CASE REPORT
PENYUSUN:
PEMBIMBING:
dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp.An
Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS
ii
PENGELOLAAN ANASTESI REGIONAL TINDAKAN DEBRIDEMENT PADA
SEORANG PEREMPUAN USIA 58 TAHUN DENGAN DIAGNOSIS ULKUS PEDIS
SINISTRA DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2: LAPORAN KASUS
Abstrak
Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran
yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem
saraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada saraf.
Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem saraf pusat (SSP) secara
reversibel. Anestesi umum merupakan kondisi yang dikendalikan dengan ketidaksadaran
reversibel dan diperoleh melalui penggunaan obat-obatan secara injeksi dan atau inhalasi
yang ditandai dengan hilangnya respon rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia),
hilangnya respon terhadap rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility),
serta hilangnya kesadaran (unconsciousness). Tindakan intubasi trakhea merupakan salah
satu teknik anestesi umum inhalasi, yaitu memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang
berupa gas atau cairan yang mudah menguap melalui alat/ mesin anestesi langsung ke udara
inspirasi. Periapendikular infiltrate merupakan inflamasi di appendiks atau mikroperforasi
yang ditutupi atau di bungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus atau peritoneum
sehingga terbentuk suatu massa. Massa periapendikular adalah salah satu komplikasi yang
sering terdapat pada pasien setelah beberapa hari mengalami appendicitis akut. Massa
appendiks lebih sering terjadi pada pasien usia lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh
telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup Panjang dan tebal untuk
membungkus proses radang. Dilaporkan kasus seorang pasien anak laki-laki usia 6 tahun
dengan diagnosis periappendikuler infiltrate. Dilakukan tindakan laparotomy, eksplorasi dan
adhesiolisis. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara
melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam
abdomen yang mengalami masalah, misalnya kanker, pendarahan, obstruksi, dan perforasi.
1
epidural dan blok perifer. Anestesi spinal PAI dapat terjadi karena adanya
dan epidural telah digunakan secara luas di obstruksi lumen yang bias disebabkan
bidang ortopedi, obstetri dan ginekologi, karena adanya fekalit, tumor, konstipasi,
operasi ekstremitas bawah serta operasi dan lain-lain yang mengakibatkan mucus
abdomen bagian bawah. Sedangkan yang diproduksi mukosa akan mengalami
anestesi lokal adalah teknik anestesia yang bendungan. Peningkatan tekanan intra
dilakukan dengan cara menyuntikkan obat lumen/dinding appendiks menyebabkan
anestetik lokal pada daerah atau sekitar aliran darah berkurang sehingga terjadi
lokasi pembedahan yang menyebabkan edema dan ulserasi mukosa (appendicitis
konduksi hambatan impuls aferen yang akut fokal dengan gejala nyeri
sifatnya sementara. epigastrium) yang menyebabkan
Anestesia pediatrik merupakan terputusnya aliran darah. Obstruksi vena,
anestesi pada pasien anak-anak yang dapat edema bertambah dan bakteri menembus
dibagi menjadi 4 kelompok umur yaitu dinding mengakibatkan peradangan
neonatus (umur 1-28 hari), bayi (sampai 1 peritoneum (apendisitis supuratif akut
tahun), anak pra sekolah (2-5 tahun), dan dengan gejala nyeri di daerah kanan
anak usia sekolah (6-14 tahun). Perbedaan bawah) sehingga aliran arteri terganggu
anatomi dimana jalan nafas pediatri lebih dan terjadi infark pada dinding apendiks
kecil dan mudah tersumbat membuat ahli lalu terjadi ganggrene (apendisitis
anestesi harus lebih berhati-hati. Alat-alat ganggrenosa). Akibatnya dinding
khusus yang berbeda dari segi ukuran, appendiks menjadi rapuh dan terjadi
bentuk, dan fungsi seperti blade infiltrate sehingga menjadi appendikuler
laringoskop yang lebih lurus, mesin infiltrate.
