Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN FIELD STUDY PPI FIELD STUDY

MATA KULIAH KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN


KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH

AFIFAH DESTI NUR’AINI (201823001)

ARCHANGELA NATASYA S (201823010)

AVINDA (201823013)

BRIGITTA ADELIA D (201823014)

ROSARIA DINAR AVELIANDINI (201823038)

DOSEN PEMBIMBING :

Eva Marti,Ns.,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
laporan field study ppi fieldstudy dengan tepat waktu dan tanpa halangan suatu
apapun. Tugas ini penulis susun sebagai pemenuhan tugas Keselamatan Pasien dan
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan dan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penulis dalam kegiatan perkuliahan bentuk pembelajaran
pada semester III di STIKes Panti Rapih ini.

Dengan penyusunan makalah laporan field study ppi fieldstudy ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Eva marti.,Ns.,M.Kep

2. Petugas PPI panti nugroho

Atas peran sertanya dalam mendampingi dan membantu penulis belajar


Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan laporan field study ppi fieldstudy dengan baik dan
lancar. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak.
Demikian laporan field study ppi fieldstudy ini penulis buat, semoga
makalah ini dapat memenuhi penugasan mata kuliah Keselamatan Pasien dan
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan yang telah diberikan. Terima
kasih.

Yogyakarta, 09 November 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

C. Tujuan ...................................................................................................

D. Manfaat .................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian PPI ......................................................................................

B. Ruang Lingkup Kerja PPI ..

C. Program PPI

D. Surveilance Resiko Infeksi yang Dilakukan oleh PPI

E. Identifikasi Infeksi Resiko Secara Berkala dan Penetapan Sasaran


Penurunan

Resiko Infeksi .........................................................................................

F. Pencegahan Transmisi Infeksi di Rumah Sakit.....................................…

G. Pencegahan Hazard Biologi

H. Investigasi Wabah (Outbreak) Penyakit Infeksi


I. Bagaimana Pelatihan dan Edukasi Pencegahan Infeksi di Rumah
Sakit............
J. Pengendalian Kebersihan Tangan dan Penggunaan Antimikroba di
Rumah Sakit
K. Pengendalian Resiko Infeksi pada Prosedur Invansif di Rumah Sakit......
L. Pengendalian ResikoInfeksi pada Alat Habis Pakai dan Limbah Medis
BAB III HASIL WAWANCARA

A. Pertanyaan ............................................................................................

Hasil Wawancara ......................................................................................

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................

Penutup ......................................................................................................

Daftar Pustaka ...........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
yang sudah ditentukan. Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi baik karena perawatan
ataudatang berkunjung ke rumah sakit.

Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan


fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat penting
karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir ini
muncul berbagai penyakit infeksi baru

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

Meningkatkan mutu layanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan


lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, yang dilaksanakan oleh semua departemen /
unit di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, meliputi kualitas
pelayanan, manajemenrisiko,serta kesehatan dan keselamatan kerja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Pencegahan dan pengendalian infeksi dirumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah
sakit. Salah satu program pencegahan dan pengendalian infeksi ( PPI) adalah kegiatan
surveilans, disamping adanya kegiatan lain seperti pendidikan dan
latihan,kewaspadaan isolasi serta Kegiatan surveilans infeksi difasilitas pelayanan
kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang penting dan luas dalam program
pengendalian infeksi dan suatu hal yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan
dari program PPI.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang
ditujukan untuk mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat
pelayanan kesehatan (Minnesota Department of Health, 2014). Pencegahan
dan pengendalian infeksi adalah upaya/tindakan yang dilakukan oleh
institusi (rumah sakit) untuk melaksanakan prosedur standar yang bertujuan
melindungi pasien (klien), dan petugas kesehatan serta pengunjung atau
keluarga pasien dari kemungkinan kejadian infeksi pada saat memperoleh
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pencegahan dan pengendalian
infeksi (IPC) bersifat universal Komponen yang relevan dari semua sistem
kesehatan dan melibatkan Kesehatan dan keselamatan orang yang
menggunakan layanan kesehatan Dan mereka yang menyediakannya. (Storr et
al, 2017)
Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas
(Community acquired infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit
(Hospital acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah
infeksi nosokomial. Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang bertujuan untuk perawatan atau penyembuhan pasien, apabila dilakukan
tidak sesuai prosedur maka berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi,
baik bagi pasien yang lain atau bahkan pada petugas kesehatan itu
sendiri. Karena tidak dapat ditentukan secara pasti asal infeksi, maka sekarang
istilah infeksi nosokomial (Hospital acquired infection) diganti dengan istilah
baru yaitu “Healthcare-associated infections” (HAIs) dengan pengertian yang
lebih luas tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, serta tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi
juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat pada saat melakukan
tindakan perawatan pasien (Akib et al, 2008).
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare Assosiated infections (HAIS) adalah
infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di Rumah Sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lain, yang tidak terjadi infeksi dan tidak dalam masa inkubasi
saat pasien masuk Rumah Sakit. IRS juga mencakup infeksi yang didapat di Rumah
Sakit tetapi bisa juga muncul setelah keluar Rumah Sakit dan juga infeksi akibat kerja
pada fasilitas kesehatan.
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan
kesehatan memerlukan penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai
"pengendalian". Secara hirarkis hal ini telah ditata sesuai dengan
efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection Prevention and
Control–IPC), yang meliputi: pengendalian bersifat administratif,
pengendalian dan rekayasa lingkungan, dan alat pelindung diri (Slamet et
al, 2013).

B. Program yang termasuk pencegahan dan pengendalian infeksi

1. Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi


2. Surveilans (HAIs dan Proses: audit kepatuhan petugas untuk cuci
tangan dan memakai APD)
3. Penerapan kewaspadaan isolasi
4. Pendidikan dan pelatihan PPI
5. Penggunaan antimikroba rasional
6. Kesehatan karyawan (Rosa, 2015).
C. Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
1. Membantu mengurangi penyebaran infeksi yang terkait dengan
pelayanan kesehatan, dengan penilaian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi oleh National Infection Control Policies.
2. Tujuan utamanya adalah untuk mendukung promosi kualitas
pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien, petugas kesehatan,
dan orang lain dalam perawatan kesehatan dan lingkungan dengan
cara yang hemat biaya (WHO, 2014).

D. Pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian Infeksi

Mulai terlaksana pada tahun 2017 dan masih kurang


berperannya tim PPI dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
pedoman pelaksanaan PPI yang ada

di RSU.Peningkatan mutu pelayanan kepada pasien,program PPI


diprioritaskan oleh manajemen RSU X.

1,.Upaya yang dilakukan dengan membentuk Tim PPI,

2. Mengangkat tenaga IPCN yang purna waktu (full time) sebanyak satu
orang. Adanya IPCN yang purna waktu tersebut sangat membantu fungsi
pengawasan terhadap kinerja Infection Prevention Control Link Nurse
(IPCLN) terutama yang berkaitan dengan tugas surveilans infeksi
nosokomial dengan mendesain, melaksanakan, memonitor dan
mengevaluasi surveilans infeksi yang terjadi rumah sakit. IPCLN
adalah perawat pelaksana harian atau penghubung dengan IPCN dari
tiap unit rawat inap/unit pelayanan.

E. Pelaksanaan surveilans
Pelaksanaan SSI di Rumah Sakit X Surabaya dilakukan secara
rutin setiap bulan oleh IPCLN di setiap ruangan dengan menggunakan
bundle preventionSSI yang ada pada status rekam medik pasien mulai dari
tahap preoperasi, durante operasi dan postoperasi. Dilakukan pengumpulan
data dengan studi dokumentasi status rekam medik pasien untuk
selanjutnya dilakukan pengolahan data oleh IPCN PPI Rumah Sakit X
Surabaya agar dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat. Setiap
pasien dengan tindakan pembedahan dilengkapi dengan formulir bundle
prevention SSI pada status rekam medisnya oleh petugas pendaftaran.

Formulir tersebut harus diisi oleh perawat yang bertanggung


jawab pada pasien dimulai dari tahap pre operasi hingga post operasi.
Pada tahap pre operasi di ruangan formulir diisi diisi oleh perawat
ruangan, preanestesi oleh perawat anestesi, durante operasi oleh perawat
bedah, post operasi oleh perawat Recovery Room, yang nantinya akan
dilanjutkan ke ruangan ataupun hingga pasien tersebut rawat jalan.

F. Pengendalian Infeksi Nosokomial


Program pengendalian infeksi ini dapat dikelompokan dalam tiga
kelompok yaitu tindakan operasional, tindakan organisasi, dan
tindakan struktural. Tindakan operasional mencakup kewaspadaan standar
dan kewaspadaan berdasarkan penularan/transmisi.
1) Kewaspadaan Standar
Komponen utama standar pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial dalam tindakan operasional mencakup kegiatan sebagai
berikut:
a) Mencuci tangan
b) Menggunakan alat pelindung diri/APD seperti: sarung tangan,
masker, pelindung wajah, kacamata dan apron pelindung
c) Praktik keselamatan kerja
d) Perawatan pasien
e) Penggunaan antiseptik, penanganan peralatan dalam perawatan
pasien dan kebersihan lingkungan.

2) Kewaspadaan Berdasarkan Penularan atau Transmisi

Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan pada pasien yang


menunjukkan gejala, dicurigai terinfeksi atau mengalami kolonisasi
dengan kuman yang sangat mudah menular. Kewaspadaan berdasarkan
transmisi perlu dilakukan sebagai tambahan kewaspadaan standar.

Kewaspadaan berdasarkan transmisi meliputi:

a) Penanganan linen dan pakaian kotor,


b) Penanganan peralatan makan pasien,
c) Pencegahan infeksi untuk prosedur yang menimbulkan aerosol
pada pasien suspek atau probabel menderita penyakit menular
melalui udara atau airborne

Selain tindakan diatas isolasi pasien yang akan menjadi sumber


infeksi juga perlu diperhatikan untuk mencegah transmisi langsung
atau tidak langsung.

G. Pengendalian Faktor Bahaya Biologis

Apabila suatu resiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja


telah diidentifikasi dan dinilai, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengendalian resiko untuk mengurangi resiko sampai
batas-batas yang dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan dan
standar yang berlaku.

Untuk pengendalian bahaya biologis yang berupa virus, jamur, bakteri


dan pathogen lainnya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu pengendalian resiko yang bersifat
permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas
pertama. Eliminasi dapat di lakukan dengan cara memindahkan objek
kerja atau sistem kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak
dapat diterima oleh ketentuan atau kadarnya melebihi NAB.
Eliminasi adalah cara pengendalian resiko yang paling baik, karena
resiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya
ditiadakan.

2) Subtitusi

Pengendalian dengan subtitusi dilakukan dengan cara menganti


bahan-bahan dan peralatan yang berbahaya dengan bahan-bahan dan
peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga
pemaparannya selalu dalam batas yang masih bias diterima.

3) Rekayasa Teknik

Pengendalian dengan rekayasa teknik dilakukan dengan cara merubah


struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar potensi
bahaya, misalnya dengan memisahkan tempat untuk pembuangan
sampah sesuai dengan jenisnya, pemberian pengaman pada mesin,
pemberian alat bantu mekanik.

4) Pengendalian Administrasi

Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu


sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang
terpapar potensi bahaya. Metode ini meliputi; rekruitmen tenaga
kerja baru sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan ditangani,
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk
mengurangi kebosanan dan kejenuhan.

5) Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana pengendalian yang
digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara. Alat Pelindung
Diri merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian resiko
di tempat kerja. Hal ini disebabkan karena penggunaan APD
mempunyai beberapa kelemahan antara lain:

a) APD tidak menghilangkan resiko bahaya yang ada, tetapi


hanya membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi
bahaya yang diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka
secara otomatis bahaya yang ada akan mengenai tubuh pekerja.
b) Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena pada
umumnya pekerja kurang leluasa dalam bergerak pada waktu
bekerja, dan dirasakan adanya beban tambahan karena
harus dipakai selama bekerja.
BAB III

a. Apa saja lingkup kerja PPI


Ruang lingkup kerja PPI terdapat seluruh unit pegawai ruma sakit di panti
nugroho. Seperti dokter umum maupun spesialis,perawat,apoteker,ahli
giza,cleaning servicedan bahkan pasien yang dirawat ddi rumah sakit panti
nugrohi pun masuk pada ruang lingkup PPI. Semua pihak yang berada di rumah
sakit ikut terlibat dalam kerja PPI.
b. Apa saja program PPI
Program PPI di rumah sakit panti nugroho untuk saat ini memiliki 5
program, namun narasumber mengatakan bahwa hanya ingat 3. yang pertama
adalah program pendidikan atau edukasi tujuannya untuk mensurvei angka
kejadian infeksi.kedua adalah diklat yang bertujuan untuk karyawan pertahunnya.
Kemudian yang ketiga adalah peninngkatan pengetahuan SDM yang ada rirumah
sakit, yang dilakukan rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan SDM adalah
dengan mengirim kelua(rumah sakit lain atau bahkan keluar negri) untuk seminar
agar pegawai rumah sakit lebih memiliki pemikiran atau pandangan yang luas dan
pengetahuan yang semakin berkembang mengenai keperawatan yang dalam hal
ini khususnya PPI.
c. Bagaimana surveilance resiko infeksi yang dilakukan PPI
Resiko yang sering di temui di rumah sakit ini adalah ISK, Lebitis.
Surveilance resiko penyakit yang dilakukan PPI di rumah sakit panti nugroho
yang pertama dilakukan adalah pengumpulan data. Setelah semua data
terkumupul kemudian dianalisis lalu indetifikasi infeksi yang di timbulkan, dari
identifikasi infeksi tersebut selanjutkan akan diputuskan perlu dilakukan atau
tidak perlu tindakan / kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter..
Dalam pelaksanaan ini sudah dilaksanakan pada ruang penginapan, namun untuk
ruang ruang rawat jalan belum jalan karena faktor SDM yang masih fokus pada
pelayanan.

d. Bagaimana identifikasi infeksi resiko secara berkala dan penetapan


sasaran
Penetapan identifikasi infeksi resiko secara berkala di rumah sakit panti nugroho
yang pertanya monitor evaluasi/daftar dapat setiap hari, minggu, atau bulan.
Namun tidak berjalan sesuai dengan harapan (harapan bisa tensi) lalu dibuat RCT.
Kedua tim tidak fokus untuk melihat kejadian infeksi. Untuk kejadian infeksi saat
ini di rumah sakit panti nugroho tidak ada yang tercatat, walaupun sebenarnya
kejadian infeksi ada atau bahkan tak jarang terjadi. Pihak rumah sakit sendiri
menyadari dan mengakui bahwa monitoring kejadian infeksi di rumah sakit sangat
sulit di patuhi. Sehingga catatan mengenai kejadian infeksi bahkan tidak ada dan
kurang maksimal dalam pengerjaannya.

e. Penurunan Resiko Infeksi (Sterilisasi Alat, Pengelolaan Linen.


Pengelolaan sampah.Penyediaan makanan, kamar jenazah)
Pengelolahan sampah sebagian besar sudah mematuhi atau sesuai dengan aturan
yang berlaku namun juga masih ada yang belum patuh dan hasil monitor tidak
ada. Menindak lanjuti hal itu, pihak rumah sakit mengupayakan edukasi kepada
karyawan rumah sakit untuk penggunaan APD secara benar dan lebih patuh pada
aturan. Kemudian penanganan makanan untuk pasien sendiri sudah di proses
dengan baik dan sesuai standar. Mulai dari awal masuk sampai di distribusi sesuai
dengan alur adanya ruang penerimaan, ruang penyimpanan yang di bedakan
antara bahan-bahan yang kering dan basah. Cara pengembalian ruang pengolahan
dengan menggunakan alat-alat sendiri sesuai kegunaan masing-masing dan tidak
dicampur. Petugas menggunakan APD ketika masuk ruang pasien, kemudian
untuk ruang distribusi cara penyajiannya dalah menetapkan berapa lama pasien
harus menghabiskan makanan yang sudah disediakan,yang bertujuan untuk
mengurani kesegaran makanan dan tidak basi. Kemudian untuk semua alat makan
yang digunakan pasien, khususunya pasien yang menderita penyakit menular
mengunakan alat makan yang khusus bertujuan untuk mencegah penularan
penyakit.

f.Bagaimana pencegahan transmisi infeksi di rumah sakit


Karyawan diedukasi seperti kebersihan tangan, cara penggunaan APD yang baik
dan benar ,mengusahakan menyediakan fasilitas rumah sakit walau tidak semua
sama dengan yang direkomendasikan, tetapi pihak rumah sakit sudah
mengusahakan.lalu di evaluasi untuk kepatuhan yang telah di laksanakan dengan
memonitor 3 bulan sekali bersamaan dengan pasient safety.
g. Bagaimana pencegahan hazard biologi (AIDS, Cytomegalovirus, TBC)
Untuk saat ini di rumah sakit panti nugroho masih mengandalkan untuk
penggunaan APD, seperti TBC yang juga telah diupayakan ruangan sendiri walau
tidak sesuai dengan yang direkomendasikan namun penderita TBC di letakkan di
ruangan sendiri. X house yang menyerap kuman. Karena rumah sakit panti
nugroho masih terbatas ruangannya.Kemudia HIV dan APD untuk ruangannya
juga masih diusahakan dan harus jaga kontak.untuk AIDS rumah sakit tidak
melayani dan akan dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih memadai untuk
pelayanan yang lebih lengkap seperti alat dan ruangan.
h. Bagaimana investigasi wabah (outbreak) penyakit infeksi
Rumah sakit panti nugroho sampai saat ini belum pernah terjadinya peristiwa
wabah,namun jika terjadi pasti akan mengupayakan dengan melihat RM tentang
penyakit yang masuk ke rumah sakit dimana saja. Untuk saat ini rumah sakit
menangani wabah seperti diare, demam.
i. Bagaimana pelatihan dan edukasi pencegahan infeksi yang ada di rumah
sakit
Di rumah sakit panti nugroho selalu melakukan pelatihan setiap bulan februasi
dalam setahun jadi sekali.namun untuk peserta dibagi menjadi 4 gelombang yang
akan di edukasi secara bergantian sehingga terdepat 4 kali pertemuan dengan
masing masing gelombang diberikan materi yang sama.
j.Bagaimana pengendalian kebersihan tangan dan penggunaan antimikroba
yang ada dirumah sakit
Dalam monitoring kepatuhan cuci tangan belum semua terlaksana. Pasalnya tidak
semua tindakan tercatat. Untuk kepatuhan mencuci tangan, perawat rummah sakit
panti nugroho masih sebatas moment sebelum ke pasie saja, dan lebih
mengutamakan diri sendiri ketimbang orang lain.. Di bagian ruangan rawat inap
dilakukan monitoring jika sempat dan ditunjukkan ke karyawan sebagai evaluasi.
Dan kayawan lebih sering melakukan cuci tangan pada saat sesudah
kepasien,karena masih sering memikirkan untuk kepentingan sendiri.telah
petugas juga telah menyiapkan lap tangan guna menarik perhatian para perawat
agar ingat untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tidakan.Pengendalian anti mikroba PRA.
k. Bagaimana pengendalian resiko infeksi pada prosedur invansif yang ada
di rumah sakit
SOP dan edukasi (APD, indekfision) perawatan setiap hari tetapi juga
memonitoring apa saja yang belum dilakukan dengan maksimal.
l. Bagaimana pengendalian resiko infeksi pada alat habis pakai dan limbah
medis
Pasien baru telah diedukasi namun masih ada yang tidak patuh .rumah sakit juga
sering mengadakan Healing Garden setiap minggu. Pasien di berik edukasi
dengan tujuan untuk penyampaian informasi kesehatan dan penyegaran terhadap
pasien agar pasien tersebut patuh akan edukasi yang telah diberikan oleh rumah
sakit guna pengendalian tentang kesehatan diri sendiri. Selain itu juga bertujuan
untuk penyegaran psikologi pasien agar pasien tidak bosan karena berada dalam
ruangan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Penutup
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, D. K. R. (2008). Pedoman manajerial pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah


sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Madjid, T., & Wibowo, A. (2019). Analisis Penerapan Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Ruang Rawat Inap RSUD Tebet Tahun 2017. Jurnal Administrasi Rumah
Sakit Indonesia, 4(1)
Rismayanti, M., & Hardisman, H. (2019). Gambaran Pelaksanaan Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit Umum X Kota Y. Jurnal Kesehatan
Andalas, 8(1), 182-190.
Putri, A. P. S., Artanti, K. D., & Mudjianto, D. (2017). Bundle Prevention Form Filling
Completeness of Surgical Site Infection (SSI) on Sectio Caesarea Patients in
2016. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(1), 13-25.
Salawati, L. (2012). Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang Intensive care unit rumah
sakit. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 12(1), 47-52.
Ekowati, A. D. (2009). UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR BAHAYA BIOLOGIS DI INSTALASI
RAWAT INAP I BAGIAN PENYAKIT DALAM RSUP DR SARDJITO
YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Sebelas Maret).

Anda mungkin juga menyukai