Anda di halaman 1dari 19

Step 5

LO
1.MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MEMAHAMI
PENGGOLONGAN OBAT SESUAI DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN NARKOTIKA, PREKURSOR,
OWA DAN OOT
2.MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI,MEMAHAMI PERAN
APOTEKER DALAM PENGELOLAAN PEMBERIAN OBAT
NARKOTIKA,PSIKOTROPIKA,PREKURSOR,OOT DAN OWA
TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
3.MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI TATA CARA
KONSELING DAN SWAMEDIKASI SESUAI DENGAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
4.MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN DAN
MENERAPKAN CARA PENGGUNAAN OBAT KHUSUS
5.MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MEMAHAMI
PERGANTIAN OBAT DAGANG KE GENERIK SESUAI
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
6. MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI ,MEMAHAMI DAN
MENERAPKAN KODE ETIK APOTEKER TERHADAP
TENAGA KESEHATAN LAINNYA, TEMAN SEJAWAT DAN
TERHADAP PASIEN
7. MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MEMAHAMI
OBAT-OBAT YANG TIDAK HALAL DAN PANDANGAN
APOTEKER TERHADAP ISLAM
STEP 7
1.MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MEMAHAMI
PENGGOLONGAN OBAT SESUAI DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN NARKOTIKA, PREKURSOR,
OWA DAN OOT
PENJELASAN:
GOLONGAN NARKOTIKA (UU RI TAHUN 2009)
GOL 1 DIGUNAKAN UNTUK PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
CONTOH OPIUM
GOL 2 BERKHASIAT PENGOBATAN PILIHAN TERAPI DAN ILMU
PENGETAHUAN CONTOH MORFIN
GOL 3 BERKHASIAT SEBAGAI TERAPI CONTOH CODEIN
PERMENKES NO 7
GOL 1 PAPAVER SOMNIFERUM
GOL 2 MORFINA
GOL 3 NIKOKODINA
UU RI NO 35 TAHUN 2009
GOL 1 TIDAK DIGUNAKAN UNTUK TERAPI (KETERGANTUNGAN
TINGGI) MEMILIKI 65 JENIS
GOL 2 KETERGANTUNGAN SEDANG
GOL 3 KETERGANTUNGAN RENDAH
BERDASARKAN UU RI NO 44 TAHUN 2019
GOL 1 175
GOL 2 90
GOL 3 15 JENIS
GOLONGAN NARKOTIKA PENGGOLONGAN OBAT BT
OBAT NARKOTIKA BERASAL DARI TANAMAN DIERTAI DENGAN
TANDA BULAT DAN PALANG MERAH
-PSIKOTROPIKA (UU RI NO 5 TAHUN 1997)
PASAL 2 AYAT 2
PSIKOTROPIKA MEMILIKI SYNDROM KETERGANTUNGAN
GOL 1 U/ PENGETAHUAN DANDGUNAKAN SBG TERAPI, POTENSIX
KUAT
CONTOH BROLAMFETAMIN,TENOXILIDINA
GOL 2 U/ PENGOBATAN DAN TERAPI SETELAH IPA, POTENSINYA
KUAT
CONTOH AMFETAMIN
GOL 3 SBG TERAPI POTENSI SEDANG MNGAKIBATKAN SYNDROM
KETERGANTUNGAN
CONTOH ANOBARBITAL
GOL SBG TERAPI DAN ILMU PNGETAHUAN ,POTENSINYA RINGAN
CONTOHNYA DIAZEPAM

PERMENKES 3 TAHUN 2007


PSIKOTROPIKA GOL 2, AMINEPTINA,SIKOBARBITAL
GOL 4 ADA 62 YANG TERMASUK DALAM GOLONGAN
PSIKOTROPIKA
CONTOH ALPRAZOLAM,DIAZEPAM AMINEPTINA
UU RI NO 5 1997
PSIKOTROPIKA GOL 1 HANYA DIGUNAKAN U/ ILMU PNGETAHUAN
TDK DIGUNAKAN SBG TERAPI
OOT 9BPOM NO 10 TAHUN 2009)
TRAMADOL, TRIHEKSIPRIMIDIL, AMITRIPTYLIN, HALOPERIDOL,DMP
KESIMPULAN YANG TERMASUK GOL PSIKOTROPIKA YAITU
ALPRAZOLAM GOL 4
OOT INI HANYA DAPAT DIGUNAKAN UNTUK KPNTINGAN
PELAYANAN KESEHATAN DN ILMU PENGETAHUAN
PREKURSOR NO 44 TAHUN 2010
TABEL 1
EFEDRIN,ERGOMETRIN,PSEUDOEFEDRIN,POTASIUM
PERMANGANAT, LYSERGIC ACID
TABEL 2
ASETON ANTHARANILIC ACID
FENILPROPANON
ETHYL ETER
TOLUEN
ACETONE
METIL ETIL KETON
SULFURIC ACID

OWA 1 KEMENKES 199


KONTRASEPSI ORAL (PIL KB)
OBAT SALURAN CERNA (DISACODIL SUPPO, METOCLHORPAMID)
MULUT DAN TENGGOROKAN
ANTI PARASIT
IBUPROFEN OWA 2 MAX 10 TAB
OMEPRAZOL OWA 2 MAX 7 TAB
ALLOPURINOL 10 MG OWA 3 MAX 10 TABLET. DIBERIKAN KETIKA
PENGULANGAN DARI RESEP
PIL KB TIDAK DIBERIKAN KARNA BERDASARKAN CATATAN OWA 1
OWA 2 PERMENKES TAHUN 1993
MENURUT PEDOMAN OBAB BT
BEBAS TERBATAS LINGKARAN BERWARNA BIRU
OBAT KERAS LINGKARAN BERWARNA HITAM
PERMENKES NO 49 TAHUN 2000
OBAT KERAS, KERAS TERTENTU, DAN OWA
IBUPROFEN OWA 2 MAKSIMAL PEMBERIAN 10 TAB UNTUK 400 DAN
600 MG
PERMENKES TAHUN 1999
MOSKULUSSELETAL
SALURAN PENCERNAAN
ANTI HISTAMIN
ANTI ASMA
ORGAN SENSORIK
PARNAPARIN MERUPAKAN OBAT GOL KERA
ISDN OBAT KERAS
ASAM ASETIL SALISILAT/ASPIRIN OBAT BEBAS
AMLODIPIN OBAT KERAS
OBAT OMEPRAZOL OWA 2 PENANDAAN OBAT KERAS
DULCOLAX SUPPO OBAT BT
CODEIN GOL NARKOTIKA KE 3
ALLOPURINOL GOL OWA 3
DMP HBR GOL OOT
PHENYLPROPANOLAMIN PREKURSOR
ALPRAZOLAM GOL PSIKOTROPIKA
CPZ GOL OOT
KESIMPULAN
Ibuprofen (OWA No. 1 dan OWA No. 2)
Codein (Narkotika Golongan 3)
Alprazolam (Prekursor Golongan 4)
Fenilpropanolamin (Gol obat prekursor)
CPZ (Obat-obat tertentu)
Allopurinol (OWA No. 3)
Omeprazol (Gol obat OWA 2)
Parnaparin dan Fondaparinux (Gol obat keras)

M2.MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI,MEMAHAMI


PERAN APOTEKER DALAM PENGELOLAAN PEMBERIAN
OBAT NARKOTIKA,PSIKOTROPIKA,PREKURSOR,OOT DAN
OWA TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENJELASAN:
PENGELOLAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKAN & PREKUSROR
(BPOM
PENGOLALAAN MELIPUTI PENGADAAN, PENERIMAAN
,PENYIMPANAN, PENYERAHAN,PENGEMBALIAN ,PEMUSNAHAN,
DAN LAPORAN
PENYERAHAN OBAT NARKOTIKA SESUAI DNG BPOM DILARANG
MENGULANGI RESEP,
FASKES DILARANG MELAYANI RESEP APABILA BUKAN RESEP
ASLI
HANYA DAPT DILAKUKAN PADA RESEP DOKTER
TIDAK BOLEH DIBERIKAN DALM BENTUK FAX MILE ATAU COPY
RESEP
HAL2 YANG HARUS ADA DI RESEP
NAMA,ALAMAT, SIP DOKTER, NO HP DOKTER
TGGL PENULISAN RESEP
NAMA OBAT POTENSI, DOSIS DAN JUMLAH OBAT
ATURAN PAKAI HARUS JELAS
NAMA ALAMAT, UMUR, JK, BB PASIEN,
TANDA TANGAN DARI DOKTER YG MENULIS RESEP

RESEP YG DITERIMA WAJIB DILAKUKAN SKRINING, FASILITAS


PELAYANAN HANYA DAPT DIBERIKAN KE PASIEN, KECUALI
KETENTUAN2, DARI INSTALASI FARMASI KLINIK, BIDAN PRAKTEK
MANDIRI, KETIKA TERJADI KELANGKAAN / KEKOSONGAN STOK
PADA FASILITAS PELAYANAN TERSEBUT
DISERTAI PERMINTAAN TERTULIS, DILAKUKAN OLEH PJ FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN
NO 4 TAHUN 2008
RESEP NARKOTIKA DILARANG DISERAHKAN SEKALIGUS
KETIKA TERDAPAT PERMINTAAN ITER ATAU DIULANG
RESEP YG BERASAL DARI INSTALASI RS HANYA OLEH DITEBUS DI
INSTALASI TRSEBUT

PENYERAHAN PSIKOTROPIKA
SALINAN RESEP ADALAH SAINAN YANG DIBUAT OLEH APOTEKER
BUKA FC
PENYERAHANNYA HANYA DAPAT DIBERIKAN MELALUI INSTALASI
FARMASI RS,PUSKESMAS,DOKTER
UU NO 5 1997
OLEH APOTEK HANYA DAPAT DILAKUKAN OLEH INSTALASI
FARMASI,

PENYERAHAN PREKURSOR
BPOM N0 4 TAHU 2018
PREKURSOR OBAT BT
HARUS MEMPERHATIKAN BATAS KEWAJARAN , DAN DOSIS
TERAPI, YAITUNGOL BEBAS
KESIMPULAN PENYERAHAN PROPANOLAMIN TIDAK DIBERIKAN
KARENA SUDAH MENERIMA DMP
PENYERAHAN OWA HARUS MEMPERHATIKAN KETENTUAN DAN
BATASAN TIAP OWA, MAX JUM OBAT, DAN PASIEN SDH PERNAH
MNGGUNAKAN DENGAN RESEP
MEBUAT CATATAN INFORMASI PASIEN
MEMBERIKAN INFO PADA PASIEN AGAR AMAN DIGUNAKAN ,MIX
DOSIS, ATURAN PAKAI, KONTTRAINDIKASI, ES, DLL

-PENGELOLAAN OOT
MENURUT BPOM NO 7 TAHUN 2016
U/ I RS
DAN INTASLASI KLINIK
PENYERAHAN HARS DILAKUKAN BERDASARKAN RESEP DOKTER,
RESEP YG DITERIMA HARUS DILIAT KEABSAHAN RESEPNYA,
PENERIMAAN RESEP HARUS DISERTAI BUKTI SERAH TERIMA
OOT DMP (BPOM THUN 2009)
KETIKA PENYERAHANX UNTUK OBAT MNGANDUNG DMP HARUS
BERUMUR 18 TAHUN
CPZ TERMASUK OOT ,MRUPAKAN OBAT KERAS, DISERAHKAN
BERDASARKAN RESEP DARI DOKTER YG DISERAHKAN K
APOTEKER
SKENARION DISIMPULKAN TDK SESUAI UU, KARNA PENYERAHAN
OBAT BERLEBIHAN
OOT PASAL 8 BPOM N0 2019
FASKES WAJIB MMPERHATIKA KEWAJARAN JUM OBT YANG
DIBERIKAN
3.MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI TATA CARA
KONSELING DAN SWAMEDIKASI SESUAI DENGAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENJELASAN
TAHAP2 KONSELING
APT MEMPERKENALKAN DIRI, DAN MEMBERI BATASAN
APA YG HARUS DIKONSELINGKAN, MENANYAKAN
KEPADA PASIEN APAKAH DIA MEMILIKI WAKTU,
MENANYAKAN KPS PASIEN APAKAH DR SDH
MNEJELASAKN TNTNG YG DIRESEP
BUAT JADWAL MINUM OBAT SESUAI ATURANNYA
APT MNJELASKAN TNTN ES YG TRCANTUM PADA OBAT
APT MEMASTIKAN PASIEN SDH MNGERTI YG
DIJELASKAN
APT MENDOKUMENTASIKAN SEMUA YG DI TNYAKAN K
PASIEN

SWAMEDIKASI MENURUT PEDOMAN PRAKTIK INDONESIA


2013
MENURUT DEPKES RI TAHUN 2009
MEMBERITAHUNKAN INDIKASI, KI, ES,
BERDASARKAN SKENARIO DIBERIKAN ORALIT UNTUK
PENYAKIT DIARENYA
SWAMEDIKASI PIL KB, APOTEKER MEMBERITAHUKAN
CARA PEMAKAINNYA
4.MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN DAN
MENERAPKAN CARA PENGGUNAAN OBAT KHUSUS
CARA PENGGUNAAN TAB SUBLINGUAL (KEMENKES RI
TAHUN 2015
DIGUNAKAN DIBAWAH LIDAH
MINUM ATAU BERKUMURLAH DNG SDIKIT AIR U/
MELEMBABKAN JIKA MULUT KERIN
LETAKKAN TAB DIBWAH LIDAH
TUTUP MULUT DAN JANGAN MENELAN SAMPAI TABLET
LARUT SEMPUR
JNG MAKAN MINUM ATAU MEROKOK SLAMA TABLET
BELUM LARUT
JNG MNCUCI MULUT SBLM TAB LARUT SEMPURNA

TATA CARA SUPPOSITORIA


CUCI TANGAN, JK SUPPO DALAM KEADAAN LEMBEK
MASUKKAN KEDALAM AIR DINGIN SBELUM PMBUNGKUS
DIBUKA, JIKA PENGGUNAAN STENGAH BELAH
MEMANJANG DNG MNGGUNAKAN SILET, GUNAKAN
SARUNG TANGAN UTK MEMEGANG, GUNAKAN PELICIN
BILA ADA ATAU BASAHI DAERAH RECTAL DNG AIR
DINGIN, BERBARINGLAH

5.MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MEMAHAMI


PERGANTIAN OBAT DAGANG KE GENERIK SESUAI
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENJELASAN:
PP RI NO 51 TAHUN 2009
PASAL 24 BAGIAN B
APOTEKER DAPAT MENGGANTI MERK DAGANG DENGAN
OBAT MEREK DAGANG DENGAN MEREK GENERIK ATAS
DASAR PERMINTAAN PASIEN, DAN KONSULTASI KE
DOKTER TRLEBIH DAHULU
PPERMENKES NO 2 TAHUN 2010

6. MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI ,MEMAHAMI DAN


MENERAPKAN KODE ETIK APOTEKER TERHADAP
TENAGA KESEHATAN LAINNYA, TEMAN SEJAWAT DAN
TERHADAP PASIEN
PASAL 9 KODE ETIK APT INDONESIA
seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian
harus mengutamakan kepentingan masyarakat, menghormati
hak asasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani.
Kesimpulan: Konsumen berhak mendapatkan informasi yang
jelas, benar, dan jujur tentang kandungan yang terdapat dalam
obat, termasuk apakah obat tersebut mengandung babi atau
tidak khususnya untuk pasien yang beragama islam

KEWAJIBAN APT TRHADAP TEMAN SEJAWAT PASAL


10,11,dan 12
10. Seorang Apoteker harus memperlakukan teman
Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin Diperlakukan
11. Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan
saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode
Etik.
12. Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap
kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama
Apoteker di dalam memelihara Keluhuran martabat jabatan
kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di
dalam menunaikan tugasnya

BAB IV KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT


PETUGAS KESEHATAN LAINNYA pasal 13, dan 14

13. Seorang apoteker harus mempergunakan setiap


kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan
profesi, saling mempercayai, menghaargai dan menghormati
sejawat petugas kesehatan lain.
14. Seorang apoteker hendaknya menjauhkan diri dari
tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat kepada
sejawat petugas kesehatan lain.
Kesimpulan: Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja
maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik
Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, Ikatan/organisasi profesi farmasi yang
Menanganinya (IAI) dan mempertanggungjawabkannya kepada
Tuhan Yang Maha Esa

7. MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MEMAHAMI


OBAT-OBAT YANG TIDAK HALAL DAN PANDANGAN
APOTEKER TERHADAP ISLAM
UU RI NO 30 TAHUN 2013
OBAT YANG BERAAL DARI BAHAN BAKU HEWAN
YANG MEMENUHI SYARIAT ISLAM
Tentang Obat Dan Pengobatan Firman Allah SWT, antara lain: QS. Al-Baqarah [2] : 173
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barangsiapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi
Maha Penyayang” QS Al-An’am [6]: 119 “Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan
kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benarbenar hendak
menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka
tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang melampaui batas”

FATWA TENTANG OBAT DAN PENGOBATAN


Pertama : Ketentuan Hukum:
a. Islam mensyariatkan pengobatan karena ia bagian dari perlindungan dan perawatan
kesehatan yang merupakan bagian dari menjaga Al-Dharuriyat AlKham.
b. Dalam ikhtiar mencari kesembuhan wajib menggunakan metode pengobatan yang tidak
melanggar syariat.
c. Obat yang digunakan untuk kepentingan pengobatan wajib menggunakan bahan yang suci
dan halal.
d. Penggunaan bahan najis atau haram dalam obat-obatan hukumnya haram.
e. Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan hukumnya haram
kecuali memenuhi syarat sebagai berikut:
- digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dlarurat), yaitu kondisi keterpaksaan yang apabila
tidak dilakukan dapat mengancam jiwa manusia, atau kondisi keterdesakan yang setara
dengan kondisi darurat (al-hajat allati tanzilu manzilah al-dlarurat), yaitu kondisi
keterdesakan yang apabila tidak dilakukan maka akan dapat mengancam eksistensi jiwa
manusia di kemudian hari;
- belum ditemukan bahan yang halal dan suci; dan
- adanya rekomendasi paramedis kompeten dan terpercaya bahwa tidak ada obat yang halal.
f. Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan luar hukumnya boleh
dengan syarat dilakukan pensucian

MENURUT UU NO 33 TAHUN 2014


BAB 3 BAHAN DAN PROSES PRODUK HALAL
PASAL 17
-Berdasarkan Undang-Undang No 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

Pasal 17

(1) Bahan yang digunakan dalam PPH terdiri atas bahan baku, bahan olahan, bahan
tambahan, dan bahan penolong.
(2) Bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari: a. hewan; b. tumbuhan; c.
mikroba; atau d. bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi, atau proses
rekayasa genetik.
(3) Bahan yang berasal dari hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a pada
dasarnya halal, kecuali yang diharamkan menurut syariat.

Pasal 18

(1) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (3) meliputi: a. bangkai; b. darah; c. babi; dan/atau d. hewan yang disembelih tidak
sesuai dengan syariat.
(2) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan selain sebagaimana dimaksud pada ayat
1 ditetapkan oleh Menteri berdasarkan fatwa MUI.
Pasal 19
(1) Hewan yang digunakan sebagai bahan Produk wajib disembelih sesuai dengan syariat dan
memenuhi kaidah kesejahteraan hewan serta kesehatan masyarakat veteriner.
(2) Tuntunan penyembelihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 20

(1) Bahan yang berasal dari tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b pada
dasarnya halal, kecuali yang memabukkan dan/atau membahayakan kesehatan bagi orang yang
mengonsumsinya.

(2) Bahan yang berasal dari mikroba dan bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi,
atau proses rekayasa genetik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c dan huruf d
diharamkan jika proses pertumbuhan dan/atau pembuatannya tercampur, terkandung, dan/atau
terkontaminasi dengan bahan yang diharamkan.

(3) Bahan yang diharamkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri
berdasarkan fatwa MUI.

-Artikel kemenkes RI tentang edaran BPOM tentang obat yang mengandung bahan tidak
halal/haram:
Sampai dengan 13 Desember 2013 tercatat ada 3 obat yang mengandung babi yaitu obat
yang mengandung heparin molekul rendah, berdasarkan database nomor izin edar yang telah
dikeluarkan BPOM. Ketiga obat itu adalah Lovenox injeksi mengandung Enoxaparin Sodium,
didaftarkan oleh PT. Aventis Indonesia, NIE DKI 0185600143A1; Fraxiparin injeksi,
mengandung Nadroparin Calcium, didaftarkan oleh PT. Glaxo Welcome Indonesia, NIE DKI
0585100343A1; dan Fuluxum injeksi, mengandung Parnaparin Sodium, didaftarkan oleh PT.
Pratapa Nirmala, NIE DKI 0697600443A1.
Sodium heparin berasal dari jaringan mukosa (permukaan bagian dalam usus) babi. HARAM
bagi ummat muslim akan tetapi bisa digunakan apabila dalam keadaan darurat atau keterpaksaan
dan tidak ada pilihan obat lain (al Baqarah :173)

Kesimpulan:
Berdasarkan skenario dan literatur diatas bahwasanya seorang muslim tidak dianjurkan
makan atau meminum obat yang mengandung bahan haram, kecuali dalam keadaan darurat, last
choice, atau sudah tidak ada laagi pilihan lain untuk pengobatan penyembuhannya.

Pandangan Apoteker terhadap islam yaitu berdasarkan pada scenario dimana penggantian obat
parnaparin yang mengandung babi menjadi fondafarinux merupakan kewajiban dari apoteker
dimana penggunaan obat yang mengandung bahan haram seperti babi dilarang dalam islam
apalagi jika masih ada pilihan obat lain yang dapat diberikan dengan indikasi yang sama, kecuali
jika memang sudah tidak ada obat pilihan lain dan dapat terjadi kematian pada pasien jika tidak
menggunakan obat tersebut maka hal tersebut boleh untuk dikonsumsi

HASIL DISKUSI
1. Bagimana peran apoteker dalam memberikan konseling pada pasien yang
tingkat kepatuhannya rendah?
Jawab :
Berdasarkan Pedoman Konseling, Depkes 2007 .Apoteker dapat
menyarankan pasien untuk menggunakan alat pengingat, seperti alarm dan
kartu minum obat mandiri. Apoteker dapat melakukan monitoring terhadap
pengobatan pasien, memeberikan pengertian dan motivasi atau bekerjasama
dengan dokter untuk empermudah jadwal pengobatan pasien
2. Apa dasar penggolongan prekursor table I dan II
Jawab : Berdasarkan Undang-Undang No 44 Tahun 2010 Prekursor
table I merumapakan bahan awal dan pelarut yang sering digunakan lebih
ketat dibandingkan tabel II
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap pil KB
Jawab :
Berdasarkan Fatwa MUI tahun 2000, Agama Islam memperbolehkan
manusia melakukan pengaturan kelahiran anak dengan tujuan positif seperti
untuk menjaga kesehatan ibu dan anak. KB yang diharamkan yaitu
Vasektomi dan Tubektomi kecuali, berdasarkan pertimbangan medis dari
dokter yang professional apabila yang bersangkutan hamil atau melahirkan
dapat menyebabkan kematian sedangkan untuk vasektomi dikecualikan
untuk tujuan yang tidak menyalahi syariat, tidak menimbulkan kemandulan
permanen, ada jaminan dapat mengembalikan fungsi reproduksi seperti
semula, tidak menimbulkan bahaya bagi yang bersangkutan.
4. Apa alasan pengelompokkan OWA
Jawab :
Dalam keputusan mentri kesehatan RI nomor 1176 Tahun 1999 Hal-hal
yang dipertimbangkan yaitu Bahwa sesuai dengan perkembangan dibidang
Farmasi yang menyangkut khasiat dan keamanan obat, Maka dipandang
perlu kuntuk meninjau keambali daftar obat yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter oleh apoteker di Apotek.
Obat Wajib apotek dibagi menjadi 3 untuk menyesuaikan dengan kondisi
terkini dan perkembangan dibidang Farmasi. Obat Wajib Apotek 1
merupakan obat Wajib Apotek yang pertama kali dikeluarkan, kemudian
setelah disesuaikan dengan kondisi terkini, maka dikeluarkan lagi obat wajib
apotek 2 dan 3.
5. Bagaimana jika apoteker menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan
oleh tenaga kesahatan lainnya
Jawab :
Berdasarkan Kode Etik apoteker Indonesia dalam pasal 14
Bilamana seorang Apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari
pelayanan profesi kesehatan lainnya, maka Apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada tenaga profesi tersebut, tanpa
yang bersangkutan merasa dipermalukan.

6. Berapakah jumlah maksimal pemberian OOT


Jawab :
Berdasarkan PBOM No 10 Tahun 2019
Dalam pemberian OOT tidak ada Batasan makasimal, yang termasuk obat-
obat tertentu yaitu Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin,
dan Haloperidol adalah obat keras dimana Pada Pasal 10 mengatakan Obat-
obat tersebut wajib diserahkan berdasarkan resep yang dituliskan oleh
dokter dan Salinan resep yang disahkan oleh apoteker juga perlu di lihat
kewajaran jumlah obat yang diserahkan serta frekuensi penyerahan obat
kepada pasien yang sama.

Anda mungkin juga menyukai