : 1+
2) Jalan Napas - Glukosa : 4+
a) Kepala: Keterbatasan
- Keton : 2+
membuka mulut (-), gigi
palsu (-), gigi goyah (-). - Erytrosit : 1+
Skor Mallampati (II) 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
b) Leher : Gerakan Leher - Rontgen Pedis Sinistra
normal (fleksidan ekstensi), Kesan : Tak tampak adanya fraktur

4
- EKG 1) Peralatan monitor anestesi
(tekanan darah, denyut nadi ,
pulse oxymetri dan EKG).
2) Peralatan resusitasi
3) Jarum Spinal dengan ujung
tajam
4) Spuit 5cc dan 10 cc
5) Oksimeter/saturasi
6) Infuse set
6. DIAGNOSIS 7) Oxyflow dewasa
Ulkus Pedis Sinistra dengan DM Tipe 2 b. Persiapan pasien
1) Pemeriksaan konfirmasi identitas
7. STATUS FISIK ASA pasien
Seorang perempuan usia 58 tahun 2) Konfirmasi jenis operasi dan
dengan Ulkus Pedis Sinistra dengan pemeriksaan lokasi operasi
DM Tipe 2 , status fisik ASA II (Pasien 3) Pemantauan peralatan yang
dengan penyakit sistemik ringan dan menempel pada pasien
tidak ada keterbatasan fungsional). (sphygmomanometer digital,
oxymetri)
8. PENATALAKSANAAN 4) Pemeriksaan akses IV
Berdasarkan anamnesis dan c. Persiapan Obat
pemeriksaan fisik, maka : 1) Analgetik : Ketorolac
a. Diagnosis pre operatif: Ulkus pedis 2) Anestesi spinal : Lidodex
sinistra dengan DM tipe II 3) Anti emetik :Ondansetron
b. Status Operatif: ASA II, Mallampati (Katzung,2011)
II
c. Jenis Operasi : Debridement 13. INDUKSI ANESTESI
d. Jenis Anastesi : Regional Anestesi
a. Regional anestesi
9. PREMEDIKASI
General anestesi : Lidodex 2 ml
a. Terapi dari bangsal:
b. Intraoperatif
- Infus Nacl 20 tpm
- Infus Actrapid 5 IU/jam Maintenance
- Injeksi antrain 1 amp/8 jam a) Inhalasi : O2 sebanyak 2
- Injeksi Ranitidin 1 amp/ 8 jam L/menit (28%).
10. PREOPERASI b) Cairan : Nacl 500 cc.
1) Intravena fluid drip (IVFD) Nacl c. Pemantauan Sistem Saraf Pusat
500cc dengan menggunakan IV cath 1) Pemantauan tekanan darah
no 20, dan dipasang dengan 2) Pemantauan nadi
menggunakan three way. 3) Pemantauan pernapasan
2) Informed Consent Operasi 4) Pemantauan refleks-refleks
tubuh.
3) Informed Consent Pembiusan
d. Pemantauan Sistem Kardiovaskular
11. MASUKAN ORAL 1) Pemantauan Warna Kulit
Minuman air putih diperbolehkan 2) Pemantauan Suhu Tubuh
sampai 3 jam sebelum induksi. 3) Pemantauan Produksi Urin
12. PRE ANESTESI 4) Pemantauan EKG (Muhiman et
a. Persiapan peralatan anestesi al, 2010)

5
e. Pemantauan Perdarahan laparotomy dengan general anestesi
Perdarahan durante operasi: 500 ml endotracheal tube.

f. Komplikasi selama pembedahan : B. DURANTE OPERATIF


tidak ada Selama operasi tanda vital pasien
14. PASCA OPERASI dipantau setiap 5 menit. Tekanan darah
1) Posisi : Supine pasien dalam retang 90-50/100-60.
2) Pemantauan: Tekanan Darah, Nadi,
Suhu, RR, Saturasi O2 C. PASCA OPERASI
3) Keadaan pasca operasi
Setelah laparotomy selesai
a. Mual/ muntah : Tidak ada
dilakukan, dilakukan pemantauan akhir
b. Sianosis : Tidak Ada
TD, Nadi, respirasi dan SpO2.
c. Skala nyeri :4
Laparotomy dilakukan selama 1 jam 15
4) Obat-Obatan pasca operasi
menit dengan perdarahan ± 20 cc.
a. infus RL 20 tpm
Pasien kemudian dibawa ke ruang
b. Inj. Ketorolac 30 mg
pemulihan (Recovery Room). Selama
c. Inf. Paracetamol bila perlu
di ruang pemulihan, jalan nafas dalam
5) Terapi Cairan : Infus RL 20 tpm
keadaan baik, pernafasan spontan dan
6) Komplikasi pasca bedah :
adekuat serta kesadaran somnolen.
Tidak ada
Nyeri pasca operasi dengan skala nyeri
7) Penilaian Pemulihan Kesadaran
2 di berikan injeksi antrain dan
(berdasarkan Aldrete Score) : skor
antifibrinolitik pasien diberikan injeksi
>8 boleh pindah dari ruangan
kalnex.
recovery post operasi ke bangsal.

