Anda di halaman 1dari 19

ILMU BEDAH UMUM

“MANAJEMEN LUKA SPESIFIK”

OLEH :

LUCKY RETNO PUTRI 125130100111072


VIOLITA INTAN P. 125130100111073
AYU KHAIRUNNISA 125130100111074
WULANDARI 125130100111075
RIZQIZA ANDRO F. 125130100111077
FITRATUL HAYANA B. 125130101111055
VINDY RAHMATIKA 125130101111056
NANDA AYU C. 125130101111057
ISMI NURJANNAH 125130101111058
RIZKY HOLIJA 121530101111059

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
Pendahuluan
Luka adalah rusak atau hilangnya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, atau gigitan
hewan lainnya. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul adalah seperti hilangnya
seluruh atau sebagian fungsi organ, perdarahn dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri,
serta terjadi kematian sel pada jaringan yang rusak tersebut.

Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah proses penyembuhan
luka. Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks. Jenis sel khusus secara beruntun
membersihkan jejas, kemudian membangun dasar secara progresif (scaffolding) untuk
mengisi setiap efek yang ditimbulkan.
Tujuan penyembuhan luka adalah mengembalikan kondisi homeostatis sehingga
dicapai kestabilan fisiologis jaringan atau organ. Pada kulit yang terjadi penyusunan kembali
jaringan kulit ditandai dengan terbentuknya epitel fungsional yang menutupi luka. Pada jejas
yang lebih luas dan parah, mungkin tidak akan bias mengembalikan fungsinya seperti semula
secara sempurna.

Luka kulit sembuh melalui proses penyembuhan primer atau penyembuhan sekunder.
Proses penyembuhan tersebut pada dasarnya merupakan proses yang sama namum
perbedaannya lebih karena sifat luka itu sendiri yaitu dari segi keluasannya. Kesembuhan
luka primer adalah penyembuhan luka yang kedua tepinya bertemu dalam upaya
penyembuhan lukanya. Kecepatan dari penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat-zat
yang terdapat dalam obat yang diberikan, jika obat tersebut mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan penyembuhan dengan cara merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru
pada kulit.

Percepatan kesembuhan luka dilakukan dengan cara mempertemukan kedua sisi luka,
pemberian obat-obatan seperti salep antibiotik, dibalut dengan teknik tertentu seperti
menggunakan hidrogel atau dengan teknik vakum (tenaga negatif) di atas luka dalam
beberapa menit. Selain cara di atas kesembuhan luka dapat dilakukan dengan menggunakan
obat tradisional. Kesembuhan luka secara konvensional dapat dilakukan dengan cara
mempertemukan kedua sisi luka, dengan pemberian obat-obatan antibiotika, dan dibalut
dengan teknik tertentu seperti hidrogel). Mempertemukan tepi luka dapat dilakukan dengan
dijahit, namun untuk luka kecil atau medium hal ini dinilai kurang ekonomis karena
meskipun tanpa dijahit luka dapat sembuh dengan sendirinya kalau tidak ada infeksi yang
menyertainya. Untuk menekan infeksi ini diperlukan obat-obatan antibiotika salah satunya
adalah salep gentamisin supaya luka cepat sembuh.
Pembahasan
Inhalation injury
Cedera merupakan keadaan dimana adanya luka atau sesuatu kerusakan pada
struktur atau fungsi tubuh karena suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.
Inhalation injury merupakan adanya cidera yang terjadi pada saluran respiratory. Inhalation
injury dapat di clasifikasikan secara anatomi yaitu :

1. Cedera pada system pernafasan atas (termasuk epiglotis)


Cedera ini biasanya disebabkan oleh hal-hal yang dapat mencederai jalannya
pernafasan yang terjadi secara berkelanjutan atau terus menerus. Jika hal ini dibiarkan
terus menerus biasanya akan menyebabkan edema pada pernafasan atas
2. Cedera pada system pernafasan bawah (termasuk pulmonary parenchyma)
3. Cedera akibat sistemik racun (carbon monoxide, cyanide, atau gas yang menyebabkan
methemoglobinemia)

Efek paparan zat toxi pada inhalasi dapat terjadi:Asfiksia sederhana, Asfiksia
jaringan, Toxicants sistemik nonrespiratory dan Cedera seluler napas langsung. Asfiksia
merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan yang bersifat mengancam jiwa.
Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia. Asfisia
sederhana seperti ketika terpapar nitrogen, helium, hidrogen, metana, propana, dan gas alam,
Seiring dengan peningkatan ketinggian dan tekanan atmosfer menurun meyebabkan hipoksia
atmosfer IDLH meningkat. Asfiksia jaringan, seperti terpapar karbon monoksida, hidrogen
sianida, hydrogen sulfida, dan azides yang akan menghambat transpor elektron mitokondria
dan oksigen yang dibutuhkan. Asfiksia jaringan berhubungan dalam inhalasi cedera akut
disebabkan karena menghirup asap. Banyak bahan kimia yang dapat memberikan efek toksik
sistemik ketika diserap dengan cara sirkulasi paru namun, tidak menimbulkan nafas atau
paru-paru cedera akut secara langsung.

Cedera inhalasi juga dapat disebabkan oleh adanya efek dari kebakaran. Cedera
inhalasi akibat kebakaran dibagi menjadi tiga mekanisme: cedera termal langsung, keracunan
karbon monoksida, dan paparan kimia. Cedera termal langsung menyebabkan edema dan
obstruksi saluran napas bagian atas, tetapi karena pertukaran panas yang efisien, kapasitas
nasofaring dan orofaring, udarayan masuk akan didinginkan sebelum memasuki saluran
pernapasan selanjutnya. Mekanisme keracunan karbon monoksida yaitu dengan mengganggu
pengiriman oksigen dalam beberapa cara menggeser oxygenhemoglobin sehingga
karboksihemoglobin tidak mampu transportasi oksigen. Karbon monoksida juga mengikat
mioglobin, sehingga merusak transportasi oksigen ke otot. Di ruang udara bebas, karbon
monoksida memiliki paruh waktu 3 sampai 4 jam. Peningkatan tekanan oksigen mendukung
disosiasi karbon monoksida dan hemoglobin. Pada mekanisme Paparan kimia terjdi
tergantung pada bahan yang dibakar. Produk pembakaran, seperti hidrogen sianida, asam
klorida, fosgen, asam sulfat, dan aldehida, dapat menyebabkan tracheobronchitis parah bila
dikombinasikan dengan kelembaban di udara. Awalnya, hanya eritema yang mungkin
muncul, tapi cedera kimia terus menerus dapat tetap melekat pada mukosa saluran napas,
ukuran partikel kimia menentukan dimana kerusakan terjadi dalam saluran pernapasan.
Adanya hasil pembakaran kimi yang masuk ke pernafasan menyebabkan peningkatan
tekanan arteri pulmonalis, edema peribronchial, pengelupasan mukosa, bronkokonstriksi,
penurunan mukosiliar transportasi dan dapat memicu masuknya bakteri. Selanjutnya, paru-
paru mengalami ketidaksesuaian ventilasi / perfusi secara signifikan. Infeksi paru
berpotensial menjadi komplikasi di setiap inhalasi pasien. Makrofag alveolar, menjadi
pertahanan seluler utama pada paru-paru, yang akan meningkat jumlahnya setelah cedera tapi
akan menurun fagositosis dan fungsi bakterisidanya. Paru-pau menjadi rentan terhadap
infeksi, edema paru, dan disfungsi paru-paru meningkat pesat pada pasien yang juga memiliki
cedera termal kulit.

Dalam mendiagnosis adalnya inhalation injury dapat dilihat dari gejala klinis yang
terjadi seperti Hipoxia,sesak, mengi dan biasanya tidak menimbulkan gejala pada prognosis
yang parah. Pemeriksaan flexible bronchoschope pada saluran pernafasan sangat sensitif dan
merupakan alat yang spesifik untuk diagnosis inhalation injury.
Treatment yang dapat diberikan pada kasus inhalation injury yaitu:

 Menjaga hyginenitas dari bronchial dengan cara menghilangkan akumulasi


sekresi, necrotic material dan bakteri dari saluran pernafasan. Keuntungan dari
terapi ini adalah untuk meminimalisir inflamasi pada saluran pernafasan dan
resiko pnemonia selain itu, untuk meningkatkan pertukaran gas dengan
menghilangkan nagian yang mati atau necrotic sell.
 Terapi oksigen. Oksigen merupakan aspek terpenting dlam sistem pernafasan.
Pada periode akut dai inhalation injuri akibat asap racun atau kebakaran terapi ini
akan menyababkan meningkatnya kecepatan oksidgen dalam menghilangkan
karbon monoxide dalam darah. Karena afinitas dari hemoglobin untuk carbon
monoxide adalah 240x lebih tinggi dari afinitas terhadap oksigen sehingga cara
yang terbaik untuk meningkatkan afinitas oksigen yaitu dengan meningkatkan
suply oksigen. Pada hewan yang bernafas pada keadaan udara normal, memiliki
waktu paruh dari carbon momoxide pada darah lebih dari 4 jam , ketika treatment
oksigen diberikan, 40% atau lebih dapat mereduksi carbon monoxide pada darah.

Frostbite
Frostbite adalah kondisi nekrosis avascular yang disebabkan oleh pembekuan jaringan
tubuh. Frostbite adalah cedera pada tubuh yang disebabkan oleh pembekuan. Frostbite
menyebabkan hilangnya rasa dan warna di daerah yang terkena. Hal yang paling sering
mempengaruhi hidung, telinga, pipi, dagu, jari, atau kaki. Frostbite permanen dapat merusak
tubuh, dan kasus yang parah dapat menyebabkan amputasi. Frostbite dapat terjadi karena
beberapa keadaan diantaranya:

 Suhu tubuh di bawah 93of / 34oc


 Pembekuan pada bagian tubuh yang terpapar dingin
 Setelah kontak dengan cairan dingin, kaca, atau logam

Ciri-ciri dari terjadinya frostbite diantanranya adalah sebagi berikut :


 Pucat pada jaringan sianotik
 Palpasi jaringan yang dingin seperti dengan sentuhan
 Hyperesthetic untuk hypoesthetic, tergantung pada kerusakan jaringan
 Thawing menyebabkan eritema, nyeri, edema dan pembengkakan

Setelah diketahui terjadinya frostbite sebaiknya langsung diberikan penanganan agar


cedera tidak berlanjut dan menjadi semakin parah. Penanganan yang dapat dilakukan
setidaknya adalah berupa penanganan minimal yaitu :

 Jauhkan pasien dari sumber dingin


 Hangatkan jaringan dengan kompres atau rendam dalam air hangat 102-104o F / 39-
40oc selama refreezing tidak memungkinkan
 Jangan menggosok daerah yang terkena, yang menyebabkan kerusakan jaringan
 Dengan lembut dan kering kering, balutkan perban, hindari tekanan pada perban
 Pemberian antibiotik topikal, lidah buaya diterapkan sebelum perban pelindung
 Antibiotik profilaksis dan analgesik dapat diberikan; +/- NSAID
 Mencegah Trauma diri dan pembekuan ulang didaerah yang terkena
 Berikan waktu jaringan untuk menyembuhkan sebelum excising jaringan yang mati,
sebanyak mungkin kembali normal dalam beberapa hari ke depan

Pada hewan frostbite umumnya hal ini terjadi di daerah empat musim dan terjadi pada
musim dingin. Untuk mencegah keadaan frostbite ataupun cedera yang disebabkan oleh
frostbite dapat dilakukan beberapa hal seperti melindungi daerah sensitif dari dingin: telinga,
wajah, ekor, skrotum, kaki membatasi paparan dingin pada tubuh hewan, dan melakukan
Pemeriksaan hewan sesering mungkin, dilakukan pemeriksaan suhu tubuh dan keadaan
fisiologis lainnya.

Luka Gigitan Ular


Gigitan ular pada hewan umumnya terjadi selama merumput atau berburu atau saat
bermain di taman. Kasus gigitan ular telah dilaporkan paling sering terjadi pada anjing dan
kuda. Keracunan dari bisa ular pada hewan merupakan keadaan darurat yang membutuhkan
pengobatan segera, jika pengobatan tertunda dan tidak sesuai keadaan dapat menyebabkan
konsekuensi yang tak diinginkan.
Racun ular terdiri dari campuran kompleks protein dan peptida, yang terdiri dari
protein enzimatik dan non enzimatik. Racun ular juga mengandung ion anorganik seperti
natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan sejumlah kecil seng, besi, kobalt, mangan, dan
nikel. Komponen lain dari racun ular adalah glikoprotein, lipid, dan biogenik amina, seperti
histamin, serotonin dan neurotransmitter (katekolamin dan asetilkolin).

Tanda-tanda klinis pada keracunan ular umumnya seperti air liur berbusa, kusam
kelemahan otot dengan gerakan abnormal, dapat dikaitkan dengan senyawa enzimatik dan
non enzimatik dalam racun ular. Hyalurinadase memecah ikatan glikosida internal asam
mucopolysaccharides tertentu yang mengakibatkan penurunan viskositas jaringan ikat yang
memungkinkan pecahan lain dari racun dapat menembus jaringan. Edema sianotik dapat di
lokasi gigitan mungkin disebabkan enzim hialuronidase yang bertindak sebagai faktor
penyebaran.

Selain itu, racun seperti haemorrhagins menyebabkan perdarahan spontan di sulci


gingiva, hidung, kulit dan saluran pencernaan. Perubahan dalam parameter hematologi bisa
terjadi yang disebabkan karena kerusakan pada sel-sel darah oleh racun ular. Nilai-nilai
biokimia yang meningkat seperti alanin aminotransferase dan kreatinin mungkin karena efek
hepatotoksik dan nefrotoksik dari bisa ular.
Manajemen Gigitan

 Menurut, manajemen gigitan ular dapat dilakukan sebagai berikut :


 Mengidentifikasi racun ular jika memungkinkan.
 Membatasi pergerakan hewan peliharaan. Posisi longgar akan melumpuhkan anggota
tubuh dalam posisi fungsional jika digigit pada ekstremitas.
 Jangan menoreh luka gigitan untuk mengeluarkan racun dan jangan menggunakan
tourniquet tanpa bantuan dokter hewan.
 Jangan memberikan es ke daerah gigitan.
 Mencari perhatian hewan. Hewan akan diam dan daerah digigit jangan bergerak untuk
mengurangi penyebaran racun.
 Daerah di sekitar luka akan dipotong dan dibersihkan. Antihistamin dapat diberikan
dan cairan IV diberikan untuk membantu mencegah tekanan darah rendah. Oksigen
diberikan jika diperlukan. Antibiotik digunakan untuk mencegah infeksi sekunder.
Obat penghilang rasa sakit disediakan jika diperlukan.

Tes laboratorium dapat dilakukan untuk memeriksa masalah perdarahan dan


kerusakan organ akan dilakukan berulang-ulang. Transfusi darah mungkin diperlukan dalam
kasus-kasus koagulopati parah. Daerah atas dan di bawah luka gigitan dapat diukur setiap 15
menit untuk memantau edema.

 Obat anti-inflammatory drugs (NSAID) merupakan kontraindikasi pada fase awal (24
jam pertama) dari pengobatan karena jenis racunyang berbeda dan efek antikoagulan
NSAID. Penggunaan kortikosteroid mungkin kontraindikasi juga, karena beberapa
penelitian menunjukkan mereka meningkatkan keparahan penyebaran. Antivenin
dapat diberikan. Penggunaan antivenin kontroversial dan digunakan pada
kebijaksanaan dokter hewan. Untuk menjadi paling efektif, antivenin harus diberikan
dalam waktu 4 jam dari gigitan. Hal ini menjadi kurang efektif seiring berjalannya
waktu.
 Semua korban gigitan ular harus diamati selama minimal 12 jam, bahkan ketika tidak
ada tanda-tanda klinis. Jika tanda-tanda klinis yangmuncul, panjang pengamatan
meningkat menjadi 48-72 jam, karena kerusakan organ mungkin tidak segera muncul.

Electrical Injury

Cedera listrik bisa terjadi pada hewan karena paparan tegangan rendah, seperti
mengunyah kabel listrik, atau paparan tegangan tinggi, seperti disambar petir atau paparan
hidup jaringan listrik. Tegangan rendah kurang dari 1000 volt. Tegangan tinggi lebih dari
2000 volt. Paparan tegangan tinggi kejadiannya sangat langka dan akibatnya fatal.

Paparan kabel listrik dapat mengakibatkan baik cedera termal dan edema paru
neurogenik. Cedera termal terjadi ketika arus listrik melewati jaringan. Hal ini menyebabkan
konversi energi listrik menjadi panas memproduksi koagulasi protein. Tingkat keparahan
cedera tergantung pada tegangan dan durasi kontak. Cedera yang paling parah pada titik
kontak dan sering melibatkan lidah, langit-langit dan komisura bibir.

Selain menyebabkan cedera termal, sengatan listrik juga dapat mengakibatkan


edema paru neurogenik. Patofisiologi edema tidak diketahui, tetapi satu teori bahwa sengatan
listrik menyebabkan pelepasan sistemik katekolamin. Hal ini menyebabkan vasokonstriksi
sistemik, yang sementara melangsir darah ke sirkulasi paru. Hal ini menyebabkan terjadinya
overload sirkulasi paru-paru dan kerusakan endotel, yang mengakibatkan kebocoran cairan ke
dalam ruang ekstravaskuler. Ini disebut sebagai edema permeabilitas dan dapat terjadi dalam
waktu satu jam dari cedera atau tertunda hingga 24 sampai 36 jam. Edema paru neurogenik
dapat terjadi beberapa menit setelah cedera tetapi dapat memperburuk selama 24 jam pertama
setelah cedera. Oleh karena itu, pemeriksaan yang cepat dan monitoring pada 24 jam pertama
sangat penting untuk hasil yang sukses, terlepas dari kurangnya tanda-tanda klinis awal.

Etiologi Dan Risiko Faktor

Penyebab-mengunyah kabel listrik adalah penyebab utama cedera listrik.


Lightening juga dapat menyebabkan cedera listrik , tetapi kebanyakan hewan tidak bertahan
terhadap tegangan tinggi listrik.

Faktor risiko
 Umur – sering terjadi pada hewan di bawah usia satu tahun
 Breed / genetik
 Sex
 Geografis / lingkungan - Hewan yang hidup bebas lebih mungkin tersambar petir,
meskipun kejadiannya jarang
 Gangguan medis lainnya

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjauhkan semua kabel listrik pada tempat
yang aman dan jaga hewan peliharaan dalam ruangan selama badai listrik.

Manajemen pengobatan

Pengobatan untuk shock listrik tergantung pada tanda-tanda klinis. Disarankan


semua hewan yang terkena sengatan listrik dirawat di rumah sakit dan diamati selama 24 jam,
edema paru neurogenik mungkin tidak terjadi sampai sampai 24 jam setelah terkena electrical
injury. Terapi simtomatik untuk edema paru - Terapi awal tergantung pada tingkat keparahan
gangguan pernapasan. Jika edema paru moderat 40 sampai 50 persen diperlukan terapi
oksigen. Jika edema paru parah antara 80 hingga 100 persen oksigen diperlukan. Jika terjadi
gangguan pernapasan atau kegagalan pernafasan, harus dilakukan intubasi dan ventilasi.

Cairan intravena diberikan dengan hati-hati untuk menghindari banjir alveolar.


Plasma atau hetastarch dapat diberikan jika terjadi hypoproteinemia atau tekanan onkotik
rendah. Diuretik sering digunakan tetapi sering karena tidak efektif pada edema terutama
yang disebabkan oleh perubahan permeabilitas dan tekanan hidrostatikyang rendahi.
Furosemide dapat diberikan dengan dosis 0,5-2 mg / kg IV atau IM setiap 2 sampai 6 jam
atau 0,1 sampai 1 mg / kg / hr IV infus kontinu. Diuretik digunakan dengan hati-hati untuk
menghindari hipovolemia. Kortikosteroid tidak efektif dan harus dihindari. Antibiotik juga
harus dihindari kecuali terjadi pneumonia sekunder. Selama perawatan, hewan dyspneic tidak
boleh terkena stres. Untuk 24 sampai 48 jam pertama, dada harus auskultasi setiap 2 sampai
4 jam. Idealnya, saturasi oksigen diperiksa setiap 2 sampai 4 jam dengan oksimeter pulse
sampai tingkat saturasi oksigen normal. Edema paru ringan samapai sedang dapat pulih
dalam 48 jam.
Terapi simtomatik untuk luka bakar listrik - Kebanyakan luka bakar yang
disebabkan oleh sengatan listrik disarankan untuk dibersihkan dengan povidine yodium atau
chlorhexidine, debridement dan penerapan salep antibiotik topikal. Antibiotik yang biasa
digunakan termasuk persiapan antibiotik triple dan sulfadine perak (SSD). Luka ini
cenderung lambat penyembuhannya dan bisa memakan waktu hingga tiga minggu. Luka
bakar yang parah memerlukan debridement.

Terapi jangka panjang termasuk perawatan luka akibat luka bakar. Hal ini biasanya
melibatkan penerapan salep antibiotik topikal tiga sampai empat kali sehari. Kesembuhan
luka bisa memakan waktu hingga tiga minggu. Hewan diperbolehkan pulang dan dimonitor
secara seksama. Edema parubiasanya sembuh dalam waktu kurang dari empat hari.
Perawatan lanjutan tergantung pada tingkat keparahan luka bakar dan edema paru. Hewan
awalnya harus diperiksa tiga sampai empat hari setelah pulang.

Luka Gigitan (Bite Wound)

Luka gigitan merupakan salah satu jenis lukan serius yang banyak ditemukan pada
klinik-klinik hewan. Tipe luka ini ditemukan 10-15% dari total kasus trauma pada bidang
kedokteran hewan. Luka gigitan ini banyak ditemukan paa anjing ataupun kucing dengan
penyebabnya berupa gigitan dari anjing ataupun kucing lainnya. Tipe gigi dari canine
dirancang untuk penetrasi kedalam jaringan. Incisor berguna untuk menggigit dan
molar/premolar digunakan untuk merobek jaringan. Pada anjing yang lebih kecil ataupun
pada kucing giginya dapat penetrasi langsung ke jaringan yang lebih dalam karena ukurannya
yang lebih kecil.
Manajemen dari luka gigitan

Semua jenis luka gigitan sebaiknya ditangani pada hewan dalam keadaan teranestesi.
Jika pasien atau hewan yang terkena gigitan berada dalam kondisi kritis maka penanganan
dari luka berupa eksplorasi luka, debridemen dan pengobatan luka harus ditunda sampai
keadaan hewan stabil. Berikut merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
penanganan luka gigitan jika keadaan hewan kritis

1. Minimalisasi kontaminasi yang mungkin terjadi pada luka terbuka. Jika diperlukan
dapat dilakukan operasi kecil pada luka tersebut. Bagian luka terbuka ditutup dengan
kasa steril yang sebelumnya dibersihkan dengan normal saline yang hangat dan
dioleskan gel yang bersifat water soluble
2. Rambut disekitar luka dibersihkan atau sebaiknya di cukur
3. Dengan perlahan kulit disekitar luka dibersihkan dengan steril normal saline dengan
suhu yang hangat dan dengan cairan yang dipersiapkan untuk operasi
4. Injeksikan anestesi lokal seperti lidokain disekitar luka
5. Bagian dalam luka dibersihkan dengan menggunakan normal saline yang hangat dan
menggunakan syringe kemudian cairan dikeluarkan kembali hingga luka bersih secara
menyeluruh
6. Berikan antimikrobial secara topikal dan luka terbuka dipasang bandage
7. Dapat dilakukan pemberian antibiotika spektrum luas untuk menghindari adanya
infeksi sekunder dan infeksi sistemik lainnya

Langkah-langkah diatas merupakan penanganan atau terapi jangka pendek pada luka
gigitan hewan karena kondisi hewan yang kritis dan tidak stabil. Tujuan utamanya adalah
untuk mengurangi dan menghindari terjadinya kontaminasi pada luka yaitu kontaminasi dari
lingkungan ataupun nosokomial infection. Jika keadaan hewan sudah stabil maka dapat
dilakukan eksplorasi luka sebagai penanganan lebih lanjut dimana eksplorasi luka
memerlukan tindakan anestesi totall dari hewan. Jika keadaan hewan tetap belum stabil tetapi
luka gigitan yang terjadi merupakan penyebab dari buruknya kondisi hewan misalnya terjadi
sepsis ataupun ruptur akibat luka gigitan tersebut maka operasi dapat dilakukan dan hal ini
merupakan keadaan darurat dan untuk anestesi yang dilakukan harus ditangani oleh ahli
anestesi hewan karena kondisi hewan yang belum stabil akan mempersulit dan beresiko
tinggi jika dilakukan anestesi.
Definitve managenent dari luka gigitan

1. Dilakukan anestesi umum


2. Luka yang telah di tutup sementara dengan perban dibuka dan area luka dipersiapkan
untuk tindakan operasi
3. Bagian yang tidak berhubungan dengan luka ditutup, jika luka terjadi pada bagian
abdomen dapat dilakukan laparotomi dengan tujuan eksplorasi dan menentukan
kerusakan organ serta tindakan yang akan dilakukan
4. Pada bagian yang terluka (puncture wound) diinsisi dan dilihat kerusakan pada bagian
dalam. Jika ada terjadi sobekan pada bahian dalam dapat dilakukan penjahitan
5. Jika kerusakan yang signifikan ditemukan maka dilakukan insisi kemudian dilakukan
repair pada jaringan yang rusak dengan penjahitan dengan memperhatikan letak dari
pembuluh darah dan juga kerusakan yang mungkin juga terjadi pada pembuluh darah
6. Rambut ataupun debris lainnya yang ditemukan pada luka dibersihkan, jaringan
nekrotik juga dihilangkan untuk mempercepat kesembuhan luka
7. Dilakukan debridement
8. Bagian terluar yaitu pada bagian kulit yang sebelumnya di insisi kembali ditutup dan
dijahit

Luka projectile
Amunisi untuk senjata pneumatik, meskipun yang memiliki kaliber kecil, juga ukuran
yang bervariasi. Proyektil ditembakkan dari senjata udara yang memiliki energi yang cukup
untuk menimbulkan akibat cedera fatal dan menembus dinding perut dan tengkorak. Sebuah
jumlah tertentu dari energi kinetik yang dihasilkan oleh proyektil yang dibutuhkan untuk
menyebabkan cedera tertentu ditentukan oleh resistensi dari menembus jaringan terhadap
proyektil Namun,energi ditransfer oleh kontak dengan wajah proyektil dan bentuk transien
(permukaan) dari wajah memiliki dampak yang menentukan pada tingkat cedera. Ini harus
dicatat bahwa tembakan buta (non-penetrasi) menimbulkan risiko yang lebih tinggi untuk
kesehatan dan kehidupan individu yang terluka karena transfer semua energi proyektil
menembus ke jaringan dan organ. Proyektil yang meninggalkan tubuh manusia atau hewan
yang terluka dapat mentransfer hanya fraksi energi kinetik dan, selama mereka tidak
melakukan struktur vital kerusakan, mereka dapat menyebabkan hanya luka kecil.

Contoh proyektil cacat dan terfragmentasi yang digambarkan pada Gambar. 1f (dari
kanan: fragmen cacat inti dan jaket dari proyektil setelah memukul target; dua cacat proyektil
revolver setelah memukul dinding karet). Oleh definisi, FMJ dan TMJ proyektil tidak harus
menjadi cacat dan menyebabkan luka kurang parah daripada proyektil yang digunakan dalam
senjata berburu. Pembangunan terakhir ini dirancang untuk menimbulkan cedera yang paling
luas mungkin, yang mengarah ke pembunuhan cepat sebagian besar hewan.
Diakui, peristiwa seperti jarang terjadi, namun tembakan dengan pelatihan amunisi
tidak boleh diabaikan. proyektil untuk jenis amunisi yang terbuat dari kayu dan polimer dan,
setelah penembakan, membawa energi kinetik rendah. Menemukan unsur kayu atau plastik di
tubuh seorang hewan dapat membuktikan terjadinya penembakan tersebut. Beberapa jenis
amunisi khusus juga mencakup proyektil nonpenetrating yang terbuat dari polimer yang
menyebabkan luka dangkal, biasanya tanpa mengganggu integritas kulit.

Kinetika proyektil dan interaksi tubuh: Pengetahuan jenis senjata dan amunisi serta
teknis dan sifat fisik dari proyektil yang diperlukan untuk benar mengevaluasi luka tembak
pada hewan. Meskipun banyak pengamatan, percobaan dan pertimbangan teoritis, literature
masih mengklaim bahwa proyektil-kecepatan tinggi dapat menyebabkan luka serius, terutama
dengan menghasilkan lebih besar rongga luka. kecepatan sebagai indikator energi dalam
proyektil dan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat cedera. Masalah ini telah disorot
oleh sejumlah penulis dan telah dilakukan studi pada ilmu balistik terminal.

Kompleksitas proyektil-tubuh (manusia atau hewan) interaksi dan dampak individual


parameter proyektil pada jenis dan luasnya cedera jaringan dan organ, sementara seperti yang
dilaporkan oleh beberapa penulis, proyektil yang ditembakkan dari senjata militer kecepatan
lebih dari 1100 m / sec adalah kelompok yang paling. Full metal jacket proyektil bepergian
pada kecepatan tersebut dapat menyebabkan luka ekstensif, meskipun hanya dengan gerakan
muka tidak stabil atau fragmentasi setelah memukul target Sementara menembus jaringan
lunak dan organ internal, beberapa bagian hanya sedikit terganggu karena kecepatan tinggi.
Selain itu, seperti yang dijelaskan oleh aturan mekanika aliran, sebuah peningkatan kecepatan
proyektil hingga tingkat tertentu memungkinkan untuk menembus jaringan lunak,
menciptakan saluran dengan diameter sebanding dengan kaliber (diameter) dari proyektil dan
tanpa menghasilkan rongga sementara, yang merupakan konsekuensi dari fenomena yang
disebut "drag krisis".
Kecepatan proyektil adalah komponen utama dari energi kinetik. Beberapa penulis
membedakan antara dua parameter dan fakta ini harus dipertimbangkan dalam menjaga
ketertiban dan kejelasan presentasi. Menurut beberapa penulis, proyektil dengan energi
kinetik tinggi adalah penyebab cedera lebih parah pada jaringan dan organ dan karena itu
lebih berbahaya untuk seorang individu terluka. Energi kinetik proyektil hanya merupakan
indikator kapasitas menyebabkan cedera tertentu. Jenis dan tingkat cedera ditentukan oleh
transfer energi oleh kontak antara bagian proyektil dengan jaringan dan organ internal korban
dan, dengan demikian, menyebabkan konsekuensi tertentu .
Diagnosis dan Manajemen

Dalam banyak kasus, pemilik tidak menyadari keberadaan tembakan pada hewan
peliharaan ; jelas, binatang yang diizinkan untuk berkeliaran tanpa pengawasan berada pada
risiko terbesar dari tembakan. Tanpa sejarah, luka kulit dapat berasal dari mana pun namun
untuk luka proyektil biasanya disalah artikan sebagai luka gigitan atau trauma kendaraan.
Ada kesempatan di mana pemilik, saksi, atau polisi dapat memberikan spesifik informasi
yang berkaitan dengan senjata. Pengetahuan tentang senjata dapat membantu dokter hewan
dalam menentukan kerusakan jaringan potensial dan manajemen operasi yang tepat dari
cedera.

Kebanyakan luka tembak anjing dan kucing di kota yang dengan tembakan pistol kecepatan
rendah (Gambar 7 -. 41 dan 7-42).

kecepatan tinggi luka tembak dari senapan berburu yang terlihat lebih umum di
daerah pedesaan.. Radiografi pasien yang berguna untuk menentukan keberadaan dan lokasi
peluru atau fragmen. KecepatanRendah - luka proyektil kecepatan menyebabkan kerusakan
jaringan relatif, (Gambar 7 -. 43 dan 7-44). Luka tersebut terbatas pada kulit dan otot yang
mendasarinya umumnya diperlakukan oleh debridement lokal masuk dan keluar luka,lokal
lavage luka, dan penerapan pembalut steril.
Antibiotik sistemik mungkin disarankan pada kasus tertentu. Peluru yang mudah dan
aman diakses dapat dihilangkan. Upaya untuk menyelidiki dan mengeksplorasi luka untuk
menemukan peluru harus seminimal mungkin dalam pelaksanaannya untuk mengurangi
kemungkinan kerusakan jaringan lebih lanjut dan infeksi. Kadang-kadang, bagaimanapun,
pengambilan peluru mungkin diperlukan untuk tujuan hukum.

Dengan proyektil kecepatan tinggi, karena energi kinetik yang lebih besar,
memerlukan eksplorasi luka dan debridement karena ada kerusakan jaringan yang lebih
besar. Hal ini paling jelas ketika tulang dipukul, memungkinkan efek energi kinetik proyektil
lebih ditunjukkan dengan lengkap. Banyak dari kasus-kasus ini mungkin memerlukan
debridement yang cukup, perbaikan ortopedi, dan sejumlah variabel manajemen luka terbuka.

Jumlah energi kinetik yang hilang dari peluru tergantung pada empat faktor: (1)
energi kinetik yang dimiliki oleh peluru terhadap dampak yang dihasilkan; (2) penyimpangan
dari jalur memanjang peluru meningkatkan keterbelakangan proyektil; (3) kehilangan energi
kinetik oleh hilangnya massa peluru dan bentuk selama perjalanan melintasi jaringan; (4)
kepadatan jaringan , elastisitas, dan integritas yang melekat.

Titik berlubang, dapat merusak dan fragmen sekunder menyebabkan ketidakstabilan


dan kerusakan jaringan, terutama ketika tulang dipukul. Sebuah tembakan langsung pada
tulang kortikal yang padat akan menyebabkan perlambatan peluru dan fragmentasinya.
Fragmen peluru dan pecahan tulang didorong ke dalam bagian yang berdekatan jaringan
lunak (Gambar 7 -. 45 dan 7-46). Gangguan dan pulpification jaringan dikombinasikan
dengan hasil peredaran darah di luka besar yang merusak.
Kulit, otot, dan fasia secara efisien elastis untuk menyerap sebagian dari energi dan
tetap menjaga integritas, meskipun kavitasi adalah penghambat utama selama berjalannya
proyektil dengan kecepatan tinggi melalui jaringan. Dari bagian yang tinggi, putaran
kecepatan melalui jaringan lunak dari paha atas, mungkin tidak menghasilkan luka yang tentu
tetapi akan membutuhkan lebar debridement: pengobatan mungkin lebih konservatif dari
yang disarankan oleh literatur. Dengan beberapa pengecualian, luka tembak di otak dan
rongga perut memerlukan eksplorasi bedah di manusia. Pendekatan ini dapat dilakukan di
hewan kecil juga, meskipun data yang kurang mengenai keberhasilan pengelolaan luka
tembak di otak, terutama karena hasil kurang optimal di sebagian besar kasus. Karena luka
tembak perut menyebabkan tingginya insiden cedera usus dan peritonitis, laparotomi
eksplorasi dianjurkan (Gambar 7 -. 47 dan 7-48).
Banyak kasus pada manusia dan anjing mungkin diperlakukan dengan manajemen
konservatif. Sebuah tabung dada mungkin diperlukan untuk mengobati hemotoraks dan
pneumotoraks, tapi torakotomi tidak perlu dilakukan kecuali kerongkongan telah ditembus
atau dilubangi, jantung dipukul, ada air di bagian trakeobronkial, atau perdarahan dan
kebocoran udara ke dalam rongga dada tetap terkendali. Tembakan pada leher pada manusia,
lukanya dieksplorasi secara rutin oleh banyak ahli bedah karena risiko cedera esofagus dan
adanya pembuluh yang vital. Namun, kontroversi apakah eksplorasi wajib pada hewan kecil,
tergantung pada tingkat keparahan luka dan status neurologis dari hewan. Jika peluru tidak
dapat ditemukan, baik keluar tubuh atau telah melewati ke daerah lain dari tubuh.

Dalam situasi ini kompartemen tubuh atas dan bawah di daerah tembakan harus
diradiografi. Sebuah peluru melewati dada dan menembus ke dalam perut, Paling tidak,
memerlukan eksplorasi laparotomi, meskipun peluru lewat ke arah yang berlawanan secara
tidak langsung harus melakukan torakotomi. Peluru dikenal terlebih dahulu peluru yang dapat
bermigrasi dan menimbulkan emboli jika peluru mendapatkan akses ke sistem peredaran
darah. Obstruksi pembuluh darah besar dapat menyebabkan konsekuensi serius. Demikian
pula, peluru telah dikenal untuk memasuki bagian trakeobronkial hanya untuk batuk dan
menelan oleh manusia

Luka bakar

Jenis jenis luka bakar yang dapat terjadi pada hewan digolongkan berdasarkan pada
penyebab luka. Penyebab luka bakar dapat digolongkan dalam beberapa jenis :

 Kobaran api di tubuh (flame)


 Jilatan api ke tubuh (flash)
 Terkena air panas (scald)
 Tersentuh benda panas (kontak panas)
 Akibat sengatan listrik
 Akibat bahan kimia
 Sengatan matahari (sun burn)

Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan pada kedalaman luka bakar yang terjadi yaitu
 Superfisial (derajat satu) : luka terbatas pada epidermis
 Partial-thickness (derajat kedua) : luka bakar terdapat pada epidermis dan beberapa
bagian dari dermis
 Full-thickness (derajat ketiga) : luka bakar terdapat menyeluruh pada daerah kulit
yang tipis
 Derajat keempat : merupakan tipe luka bakar yang paling parah karena mencapai
jaringan yang dalam termasuk pada lapisan muskulus dan mencapai tulang.

Estimasi dari luka beradasarkan luas area dari tubuh yang terkena luka bakar. Untuk
menentukan prosentase dari luka bakar digunakan “rule of nine” berdasarkan pada daerah
tubuh yang terbakar
 Pada bagian forelimb = 9%
 Pada bagian hind limb = 18 %
 Pada bagian kepala dan leher =18 %
 Dorsal half of the trunk =18 %
 Ventral half of the trunk = 18 %

Perawatan Luka Bakar

Dikenal dua cara merawat luka biasa maupun luka bakar :

Perawatan terbuka (exposure method)

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila
digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan
keluargapun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor.

Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif.
Keadaan luka harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat luka
bakar yang dangkal. Untuk luka bakar derajat III dengan eksudasi dan pembentukan pus
harus dilakukan pembersihan luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering. Penderita
perlu dimandikan tiap hari, tubuh sebagian yang luka dicuci dengan sabun atau antiseptik dan
secara bertahap dilakukan eksisi eskar atau debridement.

Perawatan tertutup (occlusive dressing method)

Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk


menutup luka dari kemungkinan kontaminasi. Keuntungannya adalah luka tampak rapi,
terlindung dan enak bagi penderita. Hanya diperlukan tenaga dan biaya yang lebih karena
dipakainya banyak pembalut dan antiseptik. Untuk menghindari kemungkinan kuman untuk
berkembang biak, sedapat mungkin luka ditutup kasa penyerap (tulle) setelah dibubuhi dan
dikompres dengan antispetik. Balutan kompres diganti beberapa kali sehari. Pada waktu
penggantian balut, eskar yang terkelupas dari dasarnya akan terangkat, sehingga dilakukan
debridement. Tetapi untuk luka bakar luas debridement harus lebih aktif dan dicuci yaitu
dengan melakukan eksisi eskar.

Tindakan Bedah

Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar yang dapat melewati fase aktif
adalah eksisi dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan kematian
oleh sepsis dan akibat-akibat hipermetabolisme yang sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan
secara tangensial. Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila perlu sampai fascia atau lebih
dalam.

Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah :

 Keadaan umum cepat membaik.


 Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan.
 Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan skin graft.
 Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.
 Sensitivitas lebih baik.

Terapi Suportif

Luka bakar menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat nitrogen balans negatif.


Hiperpigmentasi dimulai hari ke 4 selama 7 – 10 hari.
Kesimpulan
Luka merupakan suatu kondisi dimana terjadinya kerusakan atau hilangnya sebagian
jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, atau gigitan hewan lainnya. Ketika luka timbul, beberapa efek
akan muncul adalah seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, perdarahn dan
pembekuan darah, kontaminasi bakteri, serta terjadi kematian sel pada jaringan yang rusak
tersebut. Manajemen dari luka bermacam-macam berdasarkan pada jenis luka yang terjadi
dan lokasi dari lukanya. Penanganan luka harus tetap mempertahankan konsdisi fisiologis
dari hewan. Pada beberapa tipe luka manajemen ataupun penanganan luka hanya dapat
dilakukan jika kondisi hewan stabil karena manajemen luka harus dilakukan dalam keadaan
anestesi total. Sehingga jika hewan berada dalam keadaan kritis maka hanya dapat dilakukan
penanganan sementara yang bertujuan untuk mngurangi dan menghindarkan kontaminasi
pada luka yang berasal dari lingkungan sekitarnya.

Daftar Pustaka
Ananda, K.J., Mohan, K., Kamran, Ansar,. and Sharada, R. 2009. Snake bite in dogs and its
successful treatment. Veterinary World, Vol.2(2): 66-67
AEC (Animal Emergency Centre).2013. Snake Bites and Your Pet. AEC Australia’s state-
of-the-art pet emergency trauma centres article
Flezmann, M.,Z., et all.2014. A Review of Firearms, Projectileand Gunshot Wounds in
Animals. Pakistan Veterinary Journal
Fossum, T.W.1997.Small Animal Surgery. Mosby New York. USA
Garg, S. K. (2002): In Zootoxins. Veterinary Toxiciology, CBS publishers and Distributers
1st Edn New Delhi.
Karen, 2012. Veterinary surgery small animal. Elseviers saunders. Canada .

Klaassen, C.D. (2008): Properties and Toxicities of animal Venoms. In:Toxicology . 7th Edn,
McGraw-Hill, New Delhi. Pp 1093-1098.
Leopoldo,2006. Trauma and Emergency medicine. Humana press. Totowa.

Marzoeki, D.1993.Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya.Airlangga University Press.Surabaya


O’Shea, M. (2005): Venomous Snakes of the World.. Princeton: Princeton University Press.
Pavletic, M.M.1992.Veterynary Emergency and Critical Care Medicine.Editor Robert J.
Murtaugh and Paul M. Kaplan.Mosby Year Book.Toronto.New York
Pavletic, M.,M,.2010. Atlas of Small Animal Wound Management and Reconstructive
Surgery 3rd edition. USA : A John Wiley & Sons, Inc., Publication
Prasetyo, B.F.I. Wientarsih, dan B.P. Priosoeryanto.2010.Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak
Batang Pohon Pisang Ambon Dalam Proses Penyembuhan Luka Pada Mencit. J.
Veteriner 11(2):70-73.
Reid, 2005. Management of burn injury in the horse. Depertement of clinical sciences,
college of veterinary medicine. Auburn University. Auburn USA.

Thomas, S.1997.The Management of Extravasation Injury In Neonates.World Wide Wound.

Anda mungkin juga menyukai