LO
1.MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MEMAHAMI
PENGGOLONGAN OBAT SESUAI DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN NARKOTIKA, PREKURSOR,
OWA DAN OOT
2.MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI,MEMAHAMI PERAN
APOTEKER DALAM PENGELOLAAN PEMBERIAN OBAT
NARKOTIKA,PSIKOTROPIKA,PREKURSOR,OOT DAN OWA
TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
3.MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI TATA CARA
KONSELING DAN SWAMEDIKASI SESUAI DENGAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
4.MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN DAN
MENERAPKAN CARA PENGGUNAAN OBAT KHUSUS
5.MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MEMAHAMI
PERGANTIAN OBAT DAGANG KE GENERIK SESUAI
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
6. MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI ,MEMAHAMI DAN
MENERAPKAN KODE ETIK APOTEKER TERHADAP
TENAGA KESEHATAN LAINNYA, TEMAN SEJAWAT DAN
TERHADAP PASIEN
7. MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MEMAHAMI
OBAT-OBAT YANG TIDAK HALAL DAN PANDANGAN
APOTEKER TERHADAP ISLAM
STEP 7
1.MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MEMAHAMI
PENGGOLONGAN OBAT SESUAI DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN NARKOTIKA, PREKURSOR,
OWA DAN OOT
PENJELASAN:
GOLONGAN NARKOTIKA (UU RI TAHUN 2009)
GOL 1 DIGUNAKAN UNTUK PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
CONTOH OPIUM
GOL 2 BERKHASIAT PENGOBATAN PILIHAN TERAPI DAN ILMU
PENGETAHUAN CONTOH MORFIN
GOL 3 BERKHASIAT SEBAGAI TERAPI CONTOH CODEIN
PERMENKES NO 7
GOL 1 PAPAVER SOMNIFERUM
GOL 2 MORFINA
GOL 3 NIKOKODINA
UU RI NO 35 TAHUN 2009
GOL 1 TIDAK DIGUNAKAN UNTUK TERAPI (KETERGANTUNGAN
TINGGI) MEMILIKI 65 JENIS
GOL 2 KETERGANTUNGAN SEDANG
GOL 3 KETERGANTUNGAN RENDAH
BERDASARKAN UU RI NO 44 TAHUN 2019
GOL 1 175
GOL 2 90
GOL 3 15 JENIS
GOLONGAN NARKOTIKA PENGGOLONGAN OBAT BT
OBAT NARKOTIKA BERASAL DARI TANAMAN DIERTAI DENGAN
TANDA BULAT DAN PALANG MERAH
-PSIKOTROPIKA (UU RI NO 5 TAHUN 1997)
PASAL 2 AYAT 2
PSIKOTROPIKA MEMILIKI SYNDROM KETERGANTUNGAN
GOL 1 U/ PENGETAHUAN DANDGUNAKAN SBG TERAPI, POTENSIX
KUAT
CONTOH BROLAMFETAMIN,TENOXILIDINA
GOL 2 U/ PENGOBATAN DAN TERAPI SETELAH IPA, POTENSINYA
KUAT
CONTOH AMFETAMIN
GOL 3 SBG TERAPI POTENSI SEDANG MNGAKIBATKAN SYNDROM
KETERGANTUNGAN
CONTOH ANOBARBITAL
GOL SBG TERAPI DAN ILMU PNGETAHUAN ,POTENSINYA RINGAN
CONTOHNYA DIAZEPAM
PENYERAHAN PSIKOTROPIKA
SALINAN RESEP ADALAH SAINAN YANG DIBUAT OLEH APOTEKER
BUKA FC
PENYERAHANNYA HANYA DAPAT DIBERIKAN MELALUI INSTALASI
FARMASI RS,PUSKESMAS,DOKTER
UU NO 5 1997
OLEH APOTEK HANYA DAPAT DILAKUKAN OLEH INSTALASI
FARMASI,
PENYERAHAN PREKURSOR
BPOM N0 4 TAHU 2018
PREKURSOR OBAT BT
HARUS MEMPERHATIKAN BATAS KEWAJARAN , DAN DOSIS
TERAPI, YAITUNGOL BEBAS
KESIMPULAN PENYERAHAN PROPANOLAMIN TIDAK DIBERIKAN
KARENA SUDAH MENERIMA DMP
PENYERAHAN OWA HARUS MEMPERHATIKAN KETENTUAN DAN
BATASAN TIAP OWA, MAX JUM OBAT, DAN PASIEN SDH PERNAH
MNGGUNAKAN DENGAN RESEP
MEBUAT CATATAN INFORMASI PASIEN
MEMBERIKAN INFO PADA PASIEN AGAR AMAN DIGUNAKAN ,MIX
DOSIS, ATURAN PAKAI, KONTTRAINDIKASI, ES, DLL
-PENGELOLAAN OOT
MENURUT BPOM NO 7 TAHUN 2016
U/ I RS
DAN INTASLASI KLINIK
PENYERAHAN HARS DILAKUKAN BERDASARKAN RESEP DOKTER,
RESEP YG DITERIMA HARUS DILIAT KEABSAHAN RESEPNYA,
PENERIMAAN RESEP HARUS DISERTAI BUKTI SERAH TERIMA
OOT DMP (BPOM THUN 2009)
KETIKA PENYERAHANX UNTUK OBAT MNGANDUNG DMP HARUS
BERUMUR 18 TAHUN
CPZ TERMASUK OOT ,MRUPAKAN OBAT KERAS, DISERAHKAN
BERDASARKAN RESEP DARI DOKTER YG DISERAHKAN K
APOTEKER
SKENARION DISIMPULKAN TDK SESUAI UU, KARNA PENYERAHAN
OBAT BERLEBIHAN
OOT PASAL 8 BPOM N0 2019
FASKES WAJIB MMPERHATIKA KEWAJARAN JUM OBT YANG
DIBERIKAN
3.MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI TATA CARA
KONSELING DAN SWAMEDIKASI SESUAI DENGAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENJELASAN
TAHAP2 KONSELING
APT MEMPERKENALKAN DIRI, DAN MEMBERI BATASAN
APA YG HARUS DIKONSELINGKAN, MENANYAKAN
KEPADA PASIEN APAKAH DIA MEMILIKI WAKTU,
MENANYAKAN KPS PASIEN APAKAH DR SDH
MNEJELASAKN TNTNG YG DIRESEP
BUAT JADWAL MINUM OBAT SESUAI ATURANNYA
APT MNJELASKAN TNTN ES YG TRCANTUM PADA OBAT
APT MEMASTIKAN PASIEN SDH MNGERTI YG
DIJELASKAN
APT MENDOKUMENTASIKAN SEMUA YG DI TNYAKAN K
PASIEN
Pasal 17
(1) Bahan yang digunakan dalam PPH terdiri atas bahan baku, bahan olahan, bahan
tambahan, dan bahan penolong.
(2) Bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari: a. hewan; b. tumbuhan; c.
mikroba; atau d. bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi, atau proses
rekayasa genetik.
(3) Bahan yang berasal dari hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a pada
dasarnya halal, kecuali yang diharamkan menurut syariat.
Pasal 18
(1) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (3) meliputi: a. bangkai; b. darah; c. babi; dan/atau d. hewan yang disembelih tidak
sesuai dengan syariat.
(2) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan selain sebagaimana dimaksud pada ayat
1 ditetapkan oleh Menteri berdasarkan fatwa MUI.
Pasal 19
(1) Hewan yang digunakan sebagai bahan Produk wajib disembelih sesuai dengan syariat dan
memenuhi kaidah kesejahteraan hewan serta kesehatan masyarakat veteriner.
(2) Tuntunan penyembelihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 20
(1) Bahan yang berasal dari tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b pada
dasarnya halal, kecuali yang memabukkan dan/atau membahayakan kesehatan bagi orang yang
mengonsumsinya.
(2) Bahan yang berasal dari mikroba dan bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi,
atau proses rekayasa genetik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c dan huruf d
diharamkan jika proses pertumbuhan dan/atau pembuatannya tercampur, terkandung, dan/atau
terkontaminasi dengan bahan yang diharamkan.
(3) Bahan yang diharamkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri
berdasarkan fatwa MUI.
-Artikel kemenkes RI tentang edaran BPOM tentang obat yang mengandung bahan tidak
halal/haram:
Sampai dengan 13 Desember 2013 tercatat ada 3 obat yang mengandung babi yaitu obat
yang mengandung heparin molekul rendah, berdasarkan database nomor izin edar yang telah
dikeluarkan BPOM. Ketiga obat itu adalah Lovenox injeksi mengandung Enoxaparin Sodium,
didaftarkan oleh PT. Aventis Indonesia, NIE DKI 0185600143A1; Fraxiparin injeksi,
mengandung Nadroparin Calcium, didaftarkan oleh PT. Glaxo Welcome Indonesia, NIE DKI
0585100343A1; dan Fuluxum injeksi, mengandung Parnaparin Sodium, didaftarkan oleh PT.
Pratapa Nirmala, NIE DKI 0697600443A1.
Sodium heparin berasal dari jaringan mukosa (permukaan bagian dalam usus) babi. HARAM
bagi ummat muslim akan tetapi bisa digunakan apabila dalam keadaan darurat atau keterpaksaan
dan tidak ada pilihan obat lain (al Baqarah :173)
Kesimpulan:
Berdasarkan skenario dan literatur diatas bahwasanya seorang muslim tidak dianjurkan
makan atau meminum obat yang mengandung bahan haram, kecuali dalam keadaan darurat, last
choice, atau sudah tidak ada laagi pilihan lain untuk pengobatan penyembuhannya.
Pandangan Apoteker terhadap islam yaitu berdasarkan pada scenario dimana penggantian obat
parnaparin yang mengandung babi menjadi fondafarinux merupakan kewajiban dari apoteker
dimana penggunaan obat yang mengandung bahan haram seperti babi dilarang dalam islam
apalagi jika masih ada pilihan obat lain yang dapat diberikan dengan indikasi yang sama, kecuali
jika memang sudah tidak ada obat pilihan lain dan dapat terjadi kematian pada pasien jika tidak
menggunakan obat tersebut maka hal tersebut boleh untuk dikonsumsi
HASIL DISKUSI
1. Bagimana peran apoteker dalam memberikan konseling pada pasien yang
tingkat kepatuhannya rendah?
Jawab :
Berdasarkan Pedoman Konseling, Depkes 2007 .Apoteker dapat
menyarankan pasien untuk menggunakan alat pengingat, seperti alarm dan
kartu minum obat mandiri. Apoteker dapat melakukan monitoring terhadap
pengobatan pasien, memeberikan pengertian dan motivasi atau bekerjasama
dengan dokter untuk empermudah jadwal pengobatan pasien
2. Apa dasar penggolongan prekursor table I dan II
Jawab : Berdasarkan Undang-Undang No 44 Tahun 2010 Prekursor
table I merumapakan bahan awal dan pelarut yang sering digunakan lebih
ketat dibandingkan tabel II
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap pil KB
Jawab :
Berdasarkan Fatwa MUI tahun 2000, Agama Islam memperbolehkan
manusia melakukan pengaturan kelahiran anak dengan tujuan positif seperti
untuk menjaga kesehatan ibu dan anak. KB yang diharamkan yaitu
Vasektomi dan Tubektomi kecuali, berdasarkan pertimbangan medis dari
dokter yang professional apabila yang bersangkutan hamil atau melahirkan
dapat menyebabkan kematian sedangkan untuk vasektomi dikecualikan
untuk tujuan yang tidak menyalahi syariat, tidak menimbulkan kemandulan
permanen, ada jaminan dapat mengembalikan fungsi reproduksi seperti
semula, tidak menimbulkan bahaya bagi yang bersangkutan.
4. Apa alasan pengelompokkan OWA
Jawab :
Dalam keputusan mentri kesehatan RI nomor 1176 Tahun 1999 Hal-hal
yang dipertimbangkan yaitu Bahwa sesuai dengan perkembangan dibidang
Farmasi yang menyangkut khasiat dan keamanan obat, Maka dipandang
perlu kuntuk meninjau keambali daftar obat yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter oleh apoteker di Apotek.
Obat Wajib apotek dibagi menjadi 3 untuk menyesuaikan dengan kondisi
terkini dan perkembangan dibidang Farmasi. Obat Wajib Apotek 1
merupakan obat Wajib Apotek yang pertama kali dikeluarkan, kemudian
setelah disesuaikan dengan kondisi terkini, maka dikeluarkan lagi obat wajib
apotek 2 dan 3.
5. Bagaimana jika apoteker menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan
oleh tenaga kesahatan lainnya
Jawab :
Berdasarkan Kode Etik apoteker Indonesia dalam pasal 14
Bilamana seorang Apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari
pelayanan profesi kesehatan lainnya, maka Apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada tenaga profesi tersebut, tanpa
yang bersangkutan merasa dipermalukan.