Jackson-Rees, dan lainnya diperlukan pada Laparotomi merupakan prosedur
anestesi pediatri. Perubahan fisiologi dan pembedahan yang melibatkan suatu insisi
biokimia juga membuat diperlukannya pada dinding abdomen hingga ke cavitas
pengaturan dosis obat, kebutuhan cairan, abdomen. Laparotomi merupakan Teknik
pengaturan suhu, dan penyesuaian lainnya. sayatan yang dilakukan pada daerah
Respon psikologi pediatri yang sering abdomen yang dapat dilakukan pada bedah
menyulitkan proses anestesi dan reanimasi digestif. Laparotomi eksplorasi digunakan
membuat diperlukannya pendekatan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat
pendekatan tersendiri pada pasien trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
pediatrik. Hal-hal ini membuat tatalaksana Jika terdapat perlengketan maka dilakukan
anestesi dan reanimasi pada pasien pembebasan perlengketan dengan cara
pediatrik cukup berbeda dari orang adhesiolisis, kemudian dilakukan
dewasa, dimulai dari evaluasi dan appendectomy pada kasus ini. Metode
persiapan pra anestesi, induksi, anestesi yang digunakan pada beberapa
pemeliharaan, pemulihan, hingga kasus adalah teknik anestesi umum yaitu
perawatan pasca anestesi dan reanimasi. generan anestesi endotracheal tube.
Periapendikular infiltrate merupakan Pada laporan ini akan membahas
inflamasi di appendiks atau mikroperforasi tentang pemberian general anestesi pada
yang ditutupi atau di bungkus oleh pasien periappendikuler inflitrat yang
omentum dan atau lekuk usus halus atau dilakukan tindakan laparotomy.
peritoneum sehingga terbentuk suatu
massa. Massa periapendikular adalah salah LAPORAN KASUS
satu komplikasi yang sering terdapat pada Pasien datang ke IGD RSDS
pasien setelah beberapa hari mengalami Magetan, dengan keluhan utama luka pada
appendicitis akut. Massa appendiks lebih kaki kirinya. Keluhan pasien sudah
sering terjadi pada pasien usia lima tahun dirasakan sejak satu minggu yang lalu.
atau lebih karena daya tahan tubuh telah Luka diawali bengkak kemerahan disertai
berkembang dengan baik dan omentum keluar nanah. Luka dirasa nyeri, panas
telah cukup panjang dan tebal untuk yang hilang timbul, pasien juga merasa
membungkus proses radang. meriang selama 3 hari. 4 hari sebelumnya
2
luka sudah pernah diobati ke dokter dan leher dalam batas normal, thorax dan
Umum, dan diberi obat antibiotik dan abdomen tidak didapatkan kelainan, pada
penghilang rasa nyeri namun tak kunjung ekstremitas didapatkan luka terbuka pada
sembuh. Keluhan pasien sampai membuat pedis sinistra, disertai oedem minimal,
tidak bisa beraktifitas seperti biasanya. tidak ditemukan deformitas, nyeri tekan
Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat dan keterbatasan gerak minimal.
keluhan serupa, namun pasien memiliki Pemeriksaan penunjang
riwayat penyakit diabetes mellitus sejak 5 menunjukkan Hb: 13,0, Leukosit
tahun yang lalu dan tidak pernah berobat. meningkat 19,55, trombosit 531; GDS
Pada pemeriksaan didapatkan (202);. Pemeriksaan Foto Rontgen pedis
kondisi umum tampak lemah, compos tidak didapatkan adanya fraktur. Pasien
mentis, E4V5M6, berat badan pasien 56 dipersiapkan untuk menjalani tindakan
kg, tinggi badan 156 cm, tekanan darah debridement dengan anestesi regional
110/80 mmHg, nadi 80x/menit, respiratory spinal. Operasi diperkirakan memakan
rate 20x/menit, SpO2 99%, suhu 36,5o C. waktu kurang lebih 30-45 menit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kepala
3
7) Riwayat penyakit ginjal : deviasi trakea(-), kesulitan
Disangkal menelan(-), pembesaran
8) Riwayat asma: Disangkal KGB (-)
f. Riwayat Kebiasaan/Pola Hidup
3) Paru-paru : dbn
1) Riwayat diet : Pasien makan dan
minum tidak pilih-pilih, makan 4) Kardiovaskular : dbn
dan minum apa saja yang 5) Abdomen :distended(-),
disediakan. Pasien sering minum BU (+), nyeri tekan (-)
teh dan kopi setiap hari. 6) Sistem Saraf : dbn
2) Riwayat aktivitas : Sehari-hari 7) Sistem Muskuloskeletal
pasien bekerja sebagai seorang a) Ekstremitas atas : dbn
petani.
b) Ekstremitas bawah : terdapat
3) Riwayat berolahraga : Pasien
tidak pernah berolahrga. ulkus dan tampak oedem
3. AMPLE pada pedis sinistra, luka
terbuka disertai pus.
