Anda di halaman 1dari 17

Makalah Sejarah

“Kerajaan- Kerajaan Hindu-Budha


Di Indonesia”

Disusun Oleh :
DEAL NORIS
RIZKI FERGIAN
MUH. ARIL L
THEODORA EXCELENTIA
ALMUNAWARAH
RATNA
WINDIASFANI PONGTULURAN
IXCELECIA

Kelas X IPA 1

SMAN NEGERI 5 LUWU UTARA


TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, yang telah memberi rahmat serta hidayahNya kepada kita
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kerajaan-
Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia”.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan karena masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kami dengan
terbuka akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kami sendiri dan para pembaca khususnya.

Luwu Utara, 29 Januari 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
A. Lokasi dan Sumber Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia ..... 3
B. Sistem Kehidupan Sosial politik Kerajaan Hindu-Budha
di Indonesia ......................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 13
B. Saran.................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat
hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti
India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia
diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara
lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau
Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha,
yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai
abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan
Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya
berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi
ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya
menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh
kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta
hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk
kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam
wiracarita Ramayana.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-
kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera
dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan
mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era
ini.

1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Sumber sejarah dan kehidupan sosial politik kerajaan Hindu
Budha di Indonesia ?

C. Tujuan
Mengetahui Sumber sejarah dan kehidupan sosial politik kerajaan Hindu
Budha di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lokasi dan Sumber Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia


Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu
bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan
dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun.
Kerajaan-kerajaan itu antara lain :
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai dengan nama asli Kutai Martadipura merupakan kerajaan
hindu tertua di Indonesia, dengan aliran agama hindu-siwa. Letaknya di Muara
Kaman tepatnya pada hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Keberadaan
kerajaan ini ditandai dengan adanya 7 buah prasasti, yang dinamai prasasti yupa
dengan huruf palawa dan bahasa sansekerta. Pendirinya adalah Raja Kudungga.
Setelah Raja Kudungga wafat, kerajaan diambil alih oleh putranya, Raja
Aswawarman. Dan setelah Raja Aswawarman wafat, kerajaan diambil alih oleh
putra Raja Aswawarman, yaitu Raja Mulawarman.
Pada sebuah prasasti Yupa abad ke-4, dikisahkan bahwa Raja Mulawarman
telah menyumbangkan 1000 ekor sapi kepada para brahmana. Kisah ini
menceritakan betapa dermawannya seorang Raja Mulawarman, dari sini dapat
dianalisis bahwa masyarakat Kutai makmur dan bermata pencaharian sebagai
petani dan beternak.

2. Kerajaan Tarumanegara
Sumber mengenai kerajaan Tarumanegara berasal dari tujuh buah prasasti
yang berbahasa sansekerta dan huruf pallawa. Prasasti tersebut adalah prasasti
Ciaruteun, Kebun Kopi, Jambu, Tugu, Pasar Awi, Muara Cianten, dan Lebak.
Seorang musafir Cina bernama Fa-Hsien pernah datang di Jawa pada tahun 414
M. Ia telah menyebut keberadaan kerajaan To-lo-mo atau Taruma di Pulau Jawa.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang pada abad V M. Raja terbesar
yang berkuasa adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi

3
hampir seluruh Jawa Barat dengan pusat kekuasaan di daerah Bogor. Raja pernah
memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara menggali sebuah saluran
panjang 6.112 tumbak (± 11 km). Saluran itu berfungsi untuk mencegah bahaya
banjir. Saluran ini selanjutnya disebut sebagai sungai Gomati.

3. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berjaya
di Indonesia. Kerajaan ini mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim
dengan menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan
internasional. Keberadaan kerajaan ini diketahui melalui enam buah prasasti yang
menggunakan bahasa melayu kuno dan huruf pallawa, serta telah menggunakan
angka tahun saka. Prasasti tersebut adalah Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga
Batu, Kota Kapur dan Karang Berahi. Nama Sriwijaya juga terdapat dalam berita
Cina dan disebut Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih. Sementara itu di berita Arab,
Sriwijaya disebut dengan Zabag atau Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Seorang
pendeta Cina yang bernama I-Tsing sering dataang ke Sriwijaya sejak tahun 672
M. Ia menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1.000 orang pendeta yang
menguasai agama seperti di India. Berita dari Dinasti Sung juga menceritakan
tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971-992 M.
Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Raja yang
terkenal dari kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar
abad IX M. Sriwijaya merupakan pusat pendidikan dan penyebaran agama
Buddha di Asia Tenggara. Menurut berita I-Tsing, pada abad VIII M di Sriwijaya
terdapat 1.000 orang pendeta yang belajar agama Buddha di bawah bimbingan
Sakyakirti. Menurut prasasti Nalanda, para pemuda Sriwijaya juga mempelajari
agama Buddha dan ilmu lainnya di India. Kebudayaan Kerajaan Sriwijaya sangat
maju dan bisa dilihat dari peninggalan suci sepeti stupa, candi, atau patung/arca
Buddha seperti ditemukan di Jambi, Muara Takus, dan Gunung Tua (Padang
Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).

4
4. Mataram Kuno
Menurut Teori Van Bammalen, letak kerajaan ini berpindah-pindah, hal
ini disebabkan oleh 2 alasan, yaitu karena adanya bencana alam letusan Gunung
Merapi, dan karena adanya peperangan dalam perebutan kekuasaan. Awalnya,
pada abad ke-8 kerajaan ini terletak di daerah Jawa Tengah, kemudian setelah
Gunung Merapi meletus pada abad ke-10, kerajaan ini dipindahkan ke Jawa
Timur oleh Mpu Sindok. Agama di kerajaan ini pun terbagi menjadi 2, yaitu
hindu pada Dinasti Sanjaya dan budha pada Dinasti Syailendra. Kerajaan
Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanna. Raja Sanna kemudian digantikan oleh
keponakannya, Raja Sanjaya.
Setelah Raja Sanjaya meninggal, Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh
putranya yang bernama Rakai Panangkaran. Raja Mataram Kuno setelah Rakai
Panangkaran adalah Rakai Warak, kemudian Rakai Warak digantikan oleh Rakai
Garung (Samaratungga). Di tengah-tengah pemerintahan kerajaan Mataram Kuno,
Datanglah keinginan Rakai Pikatan untuk menjadi penguasa tunggal sebagai
Dinasti Sanjaya. Persaingan antara Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai Pikatan
dengan Dinasti Syailendra yang dipimpin Raja Samaratungga, membuat cita-cita
Rakai Pikatan untuk menjadi penguasa tunggal di Pulau Jawa terhalang. Terjadi
pertikaian antar kedua dinasti. Akhirnya pada abad ke-9 terjadi penggabungan
kedua dinasti melalui pernikahan politik antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya
dengan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra. Namun, pernikahan antara
Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani ternyata tidak membuahkan kedamaian,
malah justru membuat pertikaian antara Dinasti Sanjaya dengan Dinasti
Syailendra semakin sengit.
Akhirnya, Rakai Pikatan sebagai Dinasti Sanjaya berhasil menguasai
kerajaan sedangkan Pramodawardhani bersama anaknya, Balaputradewa
melarikan diri ke Palembang, Sumatra Selatan untuk kemudian mereka
menjalankan sebuah kerajaan bernama Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan Prasasti
Balitung, setelah Rakai Pikatan wafat, kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh
Rakai Kayuwangi dibantu oleh sebuah dewan penasehat yang juga jadi pelaksana
pemerintahan. Dewan yang terdiri atas lima patih ini di antaranya adalah:
a. Ratu, Datu, Sri Maharaj

5
b. Rakryan Mahamantri I Hino
c. Mahamantri Halu & Mahamantri I Sirikan
d. Mahamantri Wko & Mahamantri Bawang
e. Rakryan Kanuruhan
Raja Mataram selanjutnya adalah Rakai Watuhumalang, kemudian
dilanjutkan oleh Dyah Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah
Balitung Dharmodaya Maha Dambhu sebagai Raja Mataram Kuno yang sangat
terkenal. Raja Balitung berhasil menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno
dari ancaman perpecahan. Di masa pemerintahannya, Raja Balitung
menyempurnakan struktur pemerintahan dengan menambah susunan hierarki.
Bawahan Raja Mataram terdiri atas tiga pejabat penting, yaitu Rakryan I Hino
sebagai tangan kanan raja yang didampingi oleh dua pejabat lainnya.
Rakryan I Halu, dan Rakryan I Sirikan. Selain struktur pemerintahan baru,
Raja Balitung juga menulis Prasasti Balitung. Prasasti yang juga dikenal sebagai
Prasasti Mantyasih ini adalah prasasti pertama di Kerajaan Mataram Kuno yang
memuat silsilah pemerintahan Dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.
Kerajaan Mataram Kuno masih mengalami pemerintahan tiga raja sebelum
akhirnya pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur. Mpu Daksa, yang pada masa
pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i Hino, melakukan kudeta karena
merasa bahwa ia adalah keturunan asli Dinasti Sanjaya, kemudian Mpu Daksa
digantikan oleh menantunya, Sri Maharaja Tulodhong.

5. Kerajaan Singhasari
Keberadaan Kerajaan Singhasari didasarkan pada kitab Negarakertagama
karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan raja-raja yang memerintah di Singasari
serta kitab Pararaton yang juga menceritakan keajaiban Ken Arok. Ken Arok
semula sebagai akuwu (bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang
dibunuhnya karena tertarik kepada Ken Dedes isteri Tunggul Ametung. Pada
tahun 1222 M Ken Arok menyerang kediri sehingga Kertajaya mengalami
kekalahan pada pertempuran di desa Ganter.
Ken Arok menyatakan dirinya sebagai Raja Singasari dengan gelar Sri
Rangga Rajasa Bhattara Sang Amurwabhumi. Raja Singasari yang terkenal adalah

6
Kertanegara Karena di bawah pemerintahannya Singasari mencapai puncak
kebesarannya. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara
mempunyai gagaasan politik untuk memperluas wilayah kekuasannya,
menyingkirkan lawan-lawan politiknya, menumpas pemberontakan, menyatukan
agama Syiwa dan Buddha menjadi agama Tantrayana (Syiwa Buddha dipimpin
oleh Dharma Dyaksa), melakukan politik perkawinan, dan mengirim ekspedisi
Pamalayu tahun1275.

6. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu terakhir dan terbesar di
Indonesia. Letaknya di Pulau Jawa. Pendirinya adalah Raden Wijaya yang sempat
melarikan diri ke Madura bersama istrinya saat terjadi Peristiwa Mahapralaya.
Kerajaan Majapahit, awalnya hanyalah sebuah desa kecil bernama Desa Tarik
yang merupakan pemberian Raja Jayakatwang dari Kediri. Raden Wijaya telah
dimaafkan dan dipercaya tidak bersalah atas kesalahan generasi atasnya.
Singkat cerita, pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah
kapal dengan 20.000 orang prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur dengan tujuan
untuk menyerang Raja Kertanegara yang telah merebut Kerajaan Melayu dan
menyatakan tidak mau tunduk pada Kaisar Kubilai Khan. Mereka tidak tau bahwa
Raja Kertanegara beserta Kerajaan Singhasari itu telah meninggal dan hancur
dikalahkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri. Mengetahui rencana penyerangan
dari Cina ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk merebut kembali
Kerajaan Singhasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina dan menyerang
Raja Jayakatwang di Kediri.
Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan, sehingga Raja
Jayakatwang berhasil dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina
bergembira dan berpesta pora. Mereka tidak menyangka ketika sedang berpesta
pora, pasukan Majapahit balik menyerang mereka. Akhirnya pasukan armada
Cina kalah, dan mereka segera kembali ke tanah airnya. Sejak saat itu Kerajaan
Majaphit mulai berkuasa. Pada tahun 1295, berturut-turut pecah pembrontakan
yang dipimpin oleh Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi.
Pembrontakan-pembrontakan itu bisa dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada

7
tahun 1309 dan mendapat penghormatan di dua tempat, yaitu Candi Simping
(Sumberjati) dan Candi Artahpura. Setelah Raden Wijaya wafat, putera permaisuri
Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara menggantikannya sebagai Raja
Majapahit.
Pada awal pemerintahannya Jayanegara harus menghadapi sisa
pemberontakan yang meletus dimasa ayahnya masih hidup. Selain pembrontakan
Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan pengawal
(Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke Desa
Bedager. Raja Jayanegara wafat tahun 1328 karena dibunuh oleh salah seorang
anggota dharmaoutra yang bernama Tanca. Oleh karena ia tidak mempunyai putra
ia kemudian digantikan oleh adik perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar
Tribuanatunggadewi Jayawishnuwardhani.
Suaminya bernama Cakradhara yang berkuasa di Singasari dengan gelar
Kertawerdhana. Dari kitab Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa
pemberontakan di masa pemerintahan Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan
yang paling berbahaya adalah pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun
1331. Namun pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu
Gajah Mada bersumpah di hadapan Raja dan para pembesar kerajaan bahwa ia
tidak akan amukti palapa (memakan buah palapa), sebelum ia dapat menundukan
seluruh Nusantara di bawah naungan Majapahit.
Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi
nama Hayam Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan
diri setelah berkuasa 22 tahun. Ia wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350,
Hayam Wuruk dinobatkan sebagai raja Majapahit dan bergelar Sri Rajasanagara
dan Gajah Mada diangkat sebagai Patih Hamangkubumi. Dibawah pemerintahan
Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mencapai puncak
kejayaannya. Kerajaan Majapahit menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir
seluruh wilayah Nusantara tunduk pada Majapahit, namun ada satu kerajaan kecil
yang belum berhasil dikuasai kerajaan Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda Galuh.
Raja Hayam Wuruk bersama Patih Gajah Mada berusaha untuk menaklukan
kerajaan tersebut.

8
Namun ketika itu Raja Hayam Wuruk terlanjur jatuh cinta pada putri dari
Kerajaan Sunda Galuh yang bernama Dyah Pitaloka. Raja Hayam Wuruk
bermaksud untuk menikahi Dyah Pitaloka. Ia mengundang keluarga besar
Kerajaan Sunda Galuh datang ke Kerajaan Majapahit untuk menikah dengan
Dyah Pitaloka. Ketika keluarga besar dari kerajaan Sunda Galuh tiba di Kerajaan
Majapahit, terjadi kesalahpahaman. Patih Gajah Mada mengira bahwa keluarga
besar Kerajaan Sunda Galuh ingin menyerang Kerajaan Majapahit, akhirnya Patih
Gajah Mada segera mengeluarkan pasukan dan membunuh semua anggota
keluarga Kerajaan Sunda Galuh. Hanya Dyah Pitaloka yang tidak dibunuh.
Melihat seluruh keluarganya tewas, Dyah Pitaloka pun akhirnya melakukan
belapati (bunuh diri) pada dirinya sendiri.
Raja Hayam wuruk yang mengetahui peristiwa kesalah pahaman tersebut
menjadi marah, terlebih ketika melihat calon istrinya mati karena bunuh diri atas
kesalahpahaman patihnya. Akhirnya, Raja Hayam Wuruk pun sakit, dan
meninggal karena sakit hati. Sejak kematian Raja Hayam Wuruk, maka Kerajaan
Majapahit mencapai masa kemunduran, perlahan-lahan kekuasaan Majapahit pun
runtuh. Pada salah satu versi cerita, dikisahkan Sang Patih, Gajah Mada pergi ke
sebuah gunung untuk berdiam diri dan menjadi pertapa karena merasa bersalah
pada rajanya.

B. Kehidupan sosial , politik pada masa Kerajaan Hindu-Buddha di


Indonesia

1. Bidang Keagamaan

Pada masa Hindu-Buddha, kepercayaan masyarakat Indonesia mulai beralih dari


Animisme-Dinamisme menjadi pemeluk agama Hindu-Buddha. Selain itu,
masyarakat Hindu-Buddha juga gemar melakukan ritual keagamaan. Salah satu
contoh ritual yang masih berlangsung sampai kini adalah Nyepi, Ngaben, Tawur
Agung, dan lain lain.

9
2. Bidang Politik

Sistem politik pada masa Hindu-Buddha yaitu, kerajaan. Kepala suku terbaik
berhak atas tampuk kerajaan. Selanjutnya, kepemimpinan kerajaan akan
dilanjutkan secara turun temurun berdasarkan hak waris sesuai peraturan hukum
kasta.

3. Bidang Sosial

Pada bidang sosial, masyarakat Hindu-Buddha menganut sistem kasta yang biasa
disebut caturwarna yaitu: Kasta Brahmana(Kaum Pendeta), Kasta Ksatria(Kaum
Pejabat,Bangsawan dan Prajurit), Kasta Waisya(Kaum Pedagang,Pejabat, dan
Pemilik Tanah), Kasta Sudra(Kaum Rakyat jelata dan Pekerja kasar)

4. Bidang Pendidikan

Di bidang pendidikan pada masa Hindu-Buddha didirikan Asrama. Di asrama,


para murid diajarkan ilmu agama, pengetahuan, bahasa sansekerta, ilmu
ketatanegaraan, dan juga filsafat.

5. Bidang Budaya

Pada masa Hindu-Buddha kebudayaan berkembang sangat cepat. Contoh:

 Kitab:
1) Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa dari Kerajaan Kediri pada masa
pemerintahan Raja Jayabaya
2) Bharatayudha karya Mpu Sedah dilanjutkan Mpu Panuluh dari
Kerajaan Kediri pada masa pemreintahan Raja Jayabaya
3) Smaradhana karya Mpu Darmaja dari Kerajaan Kediri pada masa
pemerintahan Raja Kameswari
4) Lubdaka karya Mpu Tanukung dari Kerajaan Kediri
5) Negarakertagama karya Mpu Prapanca dari Kerajaan Majapahit pada
masa pemerintahan Hayam Wuruk
6) Sutasoma karya Mpu Tanular dari Majapahit pada masa pemerintahan
Hayam Wuruk

10
7) Sang Hyang Kamahayanikan Mantraya karya Mpu Sindok pada masa
Dinasti Isyana kerajaan Mataram Kuno
8) Ramayana karya Walmiki pada masa Dinasti Isyana kerajaan
Mataram Kuno
9) Gatotkacasraya karya Mpu Panuluh dari Kerajaan Kediri pada masa
Raja Jayabaya
10) Kresnayana karya Mpu Triguna dari Kerajaan Kediri pada masa Raja
Jayawarsa
11) Kutaramanwa karya Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit

 Arca:
1) Awalokiteswara
2) Buddha dan Boddhisattwa
3) Kartanegara Kerajaan Singhasari
4) Joko Dholok Kerajaan Singhasari
5) Kertarajasa Jayawarddhana Kerajaan Majapahit

 Prasasasti:
1) Yupa dari Kerajaan Kutai
2) Tugu dari Kerajaan Tarumanegara
3) Ciaruteun dari Kerajaan Tarumanegara
4) Muara Cianten dari Kerajaan Tarumanegara
5) Jambu(Pasir Koleangkak) dari Kerajaan Tarumanegara
6) Cidanghiang(Lebak) dari Kerajaan Tarumanegara
7) Pasir Awi dari Kerajaan Sriwijaya
8) Kedudukan Bukit dari Kerajaan Sriwijaya
9) Talang Tuo dari Kerajaan Sriwijaya
10) Telaga Batu dari Kerajaan Sriwijaya
11) Kota Kapur dari Kerajaan Sriwijaya
12) Karang Berahi dari Kerajaan Sriwijaya
13) Canggal dari Mataram Kuno
14) Kalasan dari Mataram Kuno

11
15) Klura dari Mataram Kuno
16) Kedu(Balitung) dari Mataram Kuno
 Bangunan Candi:
1) Candi Sewu(Buddha);
2) Candi Prambanan(Hindu)
3) Candi Borobudur(Buddha)
4) Candi Gedong Songo(Hindu)
5) Candi Ngawen(Buddha)
6) Candi Kalasan(Hindu)
7) Candi Pawon(Buddha)
8) Candi Dieng(Hindu)
9) Candi Mendhut(Buddha)

6. Bidang Ekonomi

Pada bidang ekonomi Masa Hindu-Buddha sudah ada uang logam. Namun masih
ada yang menggunakan sistem barter. Tiap-tiap kerajan memiliki nama yang
berbeda beda contoh: di kerajaan Majapahit ada satuan uang Gobang, di kerajaan
Buleleng ada satuan Ma, Su, dan Piling

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-
Budha di Indonesia, yaitu hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis
Brahmana dan teori Arus Balik. Masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Hindu-Budha membawa pengaruh besar di berbagai
bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu
bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan
dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun.
Kerajaan-kerajaan itu antara lain : Kerajaan Kutai, Kerajaan
Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno, Kerajaan
Singhasari, Kerajaan Majapahit. Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah
membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaaan di Indonesia. Namun
kebudayaan asli Indonesia tidak begitu luntur. Kebudayaan yang datang dari India
mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan, maka terjadilah proses
akulturasi kebudayaan.

B. Saran
Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini
berasal dari India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi.
Apabila kita membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan
ditemukan kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan
yang kita miliki masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur
bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga dipengaruhi
kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain seperti
peribadatan dan kesastraan.Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-budaya
yang ditinggalkan agama Hindu-Budha.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nasrudin Muh, Warsito S.W, Nursa’ban Muh, Mari Belajar IPS VII, Jakarta
: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Iwan Setiawan dkk, Wawasan Sosial, Jakarta : Pusat Perbukuan


Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, 2008

https://www.gurukuhebat.com/2016/08/makalah-kerajaan-kerajaan-hindu-
budha.html

14

Anda mungkin juga menyukai