Anda di halaman 1dari 9

BAB XI

PELABUHAN IKAN
11.1. Pendahuluan
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai wilayah laut seluas lebih dari 3,5 juta km2,
yang merupakan dua kali luas wilayah daratan. Perairan tersebut mempunyai potensi sumberdaya ikan
yang besar.
Pembangunan pelabuhann perikanan untuk menggali potensi sumberdaya perikanan laut akan
memicu perkembangan perekonomian daerah. Dari adanya pelabuhan tersebut diharapkan akan
tumbuh, seperti industri pengolahan/pengalengan ikan, industri fasilitas penangkapan ikan (jaring, alat
pancing, dsb) dan watung/toko yang menjual perbekalan bagi nelayan untuk melaut, pabrik es,
membuka lapangan kerja, dsb.
Salah satu dasar pertimbangan di dalam pembangunan pelabuhan perikanan di suatu wilayah
adalah potensi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada di laut di sekitar daerah tersebut.
Juga untuk bisa menangkap ikan di perairan ZEE dan internasional, diperlukan kapal-kapal dengan
ukuran besar. Kapal-kapal tersebut memerlukan pelabuhan sebagai pangkalan pendaratan ikan dan
kegiatan lainnya.
Potensi Sumber Daya Ikan di perairan Indonesia ditunjukkan dalam Gambar 11.1, yang
merupakan estimasi potensi sumber daya ikan Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan
(Komnas Kajistan) tahun 2001. Gambar 11.1 menunjukkan bahwa secara umum tingkat pemanfaatan
sumber daya perikanan di perairan Indonesia belum maksimal (dibawah 100%). Hanya perairan 1 dan
3 yang tingkat pemanfaatannya lebih dari 100%.
11.2. Kelas Pelabuhan Perikanan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 165 tahun 2000, pelabuhan
perikanan di klasifikasikan menjadi empat kelas berikut ini.
1. Kelas A : Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), dengan kriteria:
a. Melayani kapal ikan perairan nusantara, perairan ZEE, dan internasional,
b. Fasilitas tambat labuh untuk kapal berukuran >60 GT,
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dan kedalaman kolam ≥ 3 m,
d. Mampu menampung 100 kapal atau 6.000 GT sekaligus,
e. Ikan yang didaratkan untuk tujuan ekspor, serta
f. Terdapat industri perikanan.

2. Kelas B : Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), dengan kriteria:


a. Melayani kapal ikan yang beroperasi di laut teritorial dan perairan ZEE.
b. Fasilitas tambat labuh untuk kapal berukuran sekurang-kurangnya 30 GT
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, kedalaman minus 3 m.
d. Mampu menampung 75 kapal atau 2.250 GT sekaligus,
e. Terdapat industri perikanan.

3. Kelas C : Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), dengan kriteria:


a. Melayani kapal ikan perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial.
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal berukuran sekurang-kurangnya 10 GT
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-
kurangnya minus 2 m.
d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal atau 300 GT sekaligus.

4. Kelas D : Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), dengan kriteria:


a. Melayani kapal ikan perairan pedalaman dan perairan kepulauan
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal berukuran sekurang-kurangnya 3 GT
c. Panjang dermaga < 50 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m.
d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal atau 60 GT sekaligus.

11.3. Tata Ruang Pelabuhan Perikanan


Pengelompokan dimaksud untuk memberikan efisiensi gerak operasional di dalam pelabuhan
maupun dikawasan sekitarnya. Pengelompokan kegiatan didasarkan pada fungsi layanan pelayanan.
Pada Tabel 11.1 (Puser Bumi, 2007) . Gambar 11.2 adalah pembagian zona pada Pelabuhan Perikanan
Samudera Cilacap. Penjelasan dari masing-masing zona diberikan berikut ini.

1. Zona Bongkar Kapal


Zona ini dilengkapi dengan dermaga bongkar yang merupakan tempat kapal sandar untuk
melakukan bongkar muatan hasil tangkapan.
2. Zona Tambat Kapal dan Perbekalan
Zona tambat dan zona perbekalan biasanya berada di tempat terpisah. Kedua zona ini
dipisahkan dari zona bongkar agar kapal-kapal yang sedang bertambat dan mengisi
perbekalan tidak mengganggu kegiatan bongkar yang sedang berlangsung.
Zona tambat dilengkapi dengan dermaga tambat. Dermaga tambat berfungsi sebagai
tempat parkir kapal. Di dekat dermaga tambat disediakan lahan untuk penjemuran jaring,
memperbaiki jaring, serta penyimpanan alat tangkap dan suku cadang.
Zona Pembekalan dilengkapi dengan dermaga perbekalan dan fasilitas lain yang
berkaitan dengan keberangkatan kapal. Bahan pokok yang disiapkan untuk melaut adalah
bahan makanan, air tawar, bahan bakar minyak, dan es. Fasilitas yang mendukung adalah
angkutan es batu, gudang, jaringan pipa air bersih, kios/waserda perbekalan, serta MCK.

3. Zona Perbaikan Kapal


Zona ini dilengkapi dengan spilway untuk reparasi berat dengan winch house. Fasilitas
pendukung kawasan ini berupa workshop/bengkel permesinan, workshop pengecetan, bengkel
pengelasan, bengkel elektronik, peralatan navigasi dan refrigerator, serta gudang alat berat.

4. Zona Pelelangan Ikan


Tempat pelelangan ikan ditempatkan di dekat dermaga bongkar serta dilengkapi dengan
tempat sorting ikan, tempat pembersihan ikan, tempat timbang, serta packing tempat
pemuatan hasil lelang, tempat penyimpanan keranjang, serta lantai lelang.

5. Zona Pengolahan Ikan


Zona pengolahan ikan yang dimaksud adalah pengolahan ikan konvennsional/tradisional.
Pengolahan meliputi penggaraman, pemindangan, pengapasan, dan pengeringan.

6. Zona Industri Perikanan Modern


Kawasan industri disiapkan dalam bentuk kapling lahan yang sudah matang yang
didukung dengan infrastruktur yang memadai seperti jalan akses dan jalan keliling, sistem
drainase, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik dan pengolahan limbah.

7. Zona Umum
Zona ini direncanakan untuk memberikan kenyamanan pada kegiatan publik yang terlibat
dalam kegiatan perkonomian di pelabuuhan. Fasilitas yang harus disiapkan meliputi jalan
akses yang dilengkapi saluran drainase, tempat parkir, ruang tunggu, tempat transaksi TPI,
MCK umum, warung, dsb.

8. Zona Administrasi
Zona ini merupakan pusat kegiatan pengelolaan pelabuhan perikanan. Fasilitas yang
terkait antara lain kantor administrasi pelabuhan yang terdapat kantor kepala pelabuhan,
kantor syahbandar, kantor satpolair, balai pertemuan nelayan, KUD/koperasi mina, genset,
tangki air, dsb.

9. Zona Fasilitas Penunjang


Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang keberadaannya akan meningkatkan layanan,
kenyamanan, fungsi dan kinerja pelabuhan secara keseluruhan. Fasilitas yang terdapat adalah
perumhan pengelola, mess penginapan tamu, restoran/kantin, tempat ibadah, poliklinik,
tempat rekreasi, dan terminal angkutan.

11.4. Dermaga di Pelabuhan Perikanan


Dermaga pada pelabuhan ikan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Dermaga Bongkar. Dermaga ini digunakan oleh kapal-kapal yang baru datang dari laut
untuk membongkar hasil tangkapan ikan.
2. Dermaga Tambat. Di dermaga ini kapal ditambatkan dan ABK (anak buah kapal)
melaukan persiapan untuk melaut berikutnya.
3. Dermaga Perbekalan. Dermaga pembekalan untuk mempersiapkan bekal yang akan
dibawa melaut. Bahan pokoknya adalah bahan makanan, air tawar, bahan bakar minyak,
dan es.
11.5. Dasar Perencanaan Fasilitas Pelabuhan
Beriku dasar-dasar perencanaan fasilitas pelabuhan meliputi:
11.5.1. Dermaga
Dermaga merupakan fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan
kapal yang melaukan berbagai kegiatan di pelabuhan, seperti pembongkaran muatan, pengisian bahan
bakar dan beakl untuk melaut dan menunggu selama dermaga sedang penuh.
1. Dermaga Pendaratan
Panjang dermaga pendaratan (dermaga bongkar) dihitung dengan persamaan berikut (Puser
Bumi,2007).

Gambar 11.3 menunjukaan contoh posisi kapal yang merapat di dermaga bongkar. Antara
kapal diberi ruang sebesar 0,15 L.

2. Dermaga Perlengkapan
Panjang dermaga perbekalan atau dermaga perlengkapan dihitung dengan persamaan beriku.
Bentuk dermaga perlengkapan sama dengan dermaga bongkar seperti ditunjukkan dalam
Gambar 11.3.

3. Dermaga Tambat
Panjang dermaga tambat dihitung dengan persamaan berikut.

Biasanya kapal-kapal ditambatkan secara tegak lurus dermaga karena kapal yang bertambat
cukup banya, seperti diberikan dalam Gambar 11.4.

11.5.2. Kolam Pelabuhan


Kolam pelabuhan direncanakan untuk menjamin daerah perairan pelabuhan yang tenang
dengan lebar dan kedalaman yang cukup sehingga kapal dapat melakukan kegiatan dengan mudah dan
aman. Kolam pelabuhan dapat di klasifikasikan menjadi:

1. Kolam Pendaratan
Kebutuhan ruang untuk pendaratan ikan dihitung dengan anggapan kapal-kapal akan
bertambat di sepanjang dermaga, yang dihitung dengan persamaan berikut.
2. Kolam Perbekalan
Kolam perbekalan adalah luasan perairan di depan dermaga yang diperlukan oleh kapal pada
waktu memuat perbekalan. Luas kolam yang diperlukan dihitung dengan cara yang sama dengan
hitungan kolam pendaratan.

3. Kolam Tambat
kolam tambat adalah perairan di depan dermaga tambat yang digunakan kapal untuk
bertambat/menunggu sebelum melaut kembali. Luas kolam tambat dihitung dengan persamaan
berikut.

4. Perairan untuk Mauver


Perairan untuk manuver adalah ruangan perairan dengan lebar dan kedalaman yang cukup
untuk kapal-kapal berputar arah pada waktu merapat dan meninggalkan dermaga. Gambar 11.8
menunjukan manuver kapal di dermaga pendaratan (sejajar) dan tambat (tegak lurus). Luas
perairan dihitung dengan persamaan berikut.
5. Kolam Putar
Kolam putar adalah perairan yang diperlukan oleh kapal untuk memutar arah pada
waktu akan merapat ke dermaga. Kolam putar berbentuk lingkaran.
Luas kolam putar ditentukan berdasar kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan.
Ap = 𝜋R2 = 𝜋 ( 2 L)2 (11.8)

6. Luas Kolam Pelabuhan


Luas kolam pelabuhan pada kondisi minimal adalah jumlah luas dari kolam
pendaratan, perlengkapan, tambat, ruang gerak manuver dan kolam putar.
APelabuhan = Apendaratan + Aperbekalan + Atambat + Amanuver 1 + 2 +3 + A putar

(11.9)
7. Kolam Pelabuhan Kondisi Badai
Pada kondisi badai semua kapal berlindung di kolam pelabuhan. Pada kondisi badai
jarak antara kapal satu dengan lainnya diberi antara sebesar 0,10 L pada arah memanjang dan
0,3 B pada arah lebar kapal.
Luas kolam pelabuhan pada kondisi badai dihitung dengan persamaan berikut:

A badai = N ( Lr + 0,1 Lr ) ( Br + 0,3 Br ) (11.10)


dengan :
A badai = luas kolam pelabuhan pada kondisi badai
Lr = panjang kapal reranta dari semua kapal
Br = lebar kapal reanta dari semua kapal
N = jumlah kapal
11.5.3. Tempat Pelelangan Ikan
Tempat pelelangan ikan (TPP) merupakan pusat kegiatan pelabuhan ikan di darat, yaitu
tempat pertemuan antar penjual dan pembeli.
Luas TPI tergantung pada produksi ikan yang dihasilkan tiap hari, yang dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut ini.
𝑁
S = 𝑅 ∝𝑃 (11.11)

dengan :
S : luas tempat pelelangan ikan (m2)
N : banyaknya ikan yang dihasilkan (kg/hari)
P : berat ikan hasil tangkapan yang ditangani persatuan luas (kg/m2)
R : Jumlah pelelangan yang terjadi dalam satu hari
∝ : rasio dari luasan yang dipakai untuk tempat ikan dengan luas total tempat pelelangan ikan

11.6. Contoh Perencanaan Pelabuhan Ikan Baron


Dalam sub bab ini diberikan contoh perencanaan Pelabuhan Ikan Baron, Kabupaten
Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang merupakan kerjasama antara PT Puser
Bumi dan Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi DIY pada tahun 2007.
Pantai Baron berupa teluk yang cukup luas (sekitar 15 ha) dengan ekosistem pantai pesisir,
yang dikelilingi oleh bukit batu karang.
Pantai baron telah berkembang sebagai daerah wisata dan tempat pendaratan ikan. Di pantai
Baron ini terdapat hamparan pasir yang cukup luas yang menjadi daya tarik wisatawan yan ingin
bermain di laut.
Hamparan pasir di Teluk Baron diperkirakan berasal dari daerah tangkapan air hujan. Air
hujan tersebut membawa sedimen yang akhirnya akan masuk ke teluk. Butir sedimen kasar akan
mengendap di teluk, sedang sedimen suspensi karena penaruh gelombang akan terbawa ke laut.

Anda mungkin juga menyukai