A: Tidak ada riwayat alergi obat-
obatan dan makanan c. Pemeriksaan Penunjang
M: Tidak ada riwayat konsumsi obat- Darah Rutin dan Kimia Darah
obatan Pemeriksaa
P: Asma (-), TB (-), hipertensi (-), DM n 11-01-20 Rujukan
(+), Katarak (+)
L: Pasien direncanakan puasa 6 jam Hemoglobin 13.0 11,5-15,5
sebelum tindakan operasi
E: Ada riwayat operasi katarak Hematokrit 37.6 35-45
sebelumnya
Leukosit 19.55 4,5-14,5
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis (Saat Masuk Eritrosit 4.62 4-5,2
Rumah Sakit)
1) Keadaan Umum: Lemah Trombosit 531 150-450
2) Kesadaran: Compos mentis
(GCS: E4V5M6) GDS 202 <140
3) Tekanan Darah : 110/80 mmHg Natrium
4) Nadi : 80 kali/menit 129 136-146
5) Respirasi : 20 kali/menit Kalium 4,5 3,5-5,0
6) Suhu : 36,5 oC
7) SPO2 : 99% Clorida 9,3 98-106
8) VAS :2
b. Pemeriksaan Fisik Ca.Ion 1,15 1,16-1,32
1) Status Gizi
a) BB : 56 kg Urinalysis (12-01-2020)
b) TB : 156 cm
- Leukosit : 3+
c) IMT : 23,01 kg/m2
(normal) - Protein : 1+
2) Jalan Napas - Glukosa : 4+
a) Kepala: Keterbatasan
- Keton : 2+
membuka mulut (-), gigi
palsu (-), gigi goyah (-). - Erytrosit : 1+
Skor Mallampati (II) 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
b) Leher : Gerakan Leher - Rontgen Pedis Sinistra
normal (fleksidan ekstensi), Kesan : Tak tampak adanya fraktur
4
- EKG 1) Peralatan monitor anestesi
(tekanan darah, denyut nadi ,
pulse oxymetri dan EKG).
2) Peralatan resusitasi
3) Jarum Spinal dengan ujung
tajam
4) Spuit 5cc dan 10 cc
5) Oksimeter/saturasi
6) Infuse set
6. DIAGNOSIS 7) Oxyflow dewasa
Ulkus Pedis Sinistra dengan DM Tipe 2 b. Persiapan pasien
1) Pemeriksaan konfirmasi identitas
7. STATUS FISIK ASA pasien
Seorang perempuan usia 58 tahun 2) Konfirmasi jenis operasi dan
dengan Ulkus Pedis Sinistra dengan pemeriksaan lokasi operasi
DM Tipe 2 , status fisik ASA II (Pasien 3) Pemantauan peralatan yang
dengan penyakit sistemik ringan dan menempel pada pasien
tidak ada keterbatasan fungsional). (sphygmomanometer digital,
oxymetri)
8. PENATALAKSANAAN 4) Pemeriksaan akses IV
Berdasarkan anamnesis dan c. Persiapan Obat
pemeriksaan fisik, maka : 1) Analgetik : Ketorolac
a. Diagnosis pre operatif: Ulkus pedis 2) Anestesi spinal : Lidodex
sinistra dengan DM tipe II 3) Anti emetik :Ondansetron
b. Status Operatif: ASA II, Mallampati (Katzung,2011)
II
c. Jenis Operasi : Debridement 13. INDUKSI ANESTESI
d. Jenis Anastesi : Regional Anestesi
a. Regional anestesi
9. PREMEDIKASI
General anestesi : Lidodex 2 ml
a. Terapi dari bangsal:
b. Intraoperatif
- Infus Nacl 20 tpm
- Infus Actrapid 5 IU/jam Maintenance
- Injeksi antrain 1 amp/8 jam a) Inhalasi : O2 sebanyak 2
- Injeksi Ranitidin 1 amp/ 8 jam L/menit (28%).
10. PREOPERASI b) Cairan : Nacl 500 cc.
1) Intravena fluid drip (IVFD) Nacl c. Pemantauan Sistem Saraf Pusat
500cc dengan menggunakan IV cath 1) Pemantauan tekanan darah
no 20, dan dipasang dengan 2) Pemantauan nadi
menggunakan three way. 3) Pemantauan pernapasan
2) Informed Consent Operasi 4) Pemantauan refleks-refleks
tubuh.
3) Informed Consent Pembiusan
d. Pemantauan Sistem Kardiovaskular
11. MASUKAN ORAL 1) Pemantauan Warna Kulit
Minuman air putih diperbolehkan 2) Pemantauan Suhu Tubuh
sampai 3 jam sebelum induksi. 3) Pemantauan Produksi Urin
12. PRE ANESTESI 4) Pemantauan EKG (Muhiman et
a. Persiapan peralatan anestesi al, 2010)
5
e. Pemantauan Perdarahan laparotomy dengan general anestesi
Perdarahan durante operasi: 500 ml endotracheal tube.
KESIMPULAN