Anda di halaman 1dari 11

BPH Migas Perketat Pengawasan agar Subsidi BBM 2020 tak Jebol

SHARE

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi
(BPH Migas) M Fanshurullah Asa mengatakan ada potensi kelebihan penyaluran
BBM bersubsidi tahun 2019 mencapai Rp 3 triliun.

Dia menyebut, kuota BBM bersubsidi pada tahun 2019 ditetapkan sebesar 14,5
juta kilo liter (KL). Berdasarkan data verifikasi yang dilakukan oleh BPH Migas,
angka tersebut sudah jebol alias kelebihan kuota mencapai 1,3 hingga 1,5 juta
KL.

Seolah mengulang kesalahan, tahun depan dia juga memperkirakan kuota BBM
bersubsidi bisa kembali jebol, jika melihat penambahan hanya 800 ribu KL.
"Tahun depan dari 14,5 juta KL menjadi 15,3 juta KL. Maka akan terjadi lagi
potensi over kuota pada tahun depan, kelebihan sekitar 700 ribu KL," ujarnya di
kantor BPH Migas, Senin (30/12/2019).

Berdasarkan data BPH Migas hingga 29 Desember 2019, kelebihan subsidi


untuk solar mencapai 1,28 juta KL. Sementara untuk premium yang juga pada
periode yang sama, sudah jebol 0,5 juta KL.

Dia menambahkan, permasalahan yang kerap terjadi adalah banyaknya


penyimpangan BBM subsidi yang tidak tepat sasaran. Untuk itu, BPH Migas
pernah mengusulkan revisi Perpres yang isinya perlu adanya penyesuaian.
Setidaknya ada beberapa poin yang disampaikan.

Pertama, untuk kendaraan roda enam tak lagi menggunakan BBM subsidi.
Khususnya untuk kendaraan di perkebunan dan pertambangan, sebab
praktiknya, mobil kosong tetap mengisi BBM subisidi.

Kedua, KAI umum dan barang tak lagi menggunakan BBM subsidi. Dan usulan
ketiga, bagaimana mengubah budidaya ikan skala kecil tidak menggunakan
teknologi kincir.

Baca:
BPH Migas Pastikan Pasokan BBM Aman Saat Libur Nataru 2019

"Usulan keempat, ini dari Bu Susi (Menteri Kelautan sebelumnya), BBM Subsidi
hanya untuk 10 Grosston (GT) ke bawah. Kalau bisa revisi ini akan mengurangi
over kuota," ujarnya lagi.

BPH Migas juga mengusulkan untuk menerapkan IT Nozzle yang diharapkan


bisa memberikan kepastian data, siapa saja yang membeli BBM Bersubsidi.
Seolah belum cukup, BPH Migas juga bakal melakukan pengawasan terbuka
dan tertutup tahun depan.

"Terbuka melaksanakan koordinasi dengan pemda. Sementara tertutup,


kerjasama dengan BIN," terangnya.

Seolah mengamini apa yang disampaikan oleh BPH MIgas, Menteri ESDM Arifin
Tasrif juga menyebut bentuk penyimpangan tersebut. Bahkan dia mengaku
melihat sendiri bagaimana penyimpangan itu terjadi.

"Bagaimana praktik penyimpangan itu terjadi saya lihat sendiri di depan mata. Di
SPBU kemudian discharge di sebrang jalan dan kembali lagi. Untuk itu, usulan
BPH Migas tadi akan ditindaklanjuti dan disempurnakan," tegasnya.

Baca:
BPH Migas Serahkan Distribusi BBM Subsidi ke Pertamina & AKR

(gus)
Kuota BBM Subsidi Diprediksi Bakal Jebol di
2020
Anisa Indraini - detikFinance

Share 0 Tweet 0 Share 0 1 komentar

Foto: Rachman Haryanto

FOKUS BERITABeli Bensin Nggak Pakai Cash

Jakarta - Kepala Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas Fanshurullah Asa memprediksi
BBM bersubsidi tahun 2020 bakal kelebihan kuota alias jebol lagi.

Hal itu berkaca dari kondisi kuota BBM subsidi tahun 2019 yang telah jebol. Dari yang
ditetapkan sekitar 14,5 juta kilo liter (KL), saat ini sudah tembus hampir 16 juta KL.
Dalam kata lain kisaran kuota jebol hingga 1,3-1,5 juta KL.

"Berdasarkan data verifikasi BPH migas kuota ini sudah jebol, kelebihan 1,3-1,5 juta
KL," kata Fanshurullah di kantornya, Jakarta Selatan, Senin (30/12/2019).

Baca juga: Ini yang Bikin Kuota BBM Subsidi Jebol di 2019

Bahkan, tahun 2020 diprediksi kelebihan kuota alias jebolnya BBM subsidi mencapai
700.000 KL, mengingat penambahan BBM subsidi hanya 800.000 KL.

"Jadi dari 14,5 juta KL ada kenaikan tahun 2020 jadi 15,3 juta KL. Kalau mengacu
realisasi tadi, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang sama, maka akan terjadi
potensi pada tahun 2020 over kuota lagi sekitar 700.000 KL," terangnya.

Baca juga: Kuota BBM Subsidi Jebol, Pemerintah Tekor Rp 3 T

Fanshurullah menyebut, jebolnya kuota karena masih adanya penyimpangan yang


terjadi di lapangan. Untuk itu, pihaknya mengimbau Pertamina dan semua badan usaha
yang mendistribusikan BBM bersubsidi agar lebih tepat sasaran.

"Masih banyaknya penyimpangan BBM subsidi ini tidak tepat sasaran, tidak tepat
volume, tidak sesuai dengan amanah. Jadi kami mengusulkan perlu ada penyesuaian
dan kami minta semua bisa menyalurkan BBM tepat sasaran," pintanya.
Kuota BBM Subsidi Jebol, Pemerintah Tekor
Rp 3 T
Anisa Indraini - detikFinance

Share 0 Tweet 0 Share 0 16 komentar

Foto: Agung Pambudhy

Jakarta - Kepala Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas M Fanshurullah Asa mengatakan,
pemerintah harus menanggung kelebihan Rp 3 triliun untuk menutup jebolnya kuota
subsidi BBM di tahun 2019.

Hal ini berkaitan dengan realisasi penyaluran BBM subsidi yang lebih besar dari kuota
penyaluran dalam APBN 2019. Sebelumnya, BBM subsidi tahun 2019 ditetapkan
sebesar 14,5 juta KL, namun saat ini realisasinya sudah tembus hampir 16 juta KL.

"Berdasarkan data verifikasi BPH migas kuota ini sudah jebol, kelebihan 1,3-1,5 juta KL.
Artinya ini potensi kelebihan sekitar Rp 3 triliun kalau dikalikan 2.000 APBN," kata dia di
kantornya, Jakarta Selatan, Senin (30/12/2019).

Baca juga: Parah! Kuota BBM Subsidi 2019 Jebol

Secara lebih rinci, Fanshurullah menjelaskan terjadi kelebihan realisasi atau jebolnya
kuota subsidi untuk solar hingga 1,28 juta KL, sedangkan untuk premium jebol 0,5 juta
KL.

"Jebolnya sampai 29 Desember (2019) sudah 1,28 juta KL untuk solar, untuk premium
0,5 juta KL," sebutnya.

Jebolnya kuota subsidi terjadi hampir di semua daerah. Namun paling tinggi terjadi di
Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah.

"Ada di Jawa Timur, ada di Jawa Barat, kemudian juga Jawa Tengah, termasuk
Sulawesi itu mayoritas sudah hampir jebol semua," ungkapnya.

Baca juga: BPH Migas Setuju Ide Angkut BBM 1 Harga Pakai Kapal TNI

Lebih lanjut, Fanshurullah bilang, belum diketahui apakah Pertamina akan mendapat
uang ganti rugi sebesar Rp 3 triliun dari pemerintah. Yang jelas, pihaknya berkewajiban
untuk terus menyalurkan BBM bersubsidi.

"Ini Pertamina untuk kepentingan masyarakat disalurkan dulu. Belum jelas juga apakah
nanti negara mau ganti apa enggak, tergantung nanti kan. Ya tapi demi kepentingan
negara, stabilitas, maka tetap disalurkan," tutupnya.
BPH Migas Tetapkan Penyalur dan Kuota BBM
Subsidi di 2020
BPH Migas, CNN Indonesia | Kamis, 12/12/2019 10:49 WIB
Bagikan :

BPH Migas telah menetapkan kuota BBM bersubsidi tahun 2020 sebanyak 15,87 juta KL bersamaan dengan dua
penyalur, yakni Pertamina dan AKR. (Dok. BPH Migas)

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) telah menetapkan
kuota Jenis BBM tertentu (JBT) atau BBM bersubsidi tahun 2020 di masing-masing
provinsi/kabupaten/kota. Hal ini tertuang dalam Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020 sebanyak 15,87 juta KL, yang terdiri atas minyak solar
15,31 juta KL dan minyak tanah sebesar 0,56 juta KL.

Kuota tersebut mengalami kenaikan sebesar 5,03 persen dari kuota BBM tahun 2019 sebesar 15,11
juta KL.

"Sebelumnya BPH Migas telah memberikan kesempatan kepada Badan Usaha Baru/Swasta untuk
turut serta mendistribusikan BBM subsidi kepada masyarakat. Namun berdasarkan seleksi/beauty
contest yang dilakukan oleh BPH Migas, tidak ada Badan Usaha Baru yang memenuhi syarat
administrasi dan teknis untuk menyalurkan BBM subsidi. Dengan demikian, penugasan penyediaan
dan pendistribusian BBM bersubsidi untuk tahun 2020 diberikan hanya kepada 2 Badan Usaha yaitu
PT Pertamina (Persero) dan PT AKR Corporindo Tbk. sesuai hasil sidang komite," berdasarkan
keterangan tertulis BPH Migas, Kamis (12/12).

Selanjutnya, dalam rangka pengaturan, pengawasan, dan verifikasi terhadap kelancaran dan
ketepatan pelaksanaan pendistribusian JBT dan JBKP, BPH Migas menggelar sidang komite yang
menetapkan 4 Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, yaitu:

1. Kuota volume jenis bahan bakar minyak tertentu per provinsi/kabupaten/kota secara nasional tahun
2020, dengan alokasi kuota:
a. Minyak Tanah (Kerosene) sebesar 560.000 KL
b. Minyak Solar (Gas Oil) sebesar 15.310.000 KL

2. Kuota volume jenis bahan bakar minyak tertentu per provinsi/kabupaten/kota oleh PT Pertamina (Persero)
tahun 2020, dengan alokasi kuota:
a. Minyak Tanah (Kerosene) sebesar 560.000 KL
b. Minyak Solar (Gas Oil) sebesar 15.076.000 KL

3. Kuota volume jenis bahan bakar minyak khusus penugasan per provinsi/kabupaten/kota oleh PT Pertamina
(Persero) tahun 2020, dengan alokasi kuota bahan bakar minyak khusus penugasan jenis bensin
(Gasoline) sebesar 11 juta KL.

Apabila terjadi pengalihan kuota, PT Pertamina (Persero) wajib melaporkan 2 (dua) minggu sejak
pengalihan kuota di kabupaten/kota. Jika tidak melaporkan kepada Badan Pengatur maka dianggap
sebagai Jenis BBM Umum (JBU). Selain itu PT Pertamina (Persero) juga diwajibkan untuk
menerapkan digitalisasi nozzle dalam rangka pengawasan dan pengendalian JBT.