KESIMPULAN

1. General anestesi adalah anestesi yang


menyebabkan hilangnya kesadaran tanpa
nyeri seluruh tubuh secara sentral yang
reversible. Anestesi local terbagi atas
anestesi intravena, anestesi
intramuscular, dan anestesi inhalasi.
2. Teknik general anestesi inhalasi adalah
Endotrakea Tube (ETT) dan Laringeal
8) Pasien diperbolehkan makan: Mask Airway (LMA). Tindakan intubasi
apabila pasien sudah sadar penuh trachea merupakan salah satu Teknik
dan pasien tidak mual dan muntah anestesi umum inhalasi, yaitu
apabila makanan masuk secara oral. memberikan kombinasi obat anestesi
inhalasi yang barupa gas atau cairan
9) Pengelolaan nyeri 24 jam pertama: yang mudah menguap melalui alat/
Inj. Ketorolac 30 mg, inf. mesin anestesi langsung ke udara
Paracetamole inspirasi.
3. Anestesia pediatrik merupakan anestesi
pada pasien anak-anak yang dapat dibagi
menjadi 4 kelompok umur yaitu
15. PROYEKSI KASUS neonatus (umur 1-28 hari), bayi (sampai
A. PRE OPERATIF 1 tahun), anak pra sekolah (2-5 tahun),
Pada kasus ini Pasien seorang anak dan anak usia sekolah (6-14 tahun).
laki-laki, 6 tahun, dengan keluhan nyeri 4. Anestesi dan reanimasi pada pediatrik
dibuat untuk memenuhi kebutuhan
di perut bagian bawah. Dilakukan
kelompok pediatrik sendiri dimana
6
berbeda dari segi anatomi, fisiologi, Gde Mangku, Tjokorda Gde Agung
psikologis, dan biokimia dengan orang Senapthi. Buku Ajar Ilmu Anestesia
dewasa. dan Reanimasi. Indeks; 2010. 6-7; 149-
5. Periapendikular infiltrate merupakan
59.
inflamasi di appendiks atau
mikroperforasi yang ditutupi atau di Hugh, A.F. Dudley. 1992. Ilmu Bedah
bungkus oleh omentum dan atau lekuk
Gawat Darurat edisi kesebelas. Gadjah
usus halus atau peritoneum sehingga
terbentuk suatu massa. Massa Mada University Press. Yogyakarta.
periapendikular adalah salah satu
K Rupp, J Holzki, T Fischer, C Keller.
komplikasi yang sering terdapat pada
pasien setelah beberapa hari mengalami Pediatric Anesthesia. Drager; 2015.
appendicitis akut.
Kasper, et al. Harrison’s Principles of
6. Obat–obatan yang dapat digunakan
sebagai agen anestesi inhalasi adalah internal Medicine 16th edition.
N2O, halotan, enflurane, isoflurane, McGraw-Hill Medical Publishing
desflurane, dan sevoflurane. Division. 2005.
7. Laparotomi merupakan prosedur
pembedahan yang melibatkan suatu Said A L, Suntoro A. Anestesi Pediatrik.
insisi pada dinding abdomen hingga ke Anestesiologi. Bagian Anestesiologi
cavitas abdomen. Laparotomi dan Terapi Intensif FKUI.
merupakan Teknik sayatan yang
dilakukan pada daerah abdomen yang Schwartz, Spencer, S., Fisher, D.G., 1999.
dapat dilakukan pada bedah digestif. Principles of Surgery seventh edition.
Mc-Graw Hilla Division of The
McGraw-Hill Companies. Enigma an
DAFTAR PUSTAKA Enigma Electronic Publication.

Sjamsuhidajat, R., Jong, W. D., editor.,


Anonim, Ilmu Bedah dan Teknik Operasi. “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan
Bratajaya Fakultas Kedokteran Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu
UNAIR, Surabaya. Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta, 2005,
hlm 639-46.

Anda mungkin juga menyukai