Kegiatan Rotasi Ilmu Reseptir merupakan salah satu rangkaian kegiatan akademik pada
Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH). Rotasi ini merupakan kegiatan wajib
yang harus ditempuh oleh mahasiswa PPDH dalam rangka pemenuhan kompetensi keilmuan
sebelum menjadi dokter hewan. Kegiatan koasistensi ini diupayakan dapat memberikan
pengalaman bagi mahasiswa PPDH untuk menuliskan resep dengan benar sesuai kasus penyakit
yang dihadapi.
Mahasiswa PPDH diharapkan mampu menerapkan kaidah penulisan resep yang
sebelumnya telah diterima selama jenjang S-1 meliputi : menentukan jenis obat yang sesuai
untuk tindakan preventif maupun kuratif terhadap hewan, menentukan dosis yang tepat untuk
hewan, mampu memahami, menuliskan, dan mengevaluasi penulisan resep yang baik dan
benar.
Buku saku rotasi Ilmu Reseptir ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa dalam
melaksanakan koasistensi di Laboratorium Farmakologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3
BAB I Perhitungan dosis obat………. .................................................................. 4
BAB II Penulisan resep.......................................................................................... 7
Daftar pustaka ....................................................................................................... 11
Lampiran .............................................................................................................. 12
3
BAB I
PERHITUNGAN DOSIS OBAT
1.1 Pendahuluan
Dosis obat atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan
atau diberikan kepada seekor pasien, baik untuk obat dalam maupun obat luar (Syamsuni,
2005).
Ketentuan dosis menurut Farmakope Indonesia edisi III tentang dosis adalah:
a. Dosis maksimum :
Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari. Penyerahan obat yang
dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan cara membubuhkan tanda
seru dan paraf dokter penulis resep, atau memberi garis bawah nama obat tersebut
(Syamsuni, 2005).
b. Dosis lazim
Dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman
umum (Syamsuni, 2005). Misalnya, obat CTM (sediaan 4 mg/tablet) disebutkan dosis
lazimnya pada anjing adalah 4 mg/kg PO q12hr, dan dan dosis maksimum adalah 8
mg/kg PO q12hr. Jadi seorang dokter hewan maksimum memberikan obat CTM dalam
sehari adalah 4 tablet dengan 2x waktu pemberian (rentang 12 jam), namun lazimnya
dokter hewan memberi obat CTM dalam sehari adalah 2 tablet dengan 2x waktu
pemberian (rentang 12 jam).
Selain dosis lazim, juga dikenal macam-macam istilah dosis yang lain, yaitu:
a. Dosis Terapi adalah takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan pasien.
b. Dosis Minimum adalah takaran obat terkecil yang diberikan kepada pasien dan masih
dapat menyembuhkan serta tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
c. Dosis Maksimum adalah takaran obat terbesar yang diberikan kepada pasien yang
dapat menyembuhkan namun tidak menimbulkan keracunan pada penderita.
d. Dosis Toksik adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
keracunan pada penderita.
e. Dosis Letalis adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
kematian pada penderita.
4
Hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung jumlah obat yang akan diberikan kepada
pasien adalah :
a. Dosis hampir selalu dalam satuan mg/kgBB (berat badan) disertai rentang waktu
(misal.q12hr/ diberikan setiap 12 jam)
b. Dalam penentuan jumlah obat cair yang diberikan, perhitungan wajib memperhatikan
dosis dan konsentrasi obat juga
c. Dalam penentuan jumlah obat padat yang diberikan, perhitungan memperhatikan dosis
obat.
d. Rumus perhitungan jumlah obat yang diberikan adalah:
• Obat padat
Jumlah obat yang diberikan (mg) = Dosis obat (mg/kg bb) x berat pasien (kg)
• Obat cair
Jumlah obat yang diberikan (ml) = Dosis obat (mg/kg bb) x berat pasien (kg)
konsentrasi (g/100 ml)
5
1.2 Indikator Kompetensi dan Jadwal Pelaksanaan Koasistensi
Pelaksanaan Koasistensi
6
BAB II
PENULISAN RESEP
2.1 Pendahuluan
• Resep adalah Permintaan tertulis seorang dokter kepada apoteker untuk membuat dan atau
menyerahkan obat kepada pasien yang diberi ijin berdasarkan perundang- undangan.
• Reseptir adalah ilmu yang mempelajari tentang resep yang bertujuan agar dokter dapat menulis
resep dengan benar
• Yang berhak menulis resep adalah:
a. Dokter
b. Dokter Gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut
c. Dokter Hewan, terbatas pada pengobatan untuk hewan
• Dalam resep harus memuat:
a. Nama, alamat dan nomor izin prakter Dokter, Dokter Gigi, dan Dokter Hewan
b. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau komposisi obat (invocatio)
d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep. Tanda tangan dibubuhkan jika obat yang dituliskan
mengandung narkotika dan psikotropika, sedangkan paraf dibubuhkan jika obat yang ditulisakan
adalah obat bebas, obat bebas terbatas dan obat keras non narkotika psikotropika.
f. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter Hewan.
g. Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis
maksimal.
• Pengetahuan yg harus dimiliki dokter penulis resep :
a. Pengetahuan mengenai obat yang akan dituliskan
▪ Nama generic/nama sinonim,
▪ Sifat fisika kimia obat,
▪ Farmakokinetika & farmakokinetika klinik,
▪ Farmakologi & farmakodinamika,
▪ Farmakogenetik & farmakogenetik klinik,
▪ Reaksi lanjutan,
▪ Inkompabilitas,
▪ Kontraindikasi,
▪ Dosis,
7
▪ Bentuk sediaan,
▪ Toksisitas
b. Pengetahuan Variabilitas Penderita
▪ Umur (belum lepas susu, lepas susu, usia lanjut)
▪ Parameter fisik (tinggi, lebar dan panjang badan)
▪ Parameter spesies (fenomena farmakogenetik, adanya percepatan eliminasi obat pada turunan
ketiga keempat)
▪ Perbedaan jenis kelamin (t.u. obat2 derivat progesterone mengganggu siklus estrus pada betina)
▪ Hipersensitivitas
▪ Penyakit yang diderita
▪ Bunting
▪ Kegemukan
▪ Laktasi
▪ Antar jenis hewan (system metabolism hewan yang berbeda, pemberian sulfadiazine pada anjing
dapat menyebabkan keracunan krna tdk mempunyai enzim n-acetyl transferase)
c. Kesuksesan Pengobatan
▪ Peta apotik/penjual obat, dokter harus mampu mencari alternative jenis obat yang dapat terbeli
di wilayah tersebut
▪ Kesibukan pemilik hewan, dokter harus mampu menggali informasi tentang kesungguhan
pemilik hewan memberikan pengobatan
▪ Sistem perawatan hewan, dokter menggali informasi siapa yang merawat hewan tsb, termasuk
kesungguhan dalam memberikan perawatan
▪ Keadaan sosioekonomi pemilik hewan, berhubungan dengan obat akan dibeli secara utuh atau
tidak
• Resep rasional
a. Tepat indikasi
• Indikasi : tujuan penggunaan obat
• Ada indikasi obat terhadap penyakit yang diderita
b. Tepat pemilihan obat
• Efektif, kemanfaatan & keamanan terjamin
• Resiko pengobatan kecil
• Obat yg diberikan bermutu & mudah didapat, ekonomis
• Sesedikit mungkin kombinasi
c. Tepat dosis
8
• dosis sesuai dg kondisi pasien
• bila perlu lakukan individualisme dosis
d. Tepat rute
• Pertimbangan farmakokinetika obat
e. Waspada efek samping obat
2.2. Indikator Kompetensi dan Jadwal Pelaksanaan Koasistensi
Pelaksanaan Koasistensi
1. Mahasiswa mencari studi kasus sesuai tema harian
2. Mahasiswa membuat rencana pengobatan dari kalian sendiri untuk kasus tersebut
3. Tulis resepnya dengan kaidah penulisan resep yang baik dan benar
4. Bahas secara farmakologi dan ketepatan resep yang rasional (tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat
indikasi, tepat rute, dan waspada terhadap efek samping)
5. Pengumpulan tugas dan jurnal diatur sesuai dengan kesepakatan.
10
Daftar Pustaka
Anief, M., 2008, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Dirjen
POM
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC: Jakarta
Allen, L.V., Popovich, N.G., and Ansel, H.C., 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery System 9th Ed., Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore.
11
Lampiran 1. Daftar singkatan Bahasa latin
12
aq.glycer. = aqua glycerinata = air gliserin
aq.l.c. = aqua laurocerasi = air lauroserasi
aq.min.aer. = aqua mineralis aerophora = air mineral mengandung CO2
aq. sacch. = aqua saccharata = air gula
aq.steril. = aqua sterilisata = air steril
m. = mane = pagi-pagi
merid. = meridiem = tengah hari
a.merid = ante meridiem = sebelum tengah hari
m.f. = misce fac. = campur, buat
m.f.mass.e qua = misce fac massam e qua forma = campur, buat masa dan
form.pil. pilulas bentuk lah menjadi pil
m.i. = mihi ipsi = untuk diri sendiri
magn. = magnitudo = besarnya
mg, mgr, mG = miligramma = miligram
mixt. = mixtura = campuran
s. = signa = tanda
s.a. = secundum artem = menurut seni
s.q. = sufficient quantitate = dengan jumlah yang cukup
ss = semis, semissis = separo
sacc.chart. = sacculus chartaceus = kantong kertas
scat. = scatula = dos
18
si necess.sit = si necesse sit = bila perlu
si op.sit = si opus sit = bila perlu
sine add.aq. = sine additione aquae = tanpa penambahan air
sin.confect = sine confectione = tanpa bungkus asli
sol., solute = solution = larutan
solv. = solve = larut
steril. = sterilisatus = disterilkan
sum. = sume, sumatur, sumendum = minum, diminum, untuk
diminum (diambil)
sup. = super = atas
supr. = supra = atas
19
43
44