Anda di halaman 1dari 13

LATAR BELAKANG

Di Indonesia hernia menempati urutan kedelapan dengan jumlah 292.145


kasus. Berdasarkan data dari rumah sakit daerah Batang jumlah kasus hernia
inguinalis pada bulan Januari-Desember tahun 2009-2010 terdapat 187 kasus, 138
kasus sudah dilakukan operasi hernia inguinalis, sedangkan 49 kasus tanpa tindakan
operasi. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari-
Desember 2012 diperkirakan 425 penderita.1
Peningkatan angka kejadian Hernia Inguinalis di Indonesia khususnya
provinsi Jawa Tengah bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan tehnologi
semakin berkembang dengan pesat sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan
manusiapun semakin kompleks salah satunya kebutuhan ekonomi yang semakin
mendesak.1
Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha mencukupi kebutuhannya
dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya
yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat menimbulkan
kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh. Penyebab penyakit hernia
yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhannya seperti mengangkat
beban berat, biasa mengkonsumsi makanan kurang serat, yang menyebabkan
konstipasi sehingga mendorong mengejan saat defekasi.2
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia disebabkan karena adanya
tekanan intra abdomen seperti batuk dan mengejan. Hernia apabila tidak segera
ditangani akan menyebabkan terjadinya perlengketan antara isi hernia dengan
dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dikembalikan lagi. Penderita
hernia memang kebanyakan laki-laki, kebanyakan penderitanya akan merasa nyeri,
jika terjadi infeksi didalamnya. Hernia yang terjadi pada anak – anak lebih
disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring
dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena
adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang
menyebabkan lemahnya dinding otot perut.1
MATERI EDUKASI

Pengertian

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia adalah tonjolan
keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana rongga tersebut
harusnya berada dalam keadaan normal tertutup. Hernia adalah suatu keadaan
keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu celah atau lubang
keluar di bawah kulit atau menuju rongga lain, dapat kongenital ataupun aquisita.
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang
keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis.1

Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia
yang melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah
yang dibatasi segitiga Hesselbach. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
hernia adalah ketidaknormalan tubuh berupa tonjolan yang disebabkan karena
kelemahan pada dinding otot abdomen, dapat congenital maupun aquisita.3

Anatomi dan Fisiologi

Anatomi

a. Usus halus
Panjangnya kira-kira 2-8 m dengan diameter 2,5 cm. Berentang dari
sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum) panjangnya 25 cm, usus kosong
(jejunum) 1-2 m, dan usus penyerapan (ileum) 2-4 m.
1). Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.
2). Usus Kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang
berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong".
3). Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

b. Usus Besar
Usus Besar Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan
rata-rata panjangnya 1,5 m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi
kedalam cecum, colon, dan rectum. Vermiform appendix berada pada
bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending, colon
transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari
usus besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal
pada anus berfungsi untuk mengontrol pembukaan anus.

Fisiologi
Fungsi usus halus adalah :
a. Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum akan mensekresi
mukus guna melindungi mukosa usus.
b. Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell) mensekresi sucrase,
maltase, lactase dan enterokinase yang bekerja pada disakarida guna membentuk
monosakarida yaitu peptidase yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang
mengaktifkan trypsinogen dari pankreas.
c. Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin, secretin, dan
enterogastrone yang mengontrol sekresi empedu, pancreatic juice, dan gastric juice.
d. Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari hati masuk kedalam
duodenum.
e. Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usus kedalam kapiler darah dan
lacteal dari villi.
f. Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan mencampur
disebabkan oleh kontraksi serabut otot sirkuler pada usus menyebabkan chyme
kontak dengan villi untuk diabsorpsi.

Fungsi utama usus besar adalah :


a. Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltik akan menggerakkan zat
sisa menuju kebagian distal.
b. Sekresi. Pada umumnya memproduksi mukus yang melindungi mukosas akan tidak
mengalami injury, melunakkan feces yang memungkinkan bergerak dengan lancar
kearah pelepasan dan menghambat pengaruh pembentukan keasaman oleh bakteri.
c. Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan mengabsorpsi
90% air dan garam dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Mensintesa vitamin. Bakteri pada usus halus akan mensintesa vitamin K, thiamin,
riboflavin, vitamin B12, dan folic acid.
e. Membentuk feses. Feses terdiri dari ¾ air dan ¼ massa padat. Massa padat termasuk
sisa makanan dan sel yang mati. Pigmen empedu memberikan warna pada feses.
Dan menstimulasi gerakan isi usus kearah pelepasan.
f. Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh keluar. Pada saat feses
dan gas berada dalam rektum, tekanan dalam rektum meningkat, menyebabkan
terjadinya refleks defekasi.

Klasifikasi
1. Bagian-bagian hernia
a. Kantong hernia Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia insisional, hernia adipose, hernia
intertitialis.
b. Isi hernia Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus,ovarium dan jaringan penyangga usus (omentum).
c. Pintu hernia Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
d. Leher hernia Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
e. Locus minoris resistance (LMR).

2. Macam-macam hernia
a. Berdasarkan terjadinya:
1) Hernia bawaan atau kongenital
2) Hernia didapat atau akuisita
b. Berdasarkan tempatnya:
1) Hernia Inguinalis Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis).
2) Hernia femoralis Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa femoralis.
3) Hernia umbilikalis Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah isi perut. 4)
Hernia diafragmatik Adalah hernia yang masuk melalui lubang diafragma ke
dalam rongga dada.
5) Hernia nucleus pulposus (HNP).
c. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel
Yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum abdominalis lagi tanpa operasi.
2) Hernia ireponibel
Yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.
3) Hernia akreta
Yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
4) Hernia inkarserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.
d. Berdasarkan isinya
1) Hernia adiposa
Adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
2) Hernia litter
Adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian dinding ususnya saja yang
terjepit di dalam cincin hernia.
3) Slinding hernia
Adalah hernia yang isi hernianya menjadi sebagian dari dinding kantong hernia.

Etiologi
Penyebab dari hernia adalah adanya peningkatan tekanan intra abdominal
akibat adanya tindakan valsava maneuver seperti batuk, mengejan, mengangkat
benda berat atau menangis. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly
congenital atau karena sebab yang didapat.4
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.5
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Tekanan intra abdominal yang meninggi serta kronik
seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia
inguinalis.5,6
Anak yang menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai
kemungkinan mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa (16%).
Bertambahnya umur menjadi faktor risiko, dimungkinkan karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan
jaringan penunjang. Setelah apendektomi menjadi faktor risiko terjadi hernia
inguinalis karena kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis.7

Patofisiologi

Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan
yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis,
faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal
ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena
kanal inguinalis berisi tali sperma pada lakilaki, sehingga menyebakan hernia.8
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada
yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk
berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia
strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus
sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan
kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan
menjadi nekrosis.7
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga
perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan 18 strangulate akan timbul gejala ileus
yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih
berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.
Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang
timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang
pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada
kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien
diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris
dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah
benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba
berupa anulus inguinalis yang melebar.10
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adanya benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.9
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan di regio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada vunikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung
isinya, pada palpasi mungkin teraba usus,omentum (seperti karet), atau ovarium.
Dengan jari telunjuk atau kelingking pada anak, dapat dicoba mendorong
isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat
direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis,
disebut hernia inguinalis lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu, anulus dan kanalis inguinalis.11
Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong,
sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Dan kalau sisi jari yang
menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Dan jika kantong hernia
inguinalis lateralis mencapai skrotum, disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis
lateralis yang mencapai labium mayus disebut hernia labialis. Diagnosis ditegakkan
atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar
tidak adanya pembatasan yang jelas di sebelah 20 cranial dan adanya hubungan ke
cranial melalui anulus eksternus. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau
elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk
membedakannya.

Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada
pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena cincin hernia yang lebih
elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.8
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup.
Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai
sampai sekarang. Sebaiknya cara seperti ini tidak dianjurkan karena menimbulkan
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pengobatan operatif merupakan
satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah
ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia terdiri atas herniotomi
dan hernioplastik.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada
hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia
bilateral pada orang dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap
kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga pada anak-anak dan bayi, operasi
hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada hernia inguinalis sinistra

Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial.
Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi
hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total
atau parsial. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku, lebih sering
terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus
terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam
rongga peritonium, seperti huruf “W”.13
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah, sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia terjadi nekrosis dan kantong hernia
berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat
terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel, atau
peritonitis, jika terjadi hubungan dengan dengan rongga perut.
Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang mengandung
usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan
vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi
kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia.
Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan local
ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan
tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local.
Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu
mendapat pertolongan segera
DAFTAR PUSTAKA

1. Aiken JJ, Oldham KT. Chapter 338: Inguinal hernias. In: Kleigman RM, Stanton
BF, St. Geme JW, Schor NF, Behrman RE, eds. Nelson Textbook of Pediatrics.
19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. Hal. 1362–1368.

2. Karnadihardja, W. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, Omentum. Buku Ajar


Ilmu Bedah, edisi ke 2: Jakarta; 2004. Hal. 519-540.

3. John T Jenkins, Patrick J.O’dwyer. Clinical Review: Inguinal Hernias. 2008.


Available From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc2223000/.
[Accessed 24 April 2016].

4. Chris Tanto, Iskandar Raharjdo Budianto. Hernia Anak, Kapita Selekta


Kedokteran. 4th ed. Jakarta: Media Aesculopius; 2014.

5. Chang SJ, Chen JY, Hsu CK, Chuang FC, Yang SS. (2015). the incidence of
inguinal hernia and associated risk factors of incarceration in pediatric inguinal
hernia: a nation-wide longitudinal population-based study. Hernia. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26621139. [Accessed 2 April 2016

6. Cincinnati Childrens Hospital. Health Topics of Inguinal Hernia. Ohio; 2013.


Available from: http://www.cincinnatichildrens.org/health/i/inguinal-hernia/.
[Accessed 24 March 2016].

7. The British Hernia Centre. Inguinal; Umbilical Hernias in Infancy and


Childhood(PaediatricHernia), 2016. Available from:
https://www.hernia.org/types/inguinal-umbilical-hernias-in-infancy-
andchildhood/. [ Accessed 28 March 2016 ]

8. Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Erlangga PT


Gelora Aksara Pratama. Edisi 3. Jakarta; 2008.

9. Shochat Stephen. Hernia Inguinalis. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin (ed). Ilmu
Kesehatan Anak Nelson vol. 2 ed.15. Jakarta: 2000. Halaman: 1372- 1375.

10. Kumala, Poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland, 25th ed, Jakarta: EGC; 2005.
11. Sjamsuhidayat, R. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, dan Omentum, Buku
Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2004. Halaman: 519-537.

12. Schwartz, S.I. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Chandranata, Linda., ed. Intisari
Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2000. Halaman: 509–517

13. Snell, R.S. Abdomen: Bagian I Dinding Abdomen. Dalam: Hartanto, Huriawati,
ed. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.
Halaman: 147–200.

14. Richard l. Drake. Inguinal Hernias. Gray’s anatomy for students, 3th edition.
Canada: Elsevier Churchill Livingstone; 2015. Halaman: 299-302.

Anda mungkin juga menyukai