Penulis
DAFTAR ISI
Secara kimia, insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51 asam
amino, 30 di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya yang
membentuk rantai kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida.
Kode genetik untuk insulin ditemukan dalam DNA di bagian atas lengan pendek
dari kromosom kesebelas yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai A dan 90
dalam rantai B). DNA yang membentuk kromosom, terdiri dari dua heliks terjalin
yang dibentuk dari rantai nukleotida, masing-masing terdiri dari gula deoksiribosa,
fosfat dan nitrogen. Ada empat basa nitrogen yang berbeda yaitu adenin, timin,
sitosin dan guanin. Sintesis protein tertentu seperti insulin ditentukan oleh urutan
dasar tersebut yang diulang.
Pemberian insulin:
Pemberian preparat insulin perlu diatur seperti di atas supaya saat kadar glukosa
dalam tubuh tinggi (mencapai puncak) maka kadar insulin juga sudah tinggi, jadi
harus seimbang. Jika kadar insulin tinggi kadar glukosa darah rendah maka akan
terjadi shock. Jika kadar insulin rendah tetapi kada glukosa darah tinggi maka
terjadi kelebihan gula (diabetes).
1) Dosis
Semakin tinggi dosisnya maka semakin cepat aksinya.
2) Tempat injeksi
Umumnya insulin diberikan dengan injeksi menembus kulit. Pada pemberian
intravena aksinya cepat, pada transdermal atau secara subkutan maka pada
otot terjadi degradasi insulin 20-25%. Makanya harus diperhitungkan untuk
mendapatkan dosis yang tepat. Kebanyakan insulin diinjeksikan pada perut
(intrperional). Jarum untuk injeksi insulin kecil sekali dan pendek (0,5-1cm).
Dapat juga menggunakan implant pad dada yang dapat mensuplai insulin
sedikit demi sedkit.
3) Kehadiran antibodi insulin
Hal ini terutama pada penggunaan hewan sebagai insulin. Jika digunakan
insulin dari luar dikhawatirkan terjadi reaksi antigen antibodi maupun
perusakan lain, kecuali pada penderita autoimun
4) Aktivitas fisik
5) Semakin banyak aktivitas fisik yang kita lakukan maka kita perlu energi (dari
glukosa) yang semakin besar sehingga tidak perlu aksi insulin yang ekstra
untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (insulin yang diperlukan semakin
sedikit).
E. Keuntungan dan Kerugian Insulin
Pertimbangan keuntungan dan kerugian dalam terapi insulin pada pasien
yang dirawat di rumah sakit hendaknya menjadi perhatian bagi dokter yang
merawat. Secara umum berbagai keuntungan terapi insulin sudah banyak
diketahui. Pada pasien yang dirawat di rumah sakit, terapi insulin dapat
menyelamatkan jiwa. Namun demikian, bila cara pemberian dan pemantauan
kurang memadai, hal itu dapat mengancam jiwa pasien.
Kesalahan terapi insulin cukup sering ditemukan dan menjadi masalah
klinis yang penting. Bahkan terapi insulin termasuk dalam lima besar “pengobatan
berisiko tinggi (high-risk medication)” bagi pasien di rumah sakit. Sebagian besar
kesalahan tersebut terkait dengan kondisi hiperglikemia dan sebagian lagi akibat
hipoglikemia. Jenis kesalahan tersebut antara lain disebabkan keterbatasan dalam
hal ketrampilan (skill-based), cara atau protokol (rule-based), dan pengetahuan
(knowledge-based) dalam hal penggunaan insulin.
Banyak data yang menunjukkan bahwa hiperglikemia dikaitkan dengan
buruknya luaran klinik. Sebagai contoh, kesalahan dalam terapi insulin sebelum
pembedahan pada pasien DMT1 akan mengakibatkan KAD dan kematian.
Hipoglikemia, walaupun frekuensinya lebih sedikit, namun juga dapat
mengakibatkan kematian. Bahaya yang dapat diakibatkan oleh serangan
hipoglikemia meliputi kecelakaan seperti jatuh, mual, muntah, respon hipertensi
yang mengakibatkan iskemia miokard.
Untuk menghindari bahaya-bahaya di atas, terapi insulin hendaknya
diberikan sesuai dengan protokol yang telah ditetapkan. Selain itu, perlu dilakukan
pemantauan yang memadai. Sebagai contoh, terapi insulin intensif dengan cara
infus intravena hanya dapat diberikan pada pasien khusus serta dilakukan di ruang
intensif.
F. Pembuatan Insulin
Escherrichia coli (E. coli), penghuni saluran pencernaan manusia, adalah
‘pabrik’ yang digunakan dalam rekayasa genetika insulin. Ketika bakteri
berreproduksi, gen insulin direplikasi bersama dengan plasmid. E. coli seketika
memproduksi enzim yang dengan cepat mendegradasi protein asing seperti
insulin. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menggunakan E. coli strain mutan
yang sedikit mengandung enzim ini. Pada E. coli, B-galaktosidase adalah enzim
yang mengontrol transkripsi gen. Untuk membuat bakteri memproduksi insulin,
gen insulin perlu terikat pada enzim ini.
Enzim restriksi secara alami diproduksi oleh bakteri. Enzim restriksi
bertindak seperti pisau bedah biologi, hanya mengenali rangkaian nukleotida
tertentu, misal salah satunya rangkaian kode untuk insulin. Hal tersebut
memungkinkan peneliti untuk memutuskan pasangan basa nitrogen tertentu dan
menghapus bagian DNA yang berisi kode genetik dari kromosom sebuah
organisme sehingga dapat memproduksi insulin. Sedangkan DNA ligase adalah
suatu enzim yang berfungsi sebagai perekat genetik dan pengelas ujung
nukleotida.
Langkah pertama pembuatan humulin adalah mensintesis rantai DNA yang
membawa sekuens nukleotida spesifik yang sesuai karakteristik rantai polipeptida
A dan B dari insulin. Urutan DNA yang diperlukan dapat ditentukan karena
komposisi asam amino dari kedua rantai telah dipetakan. Enam puluh tiga
nukleotida yang diperlukan untuk mensintesis rantai A dan sembilan puluh untuk
rantai B, ditambah kodon pada akhir setiap rantai yang menandakan pengakhiran
sintesis protein.
Antikodon menggabungkan asam amino, metionin, kemudian ditempatkan
di setiap awal rantai yang memungkinkan pemindahan protein insulin dari asam
amino sel bakteri itu. ‘Gen’ sintetik rantai A dan B kemudian secara terpisah
dimasukkan ke dalam gen untuk enzim bakteri, B-galaktosidase, yang dibawa
dalam plasmid vektor tersebut. Pada tahap ini, sangat penting untuk memastikan
bahwa kodon gen sintetik kompatibel dengan B-galaktosidase. Plasmid
rekombinan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sel E. coli.
Praktis penggunaan teknologi DNA rekombinan dalam sintesis insulin
manusia membutuhkan jutaan salinan plasmid bakteri yang telah digabungkan
dengan gen insulin dalam rangka untuk menghasilkan insulin. Gen insulin
diekspresikan bersama dengan sel mereplikasi galaktosidase-B di dalam sel yang
sedang menjalani mitosis.
Protein yang terbentuk, sebagian terdiri dari B-galaktosidase, bergabung ke
salah satu rantai insulin A atau B. Rantai insulin A dan rantai B kemudian
diekstraksi dari fragmen B-galaktosidase dan dimurnikan.
Kedua rantai dicampur dan dihubungkan kembali dalam reaksi yang
membentuk jembatan silang disulfida, menghasilkan Humulin murni (insulin
manusia sintetis).
Implikasi biologis dari rekayasa genetika Humulin rekombinan
Humulin merupakan protein hewani yang dibuat dari bakteri sedemikian
rupa sehingga strukturnya benar-benar identik dengan molekul alami. Hal ini akan
mengurangi kemungkinan komplikasi yang disebabkan produksi antibodi oleh
tubuh manusia. Dalam studi kimia dan farmakologi, insulin rekombinan DNA
manusia yang diproduksi secara komersil telah terbukti bisa dibedakan dari insulin
pankreas manusia.
