Anda di halaman 1dari 7

Kuliah Ke -7 Aspek Hukum dan Manajemen Kontrak

ASPEK PERPAJAKAN
 Dalam suatu kontrak konstruksi terkandung aspek
perpajakan, terutama yang berkait dengan nilai kontrak
sebagai pendapatan dari Penyedia Jasa.
 Jenis pajak yang terkait dengan jasa konstruksi terdiri
dari :
− Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
− Pajak penghasilan (PPh).
 Dalam kontrak konstruksi kadang-kadang PPN ini
dicantumkan secara eksplisit, namun ada juga yang
sudah termasuk dalam nilai kontrak/harga borongan.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


 Dasar hukum pengenaan PPn atas Jasa Konstruksi.
a. Pasal 4 huruf c UU No. 8 Th 1993 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 18 Th
2000.
b. Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-10/PJ/1955 tanggal 31
Januari 1995.
 Dasar Pengenaan Pajak
Atas penyerahan Jasa Konstruksi, dasar pengenaan
pajaknya adalah Nilai Penggantian, yaitu nilai berupa uang,
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa, tidak
termasuk pajak yang dipungut menurut UU PPN dan
potongan harga yang tercantum dalam Faktur Pajak.

1
Kuliah Ke -7 Aspek Hukum dan Manajemen Kontrak

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


 Tarif Pajak dan Cara Menghitung Pajak
− Besar tarif PPN adalah 10%
− Cara menghitung pajaknya adalah tarif dikalikan dengan
dasar pengenaan pajak.
 Contoh :
− Harga Pokok (Real Cost) Rp. 1.000.000.000
− Keuntungan Penyedia Jasa Rp. 150.000.000
− Dasar Pengenaan Pajak Rp. 1.150.000.000
− PPN 10% Rp. 115.000.000
− Nilai Kontrak Rp. 1.265.000.000

Faktur Pajak
 Faktur pajak merupakan suatu sarana yang sangat penting
dalam pemungutan PPN karena Faktur Pajak merupakan
bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak
dan sekaligus merupakan bukti pengkreditan pajak
masukan bagi PKP yang menerima penyerahan Jasa Kena
Pajak dan mempunyai nilai uang.
 Oleh karena itu, Faktur Pajak harus benar, baik secara
formal maupun materiil.
 Dengan berlakunya UU Pajak tahun 2000, Faktur Penjualan
dapat dianggap sebagai Faktur Pajak sepanjang memuat
keterangan dan yang pengisiannya sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN

2
Kuliah Ke -7 Aspek Hukum dan Manajemen Kontrak

Saat Pembuatan Faktur Pajak


 Berdasarkan ketentuan yang ada, faktur pajak harus dibuat
selambat-lambatnya, pada saat-saat sebagai berikut :
a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan keseluruhan
Jasa Kena Pajak (JKP), dalam hal pembayaran diterima
setelah bulan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP,
kecuali pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya,
maka faktur pajak harus dibuat selambat-lambatnya pada
saat penerimaan pembayaran; atau
b. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau
sebelum penyerahan JKP; atau
c. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau
d. Pada saat PKP Rekanan menyampaikan tagihan kepada
Pemungut PPN

Pajak Penghasilan (PPh)


 Mekanisme Pengenaan PPh atas Penghasilan Jasa
Konstruksi :
a. Dikenakan pemotongan pajak oleh Pengguna Jasa, bila
Pengguna Jasa adalah Badan Pemerintah, Subjek Pajak badan
dalam negeri, bentuk usaha tetap, atau orang pribadi pada saat
pembayaran uang muka dan termin (PPh Pasal 23).
b. Dikenakan pajak dengan cara menyetor sendiri pada saat
menerima pembayaran uang muka dan termin, bila pemberi
penghasilan adalah Pengguna Jasa lainnya selain yang
dimaksud dalam huruf a. (PPh Pasal 25).
 Tarif Pajak
a. 2% (dua persen) dari jumlah bruto, yang diterima Penyedia
Jasa pelaksanaan jasa konstruksi
b. 4% (empat persen) dari jumlah bruto, yang diterima Penyedia
Jasa perencanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi.

3
Kuliah Ke -7 Aspek Hukum dan Manajemen Kontrak

ASPEK PERASURANSIAN
 Asuransi merupakan salah satu sarana pengalihan risiko
dengan cara pembiayaan risiko (risk financing), dimana
Pengguna Jasa/pemilik (owner) sebagai transferor
bermaksud untuk menghilangkan atau mengurangi tanggung
jawab terhadap kerugian yang diakibatkan oleh timbulnya
suatu risiko dengan memindahkan tanggung jawab kepada
perusahaan asuransi sebagai transferee.
 Dari pengertian ini terlihat bahwa asuransi berkaitan erat
dengan masalah risiko dan framework manajemen risiko
secara keseluruhan.
 Oleh karena itu pihak asuransi dalam menentukan jumlah
premi yang dibayar sebagai konsekuensi penjaminan
perlindungan terhadap kerugian yang timbul akibat suatu
risiko, terlebih dahulu melakukan proses manajemen risiko.

ASPEK PERASURANSIAN (lanjutan ...)


 Menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD), asuransi atau pertanggungan adalah suatu
persetujuan, dimana penanggung mengikat diri terhadap
tertanggung untuk mengganti kerugian karena kehilangan,
kerugian, atau tidak diperolehnya keuntungan yang
diharapkan, yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak
diketahui terlebih dahulu.
 Terdapat empat unsur yang terlibat dalam asuransi, yaitu :
1. Penanggung (insurer), yang memberikan proteksi
2. Tertanggung (insured), yang menerima proteksi
3. Peristiwa (accident) yang tidak diduga atau tidak diketahui
sebelumnya, peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian.
4. Kepentingan (interest) yang diasuransikan, yang mungkin
akan mengalami kerugian disebabkan oleh peristiwa itu.

4
Kuliah Ke -7 Aspek Hukum dan Manajemen Kontrak

ASPEK PERASURANSIAN (lanjutan ...)


 Aspek perasuransian yang biasanya terdapat dalam kontrak
konstruksi adalah asuransi yang harus mencakup seluruh proyek
termasuk jaminan kepada pihak ketiga dengan masa
pertanggungan selama proyek berlangsung.
 Biasanya penerima manfaat (beneficiary) dari asuransi ini adalah
Pengguna Jasa/Pemilik tapi yang membayar premi asuransi
adalah Penyedia Jasa.
 Besarnya nilai premi ini dapat saja tercantum secara khusus dalam
Daftar Uraian Biaya (Bill of Quantity) atau dibayar/disediakan
Pengguna Jasa.
 Sering terjadi akibat terlambatnya penyelesaian proyek baik
karena perpanjangan waktu penyelesaian maupun karena
kelalaian Penyedia Jasa, masa pertanggungan asuransi dilampaui
dan terlewatkan untuk diperpanjang.
 Oleh sebab itu hal tersebut harus diwaspadai dengan cara
mengantisipasi kemungkinan ini didalam kontrak.

ASPEK PERASURANSIAN (lanjtan ...)


 Jenis asuransi yang dinilai cukup komprehensif dalam industri
konstruksi adalah asuransi (CAR) Contractor’s All Risk.
 Asuransi ini memungkinkan Penyedia Jasa memperoleh nilai
pertanggungan dari perusahaan asuransi untuk berbagai jenis
risiko sekaligus dalam satu paket polis.
 Pengertian “All Risk” pada jenis asuransi ini tidak berarti
semua jenis risiko proyek konstruksi akan dijamin, karena luas
jaminan dari risiko-risiko tersebut dapat dibatasi atau diperluas
dengan penerapan klausul tambahan (endorsement)
 Untuk perluasan jaminan, pihak tertanggung dikenakan
tambahan premi.
 Jenis asuransi lain yang biasanya terdapat dalam kontrak
adalah Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) dan Asuransi
Kesehatan (ASKES).

5
Kuliah Ke -7 Aspek Hukum dan Manajemen Kontrak

ASPEK SOSIAL EKONOMI


 Dalam suatu kontrak konstruksi tidak jarang terdapat aspek
sosial ekonomi yang harus dimasukkan dalam kontrak/
dipersyaratkan sebagai syarat-syarat kontrak.
 Diantaranya adalah keharusan menggunakan tenaga kerja
tertentu, menggunakan bahan-bahan bangunan/material
serta peralatan yang diperoleh di dalam negeri dan
mengenai dampak lingkungan.
 Keharusan menggunakan tenaga kerja tertentu dapat berupa
keharusan memakai tenaga kerja yang terdapat di sektitar
proyek tersebut berada.
 Hal ini dimaksudkan untuk memberikan lapangan kerja bagi
orang-orang di daerah proyek tersebut sehingga tidak
menimbulkan kecemburuan sosial karena mendatangkan
tenaga kerja dari luar daerah lain.

ASPEK SOSIAL EKONOMI (lanjutan ...)


 Kemungkinan lain keharusan menggunakan tenaga kerja
tertentu dimaksudkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan
tertentu yang membutuhkan keahlian tertentu, misalnya
pekerjaan pahat atau ukiran kayu harus mendatangkan
pemahat dari Bali atau tukang ukiran kayu dari Jepara.
 Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil pekerjaan yang
diinginkan/bermutu sesuai kontrak.
 Mengenai keharusan menggunakan bahan-bahan bangunan/
material dalam negeri tujuannya adalah untuk menumbuhkan
perekonomian dan menghemat devisa.
 Dampak lingkungan juga harus diatur dalam kontrak
konstruksi.
 UU No. 18/1999 telah mensyaratkan bahwa aspek lingkungan
harus merupakan salah satu uraian yang sekurang-kurangnya
harus terdapat dalam suatu kontrak konstruksi.

6
Kuliah Ke -7 Aspek Hukum dan Manajemen Kontrak

ASPEK ADMINISTRASI
 Aspek administrasi dalam suatu kontrak konstruksi antara lain
berisikan :
− Keterangan-keterangan para pihak
− Laporan Kemajuan Pekerjaan,
− Korespondensi, dan
− Hubungan kerja antara para pihak.
 Keterangan para pihak seharusnya tercantum secara jelas
dalam suatu kontrak.
 Apabila para pihaknya adalah perusahaan, maka identitas
perusahaan harus jelas termasuk orang yang mewakili/
bertindak untuk perusahaan tersebut.
 Keharusan untuk mencantumkan uraian mengenai para pihak
diatur dalam UU No. 18/1999 Pasal 22 ayat 2 butir (a) dan PP
No. 29/2000 Pasal 23 ayat (1) butir a.

ASPEK ADMINISTRASI (lanjutan ...)


 Laporan kemajuan pekerjaan perlu diatur dalam tata cara
beserta format yang berlaku dan periode laporan.
 Hal ini diperlukan untuk memantau kemajuan pekerjaan
dibandingkan dengan rencana/jadwal pelaksanaan.
 Korespondensi diperlukan untuk tertib administrasi mengenai
informasi antara para pihak agar semuanya dapat
didokumentasikan.
 Wakil para pihak, alamat serta bentuk-bentuk korespondensi
yang disepakati teleks, faksimile, e-mail, surat biasa harus
diatur agar informasi-informasi tersebut dapat diakui
keabsahannya.
 Yang dimaksud dengan hubungan kerja antar Penyedia Jasa
dan Pengguna Jasa adalah penetapan nama orang/badan yang
mewakili Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.

Anda mungkin juga menyukai