Anda di halaman 1dari 1

Sistem pelayanan kesehatan di era BPJS Kesehatan mengutamakan optimalisasi di

fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), seperti Puskesmas, klinik pratama,


maupun dokter praktek perorangan yang bekerjasama denga BPJS Kesehatan dalam
menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakat.

"Sehingga, FKTP bukan hanya berfungsi sebagai pembuat rujukan belaka," ujar
Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan, Andayani Budi Lestari,
dalam sosialisasi kepada peserta lanjut usia (lansia) anggota PWRI, LVRI dan
Pepabri di Semarang, Rabu (23/3).

Andayani mengatakan, melalui mekanisme pelayanan kesehatan berjenjang ini,


diharapkan FKTP dapat menjalankan perannya secara signifikan dan komprehensif.

"Kita ingin mengubah paradigma bahwa FKTP hanya tempat untuk meminta rujukan
saja. Kalau bisa ditangani di Puskesmas, mengapa harus pergi ke rumah sakit?
Rujukan baru dilakukan kalau direkomendasi dokter, pasien butuh penanganan
spesialistik," tegasnya.

Ketua Kerta PB PWRI Masni Rani Mochtar memberi aspresiasi kepada BPJS
Kesehatan yang memberikan sosialisasi kepada para lansia. Menurut Masni,
anggotanya merupakan peserta yang paling loyal karena paling lama menjadi peserta
Askes (dulu BPJS Kesehatan).

"Keanggotaan kami rata-rata di atas 30 tahun begitu diangkat PNS. Jadi wajar jika
kami disebut "bapak-ibu"nya BPJS Kesehatan," ujarnya.

Dia meminta agar pelayanan kesehatan bagi para lansia ditingkatkan. Mereka
sebagian besar sudah sulit datang ke rumah sakit, sehingga tak perlu lagi antre.

"Kami juga meminta agar pemerintah pusat dan daerah menambah rumah sakit.
Jumlah dokter dan tenaga medis serta sarana-prasarana kesehatan harus ditambah,
agar seluruh peserta dapat terlayani. Jangan sampai ada peserta yang jadi korban
karena tak mendapat ruangan," ujarnya.

Kepala Divre 6 BPJS Kesehatan Jateng -DIY Aris Jatmiko mengatakan, sosialisasi
digelar kepada berbagai segmen peserta agar masyarakat dapat memperoleh
manfaat sesuai dengan haknya dan melalui sistem prosedur yang benar.

"Banyak sekali kasus-kasus yang ada, karena peserta yang tidak mengikuti prosedur
yang berlaku, akibat ketidaktahuan atau lainnya. Untuk itu, sosialisasi perlu terus
dilakukan agar kasus-kasus yang ada tak perlu terjadi lagi," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai