Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................................
1.4 Manfaat .....................................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................................

2.1 Pernafasan Normal .....................................................................................................


2.2 Riwayat .....................................................................................................................
2.3 Faktor Predisposisi .....................................................................................................
2.4 Observasi kondisi lingkungan ....................................................................................
2.5 Suara Pernapasan .......................................................................................................
2.6 Pemeriksaan Fisik ...................................................................................................

BAB III : PENUTUP ..........................................................................................................

3.1 Simpulan ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Babi merupakan hewan yang sering diujikan dalam dunia kedokteran. Sistem pernapasan atau
system respirasi adalah system organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Respirasi merupakan
mekanisme yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan oksigen (O2) dan mengeluarkan
karbon dioksida (CO2). O2 merupakan aseptor electron dan hydrogen akhir pada rangkaian
sitokrom dalam fosforilasi oksidasi di mitokondria. Pada hewan berkaki empat, system pernapasan
umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru- paru dimana
terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya.

System pernapasan pada babi umumnya sama dengan system pernapasan mamnusia, bahkan
system pernapsan babi tidak sebanyak pada manusia. Pada saat babi menghirup udara (inspirasi),
udara pertama- tama masuk ke hidiung dan terjadi proses penyaringan udara dari kotoran dan
bakteri, setelah itu udara akan melewati faring dan menuju trakea. Udara akan masuk ke paru- paru
karena tekanan di dalam paru- paru lebih rendah dibandingkan tekanan di luar, disebabkan otot
terangkat serta kontraksi diafragma yang menyebabkan diafragma mendatar sehingga rongga dada
membesar dan udara langsung masuk ke paru- paru hingga tekanan sama.

1.1.Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui pernpasan normal pada babi?
2. Bagaimana mengetahui riwayat pemeriksaan klinis pada babi?
3. Apa saja factor predisposisi pada babi?
4. Bagaimana mengetahui observasi kondisi lingkungan pada babi?
5. Bagaimana cara pernapasan abnormal pada babi?
6. Bagaimana suara pernapasan abnormal pada babi?
7. Apa saja pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi) pada babi?
1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui pernpasan normal pada babi
2. Untuk mengetahui riwayat pemeriksaan klinis pada babi
3. Untuk mengetahui factor predisposisi pada babi
4. Untuk mengetahui observasi kondisi lingkungan pada babi
5. Untuk mengetahui pernapasan abnormal pada babi
6. Untuk mengetahui suara pernapasan abnormal pada babi
7. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi) pada babi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pernafasan normal
Secara fisiologis frekuensi nafas dapat dipengaruhi oleh umur, stimuli, kerja. Bila terjadi
hecheln yakni bernafas pendek, dangkal dengan lidah terjulur maka frekuensi nafas tidak dapat
dihitung dan dievaluasi. Frekuensi nafas yang meningkat terjadi pada keadaan stress, kerja,
demam dan adanya rasa sakit. Sebaliknya juga dapat terjadi penurunan frekuensi nafas pada
depresi kepekaan pusat nafas pada kasus seperti peningkatan tekanan dalam otak, hilang
kesadaran, uremia dan tekanan oksigen yang meningkat. (Cockcroft, 2007)

Gambar 1. Frekuensi pernapasan pada babi (Cockcroft, 2007)

2.2 Riwayat

Riwayat dilakukan dengan melakukan wawancara dengan klien atau pemilik peternakan.

 Umur babi yang dipelihara


 Jenis babi yang dipelihara
 Jumlah babi dalam populasi
 Dipelihara secara terbuka atau tertutup (dikandangkan atau tidak)
 Status kesehatan babi tersebut
 Penyakit yang pernah terjadi pada babi atau peternakan tersebut
 Obat yang rutin diberikan
 Program Vaksinasi babi
 Protokol biosecurity (Cockcroft, 2007)

2.3 Faktor Predisposisi

 Agen patologi
 Penyakit pernapasan
 Anemia
 Asidosis
 Alkalosis
 Pneumothoraks
 Pleuropneumonia
 Gelisah (Cockcroft, 2007)

2.4 Observasi kondisi lingkungan

Ventilasi yang buruk mempengaruhi kejadian penyakit pernapasan, pemeliharaan dengan


alas lantai juga berpengaruh dalam observasi lingkungan, manajemen kotoran babi yang kurang
baik dengan tidak dibersihkan kotoran tersebut dan menyebkan kandang menjadi kurang hygiene
dapat menyebakan mengindikasikan diare. kelembaban yang tinggi, kepadatan populasi, Kualitas
dan sanitasi kandang dan pencampuran hewan dari berbagai usia.(takipnea). Upaya yang
meningkat pada inspirasi dapat menyebabkan obstruksi jalan napas bagian atas. Upaya ekspirasi
yang meningkat, dengan kemungkinan disertai dengusan, dapat mengindikasikan penyakit
pernapasan bagian bawah yang parah. Penurunan laju pernapasan (oligopnoea) dapat disebabkan
oleh alkalosis metabolik. (Radostits, 2000)

Tidak adanya pernapasan lengkap (apnea) dapat terjadi pada meningitis atau asidosis berat,
dan bersifat episodik. Peningkatan kedalaman pernafasan (hiperpnea) dapat menyertai penyakit
paru-paru, asidosis metabolik atau keadaan toksaemik. Adecrease pada kedalaman respirasi dapat
mengindikasikan nyeri dada toraks atau anterior. Asimetri toraks dengan gerakan terbatas di satu
sisi dapat mengindikasikan kolaps atau konsolidasi satu paru. Pernafasan toraks yang dominan
dapat mengindikasikan nyeri perut (reticulitis traumatis, ulkus abomasal perforasi) atau
peningkatan tekanan abdomen (kembung). Pernafasan perut yang dominan dapat mengindikasikan
nyeri dada (pleuritis) atau penyakit paru yang parah (pneumonia berat). (Radostits, 2000)

Parameter berikut harus dinilai saat observasi lingkungan.

Lingkungan dalam ruangan:

 Suhu didalam kandang


 Cahaya yang masuk ke kandang
 Ventilasi udara
 Kepadatan babi dalam kandang
 Kondisi Kandang
 Kebersihan kandang ,

2.5 Pernafasan Abnormal

 Rapid Deep Breathing


Penyebab dari fisiologi karna adanya aktivitas yang berlebihan.
Penyebab dari pathogen karna penyakit paru-paru, pyrexia, endotoxemia, anemia dan
asidosis.
 Slow Deep Breathing
Hal ini terjadi karna adanya kerusakan atau adanya luka pada organ pernafasan, dan
kesalahan pada saat pernapasan inspirasi dan ekspirasi
 Fast Shallow Breathing
Pernafasan abnormal ini disebabkan olkeh pleuropnemonia, fibrosis pulmonary, efusi
pleural, pneumothorax, hernia diaphragmatic, effienct energy, ribs fractured.
 Slow Shallow Breathing
Hewan yang mengalami depress pada sistem saraf pusat, ataupun respon dari alkalosis
metabolic.
 Cheyne-Stokes Breathing
Keadaan ini jarang terjadi pada hewan namun dapat terjadi pada kasus hewan yang
mengalami penyakit yang menggangu sistem saraf pusat. (Radostits, 2000)
Pernafasan lambat pada babi dapat terjadi karna babi mengalami rhinitis, dalam keadaan
rhinitis babi tidak bernafas melalui mulut, karna kesulitan bernafas babi akan memaksa udara
melintas dalam saluran hidung yang menyempit atau tersumbat.

Pernafasan cepat dapat ditemukan pada kejadian enzootic pneumonia. Babi yang
mengalami penyakit tersebut diistilahkan dengan panter (bernafas dengan cepat/ dengan frekuensi
yang sedikit). Pernapasan abnormal mudah diamati, terutama setelah latihan. Batuk adalah ciri dari
berbagai bentuk pneumonia. Batuk berkepanjangan dan persisten dapat didengar pada babi yang
menderita pneumonia enzootic. Babi dyspnoeic parah dapat bernapas melalui mulut terbuka
mereka. Pernapasan hidung adalah kultus perpindahan sulit dalam kasus rhinitis, dan suara snuffl
menyertai gerakan udara. Respirasi harus diamati, dan laju yang diambil sebelum babi terganggu
oleh pengamatan gerakan toraks. Laju pernapasan biasanya 15 – 20 napas/menit. cepat, bernapas
dengan diusahakan terganggu oleh batuk mungkin ada dalam kasus pneumonia enzootic. Bermulut
terbuka pernapasan adalah tanda yang tidak biasa tapi menakutkan dan sesekali terlihat dalam
kasus pneumonia parah dan dalam sindrom stres babi. Gerakan dinding dada yang berlebihan
terjadi pada kasus gangguan pernapasan. (Jackson 2002).

2.6 Suara Pernafasan


Apabila kita mendengar atau melihat suara nafas babi yang cepat atau terengah-engah
ataupun bernafas dengan mulut terbuka, maka kemungkinan babi sedang menderita penyakit
respirasi. (Jackson 2002).

Suara Pernapasan Normal

Suara pernapasan normal atau vesikuler merupakan suara pernapasan normal pada babi
dengan cara mendengar Suara pernapasan pada trakhea pada bagian pars servikalis tepat pada
dinding thoraks kranialis. Adanya suara tersebut menyatakan bahwa paru-paru mengadung udara
yang cukup serta alveolinya mengembang maksimal (Jackson 2002).

Suara Pernapasan Abnormal

Suara abnormal dapat didengar dan dirasakan dengan suara yang bergetar Suara suara
bergetar atau yang di sebut suara rales adalah suara suara yang menunjukkan adanya cairan di
dalam bronkhi. Cairan tersebut dapat berupa eksudat ,transudat ,darah atau cairan aspirasi.
Bergantung pada konsistensi cairannya, suara-suara bergetar dapat beraspek basah atau beraspek
kering. Adanya suara-suara demikian tidak lah tetap, artinya dapat menghilang sebentar kemudian
muncul kembali. (Jackson 2002).

2.6 Pemeriksaaan Fisik


 Inspeksi
Pengamatan dari kejauhan sangat penting dalam penyakit pernapasan untuk
menentukan hewan mana dalam kelompok yang mungkin terpengaruh dan parahnya
kondisi tersebut. Banyak tanda klinis penyakit pernapasan dapat dideteksi dengan
observasi. Kelompok yang terkena harus pertama-tama diamati saat istirahat. Hewan-
hewan yang parah sering telentang dengan pernapasan mulut. Jumlah batuk dan batuk
mana yang harus dicatat. Jika kelompok diberi makan, hewan yang lambat dalam bangun
dan tidak memberi makan cenderung sakit. Bergerak perlahan-lahan ke arah kelompok
istirahat berbaring mendorong hewan untuk berdiri. Hewan yang lambat bangun dapat
dicatat dan diperiksa secara terperinci. Toleransi olahraga hewan kemudian dapat dinilai
dengan mengarahkan mereka dengan lembut secara melingkar di sekitar rumah. Hewan
yang terkena akan memiliki tanda-tanda klinis yang lebih jelas, termasuk batuk dan
gangguan pernapasan, setelah aktivitas. Jika wabah terjadi selama periode perumahan,
inspeksi harus dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang menjadi
predisposisi. (Radostits, 2000)
 Palpasi

Palpasi yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan. Untuk mengetahui


frekuensi nafas pada hewan dengan cara meletakan kedua punggung tangan di depan
hidungnya. Kemudian hitung jumlah hembusan afasnya. Teknik ini mungkin lebih susah
dilakukan pada babi yang sehat karena babi adalah hewan yang tidak tenang dan suka
mengendus-sendus. Perkusi langkah ketiga yang dilakukan dengan cara mengetuk dinding
toraks yang diperkirakan dibawahnya terdapat paru-paru dengan menggunakan palu
perkusi. Suara- suara yang dihasilkan bisa nyaring dan nyata, redup, suara tympanis, suara
logam dan suara seperti pot pecah (Batan, 2018). Daerah perkusi paru-paru yang kurang
lebi berbetuk segitiga dapat ditentukan. Batas depan ditentukan dengan menarik garis dari
olecranon ke atas sapai ke angulus scapulae caudalis. Bagian atas daerah ini dibatasi oleh
m.longisimus dorsi. Bagian belakang daerah ini berbeda-beda pada setiap hewan
ditentukan berdasarkan rongga intercostal. Pada babi, batas belakang daerah perkusinya
pada interkostal ke-7. Dapat ditemukan adanya pelebaran daerah perkusi dengan
menemukan adanya pergeseran batas belakang ke arah belakang. Dapat terjadi karena
bertambahnya kandungan udara dalam paru-paru (emfisema) atau lubang pada dinding
dada (pneumothorax). Pengecilan daerah perkusi dapat ditemukan juga, biasanya dapat
disebabkan oleh desakan diafragma ke arah depan akibat timfani di lambung dan usus,
ruptur diafragma dan tumor di paru-paru (Radostits, 1994).

 Auskultasi

Auskultasi terhadap paru babi kurang begitu memberi manfaat karena babi tidak
bisa diam saat diauskultasi. Babi adalah pasien yang selalu berisik, begitu pula teman-
temannya sesama babi, di samping suara lain yang berasal dari lingkungan. Pada beberapa
kasus pemeriksaan paru, corong stetoskop dan dinding dada hanya mungkin berkontak
dalam tempo yang singkat, sehingga membuat pemeriksaan menjadi kurang memadai.
Lapang pemeriksaan paru meluas dari bahu ke belakang hingga tulang iga ke-13, dan di
ventral meluas hingga tulang iga ke-7. Pada kasus enzootic pneumonia yang lanjut, terjadi
peningkatan volume suara paru, suaranya bisa pendek melengking (squeak) dan suara
seperti adanya busa dapat pula didengar pemeriksa pada berbagai lobus paru yang
mengalami gangguan. Pada kasus pleuropneumonia suara paru abnormal bisa terdengar
pada bagian dorsal paru. Suara gesekan paru pada penderita pleuritis terkadang bisa
terdengar oleh pemeriksa. Pada babi normal, gerakan dada hampir tidak teramati saat babi
bernapas. Pada kasus dispnoea terjadi peningkatan gerakan otot-otot abdomen pada saat
inspirasi dan lebih khusus lagi saat ekspirasi (Jackson, 2002).

 Perkusi
Perkusi adalah cara untuk mendapatkan keadaan jaringan daerah yang diketuk,
pemeriksaan perkusi dapat dilakukan dengan mencermati ada tidaknya abnormalitas baik
struktur dan fungsinya. Pemeriksaan perkusi dilakukan dengan mengetuk menggunakan
palu dan pleximeter. Pada babi dilakukan dengan menggunakan jari tengah. Jari tengah
dari tangan digunakan sebagai pleximeter dan jari tengah lainnya digunakan sebagai palu
(Jackson, 2002).
Gambar 2. Pemeriksaan perkusi pada babi (Jackson 2002).
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Secara fisiologis frekuensi nafas dapat dipengaruhi oleh umur, stimuli, kerja. Bernafas
pendek, dangkal dengan lidah terjulur maka frekuensi nafas tidak dapat dihitung dan dievaluasi.
Frekuensi nafas yang meningkat terjadi pada keadaan stress, kerja, demam dan adanya rasa
sakit. Riwayat dilakukan dengan melakukan wawancara dengan klien atau pemilik peternakan.

Ventilasi yang buruk mempengaruhi kejadian penyakit pernapasan, pemeliharaan dengan


alas lantai juga berpengaruh dalam observasi lingkungan, manajemen kotoran babi yang kurang
baik dengan tidak dibersihkan kotoran tersebut dan menyebkan kandang menjadi kurang hygiene
dapat menyebakan mengindikasikan diare.
DAFTAR PUSTAKA

Cockcroft PD Jackson PGG,. 2007. Handbook of pig medicine. Dalam: Clinical examination of
farm animals. Cambrigre. Saunders

Batan, I Wayan. 2018. Observasi Klinik dan Pemeriksaan Fisik dalam Pemeriksaan klinik pada
Babi Peliharaan (Buku II). FKH Udayana. Denpasar.

Jackson PGG, Cockcroft PD. 2002. Clinical examination of the pigs. Dalam: Clinical
examination of farm animals. Oxford. Blackwell Sci.

Radostits OM, Blood DC, Gay CC. 1994. Veterinary medicine a textbook of the diseases of cattle,
sheep, pigs, goats, and horses. Tokyo. Bailliere Tindall.

Radostits OM, Mayhew GI, Houston DM. 2000. Veterinary Clicnical Examination and
Diagnosis. Saunders.

Anda mungkin juga menyukai