Anda di halaman 1dari 13

FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pokok Bahasan : Kekurangan energi kronik pada ibu hamil (KEK)


2. Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian KEK
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK
c. Tanda dan gejala KEK
d. Dampak KEK
e. Pemenuhan nutrisi pada ibu hamil
3. Sasaran : Ibu S.A
4. Target : Pasien dapat memahami dan mengetahui tentang
KEK serta dapat memenuhi nutrisinya sesuai yang
dianjurkan.
5. Waktu : 08.00 WIB - selesai
6. Hari/ tanggal : Jum’at/10 Januari 2020
7. Tempat : Rumah pasien
8. Penceramah : Karina Denggani Rebeka Cibro
9. Tujuan :
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan
pasien mampu memahami KEK serta nutrisi yang sesuai untuk ibu
hamil.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan
pasien mampu:
1) Memahami tentang pengertian KEK pada ibu hamil.
2) Memahami dan mengerti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi KEK pada ibu hamil.
3) Memahami dan mengerti tentang tanda dan gejala KEK pada
ibu hamil.
4) Memahami dan mengerti tentang dampak dari KEK pada ibu
hamil.
5) Memahami dan mengerti tentang pemenuhan nutrisi bagi ibu
hamil.
10. Metode :
a. Ceramah
b. Diskusi atau tanya jawab
11. Media : Leaflet
12. Ringkasan Materi (Materi lengkap terlampir) :
Empat masalah gizi utama di Indonesia adalah Kekurangan Energi
Kronik (KEK), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Anemia Gizi besi (AGB). Salah satu
golongan rawan gizi yang menjadi sasaran program adalah remaja dan ibu
hamil (Sulistyoningsih, 2011). Setiap ibu hamil mempunyai risiko
mengalami masalah gizi terutama KEK, hal tersebut yang mengharuskan
semua ibu hamil menerima pelayanan antenatal yang komprehensif dan
terpadu. Tujuan pelayanan antenatal terpadu salah satunya adalah
pengobatan dan penanganan gizi yang tepat terhadap gangguan kesehatan
ibu hamil termasuk masalah gizi terutama KEK.
KEK merupakan keadaan ibu hamil yang kekurangan energi protein,
selama hamil ibu dapat mengalami kebutuhan yang meningkat seperti
rendahnya asupan protein hewani, tingginya konsumsi serat/kandungan
vitamin dari tumbuh – tumbuhan dan protein nabati. Ibu yang dikatakan
KEK jika ukuran Lilanya <23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa
kriteria berat badan ibu sebelum hamil <42 kg,tinggi badan ibu <145 cm,
IMT <17 cm dan ibu dikatakan anemia (Hb <11 gr %) (Weni 2010).
Menurut Muliarini (2015) KEK adalah kekurangan energi yang memiliki
dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan perkembangan
janin. Ibu hamil dikategorikan KEK jika Lingkar Lengan Atas (LILA) <
23,5 cm.
13. Pengorganisasian

No Kegiatan Waktu
Pendahuluan/Pembukaan :
1 5 menit
a. Memberi salam.
b. Perkenalan.
c. Jelaskan tujuan.
d. Apersepsi.
Penjelasan materi :
a. Materi.
2 25 menit
b. Tanya jawab.
c. Evaluasi sesuai dengan pedoman evaluasi.
Penutup :
a. Menyimpulkan bersama keluarga.
3 b. Memberi pujian dan motivasi kepada keluarga. 5 menit
c. Kontrak pertemuan berikutnya.
d. Mengucapkan salam penutup.

14. Evaluasi
a. Prosedur :
Evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada pasien
secara lisan.
b. Jenis Pertanyaan :
1) Jelaskan pengertian KEK?
2) Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil?
3) Sebutkan tanda dan gejala KEK pada ibu hamil?
4) Sebutkan dampak dari KEK pada ibu hamil?
5) Sebutkan apa saja kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil?
c. Kriteria Hasil :
1) Pasien mampu menjelaskan pengertian KEK.
2) Pasien mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
KEK pada ibu hamil.
3) Pasien mampu menyebutkan tanda dan gejala KEK pada ibu hamil.
4) Pasien mampu menyebutkan dampak dari KEK pada ibu hamil.
5) Pasien mampu menyebutkan dan menjelaskan beberapa macam
kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil.
LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian Kekurangan Energi Kronik (KEK)


Empat masalah gizi utama di Indonesia adalah Kekurangan Energi Kronik
(KEK), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin
A (KVA), dan Anemia Gizi besi (AGB). Salah satu golongan rawan gizi yang
menjadi sasaran program adalah remaja dan ibu hamil (Rukmono 2019). Setiap
ibu hamil mempunyai risiko mengalami masalah gizi terutama KEK, hal tersebut
yang mengharuskan semua ibu hamil menerima pelayanan antenatal yang
komprehensif dan terpadu. Tujuan pelayanan antenatal terpadu salah satunya
adalah pengobatan dan penanganan gizi yang tepat terhadap gangguan kesehatan
ibu hamil termasuk masalah gizi terutama KEK.
KEK merupakan keadaan ibu hamil yang kekurangan energi protein,
selama hamil ibu dapat mengalami kebutuhan yang meningkat seperti rendahnya
asupan protein hewani, tingginya konsumsi serat/kandungan vitamin dari
tumbuh – tumbuhan dan protein nabati. Ibu hamil dikatakan KEK apabila ukuran
LILAnya <23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa kriteria berat badan ibu
sebelum hamil <42 kg, tinggi badan ibu <145 cm, IMT <17 cm, dan ibu
mengalami anemia (Hb <11 gr %) (Kristiyanasari 2010 dalam Azizah & Adriani
2018). Menurut Muliarini (2015) dalam Safrianti (2017) KEK adalah
kekurangan energi yang memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan
pertumbuhan perkembangan janin.
Penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010 sampai 2013 adalah
pendarahan, hipertensi, infeksi, partus lama, dan abortus (Kemenkes RI 2014
dalam Safrianti 2017). Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab
kematian ibu (28%), anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu
hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang
merupakan faktor kematian utama ibu (Apriyanti 2017 dalam Sandra 2018).
Salah satu bentuk faktor risiko pada ibu hamil adalah Kurang Energi
Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm, atau penambahan
berat badan < 9 kg selama masa kehamilan (Kemenkes RI 2015 dalam
Setiyowati 2018). Menurut Departemen Kesehatan Indonesia, alat ukur yang
digunakan untuk mengetahui KEK pada ibu hamil menggunakan metode LILA
(Kalsum et al. 2014 dalam Rukmono 2019). Sasarannya adalah wanita pada usia
15 sampai 45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil dikatakan berisiko KEK apabila
memiliki ukuran LILA 23,5 cm dan dikatakan KEK apabila LILA < 23,5 cm,
yang artinya wanita tersebut diperkirakan akan melahirkan BBLR. BBLR
mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan anak (Supariasa, Bakri dan Fajar 2013 dalam Rukmono 2019).
LILA digunakan untuk mengukur lingkar lengan atas pada wanita hamil.
Ketebalan lipatan kulit dan lingkar lengan atas tengah adalah pengukuran secara
tidak langsung untuk menilai dua komponen penting dalam tubuh yaitu, masa
lemak bebas dan lemak bebas (fat and fat free mass). Alasan mengapa mengukur
kedua komponen ini penting adalah karena lemak merupakan bentuk
penyimpanan energi utama serta masa lemak bebas (fat free mass). Sedangkan
otot merupakan indikator yang baik untuk mengukur cadangan protein didalam
tubuh. LILA maternal ditemukan relatif stabil selama kehamilan. Sehingga
LILA tidak berhubungan dengan usia kehamilan (Ververs 2011 dalam Rukmono
2019). Ukuran LILA selama kehamilan hanya berubah sebanyak 0,4 cm.
Perubahan ini selama kehamilan tidak terlalu besar sehingga pengukuran LILA
pada masa kehamilan masih dapat dilakukan untuk melihat status gizi ibu hamil
(Ariyani et al. 2012).
Menurut jurnal A New Alternative Indicator for Chronic Energy
Deficiency in Women of Childbearing Age in Indonesia tahun 2014, IMT tidak
dapat digunakan untuk mengukur KEK pada ibu hamil yang pendek, karena
proporsi antara tinggi badan dan berat badan mereka akan di agap normal ketika
dihitung, sedengkkan dengan LILA pengukuran lengan cukup stabil (Kalsum et
al. 2014 dalam Rukmono 2019). LILA yang rendah dapat menggambarkan IMT
yang rendah pula. Ibu yang menderita KEK sebelum hamil biasanya berada pada
status gizi yang kurang, sehingga pertambahan berat badan selama hamil harus
lebih besar. Makin rendah IMT pra hamil maka makin rendah berat lahir bayi
yang dikandung dan makin tinggi risiko BBLR.
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena
pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja (Supariasa,
Bakri dan Fajar 2013 dalam Rukmono 2019). Selain IMT dan LILA, kriteria lain
yang dapat mengindikasikan seorang WUS berisiko tinggi menderita KEK
adalah berat badan (BB) < 42 kg saat sebelum hamil, BB < 40 kg pada kehamilan
trimester I, dan tinggi badan (TB) < 145 cm (Kalanda 2007).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik
Menurut Muliawati dan Lestari (2013) dalam Ambarwati (2017) faktor-faktor
yang dapat menimbulkan masalah KEK pada ibu hamil sebagai berikut:
a. Pendapatan Keluarga
Perilaku konsumsi makan merupakan refleksi dari interaksi antara faktor
ekonomi dengan faktor sosial budaya. Faktor ekonomi berhubungan
dengan tingkat pendapatan dan melahirkan daya beli seseorang atau
sekelompok orang apabila tingkat pendapatan tersebut seimbang dengan
jumlah anggota keluarga yang menjadi bebannya. Besarnya suatu keluarga
atau komposisi dari suatu keluarga dan tingkat pendapatan keluarga
berasosiasi dengan kualitas dan kuantitas diet yang berlaku di dalam
keluarga.
b. Pendidikan Ibu
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap terhadap makanan dan praktek-praktek pengetahuan tentang nutrisi
yang melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah
tangga sering kali memiliki hubungan dengan pengembangan pola
konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa
jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahian nutrisi dan
praktek nutrisi akan bertambah baik. Ibu rumah tangga yang memiliki
pengetahuan nutrisi akan memlilh makanan yang lebih bergizi.
c. Usia Ibu
Melahirkan anak pada usia muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas
janin atau anak yang rendah juga akan merugikan kesehatan ibu. Pada ibu
yang terlalu muda (< 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara
janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan.
d. Paritas
Paritas adalah berapa kali ibu melahirkan. Dalam hal ini ibu dikatakan
terlalu banyak melahirkan adalah lebih dari 3 kali. Jarak persalinan yang
terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin atau anak yang rendah dan
juga akan merugikan kesehatan ibu, ibu tidak memperoleh kesempatan
untuk memperbaiki tubuhnya sendiri karena ibu memerlukan energi yang
cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya.
e. Pola Konsumsi Makanan
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai
dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup
diperoleh dari makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, dan buah-buahan. Pola
konsumsi ini juga mempengaruhi status kesehatan ibu.
f. Riwayat Penyakit Infeksi Sebelum Hamil
Riwayat penyakit sebelum hamil dapat menjadi awal terjadinya kurang
gizi sebagai akibat dari menurunnya nafsu makan, adanya gangguan
penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi
oleh adanya penyakit.
3. Tanda dan Gejala Kekurangan Energi Kronik
Tanda gejala dari seorang ibu yang menderita Kurang Energi Kronik (KEK)
sebagai berikut (Arisman 2010):
a. Lingkar lengan kiri atas kurang dari 23,5 cm (kecuali orang kidal, yang
digunakan untuk pengukuran adalah lengan kanan atas).
b. Kurang cekatan dalam bekerja.
c. Sering terlihat letih, lemah, lesu dan lunglai.
d. Jika hamil cenderung melahirkan bayi secara premature atau jika
melahirkan secara normal berat badan lahirnya rendah atau kurang dari
2500 gram.
4. Dampak dari Kekurangan Energi Kronik
Menurut Kristiyanasari (2010) dalam Azizah & Adriani (2018) ibu yang
mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada
ibu maupun janin. Gizi kurang pada trimester I akan berpengaruh terhadap janin,
antara lain dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran (abortus), kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), bayi lahir dengan
BBLR.
a. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu (Sipahutar 2013 dalam Rukmono
2019):
 Terus menerus merasa letih.
 Kesemutan.
 Muka tampak pucat.
 Kesulitan sewaktu melahirkan.
 Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain:
 Keguguran.
 Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir
rendah (BBLR).
 Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya
kecerdasaan anak kurang.
 bayi lahir sebelum waktunya (prematur).
 Kematian bayi.
Menurut Sari (2011) dalam Primadani (2016) ibu hamil yang menderita
KEK dan anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada
trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya
mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, dan
pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), persalinan
dengan operasi (SC) cenderung meningkat, kematian saat persalinan, serta
perdarahan pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami
gangguan kesehatan.
5. Nutrisi pada Ibu Hamil
Berikut ini tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) perorang/hari yang dianjurkan
bagi ibu hamil:
Daftar Angka Kecukupan Gizi (AKG) Perorang
dalam Sehari yang Dianjurkan

Daftar AKG Ibu Hamil


Proses kehamilan dapat menjadikan perubahan-perubahan seperti
perubahan tubuh ibu dibandingkan sebelum hamil, jumlah pertambahan berat
badan selama kehamilan beragam antar ibu hamil. Pertambahan berat badan
normal ibu hamil di Indonesia berkisar antara 10-12 kg. Tahapan pertambahan
berat badan adalah trimester I yaitu 1,1 kg, trimester II yaitu 2,2 kg, dan trimester
III yaitu 5,0 kg. Selain itu, terjadi perubahan pada mekanisme pengaturan dan
fungsi organ-organ tubuh, yaitu peningkatan aktivitas fisiologis, metabolik dan
anatomis. Perubahan fisiologis meliputi perubahan hormon. Perubahan anatomis
mencakup peningkatan volume darah ibu, peningkatan ukuran uterus ibu,
pertambahan plasenta dan janin (Hardinsyah & Supariasa 2016).
Makanan ibu hamil harus disesuaikan dengan kebutuhan yaitu makanan
yang seimbang dengan perkembangan masa kehamilan. Pertumbuhan janin pada
trimester I masih lambat sehingga kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin
belum begitu besar, tetapi ibu mengalami ketidaknyamanan, seperti mual,
muntah, dan ngidam. Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah
memasuki kehamilan trimester II. Pertumbuhan janin pada trimester II dan III
berlangsung dengan cepat sehingga perlu memperhatikan kebutuhan gizinya.
Makanan dengan gizi seimbang dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak
sebagai sumber tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin
dan mineral sebagai zat pengatur (Maulana 2008 dalam Rukmono 2019).
Kebutuhan zat gizi yang akan meningkat selama kehamilan diantaranya
adalah kebutuhan energi. Pertambahan kebutuhan energi utamanya terjadi pada
trimester II dan III. Penambahan konsumsi energi pada trimester II diperlukan
untuk pertumbuhan jaringan ibu seperti penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Adapun
penambahan konsumsi energi sepanjang trimester III digunakan untuk
pertumbuhan janin dan plasenta (Arisman 2010).
Berikut adalah bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi
(Widy 2014):
a. Makanan yang miskin zat gizi tetapi kaya kalori, seperti gula, lemak,
permen, kue-kue bermentega, dan krim kental. Bahan makanan ini dapat
menyebabkan obesitas dan mengenyangkan.
b. Makanan yang mengandung garam dengan konsentrasi tinggi, seperti
kornet, ikan asin, dan sayuran kalengan. Hal ini dapat memicu kenaikan
tekanan darah.
c. Alkohol, kopi, dan minuman bersoda yang dapat memicu timbulnya
hipertensi.
d. Makanan yang diolah tidak sempurna dan mentah. Seperti ikan salmon
mentah, steak setengah matang, telur mentah atau setengah matang, dan
susu segar. Makanan tersebut dikhawatirkan masih mengandung bekteri
yang berbahaya, seperti bakteri Listeria monocytogenes penyebab
keguguran, bakteri E. coli yang dapat merusak usus dan sel ginjal, serta
bakteri Salmonella penyebab keracunan.
e. Makanan yang mengandung zat aditif sintetis, seperti penyedap rasa,
pewarna, pengawet, pemberi rasa, pemanis, dan penambah aroma (aneka
essens).
f. Makanan yang terlalu manis
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R. (2017). Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Kurang Energi


Kalori pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kraton Bangil Kabupaten
Pasuruan (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

Arisman. (2010). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Ariyani, D., Achadi, E., & Irawati, A. (2012). Validitas Lingkar Lengan Atas
Mendeteksi Risiko Kekurangan Energi Kronis pada Wanita
Indonesia. Kesmas: National Public Health Journal, 7(2), 83-90.

Azizah, A., & Adriani, M. (2018). Tingkat Kecukupan Energi Protein pada Ibu
Hamil Trimester Pertama dan Kejadian Kekurangan Energi Kronis. Media
Gizi Indonesia, 12(1), 21-26.

Hardinsyah & Supariasa, M. (2016). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta: EGC.

Kalanda, B. (2007). Maternal Antropometry and Weight Gain as Risk Factor for
Poor Pregnancy Outcomes in a Rural Area of Southern Malawi. Malawi
Medical Journal, 19(4):149–153.

Primadani, F. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian KEK pada Ibu


Hamil di Puskesmas Baturraden II Kabupaten Banyumas (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Purwokerto).

Rukmono, R. (2019). Hubungan antara Paritas dan Pantang Makan terhadap


Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas
Bandar Lampung.

Safrianti, N. (2017). Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Ibu Hamil yang
Memiliki Risiko Persalinan Secara Sectio Caesarea di Puskesmas Stabat
Kabupaten Langkat.
Sandra, C. (2018). Penyebab Kejadian Kekurangan Energi Kronis pada Ibu Hamil
Risiko Tinggi dan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas
Jelbuk Jember. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(2), 136-142.

Widy, U. (2014). Analisa Pola Makan Ibu Hamil dengan Kondidi Kurang Energi
Kronis (KEK) di Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Skripsi
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai