Anda di halaman 1dari 71

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN

ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK TUNAS BANGSA WIYONO


PASAWARAN

(Skripsi)

Oleh :
Ni Putu Ayu Ari Anggraini

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMADIRIAN


ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK TUNAS BANGSA WIYONO
PESAWARAN

OLEH

NI PUTU AYU ARI ANGGRAINI

Masalah dalam penelitian ini kurangnya kemandirian anak usia 5-6 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola orang tua dengan.

Kemandirian anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini dilakukan Mei 2018. Metode

Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan jenis

penelitian survey yang bersifat non eksperimental, dengan analisis data

korelasi. Sampel dalam penelitian berjumlah 31 anak yang bersekolah di TK

Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran dan 31 orang tua yang menyekolahkan

anaknya di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran, pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data pada penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan teknik kuesioner dan observasi, sedangkan

data dianalisis dengan menggunakan korelasi sperman rank. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup besar antara pola asuh

orang tua dengan kemandirian anak usia 5-6 tahun di TK Tunas Bangsa

Wiyono Pasawaran.

Kata Kunci : anak usia dini, kemandirian anak, pola asuh orang tua.
ABSTRACT

THE RELATION OF PARENTING FOSTER PATTERN AND THE


INDEPENDENCE OF CHILDREN AT AGE 5-6 IN TUNAS BANGSA
KINDERGARTEN WIYONO PESAWARAN
BY
NI PUTU AYU ARI ANGGRAINI

The problem in this reseach was lack of childre’s independent 5-6 years. The
study aims to determine the relationship of parenting patterns to the independence
of children aged 5-6 years. This research was conducted in May 2018. The
research method used was quantitative research method with non survey
experimental survey type, with correlation data analysis. The sample in the study
amounted to 31 children school at TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran and 31
parents who sent their children in kindergarten Tunas Bangsa Wiyono
Pasawaran, sampling technique used was purposive sampling technique. The data
collection in this study was conducted by using questionnaire and observation
techniques, while the data was analyzed using sperman rank correlation. The
results showed that there is a considerable relationship between parenting with
the independence of children aged 5-6 years in kindergarten Tunas Bangsa
Wiyono Pasawaran.
Keywords: early childhood, child independence, parenting foster pattern.
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN
ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK TUNAS BANGSA WIYONO
PASAWARAN

(Skripsi)

Oleh
Ni Putu Ayu Ari Anggraini

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini


Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ni Putu Ayu Ari Anggraini

dilahirkan di Desa Rama Murti 1, Kabupaten Lampung

Tengah, Provinsi Lampung pada 27 Agustus 1996, anak

tunggal dari pasangan Bapak I Made Windu Mugiarta

dan Ibu Asroyati. Penulis mengawali pendidikan formal

di TK Widya Dharma pada tahun 2001-2002.

Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 02 Rama Nirwana pada

tahun 2002-2008. Kemudian melanjutkan di SMP Negeri 02 Rama Murti pada

tahun 2008-2011 dan penulis selanjutnya melanjutkan pendidikan di SMA Negeri

01 Kotagajah pada tahun 2011-2014. Pada bulan September tahun 2014 sampai

dengan sekarang penulis terdaftar sebagai mahasiswa angkatan keempat Program

Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD), Jurusan Ilmu

Pendidikan FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama

perkuliahan penulis merupakan mahasiswa yang aktif mengikuti berbagai

kegiatan organisasi kepemudaan baik di internal universitas maupun di eksternal

universitas. Penulis mengikuti organisasi tingkat universitas yaitu UKM

RAKANILA. Selama perkuliahan penulis juga bekerja sebagai guru private di

Iksa Edu Group Lampung.


Pada semester tujuh penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon

Tegal Mukti Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Waykanan dan Program

Pengalaman Pembelajaran Lapangan (PPL) di TK Tunas Muda, Kabupaten

Waykanan.
MOTTO

Jangan menyia-nyiakan hidup mu untuk menunggu datangnya sayap, yakinlah


bahwa kalau kau mampu untuk terbang sendiri
(Audrey Gene)

“Lakukan setiap perbuatan baik atas nama Nya, jadilah pribadi baik dan selalu
kembali kepada Nya”
(Ni Putu Ayu Ari Anggraini)
PERSEMBAHAN

Om Awighnam Astu Namo Siddham

Atas Karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa ku persembahkan karya sederhana ini
untuk orang-orang terkasih dalam hidupku.

Maaf jika mungkin telah menghambat kebahagian, menghambat senyuman yang


telah lama ingin disampaikan, memperlambat kesuksesan untuk membuat catatan
perubahan, namun yakinlah, bahwa yang kulakukan adalah upaya terbesar dalam
diriku untuk meningkatkan drajat orang-orang terkasih baik di dunia maupun di
akhirat dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku kepada :

Kedua Orang Tua Ku ( Bapak I Made Windu Mugiarta dan Ibu Asroyati )
terima kasih telah menjadi bagian terbesar dan terlibat dalam hidupku. Terima
kasih atas segala do’a dan nasihat, bimbingan, pengorbanan dan kesabaran yang
telah diberikan selama ini dalam mendidik ku. Hanya do’a yang bisa ku ucapkan
semoga ibu dan bapak selalu sehat agar bisa melihat anak mu membalas
pengorbananmu yang tak terhingga.

Alamamater Tercinta Universitas Lampung


terima kasih atas segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan, menanamkan
Tri Dharma Perguruan Tinggi dan merancang mimpi dalam hal yang
menyenangkan, ku lakukan disini
SANWACANA

Penulis ucapkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas

nikmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi “Hubungan Pola

Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun di TK Tunas Bangsa

Wiyono Pasawaran” adalah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

Program Studi PG-PAUD Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang amat besar kepada

Ibu Dr. Een Y. Haenilah, M.Pd, selaku pembimbing utama yang telah

membimbing, mengarahkan, menyempatkan waktu membantu serta memberikan

saran dan motivasi guna kelancaran skripsi ini. Terimakasih kepada Ibu Dra.

Sasmiati, M.Hum selaku pembimbing dua yang selalu meluangkan waktunya

dalam memberikan banyak masukan dan saran yang membangun dalam

penyelesaian skripsi ini. Terimakasih kepada bapak Drs. Maman Surahman,

M.Pd, selaku penguji skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan dan

saran guna perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Rasa syukur dan

terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si selaku Ketua Juruasan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


3. Ibu Ari Sofia, S.Psi., M.A.Psi selaku Ketua Program Studi PG-PAUD.

4. Dosen-dosen PG-PAUD yang telah meluangkan waktu dalam membimbing

dan dosen FKIP Universitas Lampung, yang telah memberikan ilmu dalam

membantu proses penyelesaian skripsi ini.

5. Embah tersayang Ketut Surni terima kasih untuk semua doa dan dukungan

yang telah diberikan dan terima kasih untuk kasih sayang yang selama ini

diberikan.

6. Kedua orang tua, Papa I Made Windu Mugiarta dan Mama Asroyati, yang telah

mendidik, membimbing, memotivasi serta doa-doa yang selalu kalian ucapkan.

Terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan.

7. Api dan Ami I Komang Windu Budiarta dan Lulus Fitriasih terima kasih atas

semangat, doa, kasih sayang serta motivasi yang telah kalian berikan dalam

mencari ilmu selama ini.

8. Sahabat-sahabatku Ida Ayu, Rahma, Delvia, Ovi, Putu Febi, Peti, Novita,

Leny, Bayu, Safira, Irma, Septia terima kasih atas bantuan, dukungan serta

semangat dan motivasi yang kalian berikan.

9. Teman-teman seperjuangan PG-PAUD angkatan 2014 terimakasih telah

membantu menuliskan cerita selama di perkuliahan.

10. Teman-teman KKN, Helena Dona Larasati, Hanifah F.S, Hanif Imam

Prabowo, Rian Hidayahtullah, Annisa Maharani, Nys. Marta Trida, R. Niarta

Cory. H, Dharin Widaad.M terima kasih atas dukungan dan semangatnya yang

telah kalian berikan.

11. Andayani, S.Pd selaku kepala sekolah TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran

terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian.


12. Guru-guru TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran terima kasih atas bantuan

serta kerjasamanya selama penelitian.

13. Alamamater tercinta yang telah memberika kebanggan dan semangat bagi

penulis.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Segala

sesuatu yang telah dilakukan semoga mendapat balasan kebaikan dari Ida Sang

Hyang Widhi Wasa.

Bandar Lampung, 24 Agustus 2018


Penulis

Ni Putu Ayu Ari Anggraini


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
C. Batasan Masalah .................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7

II. LANDASAN TEORI


A. Pendidikan Anak Usia Dini .................................................................. 9
1.Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini............................................... 9
2.Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini .................................................... 10
3.Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini........................................ 11
4. Aspek-Aspek Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini ................ 12
5. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini.................................................... 14
B. Kemandirian Anak Usia Dini ................................................................ 16
1. Pengertian Kemandirian Anak Usia Dini........................................... 16
2. Aspek-Aspek Kemandirian Anak Usia Dini ...................................... 18
3. Ciri-Ciri Kemandirian Anak Usia Dini .............................................. 21
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian............................. 23
5. Indikator Kemandirian Anak Usia Dini ............................................. 26
E. Pola Asuh Orang Tua............................................................................. 28
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua....................................................... 28
2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua ...................................................... 29
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua .............. 34

i
F. Penelitian Relevan ................................................................................ 37
G. Kerangka Berfikir.................................................................................. 38
H. Hipotesis Penelitian............................................................................... 39

III. METODE PENELITIAN


A. Metode Penelitian.................................................................................. 40
B. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 40
1.Subyek dan Objek Penelitian ............................................................. 40
2.Waktu dan Tempat penelitian ............................................................ 40
C. Populasi Dan Sampel............................................................................. 41
1.Populasi .............................................................................................. 41
2.Sampel................................................................................................ 41
D. Definisi Konseptual dan Definisi Oprasional Variable........................ 41
1. Definisi Konseptual........................................................................... 41
2. Definisi Operasional Variable........................................................... 42
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 42
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 43
1. Uji Validitas...................................................................................... 43
2. Uji Realibilitas ................................................................................. 43
G.Kisi-Kisi Instrumen ............................................................................... 44
H. Teknik Analisis Data............................................................................ 46
1. Interval Kategori .............................................................................. 46
2. Uji Hipotesis..................................................................................... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Daerah Penelitian .................................................................. 48
1. Profil Sekolah ................................................................................... 48
2. Visi dan Misi .................................................................................... 49
B. Pengujian Prasyarat Analisis ................................................................. 49
1. Memilih Sampel ............................................................................... 49
2. Alat Instrumen.................................................................................. 50
3. Tahap Pelaksanaan ........................................................................... 50
C. Analisis Hasil Uji Instrumen ................................................................. 50
1.Uji Validitas ...................................................................................... 50
2. Uji Reliabilitas.................................................................................. 51
D. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 51
E. Analisis Uji Hipotesis .......................................................................... 54
F. Pembahasan ......................................................................................... 56

ii
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan dan Saran........................................................................... 62
1. Kesimpulan....................................................................................... 62
2. Saran................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 64

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berfikir...............................................................................................39

2. Rumus Alpha Cronbach .....................................................................................44

3. Rumus Interval ...................................................................................................47

4. Rumus Korelasi Product Moment Sperman Rank .............................................47

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-Kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua .....................................................44


2. Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Anak Usia (5-6 tahun) ...............................45
3.Persentase Pola Asuh Orang Tua di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran .....52
4.Persentase Hasil Variabel Kemandirian Berdasarkan Kategori.........................53
5.Persentase Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak usia 5-6 tahun
di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran ...........................................................54

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Kuesioner Penelitian.............................................................................67

2. Lembar Kuesioner Penelitian.............................................................................70

3.Tabel Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Kuesioner Pola Asuh Orang

Tua Berdasarkan Indikator Pola Asuh Orang Tua..............................................72

4.Tabel Rekapitulasi Hasil Variable Kemandirian Berdasarkan Aspek

Perkembangan Kemandirian...............................................................................74

5.Tabel Rekapitulasi Kuesioner Pola Asuh Orang Tua di TK Tunas Bangsa

Wiyono Pasawaran ............................................................................................76

6.Tabel Rekapitulasi Kuesioner Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun di TK

Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran .....................................................................78

7.Foto-Foto Penelitian di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran..........................80

8. Surat Izin Penelitian ..........................................................................................82

9.Surat Balasan Penelitian Dari Sekolah................................................................83

vi
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di

masa datang. Pendidikan harus di tanamkan sejak dini, terutama dalam

keluarga. Pendidikan telah di atur oleh pemerintah sebagaimana

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang tercantum dalam Undang-

Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I

Pasal I ayat I menyatakan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.

Mandiri menjadi penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukan

bahwa mandiri berkaitan dengan suatu keadaan atau kondisi dimana

seseorang mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian

merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki oleh setiap

individu. Selain dapat mempengaruhi kinerjanya, kemandirian juga

berfungsi untuk membantu pencapaian tujuan hidup, prestasi dan

memperoleh kesuksesan.
2

Kemandirian tidak bisa didapatkan secara instan, tetapi kemandirian

dibentuk melalui stimulus yang diberikan sejak usia dini dan dibentuk juga

melalui pengalaman yang dimiliki anak. Usia dini merupakan dasar awal

dimana anak dengan mudah menyerap informasi yang diberikan oleh

lingkungannya. Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal itu akan

mempunyai pengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian pribadi dan

sosial anak. Pengalaman yang dimiliki anak di usia dini memainkan peran

dominan untuk perkembangan anak diusia selanjutnya. Dasar awal akan

sulit diubah jika anak sudah menjadi dewasa, sehingga dasar awal yang

tidak baik dan salah harus diubah dengan cepat di usia peletakan dasar

awal atau usia dini.

Usia dini merupakan dasar awal pembentukan perilaku. Apabila

kemandirian ditanamkan sejak dini maka anak akan dengan mudah

terbiasa dan kemandirian tersebut akan dibawa anak hingga anak dewasa

kelak. Sebaliknya jika kemandirian tidak ditanamkan oleh anak sejak usia

dini maka akan sulit bagi anak untuk mandiri di usia selanjutnya. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian yaitu ; lingkungan,

teman sebaya, keluarga, dan pola asuh orang tua.

Anak memperoleh pendidikan pertama didalam lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga merupakan wadah utama bagi setiap anak untuk

belajar makan, berjalan, berbicara, dan pembentukan perilaku mereka.

Keluarga dan orang tua sebagai pendidikan informal memiliki peran

penting dalam mebentuk kemandirian sejak dini sesuai dengan jejang


3

pendidikan anak usia dini yang ditegaskan pada Undang-Undang No.20

Tahun 2003 Tentang Pendidikan Anak Usia Dini bahwa:

1. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang


pendidikan dasar.
2. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan melalui jenjang
pendidikan formal, non formal, dan/atau informal
3. Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan formal: TK, RA,
atau bentuk lain yang sederajat.
4. Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan non formal: KB,
TPA atau bentuk lain yang sederajat.
5. Pendidikan Anak Usia Dini jalur informal: pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan
6. Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur
lanjut dalam peraturan pemerintahan.
Sesuai pasal diatas pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua adalah

upaya orang tua dalam memberikan. Pengasuhan (parenting) adalah upaya

pendidikan yang dilakukan oleh keluarga melalui perlakuan-perlakuan

yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Pola asuh merupakan interaksi

yang berkelanjutan antara anak dan orang tua. Pola asuh orang tua

terhadap anak itu dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari anak, sikap

dan prilaku anak merupakan sistem pola asuh yang diterapkan orang tua.

Kelas sosial, pendidikan, ekonomi keluarga, budaya orang tua dan

lingkungan sekitar memiliki pengaruh yang cukup kuat pada pola asuh apa

yang diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Pola asuh orang tua

yang baik akan membentuk anak yang baik dan mandiri sedangkan pola

asuh yang tidak baik akan membentuk anak tidak mandiri

Pada observasi yang dilakukan oleh peneliti. Anak-anak TK Tunas Bangsa

Wiyono Pasawaran berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Ada

yang berasal dari keluarga pegawai negeri, pegawai swasta, buruh pabrik
4

dengan keluarga berlatar belakang pekerjaan musiman. Dari berbagai latar

belakang keluarga yang berbeda tersebut telah membentuk pola asuh orang

tua yang berbeda-beda di dalam keluarga. Sebagai penelitian ini, peneliti

melihat secara kenyataan di lapangan bahwa kemampuan siswa antara

yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

Hasil pengumpulan data yang dilakukan di TK. Tunas Bangsa Wiyono

Pasawaran menemukan bahwa masing-masing anak memiliki kemandirian

yang berbeda antara anak satu dengan lainnya hal ini disebabkan oleh

karena siswa memiliki potensi yang berbeda-beda dengan siswa yang lain.

Selain itu dalam observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada

tanggal 27 November 2017 dengan kepala sekolah TK Tunas Bangsa

Wiyono Pasawaran berkaitan dengan kemandirian anak usia 5-6 tahun dari

32 anak diperoleh bahwa masih di jumpai siswa yang menunjukan perilaku

sebagai berikut. (1) anak tidak mau bertanya ketika kegiatan pembelajaran,

(2) anak tidak menjawab pertanyaan yang diberikan, (3)anak tidak

menaruh sepatu dirak sepatu, (4) anak makan disuapi oleh guru, (5) anak

tidak mau mengembalikan mainan pada tempatnya setelah bermain, (6)

anak tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, (7) anak tidak

membuang sampah pada tempatnya.

Peneliti mengamati setiap kegiatan yang dilakukan disekolah oleh guru

dan anak. Terlihat didalam lingkungan sekolah guru sudah mengajarkan

anak untuk mandiri seperti meminta anak untuk memakai sepatu sendiri,

meminta anak untuk makan sendiri, meminta anak untuk merapihkan


5

mainan. Tetapi, masih banyak anak yang kurang mandiri dalam

melakukan kegiatannya sendiri. berdasarkan hasil wawancara pada salah

satu orang tua anak yang terlihat mendiri mereka mengatakan bahwa

dirumah anak diajarkan untuk memakai sepatu sendiri, memakai baju

sendiri, makan sendiri, dan melibatkan anakuntuk aktivitas ringan dalam

kegiatan rumah seperti membuang sapah pada tempatnya, membereskan

mainan ketika selesai bermain, menaruh sepatu dirak sepatu sendiri.

Sedangkan orang tua anak yang kurang mandiri mengatakan bahwa

meereka jarang melibatkan anak dalam kegiatan yang ada dirumah,

mereka selalu memakaikan sepatu anak, memakaikan anak baju, menyuapi

anak ketika makan dan hampir seluruh kegiatan yang semestinya bisa

dilakukan oleh anak dilakukan oleh orang tua.

Pembentukan kemandirian anak, pola asuh orang tua berperan sangat

penting karena sebagian waktu anak dihabiskan dilingkungan rumah

sedangkan waktu di sekolah hanya sekitar 3-4 jam saja. Berdasarkan latar

belakang diatas peneliti mencoba dan tertarik melakukan sebuah penelitian

tentang “ Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak

Usia 5-6 Tahun Di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

diidentifikasi masalahnya sebagai berikut :

a. Anak belum memiliki kemandirian disekolah

b. Latar belakang orang tua berbeda-beda


6

c. Guru belum memaksimalkan kemandirian anak secara tegas

d. Orang tua masih ikut campur urusan anak

C. Batasan Masalah

Penelitian ini, melihat masalah kemandirian yang begitu luas agar

pembahasan dan masalah yang akan diteliti dapat terarah serta tujuan

pokok penelitian dapat tercapai. Maka penulis membatasi masalah

kemandirian anak usia 5-6 tahun dalam mengerjakan kegiatan sekolah di

TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah yang akan menjadi acuan dalam penelitian yaitu :

“Bagaimana Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak

Usia 5-6 Tahun di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran ?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kemandiran anak

usia 5-6 tahun di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran.


7

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfat

sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian anak.

Selain itu penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan

bagi penelitian-penelitian lain mengenai pengaruh pola asuh orang tua

terhadap kemandirian anak.

b. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ditujukan untuk :

1. Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan guru

khususnya guru anak usia dini dalam memberikan pelayanan

pendidikan anak usia dini yang baik dan profesional.

2. Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pedoman kepala

sekolah dalam mengelola pembelajaran dilembaga pendidikan yang

dipimpinnya.

3. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan

pengetahuan baru kepada peneliti mengenai bagaimana hubungan

pola asuh dengan kemandirian anak usia 5-6 tahun.


8

4. Peneliti lain

Data dan informasi dari penelitian tentang gambaran mengenai

hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia 5-6

tahun ini diharapkan dapat memperoleh informasi yang bermanfaat

bagi pengembangan penelitian selanjutnya.


9

II. LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Anak Usia Dini

1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Usia dini merupakan pembentukan awal anak. Pada masa

perkembangan yang berkembang sangat pesat dibandingkan dengan

usia-usia selanjutnya. Pengertian anak usia dini itu sendiri menurut

NAEYC (nasional Association for the education of young children)

dalam Nuraini (2010:3) adalah sebagai berikut

Anak yang berusia 0-8 tahun yang mendapatkan layanan


pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak dalam
keluarga (family chaild care home) pendidikan prasekolah baik
negeri maupun swasta (TK) dan sekolah dasar (SD).

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat

14 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang


ditunjukan pada usia dini sejak lahir sampai dengan enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki usia lebih lanjut.
Masa usia dini sering disebut dengan usia keemasan atau (golden age)

seperti pendapat montesori dalam Nuraini (2013: 20) “Usia keemasan

merupakan masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai

stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik

disengaja maupun tidak disengaja.


10

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak

usia dini adalah anak usia 0-6 tahun yang sensitif terhadap stimulus

yang diterima melalui lingkungan atau pendidikan. Pada usia ini anak

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Anak

dengan mudah menerima stimulus yang baik atau buruk yang

diberikan oleh orang dewasa.

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 / 2003 BAB II Pasal 3).

Adapun tujuan diadakannya PAUD di negara ini, yaitu :

a. Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak

yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat

perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di

dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan

dimasa dewasa.

b. Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar

(akademik) disekolah.

c. Intervensi dini dengan memberikan ransangan sehingga dapat

menumbuhkan potensi – potensi yang tersembunyi yaitu dimensi


11

perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik,

konsep diri, minat, dan bakat).

d. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan

dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi – potensi yang

dimiliki seorang anak. Hal ini sejalan dengan 4 pilar pendidikan

yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu learning to know (melalui

media dan penjelasan guru), learning to do (melakukan aktivitas

langsung, learning to be (dengan bermain peran), learning to live

together (berinteraksi dengan anak lain dengan mentaati ketentuan

dan peraturan yang berlaku).

3. Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini

Perkembangan merupakan suatu perubahan pada diri anak dan

perubahan ini tidak bersifat kuatitatif, melainkan kualitatif. Menurut

Syamsu (2001: 15), perkembangan adalah perubahan-perubahan yang

dialami oleh oleh anak menuju kedewasan atau kematangannya yang

berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik

menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Adapun

menurut Hamalik (2004:84), perkembangan merujuk pada probahan

yang progresif dalam organisme bukan saja perubahan dalam segi fisik

(jasmaniah) melainkan juga dalam segi fungsi, misalnya kekuatan dan

koordinasi. Demikian, kita dapat mengartikan bahwa perkembangan

merupakan perubahan yang bersifat kualitatif.


12

4. Aspek-Aspek Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan Peraturan Menteri Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 137 tahun 2014 menjelaskan aspek-aspek lingkup

perkembangan sesuai tingkat usia anak meliputi “Aspek nilai agama

dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni”.

Berikutpenjelasan beberapa aspek perkembangan anak usia dini

sebagai berikut:

1. Nilai agama da moral sebagaimana disebutkan pada ayat (1)

meliputi kemampuan mengenal nilai agama yang dianut,

mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, penolong, sopan, sportif,

menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengetahui hari besar

agama, menghormati, dan toleran terhadap agama lain.

2. Fisik motorik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. Motorik kasar, mencakup kemampua gerak tubuh secara

terkoodinir, lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-

lokomotor dan mengikuti aturan.

b. Motorik halus, mencakup kemampuan dan kelenturan

menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan

mengekpresikan diri dalam berbagai bentuk.

c. Kesehatan dan perilaku keselamatan, mencakup berat badan,

tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia serta kemampuan

berperilaku hidup bersih, sehat, dan peduli terhadap

keselamatannya.
13

3. Kognitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan

memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari

dengan carafleksibel dan diterima sosial serta menerapkan

pengetahuan dan pengalaman dalam konteks yang baru.

b. Berfikir logis mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola,

berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab-akibat.

c. Berfikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal,

menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal

huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan

imajinasinya dalam bentuk gambar.

4. Bahasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Memahami bahasa reseptif, mencakup kemampuan memahami

cerita, perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan.

b. Mengekspresikan bahasa, mencakup kemampuan bertanya,

menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lisan,

menceritakan kembali yang diketahui, belajar bahasa

pragmatik, mengekspresikan perasaan, ide, dan keinginan

dalam bentuk coretan

c. Keaksaraan mencakup pemahaman terhadap bentuk dan bunyi

huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita.


14

5. Sosial-emosional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Kesadaran diri, terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri,

mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta

mampu menyesuaikan diri dengan orang lain.

b. Rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup

kemampuan mengetahui hak-haknya, mentaati aturan,

mengatur diri sendiri, serta bertanggung jawab atas perilakunya

untuk kebaikan sesama.

c. Perilaku prososial, mencakup kemampuan bermain dengan

teman sebaya, memahami perasaan, merespon, berbagi, serta

menghargai hak dan pendapat orang lain, bersikap kooperatif,

toleran, dan berperilaku sopan.

6. Seni sebagaimana pada ayat (1) meliputi kemampuan

mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimajinasi dengan

gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni

lukis, seni rupa, kerajinan) serta mampu mengapresiasikan karya

seni, gerak dan tari, serta drama.

5. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan tujuan PAUD yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat

ditelaah ada beberapa fungsi dari PAUD itu sendiri, yaitu :

a. Fungsi adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan

penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta

menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri.


15

b. Fungsi sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki

keterampilan – keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan

dan kehidupan sehari – hari di mana anak berada.

c. Fungsi pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai

potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki

anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat

menumbuh kembangkan potensi tersebut kearah perkembangan

yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi

anak itu sendiri maupun lingkungannya.

d. Fungsi bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada

anak untuk bermain, karena pada hakikatnya bermain itu sendiri

merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui

kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta

membangun pengetahuannya sendiri.

e. Fungsi ekonomi, pendidikan yang terencana pada anak

merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan

pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi

investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (the golden

age) yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda.

Pendidikan TK merupakan salah satu peletak dasar bagi

perkembangan selanjutnya.
16

B. Kemandirian Anak Usia Dini

1. Pengertian Kemandirian Anak Usia Dini

Kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan

“ke” dan akhiran “an” yang kemudian membentuk suatu kata keadaan

atau kata benda. Kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan

mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan

mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl

Rogers disebut dengan istilah self oleh Brammer dan Shostrom (1982)

karena diri itu merupakan inti dari kemandirian.

Kemandirian adalah suatu sikap individu yang mampu berdiri sendiri

tanpa terlalu bergantung pada orang-orang disekitarnya terutama pada

orangtua serta mampu dalam memilih dan menentukan pilihan sendiri

sesuai yang diinginkannya (Santosa dan Adijanti, 2013). Kemandirian

merupakan Kemampuan individu untuk bertingkah laku seorang diri.

Definisi secara lebih terperinci dijelaskan oleh Masrun (2001) yang

menyatakan kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan

seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri

sendiri untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan

serta berkeinginan melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian

adalah suatu keadaan dan kemampuan berdiri sendiri yang dilakukan

oleh individu untuk bertingkah laku serta bertanggung jawab pada diri

sendiri tanpa perlu bergantung pada orang sekitar ataupun orang tua.
17

Kemandirian anak usia dini adalah suatu kemapuan yang dimiliki oleh

anak untuk dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri baik dalam

melakukan suatu kegiatan maupun pada saat kontak sosial dengan

orang lain. Desmita (2009: 185) berpendapat bahwa “Kemandirian

sendiri merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur

pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha

sendiri untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan malu dan

ragu-ragu”. Sedangkan kemandirian menurut Yamin & Sanan

(2010:78) bahwa “Bagaimana anak belajar untuk mencuci tangan,

makan, memakai pakaian, mandi, buang air kecil atau besar sendiri”.

Hoffnung dalam Desmita (2009: 185) mendefenisikan otonomi atau

kemandirian sebagai “The ability to govern an regulate one,s own

thoughts, feelings and action freely and responssibly while overcoming

fellings of shame and doubt.”

Demikian dapat dipahami bahwa kemadirian atau otonomi adalah

kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan

tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri mengatasi

perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan.

Kemandirian anak taman kanak-kanak dimulai dengan melihat definisi

taman kanak-kanak dan anak taman kanak-kanak. Pribadi yang

mandiri adalah kemampuan hidup yang mandiri adalah kemampuan

hidup utama dan salah satu kebutuhan setiap manusia di awal usianya.

Anak meskipun usianya masih sangat muda namun diharuskan


18

memiliki pribadi yang mandiri. Alasannya karena ketika anak terjun ke

lingkungan di luar rumah tidak tergantung kepada orang tua.

Kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari pembiasaan perilaku dan

kempuan anak dalam kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung

jawab, disiplin, pandai bergaul mau berbagi, mengendalikan emosi.

Dimana anak taman kanak-kanak indikatornya adalah pembiasaan

yang terdiri dari kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung jawab,

disiplin, pandai bergaul, mau berbagi, mengendalikan emosi. Dengan

demikian dapat dinyatakan bahwa kemandirian anak Taman Kanak-

Kanak adalah suatu pembiasaan perilaku yang tercakup dalam

kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung jawab, disiplin, pandai

bergaul, mau berbagi, mampu mengendalikan emosi.

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan

suatu sikap yang memungkinkan individu untuk bertindak bebas atas

dorongan dalam dirinya sendiri untuk kebutuhannya sendiri tanpa

bantuan atau dorongan dari orang lain.

2. Aspek-Aspek Kemandirian Anak Usia Dini

Kemandirian anak usia dini terbagi kedalam beberapa aspek-aspek

kemandirian. Menurut Kartono (1995:22) menyatakan bahwa

kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu emosi yang ditunjukkan

dengan kemampuan anak mengontrol dan tidak tergantungnya

kebutuhan emosi dari orangtua, ekonomi yang ditunjukkan dengan

kemampuan anak mengatur dan tidak tergantungnya kebutuhan


19

ekonomi dari orangtua, intelektual yang ditunjukkan dengan

kemampuan anak untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi,

sosial yang ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada orang lain.

Aspek kemandirian menurut Gea (2002:75) yakni :

1. Aspek kognitif; yaitu aspek yang berkaitan dengan


pengetahuan, pandangan dan keyakinan individu tentang
sesuatu, misalnya pemahaman seorang anak tentang ketidak
tergantungan pada orang tua atau pengasuhnya.
2. Aspek afektif; yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan
individu terhadap sesuatu seperti halnya hasrat, keinginan
atau pun kehendak yang kuat terhadap suatu kebutuhan,
misalnya keinginan seorang anak untuk berhasil melakukan
tugas sederhana, seperti memakai baju dan sepatu sendiri.
3. Aspek psikomotor; yaitu aspek yang berkaitan dengan
tindakan yang dilakukan individu untuk memenuhi
kebutuhannya, misalnya tindakan anak yang berinisiatif
belajar mengenakan sesuatu sendiri karena dia tidak ingin
selalu tergantung pada orang tua atau pengasuhnya.

Aspek-aspek kemandirian menurut Masrun dalam Arianti (2009:57)

antara lain:

1. Bebas, yaitu ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan


atas kehendak sendiri bukan karena orang lain.
2. Progresif, yaitu ditunjukkan dengan usaha untuk mengejar
berprestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta
mewujudkan harapan-harapannya.
3. Inisiatif, yaitu adanya pemanfaatan berpikir dan bertindak
secara orisinil, kreatif dan inisiatif.
4. Pengendalian diri, yaitu adanya perasaan mampu untuk
mengatasi masalahnya, mempu mengendalikan serta mampu
mempengaruhi lingkungan atas usahanya.
5. Kemampuan diri, yaitu mencakup rasa percaya diri terhadap
kemampuan sendiri, menerima dirinya dan memperoleh
kepuasan dari usahanya.

Semantara itu, Doll dalam Anggraini (2014: 220) menyebutkan

beberapa aspek kemandirian yang ada pada anak, diantaranya:

1. Menolong diri sendiri secara umum (self-help general).


20

2. Mengarahkan diri sendiri (self-direction).


3. Bergerak (locomotion).
4. Pekerjaan (occupation).
5. Sosialisasi (socialization)
6. Komunikasi (communication)

Menolong diri sendiri secara umum (self-help general), kemandirian

ini meliputi kemampuan ketika makan (self help eating), kemampuan

berpakaian (self help dressing). Contoh lainnnya dapat mencuci muka

dan tangan ataupun pergi tidur sendiri. Mengarahkan diri sendiri (self-

direction) kemandirian ini berhubungan dengan kemampuan mengatur

uang dan waktu. Bergerak (occupation) adalah keterampilan dimana

anak mampu melakukan gerakan sederhana seperti menuruni tangga,

serta tidak memerlukan bantuan orang lain, misalnya pergi main ke

tetangga dekat rumah. Pekerjaan (locomotion) merupakan

kemampuan anak untuk mengerjakan pekerjaan yang ringan dirumah

maupun disekolah, seperti menggunakan pensil, membereskan

mainannya sendiri, dll. Sosialisasi (socialization) kemampuan anak

dalam bersosialisasi dengan orang lain, misalnya bermain bersama

teman atau mengikuti suatu lomba tertentu. Komunikasi

(communication) kemampuan anak untuk melakukan sesuatu

komunikasi sederhana ataupun komunikasi lanjutan. Misalnya

berbicara dengan orang sekitarnya, maupun mengutarakan apa yang

dialaminya.

Bersadarkan beberapa penjelasaan dan pendapat diatas, dapat

disimpulkan ada beberapa aspek kemandirian, seperti : 1) kemandirian

emosional, 2) kemandirian sosial, 3) kemandirian nilai, 4)


21

kemandirian dalam menolong diri, 5) kemandirian dalam bekerja, 6)

kemandirian dalam mengenal waktu.

3. Ciri-Ciri Kemandirian Anak Usia Dini

Setiap anak atau individu memiliki kemampuan yang unik untuk

memahami sesuatu, tidak hanya menerima, tetapi memiliki inisiatif

untuk mandiri yang berwujud keinginan-keinginan untuk mengalami

sendiri, memahami sendiri atau mengambil keputusan dalam tindakan-

tindakannya sendri. Bagaimana anak mandiri adalah hasil dari yang

mereka dapat dari lingkungan rumah dan lingkungan dimana anak

tersebut berada.

Yamin & Sanan (2010: 83-84) mengemukakan ciri-ciri anak yang

mandiri sebagai berikut :

1. Dapat melakukan segala aktivitasnya secara mandiri atau


sendiri meskipun tetap dengan pengawasan orang tua.
2. Dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan
pandangan, pandangan itu sendiri diperolehnya dari melihat
perilaku atau perbuatan orang disekitarnya.
3. Dapat bersosialisasi dengan orang lain tanpa perlu ditemani
orang tua.
4. Dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati pada
orang lain.

Ciri-ciri kemendirian menurut Wiyani (2016: 33) sebagai berikut :

1. Memiliki kepercayaan pada diri sendiri.


2. Memiliki motivasi intristik yang tinggi.
3. Mampu dan berani menentukan pilihan sendiri.
4. Kreatif dan inovatif.
5. Betanggunga jawab menerima konsekuensi yang menyertai
pilihanya.
6. Tidak bergantung dengan orang lain.
22

Berdasarkan pendapat diatas anak yang mandiri memiliki tujuh ciri-

ciri utama yaitu memiliki kepercayaan pada diri sendiri diartikan

Anak memiliki rasa percaya diri serta keberanian untuk melakukan

sesuatu dan menentukan pilihan sesuai dengan kehendaknya sendiri

dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang dapat ditimbulkan

karena pilihanya. Memiliki motivasi intristik yang tinggi merupakan

dorongan yang bersal dari dalam diri untuk melakukan suatu perilaku

maupun perbuatan. Motivasi yang datang dari dalam akan mampu

menggerakan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkan.Mampu

dan berani menentukan pilihan sendiri, anak yang berkarakter mandiri

memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihannya

sendiri. contohnya anak yang berkarakter mandiri mempunyai

keinginan untuk memilih makana apa yang akan dimakannya,

memilih baju yang ingin dikenakannya dan memilih mainannya

sendiri yang akan dimainkannya.

Kreatif dan inovatif merupakan suatu ciri anak yang memiliki sikap

mandiri, seperti dalam melakukan sesuatu atas kehendaknya sendiri

tanpa disuruh oleh orang lain, mempunyai dan ingin selalu mencoba

hal-hal baru. Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang

menyertai pilihanya dimana lingkungan TK merupakan lingkungan

yang baru bagi anak. Sering kali kita menemukan dengan mudah anak

menangis ketika pertama kali masuk TK, bahkan banyak anak yang

ditunggu orang tuanya ketika belajar didalam kelas dan yang terakhir

tidak bergantung dengan orang lain memiliki arti anak yang memiliki
23

sikap mandiri selalu ingin mencoba sendiri, tidak bergantung pada

orang lain dan anak tahu kapan harus meminta bantuan kepada orang

lain.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Usia Dini

Kemandirian disini bukan semata-mata sebuah pembawaan yang

melekat pada diri individu sejak lahir. Perkembangan kemandirian

juga dipengaruhi oleh lingkungan, selain dari potensi yang dimiliki

individu sebagai keturunan dari orang tuanya. Menurut Hurlock dalam

Rini (2012: 63) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang

mempengaruhi kemandirian, yaitu:

1. Pola asuh orang tua dengan gaya pengasuhan yang demokratis


sangat merangsang kemandirian anak, yaitu peran orang tua
sebagai pembimbing yang memperhatikan aktivitas dan
kebutuhan anak terutama dalam hal pergaulannya dilingkungan
sekitar maupun sekolah.
2. Jenis kelamin anak yang berkembang dengan tingkah laku
maskulin lebih mandiri dari pada anak yang mengembangkan
tingkah laku feminim.
3. Urutan dalam keluargaanak pertama diharapkan menjadi
contoh dan menjaga adiknya berpeluang lebih mandiri
dibandingkan dengan anak bungsu yang mendapatkan
perhatian berlebih dari orang tua dan saudara-saudaranya
berpeluang kecil untuk mendiri.
Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Wiyani (2016: 37-41)

menyatakan bahwa kemandirian dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti :

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dalam diri seorang

individu. Faktor internal terdiri dari 2 kondisi, yaitu kondisi

fisiologis dan kondisi psikologis.


24

a. Kondisi fisiologis

Wiyani (2016: 37) menyatakan bahwa :

Kondisi fisiologis berpengaruh antara lain keadaan tubuh,


kesehatan jasmani, dan jenis kelamin. Pada umumnya
anak yang sakit lebih bersikap tergantung anak yang tidak
sakit. Anak yang menderita sakit atau lemah otak
mengundang kasihan yang berlebihan dibandingkan anak
lain sehingga dia mendapatkan pemeliharaan yang lebih.
Jenis kelamin anakjuga berpengaruh terhadap
kemandiriannya. Anak perempuan akan lebih mandiri
dibandingkan anak laki-laki.

b. Kondisi psikologis

Wiyani (2016: 39) menyatakan bahwa “ meskipun kecerdasan

atau kemampuan seseorang anak dapat diubah atau

dikembangkan melalui lingkungan, sebagian ahli berpendapat

bahwa faktor bawaan mempengaruhi keberhasilan lingkungan

dalam pengembangan kecerdasan anak”.

2. Faktor eksternal

Wiyani (2016: 39-41) menyatakan bahwa faktor eksternal yang

mempengaruhi kemandirian ini meliputi lingkungan, rasa cinta

dan kasih sayang orang tua kepada anaknya. Pola asuh orang tua

dalam keluarga dan faktor pengalaman dalam kehidupan,

penjelasanya adalah sebagai berikut :

a. Faktor lingkungan

Lingkungan yang baik dapat menjadikan anak cepat

tercapainya kemandirian anak. Lingkungan keluarga sebagai

lingkungan terkecil bagi anak yang merupakan tempat utama

bagi pembentukan karakter anak.


25

b. Rasa cinta dan kasih sayang

Rasa cinta dan kasih sayang orang tua hendaknya diberikan

sewajarnya karena hal itu dapat mempengaruhi kemandirian

anak.

c. Lingkungan keluarga

Berperan penting dalam pembentukan karakter kemandirian

karena semua itu tidak lepas dari peran orang tua dan

pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya.

d. Pengalaman dalam kehidupan

Pengalaman dalam keluarga anak meliputi pengalaman

disekolah dan lingkungan keluarga. Faktor budaya dan kelas

sosial juga dapat mempengaruhi kemandirian anak usia dini.

Berdasarkan faktor-faktor kemandirian diatas dapat

disimpulkan bahwa kemandirian disini bukan semata-mata

sebuah pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir

melainkan di pengaruhi oleh banyak faktor seperti pola

pengasuhan, cinta kasih pengalaman serta lingkungan yang

berperan dalam pembentukan kemandirian anak dalam

memberikan stimullus dan direspon dalam bentuk

kemandirian.

5. Indikator Kemandirian Anak Usia Dini

Menurut Diane dalam Yamin (2013: 60-61) menyatakan bahwa

kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari pembiasaan perilaku dan

kemampuan anak dalam kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung


26

jawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi, mengendalikan emosi.

Menurut Brewer dalam Yamin (2013: 61) juga menyatakan bahwa

kemandiran anak Taman Kanak-Kanak indikatornya adalah

pembiasaan yang terdiri dari kemampuan fisik, percaya diri,

bertanggung jawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi,

mengendalikan emosi.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui kemandirian anak usia

dini dapat diukur dengan indikator-indikator yang telah dikemukakan

oleh para ahli, dimana indikator tersebut merupakan pedoman atau

acuan dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan

pertumbuhan anak. Hal ini sangat jelas dikatakan para ahli bahwa

kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari setidaknya ada tujuh

indikator yaitu sebagai berikut :

1. Kemampuan Fisik

Dalam hal ini mencakup kemampuan anak dalam hal memenuhi

kebutuhan sendiri. Anak butuh makan, maka secara mandiri anak

harus bisa makan sendiri, membiasakan membersihkan diri (mandi

atau buang air) sendiri, dll.

2. Percaya Diri

Kepercayaan diri merupakan sikap individu yang menunjukan

keyakinan bahwa dirinya dapat mengembangkan rasa dihargai.

Perwujudan kemandirian anak dapat dilihat dalam kemampuan

untuk berani memilih, percaya akan kemampuannya dalam

mengorganisasikan diri dan menghasilkan suatu yang baik.


27

3. Bertanggung Jawab

Dalam hal ini ditunjukan dengan kemampuan seseorang untuk

berani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang

telah diambil.

4. Disiplin

Yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan

secara tertib dan efesien.

5. Pandai Bergaul

Yaitu kemampuan menempatkan diri dalam berinteraksi dengan

sesamanya dimana pun berada.

6. Saling Berbagi

Dalam hal ini ditunjukan dengan kemampuan memenuhi

kebutuhan orang lain bersedia memberikan apa yang dimiliki untuk

memenuhi kebutuhan orang lain.

7. Mengendalikan Emosi

Yaitu kempuan untuk mengatasi rasa tidak puas pada saat

mengalami kejadian yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Disimpulkan bahwa seorang anak yang mandiri dapat dilihat dari

pembiasaan-pembiasaan perilaku yang dapat menjadikan seseorang

untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan

dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki

kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, serta

bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.


28

C. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh terdiri dari dua kata pola dan asuh. Menurut kamus besar

bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem kerja, bentuk

(struktur) yang tetap. Ketika pola diberi bentuk atau struktur yang

tetap, maka hal itu mempunyai makna yang sama dengan “kebiasaan”,

asuh yang berarti mengasuh satu bentuk kata kerja yang bermakna (1)

menjaga (merawat, mendidik) anak kecil; (2) membimbing

(membantu, melatih dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri; (3)

memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) suatu badan

kelembagaan. Menurut Thoha (1996 : 90) yang mengemukakan bahwa

pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh

orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa

tangghung jawab kepada anak.

Pola asuh orang tua adalah kemampuan orangtua dalam menyediakan

waktu untuk mengasuh, membimbing, serta mengarahkan anaknya

menjadi lebih baik (Santosa dan Adijanti, 2013). Pola asuh orang tua

dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah atau ibu, dalam

memimpin, mengasuh, dan membimbing anak dalam keluarga. Pola

asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dalam menjaga

dan membimbing anak-anak dari sejak dini. Selain itu pola asuh orang

tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan

anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan

pengasuhan.
29

2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua

Terdapat perbedaan yang berbeda-beda dalam pengelompokan pola

asuh dalam mendidik anak dan atara satu sama lainnya juga memiliki

persamaan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

Menurut Hurlock dalam Thoha (1996: 111-112) mengemukakan ada

tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yakni :

1. Pola asuh otoriter


Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan
aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk
berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk
bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.
2. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang
tua terhadap kemapuan anak, anak diberi kesempatan untuk
tidak selalu tergantung pada orang tua.
3. Pola asuh permasif
Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak
yang cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa
atau muda, ia diberikan kelonggaran seluas-luasnya untuk
melakukan apa saja yang dikehendaki.

Menurut Baumrind dalam Dariyo (2014:98) membagi pola asuh orang

tua menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Pola asuh otoriter


Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua yang
harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena
tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak
boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang
tua.
2. Pola asuh permisif
Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan
ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh
anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala
kemauan anak.
3. Pola asuh demokratis
Kedudukan antara anak dengan orang tua sejajar. Suatu
keputusan diambil bersama dengan mempertimbangakan
kedua belah pihak anak diberikan kebebasan yang bertanggung
jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di
30

bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung


jawabkan secara moral.
Menurut Yatim dan Irwanto (1991: 96-97). Ada tiga cara yang

digunakan oleh orang tua untuk mendidik anak. Ketiga pola tersebut

adalah :

1. Pola asuh otoriter


Pola asuh otoriter ditandai dengan adanya peraturan-peraturan
yang kaku dari orang tua. Kebebesan anak sangat dibatasi,
orang tua memaksa anak untuk berperilaku seperti yang
diinginkannya.
2. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka
antara orang tua dengan anaknya. Mereka membuat aturan-
aturan yang disetujui bersama. Anak diberikan kebebasan
untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya
dan belajar untuk menanggapi pendapat orang lain.
3. Pola asuh permisif
Pola suh ini ditandai dengan adanya kebebasan yang diberikan
pada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya
sendiri. orang tua tidak pernah memberikan aturan dan
pengarahan kepada anak. Semua keputusan diberikan kepada
anak tanpa adanya pertimbangan orang tua.

Berdasarkan jenis pola asuh yang dikemukakan di atas, pada dasarnya

ada tiga pola asuh yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh beberapa ahli, salah

satunya menurut Hurlock. Pola asuh tersebut antara lain pola asuh

otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Adapun

penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga pola asuh tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Pola asuh otoriter

Dariyo (2011:207) menyebutkan bahwa:


31

Pola asuh otoriter adalah sentral artinya segala ucapan,


percakapan, maupun kehendak orang tua dijadikan patokan
(aturan) yang harus ditaati oleh anaknya. Supaya taat, orang
tua tidak segan-segan menerapkan hukuman yang keras
kepada anak.
Pola asuh otoriter merupakan cara mendidik anak yang dilakukan

orang tua dengan mentukan sendiri aturan-aturan dan batasan-

batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak tanpa kompromi dan

memperhitungkan keadaan anak. Jika anak membantah, orang tua

tidak segan-segan akan memberikan hukuman, biasanya

hukumannya berupa hukuman fisik. Sebagaimana yang

dipaparkan oleh Hurlock dalam Thoha (1996: 111-112) bahwa:

Pola asuh yang bersifat otoriter ditandai dengan penggunaan


hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman
badan, anak juga diatur segala keperluan dengan aturan
yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah
menginjak usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam
suasan semacam ini akan besar dengan sifat ragu-ragu,
lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan
tentang apa saja.
Tetapi bila anak patuh maka orang tua tidak memberikan

penghargaan karena orang tua menganggap bahwa semua itu

adalah kewajiban yang harus dituruti oleh seorang anak. Ini

sejalan dengan pemaparan yang disampaikan oleh Yatim dan

Irwanto (1991: 96-97) bahwa “ Apabila anak patuh orang tua

tidak akan memberi hadiah karena dianggap semua sewajarnya

bila anak menuruti kehendak orang tua”.

Disimpulkan, dalam hal ini kebebasan anak sangat dibatasi oleh

orang tua, apa saja yang akan dilakukan oleh anak harus sesuai
32

dengan keinginan orang tua. Jika anak membantah perintah orang

tua maka akan dihukum, bahkan mendapatkan hukuman yang

bersifat fisik dan jika patuh dengan orang tua tidak akan

memberikan hadiah.

b. Pola asuh demokratis

Menurut Dariyo (2011 :208) bahwa pola asuh demokrasi adalah

gabungan antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan

untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan anak dan

orang tua”. Pola asuh demokrasi merupakan suatu bentuk pola

asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak,

namun kebebasan itu tidak mutlak, orang tua memberikan

bimbingan yang penuh pengertian kepada anak. Pola asuh ini

memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan

pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak

melewati batas-batas atau aturan-atuaran yang telah ditetapkan

orang tua. Pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang tua

dengan anak. Mereka membuat aturan-aturan bersama. Anak

diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan

dan keinginannya. Jadi dalam pola asuh ini terdapat komunikasi

yang baik antara orang tua dengan anak. Menurut Yatim dan

Irwanto (1991: 96-97) menjelaskan bahwa:

Dengan pola asuh demokrasi, anak mampu mengembangkan


kontrol terhadap perilakunya sendiri dengan hal-hal yang
dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini cenderung
mendorong anak mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab
dan yakin terhadap diri sendiri. daya kreativitasnya
33

berkembang dengan baik karena orang tua selalu merangsang


anaknya untuk mampu berinisiatif.

Sehingga dengan pola asuh demokrasi anak akan menjadi orang

yang mau menerima keritik dari orang lain, mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi dan mampu bertanggung jawab

terhadap kehidupan sosialnya.

c. Pola asuh permisif

Menurut Dariyo (2011:207) bahwa “pola asuh permisif ini orang

tua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberikan

kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya.”

Sedangkan menurut Yatim dan Irwanto (1991: 96-97) bahwa :

Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan yang


diberikan kepada anak untuk berperilaku sesuai dengan
keinginannya sendiri. anak tidak tahu apakah perilakunya
benar atau salah karena orang tua tidak pernah
membenarkan ataupun menyalahkan anak.
Jadi, pola asuh permisif dimana orang tua membebaskan atau

memperbolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua membebaskan

anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. orang

tua memiliki kehangatan dan menerimanya apa adanya.

Kehangatan, cenderung memanjakan, dituruti keinginanya.

Sedangkan menerima apa adanya akan cenderung memberikan

kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh orang

tua permisif besikap terlalu lunak, memberikan kebebasan

mereka. Mungkin karena orang tua sangat sayang (over affection)

terhadap anak atau orang tua kurang dalam pengetahuannya.


34

Sifat yang dihasilkan dari anak permisif dijelaskan oleh Yatim

dan Irwanto (1991: 96-97) bahwa “sifat-sifat pribadi anak

biasanya agresif, kurang stabil, serta mempunyai sifat selalu

curiga.” Akibatnya anak berperilaku sesuai dengan keinginannya

sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan norma

masyarakat atau tidak.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua memiliki banyak faktor yang mempengaruhi

serta melatar belakangi orang tua dalam menerapkan pola pengasuhan

pada anak-anaknya. Menurut Manurung (1995:53) beberapa faktor

yang mempengaruhi dalam pola pengasuhan orang tua adalah :

1. Latar belakang pola pengasuhan orang tua


Maksudnya para orang tua belajar dari metode pola
pengasuhan yang pernah didapat dari orang tua mereka sendiri.
2. Tingkat pendidikan orang tua
Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi berbeda
pola pengasuhannya dengan orang tua yang hanya memiliki
tingkat pendidikan rendah.

3. Status ekonomi serta pekerjaan orang tua


Orang tua yang cenderung sibuk dengan urusan pekerjaannya
terkadang menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-
anaknya. Keadaan ini mengakibatkan fungsi atau peran
menjadi “orang tua diserahkan kepada pembantu, yang pada
akhirnya pola pengasuhan yang diterapkanpun sesuai dengan
pengasuhan yang diterapkan oleh pembantu atau pengasuh
anak tersebut.

Sedangkan Santrock (1995-240) menyebutkan ada beberapa faktor

yang mempengaruhi dalam pola pengasuhan antara lain :

1. Penurunan metode pola asuh yang didapat sebelumnya.


Orang tua menerapkan pola pengasuhan kepada anak
berdasarkan pola pengasuhan yang pernah didapat
sebelumnya.
35

2. Perubahan budaya, yaitu dalam hal ini normal serta adat


istiadat antara dulu dan sekarang.
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola asuh orang tua dalam

keluarga, diantara:

a. Budaya setempat dalam hal ini mencakup segala aturan,


norma, adat dan budaya yang berkembang di dalamnya.
b. Ideologi yang berkembang pada diri orang tua
Orang tua mempunyai keyakinan dan ideolagi tertentu
cenderung untuk menurunkan kepada anak-anak dengan
harapan nantinya nilai serta ideologi tersebut dapat tertanam
dan dikembangkan oleh anak dikemudian harinya.
c. Letak geografis dan norma etnis
Penduduk pada dataran tinggi tertentu memiliki perbedaan
karakteristik dengan penduduk dataran rendah sesuai
tuntunan dan tradisi yang dikembangkan pada tiap-tiap
daerah.
d. Orientasi religius
Orangtua yang menganut agama serta keyakinan religius
tertentu senantiasa berusaha agar anaknya nanti juga dapat
mengikutinya.
e. Status ekonomi
Dengan perekonomian yang cukup, kesempatan dan
fasilitas yang diberikan serta lingkungan material yang
mendukung cenderung mengarahkan pola asuh orang tua
menuju perlakuan tertentu yang dianggap orang sesuai.
f. Bakat dan kemampuan orang tua
orang tua yang memliki kemampuan komunikasi dan
berhubungan dengan cara tepat untuk anaknya cenderung
akan mengedepankan pola asuh yang sesuai dengan diri
anak.
g. Gaya hidup
Gaya hidup masyarakat di desa dan di kota besar cenderung
memiliki ragam dan cara yang berbeda dalam mengatur
interaksi orang tua dan anak.

Soekanto (2004:43) secara garis besar menyebutkan bahwa “ada dua

faktor yang mempengaruhi dalam pengasuhan seseorang yaitu faktor

eksternal serta faktor internal.” Faktor eksternal adalah lingkungan

sosial dan lingkungan fisik serta lingkungan kerja orang tua

sedangkan faktor internal adalah model pengasuhan yang pernah


36

didapat sebelumnya. Secara lebih lanjut pembahasan faktor-faktor

yang ikut berpengaruh dalam pola pengasuhan orang tua adalah :

1. Lingkungan sosial dan fisik tempat dimana keluarga itu


tinggal. Apabila suatu keluarga tinggal dilingkungan yang
otoritas penduduknya berpendidikan rendah serta tingkst
sopan santun yang rendah, maka anak dapat dengan mudah
juga ikut terpengaruh.
2. Model pola pengasuhan yang didapat oleh orang tua
sebelumnya. Kebanyakan dari orang tua menerapkan pola
pengasuhan kepada anak berdasarkan pola pengasuhan yang
mereka dapatkan sebelumnya. Hal ini diperkuat apabila
mereka memandang pola asuh yang pernah mereka
dapatkan dipandang berhasil.
3. Lingkungan kerja orang tua. Orang tua yang terlalu sibuk
bekerja cenderung menyerahkan pengasuhan anak mereka
kepada orang-orang terdekat atau bahkan kepada babysister.
Oleh karena itu pola pengasuhan yang di dapat oleh anak
juga sesuai dengan orang yang mengasuh anak tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu adanya hal-hal yang bersifat

internal (berasal dari dalam diri) dan bersifat eksternal (berasal dari

luar). Hal itu menentukan pola asuh terhadap anak-anak untuk

mencapai tujuan agar sesuai dengan norma yang berlaku.

D. Penelitian Relevan

1. Penelitian Weny Roslina (2015) yang berjudul hubungan pola asuh

orang tua dengan kemandirian anak kelompok B di TK Anggrek

Mekar Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini

dilatar belakingi oleh kemandirian sangat penting bagi kepribadian

setiap individu dan keluarga memiliki peran penting bagi pembentukan

kemandirian anak. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan pola asuh


37

orang tua dengan kemandirian anak kelompok B TK Anggrek Mekar

Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Dari perhitungan

statistik dapat disimpulakan bahwa terdapat hubungan antara pola asah

orang tua dengan kemandirian anak kelompok B TK Anggrek Mekar

Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.

2. Penelitian Rizky Erwanto (2013) yang berjudul hubungan pola asuh

dengan sosialisasi anak usia dini prasekolah di Dusun Tempel Catur

Tunggal Depok Seleman Yogyakarta. Penelitian ini dilatar belakangi

bahwa anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan

berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja.

Perkembangan sosialisasi dipengaruhi oleh role model bagi seorang

anak dalam membentuk perilakunya. Hasil penelitian didapat bahwa

ada hubungan antara pola asuh dengan sosialisasi anak usia dini

prasekolah di Dusun Tempel Catur Tunggal Depok Seleman

Yogyakarta.

3. Penelitian Apriastuti, Dewita Anita (2013) yang berjudul analisis

tingkat pendidikan dan pola asuh orang tua dengan perkembangan

anak usia 48-60 bulan. Penelitian ini di latar belakangi oleh pentingnya

perkembangan pada masa keemasan (golden age) atau jendela

keemasan (window of opportunity)atau masa kritis (critical period).

Pada masa ini orang tua berperan penting dalam perkembangan anak.

Gaya pengaasuhan yang diberikan orang tua kepada anak di latar

belakangi oleh pendidikan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian ada


38

hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak jika dikontrol dengan pendidikan,

Berdasarkan penelitian relevan yang digunakan, dapat dijadikan

sebagai panduan penelitian dan refrensi peneliti dalam melakukan

penelitian mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap

kemandirian anak usia 5-6 tahun.

E. Kerangka Pikir

Kemandirian memiliki peran penting bagi keberhasilan hidup setiap

individu. Semakin anak mandiri maka semakin mudah bagi anak untuk

bersosialisasi dan menyesuaikan dengan lingkunganya. Kemandirian

sendiri memiliki beberapa aspek yaitu, (self help general), bersosialisasi

(socialization), gerak motorik (locomotion), mengarahkan diri sendiri (self

direction), berkomunikasi (comunication), mengerjakan tugas (occuption).

Kemandirian seorang anak tidak terlepas dari peran orang tua. Setiap

orang tua memiliki pola asuh tersendiri dalam mengasuh anak. Pola asuh

orang tua merupakan salah satu faktor pembentuk kemandirian anak. Ada

tiga jenis pola asuh yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokrasi dan pola

asuh permisif. Apabila pola asuh yang diterapkan oleh orang tua tepat,

maka anak akan memiliki kemandirian yang baik. Sebaliknya, apabila

orang tua menerapkan pola asuh yang kurang tepat kepada anak, maka

anak kurang memiliki kemandirian.


39

Pola asuh orang Kemandirian anak


tua
(Y)
(X)
Gambar.1 : Kerangka Pikir

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

ini sebagai berikut :

H o “Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian

anak usia 5-6 tahun di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran”

Ha “Adakah hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian

anak usia 5-6 tahun di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran”


40

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis data

besifat korelasional. Tujuan menggunakan analisis statistik korelasional

adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan kemandirian

anak berdasarkan dari ketiga pola asuh orang tua, yaitu pola asuh

demokratis, permisif dan otoriter. Variable dependen atau variable terikat

dalam penelitian ini adalah kemandirian anak usia 5-6 tahun (Y) dan

variable independen atau variable bebas adalah pola asuh orang tua (X).

B. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subyek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sekolompok orang yang dapat

memberikan informasi. Orang tua dan anak-anak usia 5-6 tahun di TK

Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran, sedangkan yang menjadi objek

dalam penelitian ini adalah hubungan pola asuh orang tua dengan

kemandirian anak usia 5-6 tahun di TK Tunas Bangsa Wiyono

Pasawaran.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran

dan penelitian dilaksanakan pada tahun 2018.


41

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 5-6 tahun yang

bersekolah di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran yang berjumlah 60

orang.

2. Sampel

Pada penelitian ini sempel yang digunakan berjumlah 31 orang, karena

jumlah tersebut telah memenuhi besaran kurva normal.

D. Definisi Konseptual dan Definisi Oprasional Variable

1. Definisi Konseptual

A. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua adalah suatu proses interaksi antara orang tua

dan anak, yang meliputi kegiatan seperti memelihara,mendidik,

membimbing serta mendisplinkan dalam mencapai proses

kedewasaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

B. Kemandirian

Kemandirian anak yaitu perilaku anak dalam mewujudkan kehendak

atau keinginan secara nyata dengan tidak bergantung pada orang

lain, dalam hal ini anak tersebut mampu melakukan belajar, dapat

menunjukan rasa percaya diri, mau berusaha dan bertanggung jawab

atas tanggung jawab yang diberikan dan atas dirinya sendiri.

2. Definisi Oprasional Variable

A. Pola Asuh Orang Tua


42

Pola asuh orang tua adalah suatu pola pengasuhan yang diberikan

kepada anak dimana ada 3 jenis pola asuh orang tua yaitu pola asuh

orang tua otoriter, demokratis dan permisif. Penelitian ini akan

mengunggkap pola asuh orang tua yang digunakan berdasarkan 4

indikator pola asuh orang tua yaitu :

1.Sikap acceptance dan kontrol orang tua terhadap anak

2. Komunikasi orang tua terhadap anak

3. Aturan-aturan yang diberikan orang tua

4. Cara orang tua memberikan perhatian terhadap anak

B. Kemandirian Anak Usia Dini (5-6 Tahun)

Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan

mengatur pikiran, perasaan dan tindakan diri sendiri secara bebas serta

berusaha sendri untuk mengatasi perasaan malu dan keragu-raguan.

Kemandirian dalam penelitian ini akan mengungkap kemandirian anak

usia dini yang terdiri dari kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung

jawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi serta menendalikan

emosi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik nontes

sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner dan observasi. Peneliti menggunakan kuesioner untuk

mengambil data pola asuh orang tua dan observasi digunakan untuk

melihat data kemandirian anak usia 5-6 tahun .


43

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk merekam informasi yang akan dikumpulkan,

pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan

observasi. Jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan

tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Salah satu kegiatan dalam

penelitian adalah menyusun instrumen. Penyusunan instrumen dilakukan

sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Uji validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu

mengukur apa yang di ukur. Jika seorang peneliti menggunakan

kuesioner dalam pengumpulan data, maka kuesioner yang disusunnya

harus dapat mengukur apa yang diukurnya. Sementara itu, jenis

validitas konstruk, lebih terarah pada pertanyaan mengenai apa yang

sebenarnya diukur oleh pengukur yang ada. Oleh sebab itu pada uji

instrumen ini peneliti menggunakan uji validitas konstruk.

2. Uji Realibilitas

Uji realibilitas menujukan sejauh mana pengukuran dapat menghasilkan

hasil yang ajeg bila dilakukan pengukuran ulang kepada subjek yang

sama, realibilitas mengacu pada kepercayaan atau kontingensi hasil

ukur, yang memiliki makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran.

Uji reabilitas skala pola asuh otoriter, pola asuh autoritatif/ demokrasi,

pola asuh permisif, dan kemandirian anak 5-6 tahun dihitung

menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:


44

Gambar 2. Rumus Alpha Cronbach


Sumber. Arikunto (2006: 196)

Keterangan :
r11 = Reabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2
∑ob = Jumlah varians butir
O12 = Varians total

G. Kisi-Kisi Instrumen

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang digunakan

adalah metode skala pola asuh orang tua dan skala kemandirian. Berikut

adalah kisi-kisi instrument skala pola asuh orang tua dan skala

kemandirian:

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua

Variable Indikator Nomor Item


Positif Negatif
a. Sikap acceptance 1,2 9,10
dan kontrol orang
tua terhadap anak
b. Komunikasi orang 3,4 11,12
tua terhadap anak
Pola
Asuh c. Aturan-aturan yang 5,6 13,14
Orang diberikan orang tua
Tua
d. Cara orang tua 7,8 15,16
memberikan
perhatian terhadap
anak

Kisi-kisi ini menggunakan skala likert. Jawaban yang digunakan dalam

kisi-kisi pola asuh orang tua ada empat macam yaitu Selalu (S), Kadang-

Kadang (KD), Tidak Pernah (TP). Skor untuk setiap jawaban pertanyaan
45

berkisar 1 sampai 3, cara skoring untuk setiap jawaban pertanyaan adalah

sebagai berikut :

1. Skor untuk item-item positif

Selalu (S) diberi skor 3, Kadang-Kadang (KD) diberi skor 2, Tidak

Pernah (TP) diberi skor 1.

2. Skor untuk item-item negatif

Selalu (S) diberi skor 1, Kadang-Kadang (KD) diberi skor 2, Tidak

Pernah (TP) diberi skor 3.

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Anak Usia (5-6 tahun)

Variable Dimensi Indikator Nomer


Kemandirian
Item

Self help general Kemampuan 1,2,3,4


(bantu diri) Menolong diri
sendiri (Self
help general)

Kemampuan
Membantu diri
dalam hal
makan (Self
helf eating)
Self direction Kemampuan 5,6,7,8,
(mengarahkan mengendalikan
Kemandirian diri) waktu
Locomotion Kemampuan 9,10,11,12
(bergerak) melakukan
gerakan atau
aktivitas
sederhana
tanpa bantuan
orang lain
Occupation Kemampuan 13,14,15,16
(pekerjaan) mengerjakan
pekerjaan
sederhana
46

sendiri
Socialization Kemampuan 17,18,19,20
(sosialisasi) Bersosialisasi
dan bermain
dengan teman
Communication Kemapuan 21,22,23,24
(berkomunikasi) melakukan
komunikasi
sederhana

Tabel diatas terdiri dari 24 pertanyaan sesuai dengan tingkat usia anak 5-6

tahun dimana melalui data yang diperoleh dengan dua alternatif pilihan

yang tersedia yaitu, Ya dan Tidak .

J. Teknik Analisis Data

Data menurut Purwanto (2012: 215) yaitu keterangan mengenai variable

pada sejumlah responden. Teknis analisis data pada penelitian ini yaitu

mengolah hasil data yang diperoleh untuk mengetahui “Hubungan Pola

Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Tunas

Bangsa Wiyono Pasawaran”, data yang diperoleh digunakan sebagai

landasan dalam menguji hipotesis penelitian. Metode analisis yang

digunakan yaitu uji korelasional.

1. Interval Kategori

menentukan besaran rentangan kelas dalam masing-masing kategori

menggunakan rumus interval menurut Sutrisno (2006: 178), sebagai

berikut:

( − )
=

Gambar 3. Rumus interval


Sumber. Arikunto (2006: 196)
47

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode

korelasi. Korelasi ini digunakan untuk menguji hubungan antara

variable pola asuh orang tua dengan variable kemandirian anak usia 5-

6 tahun. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus

korelasi sperman rank.

Gambar 4. Rumus Korelasi Sperman Rank


Sumber. Arikunto (2006: 197)
62

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua

dengan kemandirian anak usia 5-6 tahun di TK Tunas Bangsa Wiyono

Pasawaran. Hubungan yang didapat dalam penelitian ini adalah proses

pola asuh orangtua besar hubngannya dalam membentuk kemandirian

anak. Hasil perhitungan korelasi menujukkan adanya hubungan di setiap

aktivitas pola asuh orangtua dalam membentuk kemandirian anak.

Berdasarkan penjabaran di atas bahwa, pola asuh orangtua merupakan

salah satu faktor yang saling berhungan dan terkait terhadap kemandirian

anak usia dini dan dapat dikatakan begitu dominan.

Berdasarkan hasil pola asuh orangtua yang didapatkan menghasilkan sikap

mandiri yang termasuk dalam aspek Self help general, di mana anak baru

mulai mengerti kemandirian dalam dirinya dan baru mau mencoba

mengaplikasikanya. Terkadang anak masih membutuhkan bantuan dalam

setiap kegiatan. Pola asuh orangtua ini juga dapat membantu dalam

meningkatkan aspek perkembangan yang lain.


63

B. Saran

1. Manfaat bagi guru

Diharapkan guru-guru memberikan hasil perkembangan anak kepada

orangtuanya dan memberikan saran yang terbaik untuk membantu

orangtua meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing

anak. Sering melakukan kegiatan bersama disekolah antara orangtua

dan anak, agar orangtua tau bagaimana sikap dan prilaku anak ketika

di sekolah.

2. Manfaat bagi kepala sekolah

Diharapkan kepala sekolah dapat lebih melengkapi dan menambah

sarana dan prasarana dalam menunjang kebutuhan untuk melatih

kemandirian anak ketika berada di sekolah.

3. Manfaat bagi peneliti

Supaya mampu melakukan penelitian yang lebih terperinci faktor yang

mempengaruhi kemandirian di lingkungan tempat yang diteliti.

4. Manfaat bagi peneliti lain

Diharapkan peneliti lain mampu mengembangkan penelitian pola asuh

terhadap kemandirian dengan lebih sepesifik untuk mengetahui

hubungan lain yang terjadi akibat pola asuh terhadap kemandirian

anak. Selain itu, peneliti lain juga dapat melakukan penelitian lebih

lanjut tentang pola asuh orang tua yang lebih dominan dalam

membentuk kemandirian anak.


64

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Rohima Press


:Yogyakarta.
.
Apriastuti, Dewita Anita.2013. Analisis Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh
Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal
Kebidanan, Vol.4 No.1 edisi Juni.[jurnal online] Tersedia dari
Http://www.ojs.akabidylpp.ac.id. [diunduh 24 November 2017]
Asiah Nur. 2013. Pola Asuh Demokratis, Kepercayaan Diri dan Kemandirian.
Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 2 No.2 edisi Agustus. [jurnal online]
Tersedia dari Http://www.ojv.acabifalqp.ac.id. [diunduh 12 November
2017]
Azwar, Saifuddin. 2016. Penyususnan Skala Psikologi edisi 2. Pustaka Belajar:
Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.
Brooks, Jane, 2011. The Process Of Parenting. Edisi Kedelapan. Pustaka
Belajar:Yogyakarta.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Grasindo :
Jakarta.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta didik. Remaja Rosdakarya:


Bandung
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam
Keluarga.Rineka Cipta:Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Hurlock, E. B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Hurlock, E.B. (2012). Psikologi Perkembangan Suatu Perkembangan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga: Jakarta.

Kartini Kartono. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan).CV Mandar


Maju :Bandung.

Martinis & Jamilah. 2010. Panduan pendidikan Anak Usia Dini PAUD. Gaung
Persada (GP) Press Jakarta: Jakarta
65

Masrun, dkk. 2001. Studi Mengenai Kemandirian Pada Penduduk di Tiga Suku
(Jawa, Batak dan Bugis). Kantor Menteri Negara dan Lingkungan
Hidup: Yogyakarta.

Manurung dan Hettie Manurung.1995.Manajemen Keluarga. Indonesia


Publishing House :Bandung.

Nurani, Yuliani. 2010. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Indeks:
Jakarta.
Nuraini, Yuliani & Sujiono, Bambang. 2013. Beremain Kreatif berbasis
kecerdasan jamak. Indeks: Jakarta.
Roslina, Weny. 2015. Skripsi hubungan pola asuh orang tua dengan
kemandirian anak kelompok B TK Anggrek Mekar Kecamatan
Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.[skripsi online]. Tersedia dari
Http://eprins.uny.ac.id/13817/1/SKRIPSI.Pdf. [diunduh 01 November
2017]
Santoso Ayu Winda Utami & Maherni Adijanti. 2013. Perbedaan
Kemandirian Berdasarkan Tipe Pola Asuh Orang Tua pada Siswa
SMP Negeri Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana. 1(1) : 54-62.
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Erlangga: Jakarta.
Sugiyono.2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
Slameto.2010.Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.Rineka
Cipta: Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo: Jakarta.
Undang-Undang No. 02 Tahan 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Upton, Peney. 2012.Psikologi Perkembangan.jakarta: Erlangga.
Thridhonanto. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Gramedia:
Jakarta.
Wiyani, Novan Ardy.2016. Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang
Tua Dan Guru Dalam Membentuk Kemandirian Dan Kedisiplinan
Anak Usia Dini. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta.
Yusuf, Syamsu. 2001. Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja Rosda
Karya: Bandung.
Yamin, Martinis dan Sabri, Sanan J. (2013). Panduan Pendidikan Anak Usia
Dini. Gaung Persada Press Group: Jakarta.
Yatim, D.I. dan Irwanto. 1991 . Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika. Arcan:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai