Anda di halaman 1dari 19

Pemerintah Berpotensi Langgar UU Jika Naikkan Harga

LPG 3 Kg
CNN Indonesia | Rabu, 22/01/2020 23:43 WIB
Bagikan :

Fraksi Gerindra di DPR menilai pemerintah berpotensi melanggar UU jika mengubah


mekanisme penjualan gas LPG 3 kg (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Gerindra Andre
Rosiade menyatakan bahwa pemerintah berpotensi melanggar undang-undang (UU)
jika benar-benar mengubah mekanisme penjualan LPG 3 kilogram (kg).

Menurutnya, pemerintah tidak bisa menaikkan harga secara sepihak karena anggaran
yang dialokasikan untuk LPG 3 kg ditentukan secara bersama-sama antara pemerintah
dengan DPR.

"Pemerintah tidak bisa secara sepihak mengubahnya, karena itu berpotensi melanggar
UU," kata Andre saat menyampaikan interupsi dalam Rapat Paripurna DPR di
Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (22/1).

Dia pun mendesak pimpinan DPR mengirimkan surat ke pemerintah untuk meminta
rencana pencabutan subsidi LPG 3 kg dibatalkan. Menurutnya, beberapa wilayah di
Indonesia telah terjadi kenaikan harga LPG 3 kg sekitar Rp5 ribu hingga Rp10 ribu,
walau pemerintah belum mencabut subsidi tersebut saat ini.

Dia mencontohkan, kenaikan harga LPG 3 kg sudah terjadi di Kabupaten Agam,


Sumatera Barat, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dengan
kisaran harga per tabungnya Rp25 ribu hingga Rp30 ribu.

"Skema distribusi tertutup juga patut dikritisi. Tentu harus diingat pada awal migrasi
minyak tanah ke gas 2004, distribusi saat itu tertutup. Saat itu pemerintah menerbitkan
kartu kendali," ujarnya.
Lihat juga:
Fadli soal LPG 3 Kg: Cuma Naikkan Harga Tak Usah Pakai Otak

Pemerintah berencana mengubah penyaluran subsidi LPG 3 kg dari yang saat ini
dilakukan secara terbuka menjadi tertutup mulai semester II 2020 mendatang. Dengan
perubahan tersebut nantinya subsidi yang selama ini disalurkan dalam bentuk harga
LPG murah akan diubah menjadi langsung diberikan ke masyarakat miskin.

Perubahan skema penyaluran ini, nantinya harga LPG 3 kg akan naik. Pasalnya, harga
akan disesuaikan dengan pasar, seperti elpiji 12 kg.

Ada beberapa skema yang saat ini sedang digodok pemerintah untuk mengubah
mekanisme penyaluran subsidi LPG 3 kg tersebut. Salah satunya menggunakan kartu
atau barcode yang terhubung dengan perbankan.

Terpisah, Menteri Sosial Juliari Batubara mengatakan pihaknya belum bisa memberikan
mekanisme pendataan warga miskin soal rencana pemerintah mengubah penyaluran
subsidi elpiji melon atau LPG 3 kg langsung kepada warga miskin, karena belum ada
arahan dari Presiden Joko Widodo.

"Belum ada instruksi dari presiden, belum ada pembicaraan sama sekali," ujarnya
setelah menghadiri acara Sosialisasi sembako murah 2020 di Jakarta, Rabu (22/1).

"Mungkin lebih ke Kementerian ESDM ya karena mereka kan teknisnya kita kan hanya
data terpadunya saja," tuturnya.
Heboh! Subsidi Gas 3 Kg Dicabut, Ini Penjelasan Pemerintah

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu lalu, tersiar kabar bahwa pemerintah
berencana mencabut subsidi LPG 3 Kg. Namun Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Arifin Tasrif membantah kabar tersebut.

Hal itu diutarakan Arifin saat menjadi pembicara dalam acara Indonesia Millennial
Summit di The Tribrata, Jakarta, Jumat (17/1/2020).

"Itu tidak sepenuhnya benar," ujarnya.

PILIHAN REDAKSI

 Ada Rencana Cabut Subsidi


LPG 3 KG, Ini Kata Luhut
 Subsidi LPG 3 Kg Dicabut,
Menteri ESDM: Tak
Sepenuhnya Benar
 Ada Rencana Cabut Subsidi Menurut Arifin, rencana pemerintah terkait kebijakan
LPG 3 Kg, Jokowi: Belum
subsidi LPG 3 Kg masih dalam pembicaraan dengan
kementerian/lembaga terkait maupun pengusaha-pengusaha yang perlu mendapatkan
sumber energi tersebut.

Ditemui usai acara tersebut, Arifin menjelaskan rencana ini lebih mendetail. Dikatakan,
subsidi akan diberikan dengan sistem tertutup.

"Maksudnya subsidi tertutup itu kita identifikasi dulu, kira-kira yang memang berhak
untuk menerima. Tapi kan nggak membatasi sama UKM segala macam. Yang nerima
tetap nerima," katanya.

Hanya saja, dia menegaskan, para penerima subsidi LPG 3Kg ini nantinya akan
terdaftar di data pemerintah. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran
penyaluran subsidi.

Lantas, apakah penyaluran dilakukan melalui pemberian uang atau cash?

"Iya nanti diberikan seperti itu, seperti kompensasi uang. Kira-kira [cash], sedang
dibahas," urainya.

Dengan skema tersebut, bagi para penerima subsidi, maka harga LPG 3Kg tidak akan
berubah. Sedangkan bagi masyarakat yang tak menerima subsidi, tentu harus merogoh
kocek lebih dalam.

"Iya dong [yang tidak menerima subsidi beli dengan harga normal], kan berarti memang
mampu," urainya.
Adapun untuk mengidentifikasi orang-orang yang berhak menerima, dia akan
mengandalkan data dari berbagai pihak. Karena itu, koordinasi dengan sejumlah
kementerian/lembaga terkait tengah dilakukan secara intensif.

Dilain pihak, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa rencana pencabutan
subsidi Elpiji 3 kg belum diputuskan. Menurut Jokowi, keputusan pencabutan subsidi
harus melalui rapat terbatas (ratas) terlebih dahulu.

"Belum, itu harus lewat rapat terbatas," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat,
Jumat, dikutip dari Detik.com (18/1/2020).

Jokowi bilang keputusan mengenai subsidi Elpiji 3 kg dicabut atau tidak pun harus
mendengar penjelasan dari kementerian terkait terlebih dahulu. Bisa dari Kementerian
ESDM dan Kementerian Keuangan.

"Belum, belum sampai di ratas. Nanti kalau sudah di ratas akan disampaikan angka-
angka, baru saya memutuskan," tegas Jokowi.
Subsidi Elpiji 3 Kg Dicabut, Diganti Dana Tunai untuk Warga Miskin Kompas.com -
17/01/2020, 14:44 WIB BAGIKAN: Komentar (5) Pekerja menata tabung gas untuk
pengisian tabung gas LPG berukuran 3 Kg di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji,
Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VII, Makassar, Sulawesi Selatan. (Tribun
Makassar) Penulis Akhdi Martin Pratama | Editor Yoga Sukmana JAKARTA,
KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif
mengatakan, pemerintah akan memberi bantuan dana tunai kepada warga miskin. Hal
ini dilakukan sebagai ganti dari kebijakan pencabutan subsidi elpiji 3 kilogram (kg) mulai
pertengahan 2020. “Ya nanti diberikan seperti kompensasi uang, kira-kira tengah
dibahas," ujar Arifin di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Baca juga: Harga Elpiji 3 Kg Akan
Naik, Ini Kata YLKI Arifin menjelaskan, langkah ini diambil agar subsidi yang diberikan
pemerintah lebih tepat sasaran. Pemerintah akan mendata warga-warga yang benar-
benar membutuhkan subsidi dari pemerintah. “Maksudnya subsidi tertutup kita
identifikasi dulu kira-kira yang memang berhak menerima tapi enggak batasi, yang
menerima tetap menerima. Cuma teregister dan terdaftar jadi bisa teridentifikasi untuk
cegah terjadi kebocoran,” kata Arifin. Dengan kebijakan ini, nantinya warga yang
dianggap mampu oleh pemerintah tak akan mendapat jatah subsidi. Untuk membeli
elpiji 3 kg, warga kategori mampu akan dikenakan harga normal. “Iya dong, berarti kan
memang mampu," ucap dia. Baca juga: Subsidi LPG 3 Kg Akan Dicabut, Masyarakat
Rentan Miskin Dinilai Paling Terpukul Seperti diketahui, pemerintah berencana
mencabut subsidi elpiji 3 kg pada pertengahan 2020. Sebagai gantinya, pemerintah
akan menerapkan sistem distribusi tepat sasaran elpiji 3 kg. Pelaksana Tugas (Plt)
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), Djoko Siswanto beberapa hari
yang lalu mengatakan, secara prinsip pemerintah dan DPR telah menyetujui sistem
distribusi tertutup elpiji 3 kg. Sebagai gantinya, pemerintah akan memberikan subsidi
langsung kepada masyarakat yang berhak. “Kita sudah melakukan persiapan
bagaimana cara memberi (subsidi) langsungnya kepada masyarakat. Mudah-mudahan
tahun ini juga, sekitar pertengahan tahun (2020) bisa kita laksanakan karena uji
cobanya sudah dilaksanakan di berbagai tempat,” ujarnya di Jakarta, Selasa
(14/1/2020). Baca juga: Luhut Sedih karena Kasus Asabri, Mengapa? Salah satu
skema penyaluran subsidi tepat sasaran ini adalah dengan menggunakan kode batang
elektrik atau barcode. Ini akan memudahkan pemerintah mendeteksi konsumsi
masyarakat kurang mampu terhadap elpiji 3 kg. Pemerintah juga akan bekerja sama
dengan perbankan nasional. Dalam penentuan kriteria masyarakat yang berhak
mendapatkan subsidi, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
telah memiliki data berdasarkan tiga kriteria yang jumlahnya 15 juta hingga 25 juta
keluarga. “Jadi tergantung pemerintah mau pakai kriteria yang mana. Datanya sudah
ada,” ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Subsidi Elpiji 3 Kg Dicabut, Diganti
Dana Tunai untuk Warga
Miskin", https://money.kompas.com/read/2020/01/17/144444026/subsidi-elpiji-3-kg-
dicabut-diganti-dana-tunai-untuk-warga-miskin?page=all.
Penulis : Akhdi Martin Pratama
Editor : Yoga Sukmana
Soal Wacana Pencabutan Subsidi Gas Melon,
Pertamina: Kita Hanya Menyediakan
Kompas.com - 21/01/2020, 14:06 WIB BAGIKAN:

Komentar Pekerja menata tabung gas untuk pengisian tabung gas LPG berukuran 3 Kg
di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji, Pertamina Marketing Operation Region (MOR)
VII, Makassar, Sulawesi Selatan. (Tribun Makassar) Penulis Retia Kartika Dewi | Editor
Sari Hardiyanto KOMPAS.com - Pemerintah direncanakan akan menghapus subsidi
gas elpiji 3 kilogram ( gas melon) pada pertengahan 2020. Diberitakan Kompas.com
(16/1/2020), wacana yang berkembang, tabung gas 3 kilogram tersebut hanya dapat
dibeli sebanyak tiga kali dalam sebulan. Selain itu, pemerintah juga akan menerapkan
skema penyaluran elpiji 3 kg secara tertutup. Hingga saat ini, pemerintah masih
melakukan pembahasan dengan stakeholder terkait, antara lain PT Pertamina
(Persero), Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Kementerian Perekonomian,
Kemenko Maritim dan Investasi, serta Kementerian BUMN. Tanggapan Pertamina
Menanggapi hal itu, VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman
menjelaskan bahwa pihaknya akan selalu memastikan ketersediaan produk dan
memastikan lembaga penyalur untuk siap dengan mekanismenya. "Pertamina akan
selalu memastikan availability produk dan memastikan lembaga penyalur untuk siap
dengan mekanisme distribusi tertutup," ujar Fajriyah saat dikonfirmasi Kompas.com
pada Selasa (21/1/2020). Ia menjelaskan, Pertamina sebagai operator di mana
prinsipnya siap dengan kebijakan Pemerintah terkait mekanisme distribusi elpiji 3 kg.
Baca juga: Mulai 2020, SPBU Pertamina Terapkan Pembayaran Nontunai Selain itu,
Pertamina juga siap jika sewaktu-waktu akan dilaksanakan mekanisme distribusi LPG 3
kg dengan sistem tertutup. Fajriyah menjelaskan bahwa hingga saat ini pihaknya masih
menunggu arahan dari Pemerintah. "Saat ini kami menunggu arahan selanjutnya dari
Pemerintah," ujar dia. Ia juga mengungkapkan, Pertamina tidak berwenang
menentukan harga pasar LPG 3 kg. "Harga produk subsidi kewenangannya di
Pemerintah, bisa ke ESDM. Tugas Pertamina adalah menyediakan," imbuhnya.
Penjelasan ESDM Terpisah, Pelaksana tugas (Plt) Dirjen Migas, Djoko Siswanto
mengungkapkan bahwa subsidi tidak dihapus, namun rencananya akan diberikan
langsung ke masyarakat yang kurang mampu. " Subsidi tidak dihapus, tapi rencananya
diberikan langsung ke masyarakat yang miskin," ujar Djoko saat dihubungi terpisah
pada Jumat (17/1/2020). Menurutnya, subsidi yang rencananya akan diberikan secara
langsung ke masyarakat miskin ini berupa transfer dana. "Jadi subsidi tidak dihapus,"
ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/1/2020). Di sisi lain, Djoko menjelaskan
bahwa untuk masyarakat yang berkecukupan atau tidak miskin, disediakan elpiji 12 kg
dan elpiji 5 kg. Meski informasi mengenai adanya kenaikan harga untuk elpiji 3 kg
masih belum menemukan titik terang, Djoko mengungkapkan, harga elpiji 3 kg menjadi
harga pasar rencananya diumumkan pada Juli 2020. "Rencananya kan bulan Juli,"
lanjut Djoko.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Wacana Pencabutan Subsidi
Gas Melon, Pertamina: Kita Hanya
Menyediakan", https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/21/140625865/soal-
wacana-pencabutan-subsidi-gas-melon-pertamina-kita-hanya-menyediakan?page=all.
Penulis : Retia Kartika Dewi
Editor : Sari Hardiyanto\
Subsidi Elpiji 3 Kg Dicabut pada
Pertengahan 2020, Penyaluran Dilakukan
Tertutup
Antara · Selasa, 14 Januari 2020 - 20:28 WIB

Elpiji 3 kg. (Foto: Okezone)

JAKARTA, iNews.id - Pemerintah memastikan akan mencabut subsidi elpiji 3 kg alias gas
melon. Kebijakan tersebut dilakukan mulai awal semester II-2020.
"Elpiji ini tantangan kita di 2020, secara prinsip elpiji 3 kg hanya untuk masyarakat yang berhak,
sedang persiapan subsidi langsung pada masyarakat. Mudah-mudahan pertengahan tahun ini bisa
diterapkan," ujar Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto di Jakarta,
Selasa (14/1/2020).

Djoko mengatakan, ESDM terus berkoordinasi dengan instansi pemerintah lainnya, terutama
Kemenko Perekonomian, Kemenko Maritim dan Investasi, serta Kemenko PMK. Sinergi ini
penting supaya penyaluran gas elpiji 3 kg tepat sasaran.
"Berbagai sektor terkait setuju untuk elpiji 3 kg secara tertutup hanya untuk masyarakat yang
berhak," ucapnya.

Djoko mengungkapkan, saat ini pemerintah sudah memiliki skema penyaluran gas elpiji 3 kg
meskipun belum ditentukan secara final. Masyarakat nanti bisa membeli gas melon dengan kartu
yang terhubung ke bank lewat QR code.

"Uji coba di beberapa tempat pakai kartu, Pertamina pakai QR code. Nanti yang beli elpiji 3 kg
langsung terekam. Misal, beli tiga tabung Rp100.000, nanti langsung transfer ke QR ini. Data
sudah ada, kebijakan seperti apa, belum diputuskan," ucap dia.

Penyaluran subsidi elpiji 3 kg dengan sistem tertutup, kata dia, akan menghemat anggaran
subsidi elpiji antara 10-15 persen. Hal itu dengan catatan bahwa kebijakan ini bisa diterapkan
tepat waktu.

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Mohammad Hidayat menyebut, gas
elpiji 3 kg yang disalurkan ke masyarakat tahun ini ditetapkan 6,9 juta ton.

"Ke depan, subsidi bukan pada komoditasnya, tapi pada penerima yang berhak, pada orang yang
berhak sehingga saving (penghematan) makin besar," ujarnya.

Editor : Rahmat Fiansyah


Senin, 27 Jan 2020 19:52 WIB

Menteri ESDM Bantah Sebut Harga Elpiji 3


Kg Naik, Rapat DPR Panas
Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance

Share 0 Tweet 0 Share 0 12 komentar

Foto: Achmad Dwi Afriyadi/detikcom

Jakarta -

Kenaikan harga Elpiji 3 kg menjadi pembahasan yang panas dalam rapat kerja antara
Komisi VII DPR dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Setelah mendapat pertanyaan dari anggota terkait rencana kenaikan tersebut, Arifin
pun memberi penjelasan.
Terkait kenaikan harga, dia mengatakan, hingga saat ini tidak ada pernyataan resmi mengenai
kenaikan harga Elpiji 3 kg.

"Kami ingin merespons Elpiji, sebetulnya tidak ada pernyataan resmi dari kementerian
mengenai Elpiji 3 kg. Ini kita juga sempat terkejut kenapa ini bisa terekspos," katanya di Komisi
VII DPR Jakarta, Senin (27/1/2020).

Arifin menjelaskan, yang ada ialah pemerintah tengah mencari skema agar subsidi tepat
sasaran. Dia mengatakan, tengah mengkaji sistem yang tepat.

"Saya sampaikan waktu itu dengan media waktu kami ada presentasi, memang belum ada,
yang ada memang kita seperti yang direkomendasikan dahulu bahwa kita sedang mengkaji
sistem mana yang tepat diimplementasikan untuk mencegah perembesan alokasi subsidi yang
tidak berhak," jelasnya.

Baca juga: DPR Cecar Menteri ESDM soal Rencana Kenaikan Harga Elpiji 3 Kg

Dalam skema itu, pihaknya akan melibatkan banyak pemangku kepentingan karena
berkaitan dengan data masyarakat. Kemudian, untuk aplikasinya akan dilakukan
sosialisasi terlebih dahulu.

"Walaupun sudah ada memang harus ada sosialisasi dulu, karena banyak masyarakat
yang belum paham kalau seandainya diterapkan pola harga sama diberikan bantuan
langsung tunai melalui kartu, atau alternatif lainnya," jelasnya.

Hal itu pun langsung disanggah Anggota DPR Komisi VII Fraksi Golkar Gandung
Pardiman. Gandung pun mempertanyakan adanya statement kenaikan harga Elpiji.

"Jadi bapak selama ini tidak merasa mengungkapkan seperti yang ditangkap
masyarakat? Kalau tidak merasa mengapa bapak meralat juga? Yang bener saja,
jangan leda-lede yang tidak waras di sini," katanya.

"Saya ingin menjelaskan pertanyaan di sini mengenai isu kenaikan harga Elpiji mungkin
itu pak," timpal Arifin.

Gandung pun bertanya siapa yang memberi statement itu. Kembali, Arifin mengatakan,
tidak ada yang memberikan pernyataan kenaikan Elpiji 3 kg.

"Mungkin ada yang terlontar dari kementerian tapi itu sudah kita anulir," ujar Arifin.

"Jadi ada yang komentar dari kementerian, siapa itu? Atau bener disinyalir Pak Nasir
eselon di bawah bapak komentar menjerumuskan menterinya," ujar Gandung.

Baca juga: Cecar Menteri ESDM, Anggota DPR Ungkap Elpiji 3 Kg Kini Rp 35.000

Arifin pun meminta maaf atas adanya isu tersebut, begitu juga dengan dampaknya.

"Atas nama kementerian kalau ada isu yang demikian tadi kita nyatakan tidak ada dan
saya sebagai pimpinan mohon maaf kalau ada dispute yang begitu besar dampaknya,"
ujarnya.

Anggota Komisi VII Fraksi Gerinda Kardaya Warnika pun ikut berkomentar. Dia
mengatakan, berdasarkan berita dari media memang tidak ada pencabutan subsidi.
Namun, yang membuat ramai di masyarakat ialah harga elpiji 3kg menjadi Rp 35 ribu.
Ia pun kemudian meminta agar kebijakan yang belum matang tidak disampaikan ke
publik.

"Memang betul tidak ada kata-kata mencabut subsidi tapi akan diganti subsidi tertutup
yang mengakibatkan harga jual menjadi Rp 35 ribu dan diterapkan semester 2. Kami
tidak ada masalah dengan itu, tapi kita kalau belum matang jangan disampaikan dulu,"
ujarnya.
Menteri ESDM Kaget Soal Rencana Kenaikan Harga
Elpiji Melon
CNN Indonesia | Senin, 27/01/2020 19:41 WIB

Bagikan :

Menteri ESDM Arifin Tasrif menanggapi kritik terkait persoalan pencabutan subsidi LPG 3 kg. (ANTARA
FOTO/Wahyu Putro A)

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif
menanggapi kritik beberapa pihak terkait persoalan perubahan subsidi harga LPG 3 kilogram (kg).
Dia mengungkap belum secara resmi membuat pernyataan terkait harga elpiji melon.

"Sebetulnya tidak ada pernyataan resmi dari Kementrian (ESDM) mengenai (kenaikan harga) LPG 3
kg," kata Arifin saat pihaknya melakukan rapat kerja (raker) dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta,
Senin (27/1).

Bahkan, Arifin mengaku pihaknya juga terkejut saat hal tersebut menjadi isu yang ramai dan
dipermasalahkan oleh sebagian publik.

"Ini kita juga sempat terkejut, mengapa ini bisa terekspos? apakah mungkin ini spekulasi?,"
ungkapnya.
Lihat juga:
Dana Asing Banjiri RI Buat Rupiah Perkasa Tahun Lalu

Menurutnya, kenaikan LPG 3 kg secara aturan dilakukan apabila terdapat permintaan kenaikan
harga dari PT Pertamina (Persero) yang menjadi penyuplai gas tersebut.

"Kan seharusnya ada permintaan dari Pertamina yang menyuplai LPG, karena LPG subsidi melalui
Pertamina, sehingga seharusnya meknismenya demikian. Nah ini dari Pertamina belum ada,"
ungkapnya.

Arifin kemudian menjelaskan bahwa pernyataan sebelumnya terkait gas LPG 3 kg merupakan
rencana untuk mengubah pola penyaluran subsidi elpiji melon menjadi tertutup.

Sehingga, nantinya hanya masyarakat kurang mampu yang terdaftar saja yang bisa mendapatkan
subsidi. Mereka yang terdaftar akan diberikan subsidi berbentuk dana tunai yang ditransfer ke
rekening masyarakat yang sudah didaftar.

Lihat juga:
KSEI Blokir Rekening Efek Investor Saham Terkait Jiwasraya

"Ini sudah saya pernah menyampaikan dengan media, waktu ada presentasi bahwa belum ada
pernyataan. Yang ada, kita memang sedang mengkaji sistem mana yang tepat diimplementasikan,
untuk mencegah terjadinya perembesan alokasi subsidi ke yang tidak berhak," jelasnya.

Ia menjelaskan, kementerian ESDM kini sedang melibatkan stakeholder terkait untuk


menyempurnakan data-data di lapangan.

"Kalaupun ini sudah ada (kenaikan) memang harus ada sosialisasi dulu," tukasnya.

Kendati demikian, Arifin selanjutnya meminta maaf atas keributan dan permasalahan mengenai gas
elpiji melon yang dialami oleh masyarakat.

"Melalui forum ini, atas nama kementerian kalau ada isu demikian, kami nyatakan tidak ada, saya
sebagai pimpinan memohon maaf apabila terjadi dispute yang demikian besar dampaknya,"
pungkasnya.

Lihat juga:
'Dikejar' Virus Corona, Investor Lari ke Aset Safe Haven

Sebelum pernyataan Arifin, beberapa anggota komisi VII DPR meminta kejelasan terkait Isu
Kenaikan Elpiji 3 Kg. Anggota Komisi VII Fraksi PKS Mulyanto meminta Arifin memberi penjelasan
terkait wacana kenaikan harga Elpiji 3 kg karena menurutnya hal tersebut suda membuat
kekhawatiran terhadap masyarakat. Ia meminta agar rencana tersebut segera diredakan.

"Pertama kami mengikuti media khusus wacana di semester kedua akan diterapkan sistem tertutup,
yang mengakibatkan kenaikan gas melon 3 kg. Kembali ramai di masyarakat, isu ini mohon ssgera
diredakan," katanya Mulyanto dalam rapat.

Tak hanya Mulyanto, Anggota Komisi VII Fraksi PDI Perjuangan Ismail Thomas juga meminta Arifin
untuk segera memberi keterangan kepada publik terkait permasalahan tersebut.

"Kemudian berkaitan dengan gas 3 kg ini, perlu memang kami harapkan klarifikasi Kementerian
ESDM, kenapa demikian," paparnya.

Menurutnya rencana atas kenaikan gas 3 kg ini sendiri, dinilai memberatkan, karena meluap
bersamaan dengan penurunan harga BBM. Terlebih, gas 3 kg sangat diperlukan masyarakat
menengah ke bawah.

"Ini satu kementerian kenapa tiba-tiba di saat sama pada 2020, kemudian kementerian sama,
menaikkan harga gas melon yang sangat menjadi keperluan masyarakat menengah ke bawah,"
pungkasnya.
Gebrakan Ahok: Mau Turunkan Harga Gas & Kawal Subsidi BBM-LPG

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki


Tjahaja Purnama alias Ahok membuka peluang untuk menurunkan harga gas
dan mengawal subsidi BBM-LPG.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Sosial Juliari Batubara setelah sepekan lalu
Ahok menggelar pertemuan dengan sejumlah pejabat pemerintah pusat.

"Kita ngobrol tentang sinergi antara Kemensos dan Pertamina, khususnya di dalam
membantu rakyat miskin, prasejahtera dalam hal ini dari program-program pemerintah
seperti subsidi elpiji, subsidi bahan bakar," kata Juliari seperti dilansir detik.com, Minggu
(19/1/2020).
Baca:
Jokowi Mau Reformasi Non-bank, Erick Mau Lebur Dapen BUMN

Hal itu, kata Juliari akan dintindaklanjuti oleh Pertamina dan akan dipantau
langsung oleh Ahok. Rencananya, kata Juliari dalam waktu dekat pihaknya akan
melakukan diskusi secara mendetail, mengenai data masyarakat miskin.

"Nanti Pak Ahok akan pimpin langsung. Kan kuncinya soal ketepatan sasaran
dari pada pendistribusian distribusi ini supaya benar-benar rakyat yang paling
layak yang dapat," ujarnya.

Baca:
Erick Soal Ahok Jadi Komut Pertamina: Jangan Dilihat Politis!

Dalam kesempatan terpisah, Ahok mengaku meminta bantuan Juliari. Bantuan


itu berkaitan dengan data masyarakat miskin alias prasejahtera penerima
bantuan pemerintah.

"Kita tidak mau lagi ada orang yang tidak tepat sasaran terima bantuan.
Harusnya ya keadilan sosial dong," kata Ahok yang juga politikus PDI
Perjuangan tersebut.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif membantah
apabila Kementerian ESDM bakal mencabut susbidi LPG 3 kilogram (kg). Hal itu
diutarakan Arifin saat menjadi pembicara dalam acara Indonesia Millennial
Summit di The Tribrata, Jakarta, Jumat (17/1/2020).
"Itu tidak sepenuhnya benar," ujarnya.

Menurut Arifin, rencana kebijakan pemerintah terkait subsidi LPG 3 kg masih


dalam pembicaraan dengan kementerian/lembaga terkait maupun pengusaha-
pengusaha yang perlu mendapatkan sumber energi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai