PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena tanpa kesehatan manusia sulit untuk menjalankan
aktivitas. Menurut undang-undang no.36 tahun 2009 tentang kesehatan,
kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Berdasarkan Undang-Undang No.3 tahun 1966, kesehatan jiwa
adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual
dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras
dengan keadaan orang lain. Sedangkan menurut American Nurses
Associations (ANA) keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktik
keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar
dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, serta memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat di mana klien berada. Selain keterampilan teknik dan
alat-alat klinik, perawat juga berfokus pada proses terapeutik
menggunakan dirinya sendiri (use self therapeutic) (Kusumawati F dan
Hartono Y, 2010).
Gangguan jiwa menurut Undang-Undang No 3 tahun 1966 tentang
kesehatan jiwa adalah adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi
kejiwaan adalah proses, emosi, kemauan dan perilaku psikomotorik
termasuk bicara (Suliswati, 2005).
Perkembangan jaman menuntut kehidupan manusia semakin
modern, begitu pula semakin bertambahnya stressor psikososial akibat
budaya masyarakat modern yang cenderung lebih sekuler, hal ini dapat
menyebabkan manusia semakin sulit menghadapi tekanan-tekanan hidup
yang datang. Kondisi kritis ini juga membawa dampak terhadap
1
peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit mental-emosional
manusia. Sebagai akibat maka akan timbul gangguan jiwa khususnya pada
gangguan isolasi sosial: menarik diri dalam tingkat ringan ataupun berat
yang memerlukan penanganan di rumah sakit baik di rumah sakit jiwa atau
di unit perawatan jiwa dirumah sakit umum (Nurjannah, 2005). Menurut
Dermawan D dan Rusdi (2013), isolasi sosial: menarik diri adalah keadaan
dimana seseorang mengalami atau tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Berdasarkan hasil pencatatan Rekam Medik (RM) Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat pada bulan Januari – April 2011, ditemukan
masalah keperawatan pada klien rawat inap dan rawat jalan yaitu
Halusinasi mencapai 8.922 klien, Resiko Perilaku Kekerasan 1.799 klien,
Defisit Perawatan Diri 446 klien, Isolasi Sosial 1.823 klien, Harga Diri
Rendah 647 klien dan Waham 902 klien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah keperawatan tersebut, maka penulis
merumuskan masalah keperawatan “bagaimanakah asuhan keperawatan
pada Tn.U dengan masalah utama gangguan isolasi sosial: menarik diri di
Ruang Perawatan Garuda Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.”
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum:
Tujuan penulisan Makalah ini adalah penulis mampu melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat.
2. Tujuan Khusus:
Tujuan khusus penulisan Makalah ini adalah agar penulis mampu:
a. Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama
isolasi sosial: menarik diri.
2
b. Menganalisa masalah pada klien dengan isolasi sosial: menarik
diri.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi
sosial: menarik diri.
d. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi
sosial: menarik diri.
e. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan isolasi sosial: menarik diri.
f. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi
sosial: menarik diri.
D. Manfaat
Penulisan Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
bagi:
1. Rumah Sakit
a. Pelayanan terhadap klien menjadi lebih baik.
b. Dapat mengembangkan proses keperawatan pada klien dengan
masalah utama: isolasi sosial menarik diri
2. Perawat
a. Perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai prosedur.
b. Perawat dapat mengembangkan asuhan keperawatan secara
optimal.
3. Instansi Akademik
Sebagai salah satu masukan bagi Akademi Keperawatan Rumah
Sakit Dustira untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja
perawat dalam menjalankan tugas melayani para klien dengan masalah
utama: isolasi sosial menarik diri
4. Klien dan Keluarga
a. Klien dan keluarga mengerti tentang menarik diri
b. Klien dan keluarga dapat memotivasi klien agar terbuka dengan
orang lain.
3
c. Sebagai bahan masukan kepada klien dan keluarga dalam mengatasi
permasalahan yang ada dan juga dapan memberikan kepuasan bagi
keluarga atas asuhan keperawatan yang diberikan.
5. Pembaca
Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk meningkatkan
pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan masalah utama:
isolasi sosial menarik diri.
6. Penulis
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan serta teori yang dimiliki
penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah utama: isolasi sosial menarik diri.
4
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
A. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau
kegagalan. (Balitbang, 2007).
Merupakan percobaan untuk menghidari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain. (Rawlins,
1993).
Merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang tidak fleksibel
yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial. (Depkes RI, 2000).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah
individu yang berusaha menghindari diri dari interaksi dengan orang lain
baik berupa komunikasi, bertukar pikiran maupun bertukar perasaan, akibat
dari gangguan hubungan interpersonal itu sendiri yang tidak fleksibel
sehingga menimbulkan perilaku maladaptive.
5
f. Mengisolasi diri.
g. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
h. Asupan makanan dan minuman terganggu.
i. Retensi urine dan feses.
j. Aktivitas menurun.
k. Kurang energi.
l. Rendah diri.
m. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada
posisi tidur).
3. Rentang Respon
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial.
a. Respons Adaptif
Respon adaptif adalah Respons yang masih dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum serta masih dalam
batas normal dalam menyelesaikan masalah.
1) Menyendiri : respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan
apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.
2) Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
6
3) Bekerjasama : Kemampuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
4) Interdependen : saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respons Maladaptif
Respons maladaptif adalah Respons yang diberikan individu yang
menyimpang dari norma sosial. Yang termasuk respons maladaptif
adalah
1) Menarik diri : seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Ketergantungan : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
3) Manipulasi : seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan social secara
mendalam.
4) Curiga : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri terhadap
orang lain.
4. Faktor predisposisi
a. Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan social.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka
akan menghambat fase perkembangan social yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah.
7
Masa bermain Mengembangkan otonomi dari awal
perilaku mandiri
Masa prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani.
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan
berkompromi.
Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesame jenis kelamin.
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis
atau tergantung pada orang tua.
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang tua
dan teman, mencari pasangan, menikah, dan
mempunyai anak.
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang
sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya.
Sumber: Stuart dan Sundeen (1995), hlm.346
8
Isolasi social atau mengasingkan diri dari lingkungan social
merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan social. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah
dianut oleh keluarga dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produksi seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat
diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan social. Organ tubuh yang dapat
mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan social adalah otak,
misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan social memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti
atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic
dan daerah kortikal.
5. Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan social juga dapat menimbulkan
oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stresorpresipitasi
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor social budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat
ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini
dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
9
C. KEMUNGKINAN DATA FOKUS
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stresor, sumber koping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat ini
pengkajian meliputi:
a. Identitas klien Meliputi
Nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS, informan, tanggal pengkajian, no rumah klien dan alamat klien, No
RM.
b. Keluhan utama
Keluhan pada pasien isolasi social biasanya berupa menyendiri
(menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam
diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari-hari, dependen.
c. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelempok
sebaya, perubahan stuktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
diceraisuami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karna sesuatu yang
terjadi (korban perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba-tiba) perlakuan
orang yang tidak menghargai klien/ perasaan negative terhadap diri
sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernapasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
10
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang
akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negative tentang
tubuh, Preokupasi dengan tubuh bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencedarai diri, dan kurang percaya diri.
3) Hubungan sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan dll.
4) Spiritual
Tidak peduli terhadap perintah tuhan.
f. Status mental
1) Penampilan
11
Pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial : Menarik Diri
berpenampilan tidak rai, rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi kuning,
tetapi penggunaan pakaian sesuai dengan keadaan serta klien tidak
mengetahui kapan dan dimana harus mandi.
2) Pembicaraan
Pembicaraan klien dengan Kerusakan interaksisosial Menarik
Diripada umumnya tidak mampu memulai pembicaraan, bila berbicara
topik yang dibicarakan tidak jelas atau kadang menolak diajak bicara.
3) Aktifitas motorik
Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang
gelisah dan mondar-mandir.
4) Alam perasaan
Alam perasaan pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada
kasus Menarik Diri biasanya tampak putus asa dimanifestasikan
dengan sering melamun.
5) Afek
Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsang yang
normal.
6) Interaksi selama wawancara
Klien menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-kadang
menolak untuk bicara dengan orang lain.
7) Persepsi
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri
pada umumnya mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi
pendengaran, klien biasanya mendengar suara-suara yang megancam,
sehingga klien cenderung sering menyendiri dan melamun.
8) Proses pikir
Proses pikir pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada
kasus Menarik Diri akan kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat atau
blocking serta inkoherensi dalam proses pikir.
12
9) Isi pikir
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri
pada umumnya mengalami gangguan isi pikir : waham terutama
waham curiga.
10) Tingkat Kesadaran
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri
tidak mengalami gangguan kesadaran.
11) Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu
mengingat hal-hal yang telah terjadi.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri
pada umumnya tidak mengalami gangguan dalam konsentrasi dan
berhitung.
13) Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan dalam penilaian
14) Daya tilik diri
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan
mengingkari penyakit yang dideritanya.
13
4) Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasaya terganggu.
h. Mekanis mekoping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang lain (lebih sering menggunakan koping
menarik diri)
j. Pengetahuan
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri,
kurang mengetahuan dalam hal mencari bantuan, faktor predisposisi,
koping mekanisme dan sistem pendukung dan obat-obatan sehingga
penyakit klien semakin berat.
k. Aspek medic
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, Therapy okopasional, TAK dan rehabilitas.
14
D. POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Intoleransi Aktifitas
15
F. DATA YANG PERLU DIKAJI
Masalah Data yang perlu dikaji
Keperawatan
Isolasi Sosial Subjektif
Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain.
Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan
meminta untuk sendiri.
Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain.
Tidak mau berkomunikasi
Data tentang klien biasanya ddidapat dari keluarga yang
mengetahui keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu, ayah atau
teman dekat).
Objektif
Kurang spontan.
Apatis (acuh terhadap lingkungan).
Ekspresi wajah kurang berseri.
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
Mengisolasi diri.
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
Asupan makanan dan minuman terganggu.
Retensi urine dan feses.
Aktivitas menurun.
Kurang energi.
Rendah diri.
Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya
pada posisi tidur).
16
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial
17
yang
menyebabkan
pasien tidak
berinteraksi
dengan orang
lain.
c. Diskusikan
keuntungan bila
pasien memiliki
banyak teman
dan bergaul
akrab dengan
mereka.
d. Diskusikan
kerugian bila
pasien hanya
mengurung diri
dan tidak
bergaul dengan
orang lain.
e. Jelaskan
pengaruh
isolasi social
terhadap
kesehatan fisik
pasien.
3. Latihan berkenalan
4. Berikan
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya
18
setelah
pelaksanaan
kegiatan. Yakinkan
bahwa keluarga
mendukung setiap
aktivitas yang
dilakukan pasien.
SP 2
1. Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP1)
2. Pilih kemampuan
kedua yang dapat
dilakukan.
3. Latih kemampuan
yang dipilih.
4. Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien.
SP3
1. Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP1
Dan 2).
2. Memilih
kemampuan ketiga
yang dapat
dilakukan.
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien.
19
Keluarga mampu : Setelah…..x pertemuan, SP1
Merawat pasien isolasi pasien mampu : 1. Identifikasi
social di rumah 1. Masalah isolasi masalah yang
social dan dihadapi keluarga
dampaknya pada dalam merawat
pasien. pasien.
2. Penyebab isolasi 2. Penjelasan isolasi
social. social.
3. Sikap keluarga 3. Cara merawat
untuk membantu isolasi social.
pasien mengatasi
isolasi sosialnya. SP2
4. Pengobatannya 1. Evaluasi SP1
yang berkelanjutan 2. Latih (langsung ke
dan mencegah pasien)
putus obat. 3. RTL
5. Tempat rujukan keluarga/jadwal
dan fasilitas keluarga merawat
kesehatan yang pasien.
tersedia bagi
pasien. SP3
1. Evaluasi SP1 dan
SP2
2. Latih (langsung ke
pasien)
3. Rencanakan tindak
lanjut keluarga
a. Follow Up
b. Rujukan
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.U DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL DI RUANG PERAWATAN
GARUDA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Tn. U
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SMP
No. RM : 078355
21
Alama : Dusun Bojongsari
kidul RT 04/02
Baleendah Jaya Subang
Nama : Tn. W
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SD
2. Alasan Masuk
Menurut data rekam medik, klien dibawa ke RS Jiwa
Provinsi Jawa Barat oleh keluarganya pada tanggal 16
Desember 2019 pukul 13.25 WIB karena pada saat dirumah,
klien banyak melamun dan tidak mau diajak bicara sejak
kurang lebih 2 bulan yang lalu. Keluhan disertai klien
tampak curiga, ketakutan, melihat bayangan orang dan bicara
sendiri, makan pasien kurang, tidur kurang.
22
- Gangguan persepsi sensori :
halusinasi penglihatan
3. Faktor Predisposisi
a. Riwayat gangguan jiwa
Sebelumnya klien belum pernah mengalami gangguan
jiwa.
b. Pengobatan sebelumnya
Klien tidak ada pengobatan sebelumnya.
c. Riwayat aniaya fisik, seksual, dan tindakan kriminal
1). Riwayat aniaya fisik
Klien mengatakan belum pernah mendapatkan
tindakan aniaya dari siapapun
2). Riwayat aniaya seksual
Klien mengatakan belum pernah mangalami,
melakukan atau menyaksikan tindakan aniaya seksual
3). Penolakan
klien mengatakan belum pernah mengalami
penolakan dari keluarga teman maupun lingkungan
4). Kekerasan dalam keluarga
Klien mengatakan belum pernah mendapatkan
kekerasan dari keluarga dan tidak pernah terjadi
kekerasan anggota keluarga
5). Tindakan kriminal
Klien mengatakan belum pernah melakukan tindakan
kriminal.
23
Dari hasil pengkajian : klien tidak pernah mengalami
riwayat fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan
dalam keluarga dan tidak pernah melakukan tindakan
kriminal
4. Pemeriksaan Fisik
Pada saat pengkajian dilakukan pemeriksaan :
a. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 100/80 ×/mmHg
Respirasi : 20×/menit
Nadi : 80×/menit
Suhu : 36,5˚C
b. Ukuran badan
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm
c. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
5. Psikososial
a. Genogram :
24
Keterangan :
= Laki - Laki
= Klien
= Perempuan
= Garis perkawinan
25
= Tinggal serumah
= garis keturunan
b. Pola Asuh
Klien tinggal bersama orang tua, kakak perempuan,
kakak ipar dan keponakannya. Menurut klien orang tua
klien cukup memberi kebebasan pada anak-anaknya tapi
dengan batasan tertentu dan diasuh dengan penuh kasih
sayang.
c. Pola komunikasi
Klien jarang berkomunikasi dengan orang lain, klien
hanya berkomunikasi dengan ibunya tetapi jarang
membicarakan masalahnya, klien sering menyendiri,
klien juga jarang berkomunikasi dengan lingkungannya.
d. Pola pengambil keputusan
Klien hanya menjawab biasa dan terlihat bingung
e. Faktor herediter
Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
f. Konsep diri
1) Gambaran diri
Saat dikaji klien tampak tidak mau membicarakan
dirinya, tubuh pasien tampak ideal (tidak gemuk
ataupun kurus).
2) Peran diri
Klien mengatakan dirinya dirumah sebagai kakak dan
anak, klien tidak pernah menceritakan kemampuan
dalam kesehariannya kepada perawat, klien pada saat
dikaji selalu meyendiri dan tidak mau berinteraksi
dengan orang lain.
3) Identitas diri
26
Klien adalah seorang laki-laki, penampilan klien
sesuai dengan identitasnya.
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan bertemu
keluarga
5) Harga diri
Klien mengatakan tidak mau berinteraksi dengan
orang lain karena sakit hati.
g. Hubungan sosial
1) Orang terdekat
Klien tidak memiliki orang terdekat di RS Jiwa, orang
terdekat dirumahnya adalah ibunya
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Terkadang klien mengalami hambatan dalam
bersosialisasi dengan orang lain, klien sering diam,
apalagi dengan orang yang baru dikenal, saat di RS
klien sering tidur dan menyendiri susah diajak
bersosialisasi.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
h. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam
2) Kegiatan ibadah
Klien tampak tidak melakukan sholat 5 waktu
Masalah keperawtan : klien terdapat masalah dalam
spiritual
i. Status mental
1) Penampilan
27
Klien terlihat rapi, rambut klien rapi, penggunaan
pakaian sesuai dengan yang semestinya, dan cara
berpakaian seperti biasanya.
Masalah keperawtan : tidak ada masalah
2) Pembicaraan
Saat dikaji klien tidak mampu memulai pembicaraan,
apatis, lambat dan membisu.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
3) Aktiviatas Motorik
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak lesu
ditandai dengan klien lambat menjawab atau
menanggapi pertanyaan. Klien tampak malas
bergerak, segala sesuatu kegiatan harus dengan
ajakan perawat.
4) Alam perasaan
Pada saat interaksi klien tampak sedih dan putus asa
karena klien sakit hati, dirumah suka dicaci oleh
tetangganya.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
5) Afek
Afek klien datar, klien tampak tidak ada perubahan
roman muka pada saat diberi stimulus yang
menyenangkan (senam pagi diiringi musik dangdut).
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
6) Interaksi selama wawancara
Saat dikaji kontak mata klien kurang, hanya sesekali
menatap lawan bicara, namun klien menerima
kehadiran perawat, terkadang klien mau menjawab
setiap pertanyaan perawat dan terkadang klien hanya
menjawab seperlunya
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
7) Persepsi
28
Saat dikaji, klien tampak melihat terus kearah jendela.
Klien mengatakan banyak orang diluar belakang
jendela. Saat ditanya klien melihat banyak orang
setiap pagi, siang dan sore. Sehari 3x perasaan sedih.
Masalah keperawatan: Gangguan persepsi sensori
halusinasi penglihatan
8) Proses Pikir
Ketika dilakukan pengkajian, klien berbicara
seperlunya terkadang tidak menjawab dan jika
menjawab klien tiba-tiba terhenti tanpa ada gangguan
eksternal.
Masalah Keperawatan: isolasi sosial
9) Isi Pikir
Pada saat dikaji klien tudak mengalami isi pikir seperi
obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, ide yang
terkait, pikiran magis atau waham.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
10) Tingkat Kesadaran
pada saat dilakukan pengkajian klien tampak
bingung, ditandai dengan klien tidak dapat menjawab
pertanyaan atau hanya menjawab satu, dua kata saja.
Klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang
ditandai dengan klien diantar oleh ayahnya. Klien
tidak mengalami disorientasi waktu ditandai dengan
klien mampu membedakan siang dan malam, klien
tidak tahu ada dimana, klien mengatakan sedang ada
di rumah orang lain.
11) Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka
panjang, jangka pendek dan gangguan daya ingat saat
ini, ditandai dengan klien tidak tahu tanggal lahirnya,
29
tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu
terakhir dan tidak tahu tadi pagi makan apa.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien kurang konsentrasi saat dikaji pasien sering
mengantuk tapi masih bisa diarahkan oleh perawat
dan mampu menyelesaikan perhitungan seperti 100 –
30 = 70
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
13) Kemampuan penilaian
Tidak ada gangguan ringan atau ataupun bermakna,
klien mampu mengambil keputusan yang sederhana
misalnya ketika diberi pilihan antara makan dulu atau
cuci tangan maka klien menjawab “cuci tangan”
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
14) Daya tilik diri
Klien tidak menyadari gejala penyakit yang
dideritanya saat ini. Klien tidak menyalahkan hal-hal
diluar dirinya.
6. Kebutuhan perencanaan
a. Makan
Klien makan 3 kali sehari dengan bantuan total oleh
perawat, jika tidak dibantu makanan dibiarkan.
b. BAB/BAK
Klien dapat mengontrol BAB/BAK dan dilakukan di
kamar mandi tanpa bantuan orang lain serta dapat
merapikan pakaian sehabis BAB/BAK.
c. Mandi
Klien tidak mau mandi.
d. Berpakaian
Klien mampu berpakaian sendiri dan mengganti pakaian
setelah mandi
30
e. Istirahat dan tidur
Klien tidur siang kurang lebih 2 jam dengan waktu yang
tidak menentu.
Klien tidur malam kurang lebih 8 jam, dari jam 21.00 s/d
05.00 WIB,
Kegiatan sebelum dan setelah tidur melamun dan tiduran.
Tidur pasien selalu nyenyak
f. Penggunaan obat
Klien minum obat 3 kali sehari (pagi, siang dan malam)
dengan bantuan minimal oleh perawat
Obat : - lodomer 2x5 mg
- Diazepam 2x5mg
- Setraline 1x50mg
g. Pemeliharaan kesehatan
Setelah diarawat di RS ini, klien diharuskan kontrol
kembali ke RSJ cisarua Prov Jabar tepat waktu
h. Kegiatan didalam rumah
Klien mampu merapikan rumah, dan mencuci pakaian.
7. Mekanisme koping
Apabila ada masalah klien memilih untuk menghindar,
mekanisme koping maladaptif.
Masalah keperawtan : Isolasi sosial
8. Pengetahuan
Klien kurang tahu tentang penyakit yang sedang dideritanya.
9. Aspek medis
Diagnosa medis : Schizoaffective disorder, depressive
type
31
Terapi medis :
2. Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : isolasi sosial
- pada hari Senin, 16 Desember 2019
ayah klien mengatakan pasien
dibawa ke RSJ Prov. Jabar karena
banyak melamun, tidak mau diajak
bicara, tidak mau makan dan tidur
kurang
DO :
32
- Saat dilakukan komunikasi
terapeutik klien tampak tidak mau
bicara/membisu, apatis dan tidak
mampu memulai pembicaraan
- Aktivitas motorik klien tampak
lesu
- Afek datar ditandai dengan pasien
tidak ada perubahan roman muka
pada saat diberi stimulus
menyenangkan (senam pagi
dengan musik dangdut)
- Pasien tidak menunjukkan kontak
mata dan menunduk saat diajak
bicara.
2. DS : Gangguan
- Keluarga klien mengatakan pada persepsi
saat dirumah, klien tampak bicara sensori :
sendiri, melihat bayangan orang halusinasi
penglihatan
DO :
33
B. Diagnosa Keperawatan berdasarkn prioritas
Isolasi sosial
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
34
bila pasien memiliki
banyak teman dan
bergaul akrab dengan
mereka Membantu klien
e. Jelaskan pengaruh untuk membuka
isolasi sosial terhadap diri terhadap
kesehatan fisik pasien lingkungan dan
berinteraksi dengan
3. Latih berkenalan orang lain
a. Jelaskan kepada klien
cara berinteraksi denga
orang lain
b. Berikan contoh cara
berinteraksi dengan
orang lain yang
dilakukan di hadapan
perawat
c. Berikan contoh cara
berinteraksi dengan
orang lain
d. Mulailah bantu klien
berinteraksi dengan
1orang teman / anggota
keluarga
e. Bila klien sudah
menunjukkan kemajuan
tingkatkan jumlah
interaksi
f. Berikan pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang telah
dilakukan oleh klien
35
g. Siap mendengarkan
ekspresi perasaan klien
setelah berinteraksi
dengan orang lain
h. Masukan kedalam
jadwal kegiata klien
Setalah dilakukan Sp 2
…× pertrmuan
1. Evaluasi Sp 1 Menilai
klien mampu
2. Latih berhubungan dengan keberhasilan
sosial secara bertahap interfensi
3. Masukan dalam jadwal sebelumnya :
kegiatan pasien
Mengekspresikan
perasaan klien
terhadap perilaku
menerik diri yang
biasa dilakukan
Setelah dilakukan Sp 3
…× pertemuan
1. Evaluasi Sp 1 dan Sp 2
klien mampu
2. Latih cara berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
3. Mesukan dalam jadwal
kegiatan pasien
36
sosial dan sosial
dampaknya - Latih (stimulasi)
pada pasien - RTL keluarga/jadwal
- Penyebab isolasi keluarga untuk merawat
sosial klien
- Sikap keluarga
Sp 2
untuk
membantu - Evaluasi Sp 1
pasien - Latih (langsung ke pasien)
mengatasi - RTL keluarga / jadwal
isolasi sosial keluarga untuk merawat
- Pengobatan
Sp 3
yang
berkelanjutan - Evaluasi Sp 1 dan Sp 2
dan mencegah - Latih ( langsung ke
putus obat pasien)
- Tempat rujukan - RTL keluarga / jadwal
dan fasilitas keluarga untuuk merawat
kesehatan yang pasien
tersedia bagi
pasien
37
4. Implementasi
1. Mengidentifikasi penyebab S:
a. Siapa yang 1 rumah dengan - Pasien mengatakan satu
pasien rumah dengan orang tua,
Respon : “orang tua” pasien dekat dengan
b. Siapa yang dekat dengan ibunya dan tidak dekat
pasien dengan kakak laki-
Respon : “mamah” lakinya.
c. Siapa yang tidak dekat dengan - Pasien mengatakan
pasien kebiasaan berinteraksi
“aa” dengan orang lain biasa
2. Menanyakan keuntungan dan - Pasien mengatakan
kerugian berinteraksi dengan penyebab tidak
orang lain berinteraksi dengan orang
a. Menanyakan pendapat klien lain karena sering dibuli
tentang kebiasaan berinteraksi oleh tetangganya.
dengan orang lain - Pasien mengatakan paham
Respon : “biasa” mengengai kerugian
b. Menanyakan apa yang mengurung diri dan
menyebabkan pasien tidak keuntungan berinteraksi.
berinteraksi dengan orang lain - Pasien mengatakan paham
Respon : pasien mengatakan bila hanya mengurung diri
sering dibuli oleh tetangganya. di kamar pasien tidak
c. Mendiskusikan kerugian bila memiliki teman
38
pasien hanya mengurung diri - Saat dilakukan evaluasi
dan tidak bergaul dengan pasien, pasien mengatakan
orang lain perasaannya senang
Respon : pasien paham bila setelah berbincang-
hanya mengurung diri di bincang dan berlatih
kamar pasien tidak memiliki berkenalan
teman - Saat dilakukan evaluasi
d. Mendiskusikan keuntungan materi, pasien dapat
bila pasien memiliki banyak menyebutkan keuntungan
teman dan bergaul akrab berinteraksi dengan orang
dengan mereka lain.
Respon : pasien tampak paham - Pasien dapat menyebutkan
ditandai dengan pasien kerugian jika mengurung
melakukan kontak mata dan diri terus
mengangguk - Saat dilakukan evaluasi
e. Menjelaskan pengaruh isolasi tindak lanjut, klien
sosial terhadap kesehatan fisik mengatakan mau berlatih
pasien berkenalan besok.
Respon : pasien paham
O:
39
berinteraksi dengan orang lain P : lanjutkan intervensi
Respon : klien mengatakan
SP 2
mengerti
d. Memulai membantu klien
berinteraksi dengan 1orang
teman / anggota keluarga
Respon : klien mampu
berkenalan dengan Rahda
Adelia, tampak menatap
wajah, menjulurkan tangan dan
menyebutkan nama, nama
panggilan serta asal tinggal.
e. Bila klien sudah menunjukkan
kemajuan tingkatkan jumlah
interaksi
Respon : klien mau berkenalan
dengan teman satu kamarnya.
f. Memberikan pujian untuk
setiap kemajuan interaksi yang
telah dilakukan oleh klien.
Respon : klien tampak senang
saat diberi pujian
g. Mempersiapkan diri
mendengarkan ekspresi
perasaan klien setelah
berinteraksi dengan orang lain.
Respon : klien mengatakan
senang berkenalan dan
berinteraksi dengan orang lain
4. Memasukan kedalam jadwal
kegiata klien
Respon : klien akan berkenalan
40
dengan teman sekamarnya yang
lain besok harinya.
41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
42
3. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa Akper Rs. Dustira khususnya jurusan
keperawatan, kiranya lebih meningkatkan kompetensi dan wawasan
tentang perkembangan teori-teori terbaru dalam dunia kesehatan.
4. Bagi Klien
Untuk lebih meningkatkan status kesehatan dengan cara
memeriksakan diri ditempat-tempat pelayanan kesehatan dan
menggunakan tempat pelayanan kesehatan terdekat.
43