Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat

penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena

pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih

menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas,

relevansi, dan efisiensi pendidikan. Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak ada satu bangsa atau negara yang bisa

maju tanpa terlebih dahulu memajukan dunia pendidikan. Kemajuan dunia

pendidikan akan berdampak positif dalam upaya peningkatan sumber daya

manusia. Mulyasa (2011:3) mengemukakan:

Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung

dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan

kelompok, dan kehidupan setiap individu. Pendidikan berurusan

langsung dengan pembentukan manusianya. Pendidikan

menentukan model manusia yang akan dihasilkannya.

Dari uraian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa salah satu upaya

meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan kemampuan sumber

daya manusia pendidiknya, dalam hal ini guru. Sehubungan dengan mutu guru

dan lulusan sekolah, banyak media massa mulai mengkritik ketimpangan


berkaitan dengan pendidikan terutama menyangkut tingkat pengangguran dari

berbagai lulusan sekolah menengah dikarenakan mutu lulusan tidak sejalan

dengan permintaan lapangan kerja.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 15 menjabarkan tujuan pendidikan

kejuruan yaitu mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang

tertentu, maka pengembangan SMK harus selalu mengacu pada kebutuhan pasar

kerja. Pengembangan SMK bukan sekedar pada memperbesar jumlah unit SMK

dan jumlah siswa, tetapi bagaimana menciptakan lulusan SMK yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan sesuai program studinya. Sejalan dengan itu,

Schippers dan Ratriana (1994:19) menyatakan tujuan pendidikan kejuruan adalah

membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku dalam bidang kejuruan

tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja (memiliki kinerja) demi

masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa. Untuk itu siswa harus dibekali

pengetahuan dan keterampilan praktis. Sudah menjadi masalah klasik bagi dunia

pendidikan SMK di Indonesia pada umumnya, bahwa link and match antara

lulusan pendidikan SMK dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) sebagai

pengguna lulusan pendidikan SMK belum tercapai. Salah satu masalahnya

terletak pada kualitas lulusan SMK yang belum sesuai dengan standar kompetensi

yang dibutuhkan pasar tenaga kerja.

Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan di dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar dan guru memegang posisi yang sangat

strategis dalam upaya menciptakan lulusan yang profesional dan berkualitas

sehingga dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang profesional.


Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya komponen yang mendukung

yakni kinerja guru yang profesional. Kinerja guru merupakan kunci keberhasilan

pendidikan, karena keberadaan guru sangat berpengaruh terhadap semua sumber

daya pendidikan yang ada. Berbagai sumber daya pendidikan seperti, sarana dan

prasarana, biaya, teknologi, dan informasi dapat berfungsi dengan baik apabila

guru memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan semua sumber daya

yang ada.

Peran serta guru dalam pendidikan sebagaimana tertuang dalam Undang-

Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 bahwa: “Guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Kualitas pendidikan akan terwujud jika proses belajar mengajar di kelas

berlangsung dengan baik, dalam arti guru yang melaksanakan proses belajar

mengajar telah melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran

sampai evaluasi pembelajaran secara terpadu. Akan tetapi harapan akan guru

berkualitas masih jauh dari keinginan masyarakat.

Berdasarkan informasi dari pengawas SMK Kab. Tangerang, diperoleh informasi

tentang kinerja guru SMK Negeri di Kab. Tangerang. Beberapa informasi itu

merujuk kepada kurangnya kinerja guru di sekolah, di antaranya:

Masih banyak guru yang belum dapat menciptakan kondisi belajar yang baik di

dalam kelas, sehingga siswa terlihat kurang aktif dalam pembelajaran. (1) Dari 20

guru yang diamati, pengawas melihat bahwa hanya 5 orang guru yang mampu
membangun kondisi belajar yang kondusif/ mendukung pembelajaran di kelas,

selebihnya langsung memberikan materi tanpa berusaha menciptakan kondisi

belajar yang mendukung pembelajaran; (2) Banyak guru yang hanya

menggunakan metode ceramah dan mencatat di depan kelas. Dari 20 orang yang

diamati hanya 8 yang terlihat melakukan metode bervariasi serta mengajak siswa

untuk berperan aktif dalam pembelajaran di kelas; (3) Hampir tidak ada dari 20

orang guru yang diamati yang melakukan umpan balik terhadap hasil tugas rumah

yang telah diselesaikan siswa. Guru hanya memeriksa lalu memberikan nilai tanpa

bertanya dan menjelaskan kelemahan siswa dalam menyelesaikan tugas

rumahnya. Kondisi ini mengindikasikan guru tidak bekerja dengan baik dalam

pembelajaran di kelas.

Sehubungan dengan hal di atas, perlu dilakukan perbaikan dalam upaya

meningkatkan kinerja guru di sekolah. Salah satunya dengan mengkaji berbagai

faktor yang dimungkinkan mempengaruhi kinerja guru di sekolah. Banyak teori

yang mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru di sekolah,

salah satunya teori yang dikemukakan Colquitt, dkk (2009:27) :

A number of factors affect performance and commitment, including

individual mechanisms (job satisfaction, stress, motivation, trust, justice

and etics, learning and decision making), individual characteristics

(personality and cultures values, ability), group mechanisms (team

characteristics, team processes, leader power and influence, leader style

and behaviours), and organizational mechanisms (organizational structure,

organizational culture).
Peningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan

kepuasan kerja pada guru. Sering kali kita temui di sekolah, guru-guru berkumpul

membahas perlakuan administrasi sekolah yang tidak sesuai keinginan mereka,

yang menyebabkan para guru kecewa. Beberapa orang guru yang peneliti temui

pada observasi awal, sering mengeluhkan perlakuan pihak sekolah yang tidak

mengenakan. Sekolah terkesan memerlukan guru pada saat mengajar di kelas, di

luar dari itu para guru sering diindahkan. Banyak kegiatan sekolah yang memiliki

anggaran diberikan kepada beberapa orang guru yang dinilai loyal kepada kepala

sekolah, sedang bagi guru lain tidak diikutsertakan. Hasil penelitian yang

dipaparkan Djumadi (2006) dan Tobing (2009) mengungkapkan bahwa kepuasan

kerja mempengaruhi kinerja seseorang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

kepuasan kerja dapat meningkatkan kinerja seseorang dalam bekerja. Gibson, dkk

(2000:150) menyatakan kepuasan kerja adalah suatu sikap positif dan juga bisa

negatif yang dipunyai individu terhadap berbagai segi pekerjaan, tempat kerja dan

hubungan dengan teman sekerja. Secara umum orang menyatakan puas bekerja

apabila ia senang melakukan pekerjaan yang dihadapi dan dilaksanakan setiap

hari. Menurut Handoko (1997:193) kepuasan kerja adalah keadaan emosional

yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan

memandang pekerjaan mereka. Dengan demikian, guru yang memiliki kepuasan

dalam bekerja akan meningkat kinerjanya.

Peningkatan kinerja guru juga dipengaruhi oleh motivasi yang ada pada guru

tersebut. Motivasi seorang guru akan terwujud pada perilaku yang diarahkan pada

pencapaian tujuannya dalam bekerja. Hal lain yang diinformasikan kepada


peneliti, guru kurang bersemangat dalam mengajar, baik guru PNS maupun

honorer dikarenakan beberapa hal, seperti: fasilitas belajar yang masih terbatas,

tidak ada teguran bagi guru yang malas, dan sebagainya. Hasil penelitian Samson

(2006) dan Siwantara (2009) menyatakan bahwa motivasi kerja mempengaruhi

kinerja seseorang. Winardi (2002:6) mengemukakan motivasi kerja adalah suatu

kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat

dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar

imbalan moneter, dan imbalan non moneter yang dapat mempengaruhi hasil

kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan

kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. Dengan demikian motivasi kerja

dapat mempengaruhi peningkatkan kinerja guru.

Dalam lingkungan sekolah, pelaksanaan mengajar guru tidak terlepas dari

peran serta kepala sekolah sebagai pimpinan. Kepala sekolah sebagai pemimpin

harus dapat mengarahkan dan membimbing setiap guru untuk bekerja dengan

baik. Seringnya kepala sekolah meninggalkan sekolah dengan alasan ke Dinas

Pendidikan, mengikuti pelatihan/workshop, dan sebagainya dapat memberikan

hasil negatif bagi kinerja guru-gurunya di sekolah. Selain itu, masih ada terjadi

seorang kepala sekolah terlihat kejam dan angkuh dalam memberikan tugas

kepada guru tanpa melihat guru tersebut senang atau tidak. Hasil penelitian

Carudin (2011), Irawati dan Bambang (2010) memberikan gambaran bahwa

kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif terhadap

peningkatan kinerja guru. Selain itu hasil penelitian Yogaswara (2010)

menyimpulkan bahwa aplikasi kepemimpinan perlu penyesuaian dengan kondisi


kemampuan dan kemauan bawahan. Artinya, apabila guru telah mampu dan mau

bekerja dalam penyelesaian tugas secara efektif maka disarankan kepemimpinan

yang diperlukan adalah mempertahankan orientasi tugas dan memperbesar

orientasi hubungan. Dari hasil penelitian di atas, jelas terlihat bahwa kinerja guru

sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah. Sagala (2009:172)

mengemukakan sifat kepemimpinan kepala sekolah terhadap usaha pengajaran

membawa pengaruh positif dan negatif terhadap guru, konselor, dan profesi

kependidikan lainnya. Berbagai upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah

selaku pimpinan adalah dengan memberikan dukungan (motivasi) dan

meningkatkan kepuasan guru dalam bekerja. Dengan memberikan dukungan, guru

akan merasa setiap tugasnya menjadi penting dan harus dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya. Hal ini menggambarkan bahwa kinerja guru erat sekali kaitannya

dengan tanggung jawab kepemimpinan kepala sekolah.

Tanpa adanya disiplin yang baik, jangan harap akan dapat diwujudkan adanya

sosok pemimpin atau Guru ideal sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat

dan Sekolah. Menurut Budi Setiyawan dan Waridin (2006), dan Aritonang (2005)

disiplin kerja Karyawan bagian dari faktor kinerja. Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa disiplin kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja kerja

Guru.

Berdasarkan survei pendahuluan, peneliti menemukan adanya kekurang

menaati tata tertib, ketentuan-ketentuan Sekolah yang memberatkan Guru,

disamping gaya kepemimpinan dan motivasi yang cukup tinggi. Kemudian timbul

pemikiran bagaimana keseluruhan faktor tersebut saling berkesinambungan


sehingga mempengaruhi kinerja Guru.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul:

“Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja

Guru Sekolah Mandiri 79”

B. Identifikasi Masalah

Manusia merupakan sumber daya yang paling menentukan dalam mencapai

tujuan yang diinginkan Yayasan. Permasalahan dari Yayasan ini adalah tinggi

rendahnya kinerja Guru, untuk suatu upaya yang dapat meningkatkan kinerja

Guru, dengan permasalahan tersebut diduga faktor gaya kepemimpinan,

motivasi dan disiplin kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja Guru.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dirumuskan suatu pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Apa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja Guru?

2. Apa motivasi berpengaruh terhadap kinerja Guru?

3. Apa disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja Guru?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi kinerja. Dalam penelitian ini dibatasi pada gaya

kepemimpinan, motivasi kerja, dan disiplin kerja karena faktor-faktor tersebut

terkait pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Adapun karyawan dimaksud

adalah seluruh pegawai yang bekerja di Yayasan Mandiri 79 Tangerang.


D. Perumusan Masalah

1. Seberapa besar pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap

Kinerja Pegawai Yayasan Mandiri 79?

2. Seberapa besar pengaruh Motivasi kerja terhadap Kinerja

Pegawai Yayasan Mandiri 79?

3. Seberapa besar pengaruh disiplin kerja terhadap Kinerja

Pegawai Yayasan Mandiri 79?

4. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi kerja,

dan disiplin kerja terhadap kinerja Pegawai Yayasan Mandiri

79?

E. Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang

mendalam dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh gaya

kepemimpinan, motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja Guru.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka

penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Mengetahui pengaruh variabel gaya kepemimpinan terhadap kinerja

Guru.

2. Mengetahui pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja Guru.

3. Mengetahui pengaruh variabel disiplin kerja terhadap kinerja Guru.


F. Kegunaan/Manfaat Penelitian

Manfaat-manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam menerapkan ilmu

yang telah diperoleh dibangku kuliah dalam dunia kerja yang

sesungguhnya.

2. Bagi Sekolah/Yayasan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang

berharga bagi Yayasan dalam pengelolaan SDM beserta segala

kebijakan yang berkaitan langsung dengan aspek-aspek SDM secara

lebih baik.

3. Bagi almamater

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

referensi bacaan bagi semua pihak yang membutuhkannya.

G. Sistimatika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah

D. Perumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Kegunaan/Manfaat Penelitian

G. Sistimatika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kajian Teori Relevan Yang Berdasarkan Terkait

dengan Penelitian

B. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Berkaitan

dengan masalah yang Diteliti

C. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

BAB II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

B. Metode Penelitian

C. Desain Penelitian

D. Definisi Operasional Variable

E. Sumber dan Cara Pengumpulan Data /

Informasi

1. Sumber Data

2. Cara Pengumpulan data / Informasi

F. Teknik Penentuan data

G. Rencana Analisis dan Uji Hipotesis

1. Rancangan Analisis

2. Uji Hipotesisi

Daftar Pustaka

Lampiran - Lampiran

Anda mungkin juga menyukai