Anda di halaman 1dari 24

BELAJAR MANDIRI

ISLAM DISIPLIN ILMU APOTEKER

OLEH :

NAMA : NURMIATI

STAMBUK : 15120190194

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
Step 6

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai


perencanaan obat di RS
(Tujuan, metode (perhitungan konsumsi) metode epiomediologi ,
proses perencanaan, pertimbangan)
A. Tujuan Perencanaan
Menurut Satibi 2014, “Manajemen Obat di Rumah Sakit”,
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
- Mendapatkan jenis dan jumlah obat tepat sesuai kebutuhan
- Menghindari kekosongan obat
- Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
- Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Modul Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik, 2016
- Untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai
kebutuhan
- Untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan
persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
- Meningkatkan penggunaan secara efektif dan efisien.
Menurut Pedoman pengelolaan pembekalan farmasi di rumah
sakit, 2010
Untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit
B. Metode perencanaan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
Metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia
Menurut Pedoman pengelolaan pembekalan farmasi di rumah
sakit, 2010
1. Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan
pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu,
dengan berbagai penyesuaian dan koreksi
2. Metode Morbiditas/Epidemiologi
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan
farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan
kunjungan, dan waktu tunggu (lead time).
Modul Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik, 2016
Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat,
yaitu:
1. Metode konsumsi
Secara umum metode konsumsi menggunakan
konsumsi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan
datang berdasarkan analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya. Pendekatan yang dilakukan sebelum
merencanakan dengan metode konsumsi adalah lakukan
evaluasi, Estimasi jumlah kebutuhan perbekalan farmasi
periode mendatang, Penerapan perhitungan.
2. Metode morbiditas (epidemiologi)
Memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan jumlah
kehadiran pasien, waktu tunggu pasien (lead time), kejadian
penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari
penyakit yang ada. Pendekatan yang dilakukan sebelum
merencanakan adalah:
 Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.
 Menentukan jumlah kunjungan berdasarkan frekuensi
penyakit.
 Penyiapan standar pengobatan yang diperlukan.
 Menghitung perkiraan kebutuhan.
Menurut Kementrian Kesehatan RI Tahun 2019 Tentang
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit
1. Metode Konsumsi
Metode konsumsi menggunakan data dari konsumsi
periode sebelumnya dengan penyesuaian yang dibutuhkan.
Perhitungan dengan metode konsumsi didasarkan atas
analisa data konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya
ditambah stok penyangga (buffer stock), stok waktu tunggu
(lead time) dan memperhatikan sisa stok. Buffer stock dapat
mempertimbangkan kemungkinan perubahan pola penyakit
dan kenaikan jumlah kunjungan (misal: adanya Kejadian Luar
Biasa). Jumlah buffer stock bervariasi antara 10% sampai
20% dari kebutuhan atau tergantung kebijakan Rumah Sakit.
Sedangkan stok lead time adalah stok Obat yang dibutuhkan
selama waktu tunggu sejak Obat dipesan sampai Obat
diterima.
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan
berdasarkan metode konsumsi, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Pengumpulan dan pengolahan data
- Analisis data untuk informasi dan evaluasi
- Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
- Penyesuaian jumlah kebutuhan Sediaan Farmasi dengan
alokasi dana
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metode
konsumsi adalah:
- Daftar nama obat
- Stok awal
- Penerimaan
- Pengeluaran
- Sisa stok
- Daftar obat hilang, rusak, kedaluwarsa
- Kekosongan obat
- Pemakaian rata-rata obat satu periode
- Waktu tunggu sejak obat dipesan sampai diterima (lead
time) j) Stok pengaman (buffer stock)
- Pola kunjungan
Rumus :
A = (B + C + D) - E

Ket :
A = Rencana Kebutuhan
B = Stok Kerja (Pemakaian rata-rata x 12 bulan)
C = Buffer stock
D = Lead Time Stoc k ( Lead time x pemakaian rata-rata)
E = Sisa stok
Keterangan :
- Stok Kerja adalah kebutuhan obat untuk pelayanan
kefarmasian selama satu periode.
- Buffer stock adalah stok pengaman
- Lead time stock adalah lamanya waktu antara pemesanan
obat sampai dengan obat diterima
- Lead stock adalah jumlah obat yang dibutuhkan selama
waktu tunggu (lead time)
2. Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit. Metode morbiditas memperkirakan
keperluan obat–obat tertentu berdasarkan dari jumlah obat,
dan kejadian penyakit umum, dan mempertimbangkan pola
standar pengobatan untuk penyakit tertentu. Metode ini
umumnya dilakukan pada program yang dinaikkan skalanya
(scaling up). Faktor yang perlu diperhatikan adalah
perkembangan pola penyakit dan lead time.
Langkah-langkah dalam perhitungan kebutuhan dengan
metode morbiditas:
a) Mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang perlu
dipersiapkan untuk perhitungan metode morbiditas
adalah:
 Perkiraan jumlah populasi Komposisi demografi dari
populasi yang akan diklasifikasikan berdasarkan jenis
kelamin untuk umur antara:
0 s.d. 4 tahun
4 s.d. 14 tahun
15 s.d. 44 tahun
>45 tahun
Atau ditetapkan berdasarkan kelompok dewasa (>12
tahun) dan anak (1 – 12 tahun)
 Pola morbiditas penyakit
Jenis penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada
kelompok umur yang ada.
Frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun
untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang
ada.
 Standar pengobatan
Obat yang masuk dalam rencana kebutuhan harus
disesuaikan dengan standar pengobatan di rumah
sakit.
b) Menghitung kebutuhan jumlah obat, dengan cara jumlah
kasus dikali jumlah obat sesuai pedoman pengobatan
dasar. Jumlah kebutuhan obat yang akan datang dihitung
dengan mempertimbangkan faktor antara lain pola
penyakit, lead time dan buffer stock.
C. Proses perencanaan
Menurut Kementrian Kesehatan RI Tahun 2019 Tentang
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit
1. Persiapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun
rencana kebutuhan obat:
- Perlu dipastikan kembali program dan komoditas apa
yang akan disusun perencanaannya.
- Perlu ditetapkan stakeholder yang terlibat dalam proses
perencanaan, diantaranya adalah pemegang kebijakan
dan pemasok/vendor.
- Daftar obat harus sesuai Formularium Nasional dan
Formularium Rumah Sakit. Formularium rumah sakit yang
telah diperbaharui secara teratur harus menjadi dasar
untuk perencanaan, karena daftar tersebut mencerminkan
obat yang diperlukan untuk pola morbiditas terkini.
- Perencanaan perlu memerhatikan waktu yang dibutuhkan,
mengestimasi periode pengadaan, mengestimasi safety
stock dan memperhitungkan lead time.
- Juga perlu diperhatikan ketersediaan anggaran dan
rencana pengembangan jika ada.
2. Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan obat
pasien periode sebelumnya (data konsumsi), sisa stok, data
morbiditas dan usulan kebutuhan obat dari unit pelayanan.
3. Analisa terhadap usulan kebutuhan meliputi:
- Spesifikasi item obat : Jika spesifikasi item obat yang
diusulkan berbeda dengan data penggunaan sebelumnya,
dilakukan konfirmasi ke pengusul.
- Kuantitas kebutuhan : Jika kuantitas obat yang diusulkan
jauh berbeda dengan penggunaan periode sebelumnya,
harus dilakukan konfirmasi ke pengusul.
4. Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat
menggunakan metode yang sesuai.
5. Melakukan evaluasi rencana kebutuhan menggunakan
analisis yang sesuai
6. Revisi rencana kebutuhan obat (jika diperlukan)
7. IFRS menyampaikan draft usulan kebutuhan obat ke
manajemen rumah sakit untuk mendapatkan persetujuan
Menurut Pedoman pengelolaan pembekalan farmasi di rumah
sakit, 2010
1. Pemilihan
Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit
masing-masing, Formularium RS, Formularium Jaminan
Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon Harga obat
(DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek).
2. Kompilasi Penggunaan
Informasi yang didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan
farmasi adalah:
- Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada
masing-masing unit pelayanan.
- Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi
terhadap total penggunaan setahum seluruh unit
pelayanan.
- Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan
farmasi
3. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan perencanaan kebutuhan obat dapat
menggunakan metode konsumsi, Metode
Morbiditas/Epidemiologi
4. Evaluasi Perencanaan
Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi
untuk tahun yang akan datang, biasanya akan diperoleh
jumlah kebutuhan, dan idealnya diikuti dengan evaluasi.
Cara/teknik evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
- Analisa nilai ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi
- Pertimbangan/kriteria VEN, untuk evaluasi aspek
medik/terapi
- Kombinasi ABC dan VEN
- Revisi daftar perbekalan farmasi
Modul Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik, 2016
1. Persiapan
Membentuk tim perencanaan pengadaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang bertujuan meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penggunaan dana obat melalui kerja sama
antar instansi yang terkait dengan masalah perbekalan
farmasi.
2. Perencanaan
a) Tahap pemilihan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
Menentukan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang sangat diperlukan sesuai dengan
kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan jenis
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang akan
digunakan atau dibeli.
b) Tahap perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi
Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan
obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses
perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan diharapkan perbekalan farmasi
yang dapat tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu.
Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan
kebutuhan obat, yaitu Metode konsumsi, Metode ABC
(Analisis ABC (Always, Better, Control)/Pareto Analysis) ,
Metode VEN (Vital, Essensial, Non Essensial), Metode
morbiditas (epidemiologi)
D. Pertimbangan perencanaan kebutuhan obat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
- Anggaran yang tersedia;
- Penetapan prioritas;
- Sisa persediaan;
- Data pemakaian periode yang lalu;
- Waktu tunggu pemesanan;
- Rencana pengembangan.
Menurut Satibi 2014, “Manajemen Obat di Rumah Sakit”,
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pedoman Perencanaan pengadaan obat perlu
mempertimbangkan :
- DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit
dan ketentuan setempat yang berlaku.
- Data catatan medic
- Anggaran yang tersedia
- Penetapan prioritas
- Siklus penyakit
- Sisa persediaan
- Data pemakaian periode yang lalu.
- Rencana pengembangan
Modul Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik, 2016
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan
perencanaan tersebut yaitu:
- Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah
program dapat mencapai tujuan dan sasaran.
- Persyaratan barang meliputi: kualitas barang, fungsi barang,
pemakaian satu merk dan untuk jenis obat narkotika harus
mengikuti peraturan yang berlaku.
- Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
- Pertimbangan anggaran dan prioritas
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tindakan apoteker
dalam mencegah terjadinya kekosongan stok obat di RS
Jawab:
Menurut Kementrian Kesehatan RI Tahun 2019 Tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Apabila terjadi kehabisan obat karena terlambatnya pengiriman,
kurangnya stok nasional atau sebab lain yang tidak diantisipasi
sebelumnya, maka apoteker menginformasikan kepada staf medis
tentang kekosongan obat tersebut dan saran substitusinya atau
mengadakan dari pihak luar yang telah diikat dengan perjanjian
kerjasama. Perencanaan dilaksanakan melibatkan internal instalasi
farmasi rumah sakit dan unit kerja yang ada di rumah sakit.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan factor-faktor
penyebab terjadinya kekosongan obat
Jawab:
Menurut Jurnal JAKI Volume 5 Nomor 2 tahun 2017
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan perencanaan
pengadaan obat adalah:
a. Konsumsi bulan sebelumnya
b. Pemakaian rata-rata
c. Sisa stok
d. Safety stock
e. Lead time
Menurut Jurnal Borneo Journal Of Pharmacy 2018 Vol. 1 E-ISSN:
2621-4814
Faktor yang menyebabkan kekosongan stok obat di instalasi farmasi
Rumah Sakit diantaranya tenaga SDM yang belum mencukupi,
kekosongan obat pada distributor, dana yang tersedia tidak
mencukupi, perencanaan pengadaan yang kurang akurat,
ketidaktelitian petugas dalam pemesanan, terlambatnya melakukan
pemesanan dan keterlambatan distributor dalam mengirimkan obat
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menghitung kebutuhan obat
diRS (stok pengaman, waktu tunggu, rata-rata perbulan dan pertahun
pada tahun 2019)
Jawab :
Menurut Kementrian Kesehatan RI Tahun 2019 Tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
B = Stok Kerja (Pemakaian rata-rata x 12 bulan)
Jika pernah terjadi kekosongan obat, maka perhitungan pemakaian
rata-rata adalah total pemakaian dibagi jumlah periode pelayanan
dimana obat tersedia.
C = Stok Pengaman (Stok pengaman (20%) x pemakaian rata-rata)
D = Lead Time Stock (Lead time (2 bulan) x pemakaian rata-rata)
Berdasarkan scenario
Diketahui:
 Pemakaian tablet Quinine selama tahun 2018 (Januari-
Desember) sebanyak 3.150 botol (@1000 tablet), dan pernah
terjadi kekosongan 2 bulan
 Sisa stock tablet Quinine tahun 2018 sebanyak 150 botol
(@1000 tablet)
 Stock pengaman 20%
 Lead time 2 bulan
1) Pemakaian rata-rata tablet Quinine perbulan (2018):
3.150 botol
= 315 botol (@1000 tablet)
10 bulan
2) Perencanaan pertahun (12 bulan/2019) tablet Quinine:
315 botol x 12 = 3.780 botol (@1000 tablet)
3) Stock pengaman tablet Quinine untuk tahun 2019:
= 20% x 3.780 botol
= 756 botol (@1000 tablet)
4) Waktu tunggu tablet Quinine untuk tahun 2019:
= 2 bulan x 315 botol
= 630 botol (@1000 tablet)
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang manajemen
perencanaan obat di RS
Jawab:
Menurut Satibi 2014, “Manajemen Obat di Rumah Sakit”, Fakultas
Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
- Mendapatkan jenis dan jumlah obat tepat sesuai kebutuhan
- Menghindari kekosongan obat
- Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
- Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Menurut Kementrian Kesehatan RI Tahun 2019 Tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Perencanaan dilaksanakan melibatkan internal instalasi farmasi rumah
sakit dan unit kerja yang ada di rumah sakit
Menurut Satibi 2014, “Manajemen Obat di Rumah Sakit”, Fakultas
Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pedoman Perencanaan pengadaan obat:
- DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit dan
ketentuan setempat yang berlaku.
- Data catatan medic
- Anggaran yang tersedia
- Penetapan prioritas
- Siklus penyakit
- Sisa persediaan
- Data pemakaian periode yang lalu.
- Rencana pengembangan
Menurut Kementrian Kesehatan RI Tahun 2019 Tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
1. Persiapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun rencana
kebutuhan obat:
- Perlu dipastikan kembali program dan komoditas apa yang
akan disusun perencanaannya.
- Perlu ditetapkan stakeholder yang terlibat dalam proses
perencanaan, diantaranya adalah pemegang kebijakan dan
pemasok/vendor.
- Daftar obat harus sesuai Formularium Nasional dan
Formularium Rumah Sakit. Formularium rumah sakit yang
telah diperbaharui secara teratur harus menjadi dasar untuk
perencanaan, karena daftar tersebut mencerminkan obat yang
diperlukan untuk pola morbiditas terkini.
- Perencanaan perlu memerhatikan waktu yang dibutuhkan,
mengestimasi periode pengadaan, mengestimasi safety stock
dan memperhitungkan lead time.
- Juga perlu diperhatikan ketersediaan anggaran dan rencana
pengembangan jika ada.
2. Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan obat pasien
periode sebelumnya (data konsumsi), sisa stok, data morbiditas
dan usulan kebutuhan obat dari unit pelayanan.
3. Analisa terhadap usulan kebutuhan meliputi:
- Spesifikasi item obat : Jika spesifikasi item obat yang
diusulkan berbeda dengan data penggunaan sebelumnya,
dilakukan konfirmasi ke pengusul.
- Kuantitas kebutuhan : Jika kuantitas obat yang diusulkan jauh
berbeda dengan penggunaan periode sebelumnya, harus
dilakukan konfirmasi ke pengusul.
4. Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat
menggunakan metode yang sesuai.
5. Melakukan evaluasi rencana kebutuhan menggunakan analisis
yang sesuai
6. Revisi rencana kebutuhan obat (jika diperlukan)
7. IFRS menyampaikan draft usulan kebutuhan obat ke manajemen
rumah sakit untuk mendapatkan
- Menurut Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. I, No. 2, tahun
2016
Metode perencanaan ada tiga macam yaitu:
a. Metode konsumsi
Merupakan metode berdasarkan pemakaian periode
sebelumnya.
b. Metode epidimiologi
Meerupakan metode berdasarkan pola penyebaran penyakit di
wilayah tersebut.
c. Metode kombinasi
Merupakan kombinasi anatara metode konsumsi dan
morbiditas
Modul Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik, 2016
Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat,
yaitu:
1. Metode konsumsi
Secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan individual dalam
memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan
analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Pendekatan yang
dilakukan sebelum merencanakan dengan metode konsumsi
adalah lakukan evaluasi, Estimasi jumlah kebutuhan perbekalan
farmasi periode mendatang, Penerapan perhitungan.
2. Metode morbiditas (epidemiologi)
Memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan jumlah
kehadiran pasien, waktu tunggu pasien (lead time), kejadian
penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari penyakit
yang ada. Pendekatan yang dilakukan sebelum merencanakan
adalah:
 Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.
 Menentukan jumlah kunjungan berdasarkan frekuensi
penyakit.
 Penyiapan standar pengobatan yang diperlukan.
 Menghitung perkiraan kebutuhan
3. Metode ABC (Analisis ABC (Always, Better, Control)/Pareto
Analysis)
Metode tersebut sangat erat kaitannya dengan biaya dan
pemakaian perbekalan farmasi dalam setahun, sehingga
diperlukan tingkatan prioritas dengan asumsi berapa jumlah
pesanan dan kapan dipesan. Analisis ABC mengelompokkan item
barang dalam 3 jenis klasifikasi berdasarkan volume tahunan
dalam jumlah persediaan uang. Untuk menentukan nilai dari suatu
volume item tertentu, maka analisis ABC dilakukan dengan cara
mengukur permintaan dari setiap butir persediaan dikalikan
dengan biaya perunit. Cara pengelompokkannya adalah:
Kelompok A : Persediaan yang jumlah unit uang pertahunnya
tinggi (60-90%), tetapi biasanya volumenya (5-10%)
Kelompok B : Persediaan yang jumlah nilai uang pertahunnya
sedang (20-30%), tetapi biasanya volumenya
sedang (20-30%)
Kelompok C : Persediaan yang jumlah nilai uang pertahunnya
rendah (10-20%), tetapi biasanya volumenya besar
(60-70%).
4. Metode VEN (Vital, Essensial, Non Essensial)
Analisis perencenaan menggunakan semua jenis
perbekalan farmasi yang tercantum dalam daftar yang
dikelompokkan ke dalam 3 bagian sebagai berikut.
 Kelompok Vital adalah kelompok obat yang sangat utama
(pokok/vital) antara lain : obat penyelamat jiwa, obat untuk
pelayanan kesehatan pokok, obat untuk mengatasi penyakit
penyebab kematian terbesar, dibutuhkan sangat cepat, tidak
dapat digantikan obat lain.
 Kelompok Essensial, adalah kelompok obat yang bekerja
kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab
penyakit, tidak untuk mencegah kematian secara
langsung/kecacatan.
 Kelompok Non Essensial, merupakan obat penunjang yaitu
obat yang kerjanya ringan dan biasa digunakan untuk
menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan
ringan. Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan :
penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana
yang tersedia. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat
yang masuk kelompok vital agar diusahakan tidak terjadi
kekosongan obat. Untuk menyusun daftar VEN perlu
ditentukan terlebih dahulu kriteria penentuan VEN. Dalam
penentuan kriteria perlu mempertimbangkan kebutuhan
masing-masing spesialisasi. Kriteria yang disusun dapat
mencakup berbagai aspek antara lain: Klinis, konsumsi,
target kondisi dan biaya.
Langkah-langkah menentukan VEN:
- Menyusun kriteria menentukan VEN.
- Menyediakan data pola penyakit.
- Standar pengobatan.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan mengenai metode
perencanaan kebutuhan obat di RS
Jawab:
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72
tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit
Metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia
Menurut Pedoman pengelolaan pembekalan farmasi di rumah
sakit, 2010
1) Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan
pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu,
dengan berbagai penyesuaian dan koreksi
2) Metode Morbiditas/Epidemiologi
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan
farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan,
dan waktu tunggu (lead time).
Modul Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik, 2016
Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat,
yaitu:
1) Metode konsumsi
Secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan individual dalam
memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan
analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Pendekatan yang
dilakukan sebelum merencanakan dengan metode konsumsi
adalah lakukan evaluasi, Estimasi jumlah kebutuhan perbekalan
farmasi periode mendatang, Penerapan perhitungan.
2) Metode morbiditas (epidemiologi)
Memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan jumlah
kehadiran pasien, waktu tunggu pasien (lead time), kejadian
penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari penyakit
yang ada. Pendekatan yang dilakukan sebelum merencanakan
adalah:
 Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.
 Menentukan jumlah kunjungan berdasarkan frekuensi
penyakit.
 Penyiapan standar pengobatan yang diperlukan.
 Menghitung perkiraan kebutuhan.
Menurut Kementrian Kesehatan RI Tahun 2019 Tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
1) Metode Konsumsi
Metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi sediaan
farmasi. Metode ini sering dijadikan perkiraan yang paling tepat
dalam perencanaan sediaan farmasi. Metode konsumsi
menggunakan data dari konsumsi periode sebelumnya dengan
penyesuaian yang dibutuhkan.
Perhitungan dengan metode konsumsi didasarkan atas
analisa data konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya
ditambah stok penyangga (buffer stock), stok waktu tunggu (lead
time) dan memperhatikan sisa stok. Buffer stock dapat
mempertimbangkan kemungkinan perubahan pola penyakit dan
kenaikan jumlah kunjungan (misal: adanya Kejadian Luar Biasa).
Jumlah buffer stock bervariasi antara 10% sampai 20% dari
kebutuhan atau tergantung kebijakan Rumah Sakit. Sedangkan
stok lead time adalah stok Obat yang dibutuhkan selama waktu
tunggu sejak Obat dipesan sampai Obat diterima.
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan
metode konsumsi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Pengumpulan dan pengolahan data
- Analisis data untuk informasi dan evaluasi
- Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
- Penyesuaian jumlah kebutuhan Sediaan Farmasi dengan
alokasi dana
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metode
konsumsi adalah:
- Daftar nama obat
- Stok awal
- Penerimaan
- Pengeluaran
- Sisa stok
- Daftar obat hilang, rusak, kedaluwarsa
- Kekosongan obat
- Pemakaian rata-rata obat satu periode
- Waktu tunggu sejak obat dipesan sampai diterima (lead time)
j) Stok pengaman (buffer stock)
- Pola kunjungan
Rumus :
A = (B + C + D) - E

Ket :
A = Rencana Kebutuhan
B = Stok Kerja (Pemakaian rata-rata x 12 bulan)
C = Buffer stock
D = Lead Time Stoc k ( Lead time x pemakaian rata-rata)
E = Sisa stok
Keterangan :
- Stok Kerja adalah kebutuhan obat untuk pelayanan
kefarmasian selama satu periode.
- Buffer stock adalah stok pengaman
- Lead time stock adalah lamanya waktu antara pemesanan
obat sampai dengan obat diterima
- Lead stock adalah jumlah obat yang dibutuhkan selama
waktu tunggu (lead time)
2) Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit. Metode morbiditas memperkirakan
keperluan obat–obat tertentu berdasarkan dari jumlah obat, dan
kejadian penyakit umum, dan mempertimbangkan pola standar
pengobatan untuk penyakit tertentu. Metode ini umumnya
dilakukan pada program yang dinaikkan skalanya (scaling up ).
Faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola
penyakit dan lead time.
Langkah-langkah dalam perhitungan kebutuhan dengan metode
morbiditas:
a) Mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang perlu
dipersiapkan untuk perhitungan metode morbiditas adalah:
 Perkiraan jumlah populasi Komposisi demografi dari
populasi yang akan diklasifikasikan berdasarkan jenis
kelamin untuk umur antara:
0 s.d. 4 tahun
4 s.d. 14 tahun
15 s.d. 44 tahun
>45 tahun
Atau ditetapkan berdasarkan kelompok dewasa (>12
tahun) dan anak (1 – 12 tahun)
 Pola morbiditas penyakit
Jenis penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada
kelompok umur yang ada.
Frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun
untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
 Standar pengobatan
Obat yang masuk dalam rencana kebutuhan harus
disesuaikan dengan standar pengobatan di rumah sakit.
b) Menghitung kebutuhan jumlah obat, dengan cara jumlah
kasus dikali jumlah obat sesuai pedoman pengobatan dasar.
Jumlah kebutuhan obat yang akan datang dihitung dengan
mempertimbangkan faktor antara lain pola penyakit, lead time
dan buffer stock.
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan menghitung perencanaan obat
pada tahun 2019
Jawab :
Metode perhitungan perencanaan kebutuhan obat yang sesuai
berdasarkan scenario adalah metode konsumsi
Menurut Kementrian Kesehatan RI Tahun 2019 Tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Metode konsumsi menggunakan data dari konsumsi periode
sebelumnya dengan penyesuaian yang dibutuhkan. Perhitungan
dengan metode konsumsi didasarkan atas analisa data konsumsi
sediaan farmasi periode sebelumnya, ditambah stok pengaman, waktu
tunggu dan memperhatikan sisa stok
Rumus :
A = (B + C + D) - E

Ket :
A = Rencana Kebutuhan
B = Stok Kerja (Pemakaian rata-rata x 12 bulan)
C = Buffer stock
D = Lead Time Stoc k ( Lead time x pemakaian rata-rata)
E = Sisa stok
Kebutuhan tablet Quinine tahun 2019:
= Perencanaan pertahun + Stock pengaman + Waktu
tunggu
= 3.780 botol + 756 botol + 630 botol
= 5.166 botol (@1000 tablet)

Perencanaan pengadaan kebutuhan tablet Quinine tahun 2019:


= Kebutuhan tablet Quinine tahun 2019 – Sisa stock
tablet Quinine tahun 2018
= 5.166 botol – 150 botol
= 5.016 botol (@1000 tablet)
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Binfar dan Alkes, 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi
di Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

Fairuz, NA, & Yustiawan, T, 2017, ‘Perhitungan Konsumsi Obat Untuk


Logistik Medik di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya’, JAKI
Volume 5 Nomor 2.

Murtafi’ah, L, Yuliastuti, F, & Hidayat, IW, 2016, ‘Analysis Of Drug


Planning Based On Consumption Method In Pharmacy Unit Tidar
Magelang Hospital Period June-August Of 2014’, Jurnal Farmasi
Sains dan Praktis, Vol. I, No. 2, Februari 2016.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan, Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019, Pedoman Petunjuk


Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan, Jakarta.

Rusly, 2016, Modul Farmasi Rumah Sakit dan Klinik, Pusdik Kesehatan,
Jakarta

Satibi, 2014, Manajemen Obat di Rumah Sakit, Fakultas Farmasi,


Universitas Gadjah Mada, Yoyakarta.

Pratomo, GS, Agustinawati, U, Tiara, F, 2018, Evaluasi Ketersediaan Obat


Instalasi Rumah sakit Islam PKU Muhammadiyah Palangkaraya,
Borneo Jurnal of Pharmacy, Vol. 1, Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.

Anda mungkin juga menyukai