Berikut tahapan dalam proses pembuatan tersebut:
1. Vektor (plasmid E.coli) dan DNA Pengkode Insulin.
Kode genetik insulin terdapat dalam DNA di bagian atas lengan
pendek dari kromosom ke-11 yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai
A dan 90 dalam rantai B). DNA pengkode insulin dapat diisolasi dari gen
manusia yang ditumbuhkan dalam kultur di laboratorium. Selain itu, dapat
pula disintesis rantai DNA yang membawa sekuens nukleotida spesifik yang
sesuai karakteristik rantai polipeptida A dan B dari insulin. Urutan DNA
yang diperlukan dapat ditentukan karena komposisi asam amino dari kedua
rantai telah dipetakan. Enam puluh tiga nukleotida yang diperlukan untuk
mensintesis rantai A dan sembilan puluh untuk rantai B, ditambah kodon
pada akhir setiap rantai yang menandakan pengakhiran sintesis protein.
Vektor yang digunakan adalah plasmid E.coli yang mengandung amp-
R sehingga sel inang akan resistan terhadap amphisilin serta mengandung
lac-Z yang menghasilkan β-galactosidase sehingga dapat menghidrolisis
laktosa.
2. Penyelipan DNA Insulin ke dalam Vektor (plasmid E.Coli)
Masing-masing DNA insulin dan plasmid E.Coli dipotong dengan
enzim restriksi yang sama. Kemudian DNA insulin A dan B secara terpisah
diselipkan ke dalam plasmid berbeda dengan menggunakan enzim ligase.
3. Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam Sel E.Coli
Plasmid yang telah diselipkan DNA insulin (plasmid rekombinan)
dicampurkan dalam kultur bakteri E.Coli. Bakteri-bakteri tersebut akan
mengambil plasmid rekombinan melalui proses transformasi. Akan tetapi,
tidak semua bakteri mengambil plasmid tersebut.
4. Pengklonan Sel yang Mengandung Plasmid Rekombinan
Sel yang mengandung plasmid rekombinan dapat diseleksi dari sel
yang tidak mengandung plasmid rekombinan. Medium nutrien bakteri yang
digunakan mengandung amphisilin dan X-gal. Sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya, plasmid yang digunakan sebagai vektor ini
mengandung amp-R dan lac-Z sehingga sel bakteri yang mengandung
plasmid rekombinan akan tumbuh dalam medium tersebut karena resisten
terhadap amphisilin serta akan berwarna putih karena plasmid yang
mengandung gen asing (gen insulin manusia) dalam gen lac-Z tidak dapat
memproduksi β-galactosidase sehingga tidak dapat menghidrolisis laktosa.
5. Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Insulin
Proses ini dilakukan melalui hibridisasi asam nukleat. Pada proses ini,
disintesis probe asam nukleat yang mengandung komplementer dari gen
insulin, probe dilengkapi dengan isotop radioaktif atau fluorosen.
6. Pomproduksian dalam Sekala Besar
Klon sel yang telah diidentifikasi diproduksi dalam skala besar dengan
cara ditumbuhkan dalam tangki yang mengandung medium cair. Gen insulin
diekspresikan bersama dengan sel bakteri yang mengalami mitosis. Rantai
insulin A dan rantai B yang dihasilkan kemudian dicampurkan dan
dihubungkan dalam reaksi yang membentuk jembatan silang disulfida.
Pada saat ini, peneliti mulai menggunakan vektor plasmid dari sel
eukariotik yaitu ragi bersel tunggal karena ragi merupakan sel eukariotik
yang memiliki plasmid, dapat tumbuh dengan cepat, serta hasil akhir proses
pembuatan insulin dengan ragi akan menghasilkan molekul insulin yang
lebih lengkap dengan struktur tiga dimensi yang sempurna sehingga lebih
identik dengan insulin manusia.
CARA PANEN : Ekstrasinya, yaitu dengan cara ko intraseluler, bakterinya harus
dipecah. Namun, kalo ekstraseluler di ambil supernatannya dan disentrifus.
G. Teknik Penyuntikan Insulin
Sebelum menggunakan insulin, diabetesein ataupun keluarga tentunya perlu
untuk diberikan pengetahuan danwawasan mengenai cara dan prosedur
menyuntikkan insulin eksogen;
a) Sebelum menyuntikkan insulin, kedua tangan dan daerah yang akan disuntik
haruslah bersih. Bersihkanlah dengan cairan alkohol 70% dengan
menggunakan kapas bersih dan steril.
b) Tutup vial insulin harus diusap dengan cairan alkohol 70%.
c) Untuk semua insulin, kecuali insulin kerja cepat, harus digulung-gulung
secara perlahan- lahan denga kedua telapak tangan. Hal ini bertujuan untuk
melarutkan kembali suspensi. (Jangan dikocok).
d) Ambillah udara sejumlah insulin yang akan diberikan. Lalu suntikkanlah ke
dalam vial untuk mencegah terjadi ruang vakum dalam vial. Hal ini terutama
diperlukan bila akan dipakai campuran insulin.
e) Bila mencampur insulin kerja cepat dengan kerja cepat harus diambil
terlebih dahulu.
f) Setelah insulin masuk ke dalam alat suntik, periksa apakah mengandung
gelembung atau tidak. Satu atau dua ketukan pada alat suntik dalam posisi
tegak akan dapat mengurangi gelembung tersebut. Gelembung yang ada
sebenarnya tidaklah terlalu membahayakan, namun dapat mengurangi dosis
insulin.
g) Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah kulit (subkutan). Pada
umumnya suntikan dengan sudut 90 derajad. Pada pasien kurus dan anak-
anak, kulit dijepit dan insulin disuntikkan dengan sudut 45 derajat agar tidak
terjadi penyuntikkan otot (intra muskular).
Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat
menyuntikkan insulin. Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikkan di
daerah perut dimana penyerapan akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar
glukosa pada darah rendah, hindarilah penyuntikkan pada daerah perut.
Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat adalah dari perut,
lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap apabila daerah suntikkan
digerak-gerakkan. Penyuntikkan insulin pada satu daerah yang sama dapat
mengurangi variasi penyerapan.
Sebaiknya disimpan 2-8 derajat celcius (jangan sampai beku), di dalam gelap
(seperti di lemari pendingin, namun hindari freezer.
Suhu ruang 25-30 derajat celcius cukup untuk menyimpan selama beberapa
minggu, tetapi janganlah terkena sinar matahari. Sinar matahari secara
langsung dapat mempengaruhi percepatan kehilangan aktifitas biologik
sampai 100 kai dari biasanya.Suntikkan dalam bentuk pena dan insulin dalam
suntikkan tidak perlu disimpan di lemari pendingin diantara 2 waktu
pemberian suntikkan.
1) Cuci tangan
2) Baca etiket botol insulin, tipe dan tanggal kadaluarsanya.
3) Putar setiap botol insulin secara gantle diiatas telapak tangan agar isi insulin
merata.
4) Usap tutup botol dengan alkohol.
5) Injeksi 20 unit udara ke dalam NPH insulin. {jumlah udara yang dimasukkan
ke dalam botol sesuai dengan dosis unit yang diperlukan}. Selalu
mendahulukan menginjeksi udara ke dalam insulin yang berdurasi kerja lebih
lama.
6) Injeksikan udara 10 unit ke dalam botol insulin reguler. Jumlah udara yang
diinjeksikan harus sama degan dosis insulin yang diberikan.
7) Hisap 10 unit insulin reguler Pastikan bahwa tidak ada udara dalam spuit,
selalu hisap dahulu insulin yang mempunyai masa kerja pendek.
8) Hisap 2 unit insulin NPH dengan spuit yang telah berisi insulin reguler 10
uniit. Hati-hati jangan sampai insulin reguler terinjeksi ke botol insulin NPH.
9) Jumlah insulin dalam satu spuit dharus menjadi 30 unit
J. Efek Samping Insulin
Pada keadaan dimana jumlah insulin tidak cukup, gula tidak dapat
dimetabolismesasikan sehinggga terjadi metabolisme lemak, pemakaian asam
lemak [keton] untuk energi menimbulkan ketoasidosis.
Meskipun insulin sapi dan babi mirip dengan insulin manusia, namun
komposisinya sedikit berbeda. Akibatnya, sejumlah sistem kekebalan tubuh pasien
menghasilkan antibodi terhadap insulin babi dan sapi yang berusaha menetralkan
dan mengakibatkan respon inflamasi pada tempat injeksi. Selain itu efek samping
dari insulin sapi dan babi ini adalah kekhawatiran adanya komplikasi jangka
panjang dari injeksi zat asing yang rutin.