4. Kuota volume jenis bahan bakar minyak tertentu per kabupaten/kota oleh PT AKR Corporindo Tbk tahun
2020, dengan alokasi kuota volume jenis minyak solar (Gas Oil) sebesar 234.000 KL, dengan
ketentuan:
a. PT AKR agar mengutamakan penyaluran JBT khusus untuk nelayan
b. PT AKR wajib menyalurkan JBT sesuai dengan penugasan
c. Apabila penyaluran kurang dari 2/3 kuota bulanan, maka akan dialihkan dan PT AKR Corporindo
Tbk diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan. (fef)
Sidang Komite BPH Migas Putuskan Penyalur BBM
Subsidi 2020
BPH Migas, CNN Indonesia | Sabtu, 07/12/2019 18:20 WIB
Bagikan :

BPH Migas menugaskan PT Pertamina


(Persero) dan PT AKR Corporindo Tbk untuk penyediaan dan distribusi Jenis BBM Tertentu (JBT). (Foto: Dok. BPH
Migas)

Jakarta, CNN Indonesia -- BPH Migas menugaskan PT Pertamina (Persero) dan PT AKR
Corporindo Tbk untuk penyediaan dan distribusi Jenis BBM Tertentu (JBT).

Diketahui, JBT pada 2020 mencapai 15,87 kiloliter yang terdiri dari solar 15,31 kl dan minyak tanah
0,56 juta kl.

Walaupun demikian, BPH Migas sempat membuka kesempatan badan usaha swasta yang ikut
membantu kedua perusahaan itu. Sedikitnya ada sembilan perusahaan yang berminat untuk ikut
seleksi berdasarkan jajak minat.

Dari sembilan, ada lima perusahaan yang mengambil dokumen seleksi pada Rabu lalu. Dari lima
perusahaan, ada dua dokumen yang memasukkan penawaran yakni PT Petro Perkasa Indonesia
dan PT Resha Rabby Lestari.

Namun, Tim Seleksi Badan Usaha Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian JBT memberikan
skor 65,00 dan 68,33 untuk kedua perusahaan itu. Padahal, ambang batas untuk menyalurkan JBT
adalah di atas 80,00.

Lihat juga:
Moeldoko Dukung Pembangunan Pipa Gas Bumi Trans-Kalimantan

"Berdasarkan penjelasan dan pemaparan dari Tim Seleksi P3JBT tahun 2020 dan pertimbangan
dari Komite BPH Migas, maka sidang komite memutuskan PT Petro Perkasa Indonesia dan PT
Resha Rabby Lestari belum memenuhi syarat," demikian putusan Sidang Komite yang dibacakan
oleh Kepala BPH Migas M. Fanshurullah Asa pada Kamis malam (05/12).

Dengan demikian, maka PT Pertamina dan PT AKR Corporindo menjadi penyedia dan penyalur JBT
untuk 2020. Konsumen pengguna JBT terdiri dari:

1. Sarana Transportasi Darat berupa Kereta Api Umum Penumpang Dan Barang Tahun 2020,
dengan jumlah kuota paling banyak 51.250 kl selama 3 bulan.

2. Untuk Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Tahun 2020, dengan jumlah kuota paling
banyak 61.970 kl selama 3 bulan.

3. Sarana Transportasi Laut berupa Kapal Berbendera Indonesia dengan Trayek Dalam Negeri
berupa Angkutan Umum Penumpang Tahun 2020, dengan jumlah kuota paling banyak 96.343 kl
selama 3 bulan.

4. Sarana Transportasi Laut berupa Kapal Pelayaran Rakyat/Perintis Tahun 2020, dengan jumlah
kuota paling banyak 16.000 kl.

"BPH Migas akan melakukan verifikasi realisasi penyaluran JBT setiap 3 bulan, hasil verifikasi
tersebut sebagai dasar BPH Migas untuk menetapkan kuota triwulan berikutnya," kata
Fanshurullah. (asa)

Anda mungkin juga menyukai