Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Diksi

Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah
cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan
gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-
ungkapan dan sebagainya.

Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik
harus memenuhi syarat, seperti :

1. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.


2. Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi
pembacanya.
3. Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut
menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.

Contoh Paragraf :

 Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara disana sangat
sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak
lama kemudian.
 Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat
senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir
angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak
mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang
hari disana, kami pulang dengan hati senang.

Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh
paragraph kedua menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya.

Sedangkan Menurut Enre, diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam
mewakili perasaan yang nyata dalam pola sebuah kalimat.

Ciri-Ciri Diksi
Setelah mengetahui syarat diksi, tentu kita juga harus mengetahui ciri-ciri diksi tersebut,
dibawah ini merupakan ciri-ciri diksi, antara lain:

1. Tepat dalam pemilihan kata untuk dapat mengungkapkan gagasan atau juga hal-hal
yang diamanatkan
2. Dapat digunakan untuk dapat membedakan secara tepat nuansa makna serta bentuk
yang sesuai dengan gagasan serta juga situasi serta nilai rasa pembaca.
3. Menggunakan pembendaharaan kata yang dipunyai masyarakat bahasanya serta dapat
menggerakan dan juga memberdayakan kekayaan itu menjadi jaring kata yang jelas.

Syarat Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan
ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan
dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami
pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan
penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan

1. a) kaidah kelompok kata/ frase,


2. b) kaidah makna kata,

Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase

Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan
kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.

1) Tepat

Contohnya : Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok
kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.

2) Seksama

Contohnya : Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim.
Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah
mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa
agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa
tinggi karena kata tersebut tidak seksama.

3) Lazim

Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam
bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan pengertian saja.
Contohnya, Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing
bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan rohani tidak dapat pula
digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi
tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan pemakain-nya.

2. Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.

 Jenis makna
Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:

Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra dan
tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna sebenarnya.

Contoh :

Kepala: organ tubuh yang letaknya paling atas

Besi: logam yang sangat keras

Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi pancaindra dan
menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai makna kias atau makna
kontekstual.

Contoh :

Ibu kota : pusat pemerintahan

Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol

Jamban : kamar kecil

 Perubahan makna

Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas:

 Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.

Misalnya :

Kata Dulu Sekarang


Mengarungi laut dengan Mengarungi lautan
Berlayar
memakai kapal layar dengan alat apa saja
Sebutan untuk semua
Dipakai untuk sebutan anak-
Putera-puteri anak laki-laki dan
anak raja
perempuan

1. Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit daripada makna dahulu

Kata Dulu Sekarang


Gelar untuk orang yang
Sebutan untuk semua
Sarjana sudah lulus dari
orang cendekiawan
perguruan tinggi
Sekolah yang
Madrasah Sekolah mempelajari ilmu agama
Islam
Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :

Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru dirasakan
lebih baik dari arti sebelumnya.

Contoh :

 Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan


 Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.

 Pergeseran makna

Pergeseran makna dibedakan atas dua macam:

1. Asosiasi

Adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.

Contoh:

– Tasya menyikat giginya sampai bersih

– Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu

2. Sinestesia

Adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua indra yang berbeda.

Contoh:

– Sayur itu rasanya pedas sekali

– Kata-katanya sangat pedas didengar.

 Relasi makna

 Homonim

Adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan pengucapan.

– Bisa berarti 1). Dapat, sanggup

2). Racun

– Buku berarti 1). Kitab

2). Antara ruas dengan ruas

 Homograf
Adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan tetapi berlainan
pengucapan dan arti.

Contoh:

– Teras (inti) dengan teras (halaman rumah)

– Sedan (isak) dengan sedan (sejenis mobil)

– Tahu (paham) dengan tahu (sejenis makanan)

 Homofon

Adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan tetapi berlainan
tulisan dan arti.

Contoh:

– Bang dengan bank

– Masa dengan massa

 Sinonim

adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi mempunyai arti yang
sama.

Contoh:

– Pintar dengan pandai

– Bunga dengan kembang

Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab itu, di
dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya ada variasinya
dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim
dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

 Pengaruh bahasa daerah

Contoh:

Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .

Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo.

Kata rindu bersinonim dengan kata kangen

 Perbedaan dialek regional


Contoh:

Handuk bersinonim tuala , selop bersinonim seliper

 Pengaruh bahasa asing

Contoh:

kolosal bersinonim besar , aula bersinonim ruangan , realita bersinonim kenyataan.

 Perbedaan dialek sosial

Contoh:

suami bersinonim laki , istri bersinonim bini , mati bersinonim wafat.

 Perbedaan ragam bahasa

Contoh:

membuat bersinonim menggubah, assisten bersinonim pembantu, tengah bersinonim madya.

 Perbedaan dialek temporal

Contoh:

membuat bersinonim menggubah, assisten bersinonim pembantu, tengah bersinonim madya.

 Antonim

Adalah kata-kata yang berlawanan artinya.

Contoh:

– Tua – muda

– Besar – kecil

– Luas – sempit

Fungsi Diksi

Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

 Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih faham
mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
 Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal “tertulis atau pun
terucap”.
 Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan
pendengar atau pun pembacanya.

Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis gagasan
atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam
menghasilkan tulisan yang indah, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis
dapat dipahami dengan baik.

Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai
dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan kata–kata itu. Pembentukan kata atau istilah
adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam
bidang tertentu.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi mempunyai persamaan
yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu di hasil karya tulisannya dengan
maksud agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Moeliono, Anton, 1991. Santun bahasa, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sugono, Dendy, 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Jakarta.

Amran, Tasai. 2010 Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta :CV Akademika Pressindo.

Adi, Tri. 2007 Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset, Yogyakarta.

Rahaedi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia perguruan tinggi. Erlangga. Jakarta

Demikianlah pembahasan mengenai “Diksi ( Pilihan Kata ) Pengertian & ( Fungsi –


Macam – Contoh ) semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan
pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya.

Anda mungkin juga menyukai