131000265
131000265
2018
Pratiwi, Tiara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3596
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI DI
KELURAHAN TERJUN KECAMATAN
MEDAN MARELAN TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
TIARA PRATIWI
NIM: 131000265
OLEH
TIARA PRATIWI
NIM: 131000265
Tiara Pratiwi
iii
iv
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
baik dari segi bahasa, penulisan maupun pembahasan. Oleh sebab itu, penulis
membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam penulisan selanjutnya.
Dengan terwujudnya penulisan skripsi ini maka dengan penuh keikhlasan, penulis
Utara.
4. Ibu Sri Novita Lubis S.K.M, M.Kes selaku dosen pembimbing II atas
Sumatera Utara.
14. Para kepala lingkungan IV dan VII beserta para masyarakat yang bersedia
menjadi responden
15. Ibu Dewi Syafitri atas bantuannya dalam mengumpulkan data penelitian.
16. Orang tua tercinta, ayahanda Sufriono, ibunda Suryawati, kedua adinda Aprilia
Putri dan Imam serta seluruh keluarga atas doa, semangat dan bantuan yang
17. Teman-teman tersayang yaitu Unni Irma, Weni, Fitri, Berli, Risa, Leli, Serlin,
rekan–rekan stambuk 2013 atas atas doa, semangat dan bantuan yang diberikan
kepada penulis.
vi
maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Tiara Pratiwi
vii
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
ABSTRAK................................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... xv
viii
ix
Halaman
Tabel 2.1 JenisAktivitasFisikDalam METs ............................................................ 24
xi
xii
Halaman
Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Prevalence rate Hipertensi di Kelurahan
Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2017 ................................ 55
xiii
xiv
Medan Marelan Sumatera Utara. Beragama Islam, suku Jawa, dan anak pertama
dari tiga bersaudara dengan kedua orangtua yaitu Sufriono dan Suryawati.
xv
PENDAHULUAN
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
dapat dilihat dari berbagai indikator, yaitu meliputi angka harapan hidup, angka
industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup serta
bermula dari perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit
penularan tertentu dengan masa inkubasi yang panjang dan laten. Penyakit tidak
menular merupakan penyakit yang sulit didiagnosis serta memerlukan biaya yang
tinggi dalam upaya penanggulangannya (Bustan, 2007). Salah satu penyakit tidak
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Utara, 2009).
jantung iskemik dan 51% kematian akibat stroke disebabkan oleh hipertensi
(WHO, 2013). Pada tahun 2014, prevalensi hipertensi di dunia sekitar 22% pada
orang dewasa berumur ≥18 tahun (WHO, 2015). Berdasarkan hasil laporan WHO,
2015 (WHO, 2017). Data WHO menunjukan, pada tahun 2025 prevalensi
hipertensi akan terus meningkat menjadi 29 % atau sekitar 1,15 milyar penduduk
dunia (Triyanto,2014).
sekitar 30,8% sepanjang tahun 2013-2014 yang terus meningkat dari tahun
24,5 % dengan prevalensi pada pria (25%) dan wanita sekitar (24%). Asia
tertinggi setelah Afrika (29%) dan Mediteranian Timur ( 26,5%) (WHO, 2015).
penyakit tidak menular lainnya seperti penyakit diabetes militus, kanker, asma dan
umur setelah stroke yaitu sekitar 6,8 %. Hipertensi merupakan faktor risiko dari
penyakit stroke yang menjadi penyebab utama kematian pada kelompok usia 45-
dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini
yang didapat melalui hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%.
pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,1 % pada tahun 2007
Belitung (30,9%) dan diikuti oleh provinsi Kalimantan Selatan (30,8 %). Menurut
usia prevalensi hipertensi di Indonesia pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7
%, pada kelompok usia 25- 34 tahun adalah 14,7 %, 35-44 tahun 24,8 %, 45-54
tahun 35,6 %, 55-64 tahun 45,9 %, 65-74 tahun 57,6 %, dan lebih dari 75 tahun
adalah 63,8 % (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data sistem informasi rumah sakit
tahun 2010-2011, jumlah kematian akibat hipertensi pada pasien rawat inap
memiliki CFR sebesar 3% pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 3,5% pada
hipertensi pada orang dewasa usia ≥18 tahun di Sumatera Utara yang didapat dari
hasil pengukuran adalah 24,7% dan cenderung lebih tinggi di perkotaan yaitu
tenaga kesehatan yaitu 6,6% lebih tinggi dari tahun 2007 yaitu 5,8%. Prevalensi
minum obat yaitu 6,7% lebih tinggi dari tahun 2007 yaitu sekitar 5,9%. Prevalensi
hipertensi di Kota Medan berdasarkan hasil pengukuran yaitu 28,1% lebih tinggi
yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan 8,3 % dan prevalensi berdasarkan hasil
wawancara pernah didiagnosa oleh tenaga kesehatan atau meminum obat yaitu
sekitar 8,2 % lebih tinggi dari tahun 2007. Prevalensi tertinggi terletak di
Kecamatan Medan Deli, diperoleh data penderita hipertensi pada tahun 2011,
≥ 59 tahun yaitu sekitar 48,8% (126 orang) dan yang terendah yaitu pada umur
21-25 tahun dengan proporsi 0,4 % (1 orang). Berdasarkan jenis kelamin proporsi
hipertensi lebih tinggi pada wanita yaitu sekitar 62,0 % (160 orang) dibandingkan
dengan laki-laki yaitu sekitar 28,0 % (98 orang). Berdasarkan suku maka yang
tertinggi adalah Suku Batak sebanyak 176 orang (68,2%), beragama Islam
sebanyak 217 orang (84,1%), tidak sekolah sebanyak 100 orang (38,8%), dan
diteliti yaitu 131 responden terdapat 50,3% (66 responden) dengan tingkat
merokok yaitu sebesar 64,1% (84 responden) memiliki kebiasaan merokok dan
tahun 2016, penyakit hipertensi berada diurutan ke empat dari sepuluh penyakit
terbesar dengan jumlah 1.318 kunjungan selama tahun 2016. Jumlah kunjungan
Di Posyandu Lansia Puskesmas Terjun selama tahun 2016, dari 131 lansia
yang terdaftar terdapat 57 orang (43,5 %) menderita hipertensi dari dua Posyandu
Lansia yaitu 26 orang (45,6%) penderita berasal dari Posyandu lansia Terjun dan
31 orang (54,3%) penderita berasal dari Posyandu Lansia Paya Pasir. Di Posyandu
Lansia Kelurahan Paya Pasir terdapat 31 orang (36,9%) penderita hipertensi dari
Terjun .
2017.
hipertensi.
dengan hipertensi.
epidemiologi hipertensi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
elastis dan memiliki ketahanan yang kuat. Tekanan darah secara alami akan
berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan
tekanan diastolik. Tekanan darah sistolik (TDS) yaitu tekanan di arteri saat
untuk dapat beredar ke seluruh tubuh. Tekanan darah diastolik (TDD) yaitu
Tekanan darah pada umumnya berkisar pada rata-rata nilai normal sekitar 120
mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik. Kedua
tekanan tersebut di atas merupakan tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas kerja
jantung sebagai pompa dan menyebabkan darah mengalir di dalam sistem arteri
Salah satu organ yang dapat mengontrol tekanan darah adalah arteri, arteri
yang terdiri dari pembuluh darah elastis mengalirkan darah keseluruh organ-organ
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
2.1.2 Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi bila darah memberikan gaya
yang lebih tinggi dibandingkan kondisi normal pada sistem sirkulasi (Palmer dan
Bryan, 2007). Menurut Hayens dkk (2000) hipertensi berarti terjadi peningkatan
secara abnormal dan terus menerus yang disebabkan oleh satu atau beberapa
darah secara normal. Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga diartikan sebagai
suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis.
Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Kriteria hipertensi yang
digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003,
yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg. Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk umur ≥18 tahun
(Riskesdas, 2013).
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan segera (Kemenkes RI, 2014). Dari
walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan (Kemmenkes RI, 2014). Hipertensi tipe ini terjadi
pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi sekitar 95 % (Palmer dan Bryan,
2007). Hipertensi ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Beberapa
Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
Hipertensi tipe ini lebih jarang terjadi, hanya terjadi pada sekitar 5% dari
yang diketahui penyebabnya. Hipertensi tipe ini disebabkan oleh adanya kondisi
medis tertentu seperti penyakit ginjal dan reaksi terhadap obat-obatan tertentu
misalnya pil KB (Palmer dan Bryan, 2007). Pada sekitar 5-10% penderita
a. Normal apabila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah
d. Hipertensi derajat 2 apabila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥100 mmHg (U.S Departemen of Health and Human Services,
2003).
pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi dan
a. Optimal apabila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah
mengetahuinya adalah dengan mengukur tekanan darah. Oleh karena itu, British
setidaknya sekali dalam lima tahun bahkan lebih sering jika memungkinkan.
Karena jika tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi (keadaan ini
sulit bernafas. Namun kejadian tersebut sangat jarang, hanya terjadi pada 1% dari
populasi orang dengan tekanan darah tinggi. Jika tidak ada satu pun gejala
hipertensi yang dirasakan, tidak berarti tekanan darah tinggi tidak merusak sistem
sirkulasi. Tekanan darah tinggi tetap bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke,
dan komplikasi lainnya. Oleh karena itu, tekanan darah tinggi sering disebut
gejalanya dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan
gejala penyakit lain (Kemenkes RI, 2014). Pada kebanyakan kasus, hipertensi
terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering
pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal (Depkes RI, 2006).
dengan meningkatkan kerusakan pembuluh darah yang meliputi arteri kecil dan
arteriol serta arteri besar. Semua lesi ini bisa mengakibatkan morbiditas jantung,
ginjal dan pembuluh darah otak serta kematian (Laporan Komisi Pakar WHO,
2001).
hipertensi terkontrol. Jika tekanan darah seseorang tidak terkontrol maka dapat
hampir semua bagian tubuh terutama jantung, pembuluh darah, otak, ginjal dan
mata.
Pada keadaan tekanan darah tinggi, banyak otot jantung yang dipaksa
untuk bekerja lebih keras sehingga jantung akan menjadi besar karena jantung
harus memompa untuk melawan tekanan darah yang tinggi. Meskipun demikian,
jantung tetap mampu bertahan beberapa waktu dalam keadaan tekanan darah
tinggi, namun selama beberapa tahun kondisinya akan semakin melemah (Hayen
jantung”, namun kedua istilah ini memiliki arti yang berbeda. Gagal jantung
adalah istilah untuk suatu keadaan di mana secara progresif jantung tidak dapat
memompa darah keseluruh tubuh secara efisien. Jika fungsinya semakin buruk,
maka akan timbul tekanan darah balik dalam system sirkulasi yang menyebabkan
kebocoran cairan dari kapiler terkecil paru. Hal ini akan menimbulkan sesak napas
dan pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki. Sedangkan serangan jantung
dalam dunia medis disebut infark miokard karena terjadi saat sebagian dari ‘
miokardium’ atau otot jantung mengalami infark atau mati. Penyebabnya mirip
dengan angina, dan tekanan darah tinggi turut berperan penting. Serangan jantung
biasanya dipicu oleh gumpalan darah yang terbentuk di dalam arteri (Palmer dan
Bryan, 2007).
Ginjal bertugas menyaring zat sisa dari darah dan menjaga keseimbangan
cairan dan kadar garam dalam tubuh. Gagal ginjal timbul bila kemampuan ginjal
dalam membuang zat sisa dan kelebihan air berkurang. Kondisi ini cenderung
bertambah buruk setiap tahunnya. Penyakit gagal ginjal kronik biasanya berakhir
pada keadaan yang disebut gagal ginjal stadium terminal. Keadaan ini bersifat
fatal kecuali bila penderitanya menjalani dialysis atau transplantasi ginjal. Ginjal
secara instrinsik berperan dalam pengaturan tekanan darah, dan inilah sebabnya
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80% kasus)
adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di arteri otak
terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran darah di arteri
coroner saat serangan jantung atau angina. Otak menjadi kekurangan oksigen dan
Stroke hemoragik (sekitar 20% kasus) timbul saat pembuluh darah diotak
atau di dekat otak pecah, penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi yang
persisten. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang di antara sel-sel otak.
komplikasinya dapat menjadi lebih serius. Sekitar 5 menit sekali satu orang akan
terserang stroke. Gejala stroke meliputi : rasa baal (mati rasa), lemah atau paralisis
pada satu sisi tubuh, bicara tidak jelas atau sulit menemukan kata-kata atau sulit
tiba-tiba, pusing, kebingungan, tubuh tidak seimbang, atau sakit kepala yang berat
sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitive
terhadap cahaya). Keadaan ini disebut sebagai penyakit vascular retina. Penyakit
ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan indicator awal penyakit jantung
a. Berdasarkan Orang
Tingkat prevalensi hipertensi sebesar 6-15% pada orang dewasa dan terus
hipertensi di Indonesia pada golongan umur 50 tahun masih 10%, tetapi di atas 60
Prevalensi hipertensi pada usia 18 - 30 tahun adalah 5%, usia diantara 31-44
cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan tidak sekolah yaitu 42% dan
cenderung lebih rendah pada kelompok pendidikan SMA yaitu 18,6%. Prevalensi
tidak bekerja yaitu 29,2% dan cenderung lebih rendah pada kelompok pegawai
b. Berdasarkan Tempat
Afrika yaitu sekitar 46% pada orang dewasa usia 25 tahun ke atas dan prevalensi
yang berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi hipertensi yang lebih rendah yaitu
sekitar 35% dibandingkan kelompok lain sekitar 40% (WHO, 2013). Prevalensi
hipertensi di Asia Tenggara pada tahun 2008 yaitu 36%. Berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
diikuti oleh kota Gunungsitoli (31,3%),Nias (30,4%), dan Kota Medan yaitu
c. Berdasarkan Waktu
dan 26,1% pada perempuan (WHO, 2013). Berdasarkan hasil survei kesehatan
rumah tangga pada tahun 2001 yang dikutip oleh Rahajeng dan Tuminah (2009),
Berdasarkan hasil SKRT tahun 2004 yang dikutip oleh Sarwanto dkk (2009),
Pada sebagian besar kasus, penyebab hipertensi tidak diketahui. Hal ini
factor risikso yang dapat memicu hipertensi (Palmer dan Bryan, 2007). Faktor
risiko hipertensi bila semakin banyak menyertainya maka akan lebih memperberat
a. Umur
umur. Hal ini terjadi karena adanya perubahan di dalam struktur pembuluh darah
utama, yang menjadi kurang elastis dan kaku. Di Inggris, Prevalensi tekanan
darah tinggi pada umur pertengahan sekitar 20 % dan meningkat lebih dari 50%
pada umur diatas 60 tahun. Tekanan darah tinggi juga dapat terjadi pada umur
muda, namun prevalensinya rendah (kurang dari 20%) (Palmer dan Bryan, 2007).
Tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja. Orang yang berumur
sedangkan orang lanjut usia cenderung memiliki tekanan sistolik tinggi (Palmer
b. Jenis Kelamin
Pada usia dini tidak terdapat adanya perbedaan tekanan darah antara pria
dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria cenderung menunjukkan
tekanan rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa
muda. Pada usia tua, perbedaan itu menyempit dan polanya bahkan dapat
berbalik. Perubahan pada masa tua antara lain dapat dijelaskan dengan tingkat
kematian awal yang lebih tinggi pada pria pengidap hipertensi (laporan Komisi
Faktor genetik juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Oleh karena itu,
orang yang memiliki riwayat keluarga mengalami hipertensi, memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk mengalami hipertensi (CDC, 2015). Sekitar 20-40% variasi
tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor genetik. Jika kedua orang
tua memiliki tekanan darah tinggi maka kemungkinana seorang anak untuk
bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah
orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibanding dengan anak adopsi.
menyebabkan volume cairan dalam tubuh meningkat. Hal ini karena garam
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan oleh tubuh sehingga
meningkatkan volume dan tekanan darah (Depkes RI, 2006). Dalam buku Deteksi
Dini Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dijelaskan bahwa salah
satu factor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada penduduk umur 18
tahun keatas adalah sering makan makanan asin ( ≥ 1 kali/hari) (Kemenkes RI,
2010).
dengan tingkat konsumsi garam yang tinggi (WHO, 2015). Di Indonesia tingkat
konsumsi garam masih tinggi yaitu 15 gram per hari dari yang dianjurkan 6 gram
per hari atau setara dengan 1 sendok teh garam (Depkes RI, 2009).
makanan siap saji dan saus, mengandung kadar garam yang tinggi. Secara tidak
sadar banyak garam yang dikonsumsi sehari-harinya (Palmer dan Bryan, 2007).
total, trigliserida, kolestrol LDL dan/atau penurunan kolestrol HDL dalam darah.
pembuluh darah akan semakin sempit karena adanya pembentukan plak dan
darah sehingga tekanan darah menjadi tinggi (Depkes RI, 2006). Konsumsi
makanan berlemak terlalu sering adalah jika mencapai ≥1 kali/hari (Kemenkes RI,
2010).
kelebihan berat badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapat
hipertensi. Pada populasi Barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh
kelebihan berat badan diperkirakan 30-65% (Laporan komisi pakar WHO, 2001).
g. Kebiasaan Merokok
bahan kimia tersebut merupakan racun. Ketika bahan-bahan kimia ini masuk ke
dalam tubuh maka akan terjadi kerusakan. Seiring berjalannya waktu, kerusakan
Menurut Sheps dkk yang dikutip oleh Sugiharto (2007), setelah merokok
dua batang rokok tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg.
Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti
darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat (> 20
batang/ hari) tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari
banyak rokok yang dihisap per hari, yaitu perokok ringan (1-10 batang
rokok/hari), perokok sedang (11-20 batang rokok/hari), perokok berat (>20 batang
besar responden (75%) tidak memiliki kebiasaan merokok ( Oroh dkk, 2013).
h. Konsumsi Alkohol
pria dengan tekanan darah tinggi membatasi konsumsi alcohol tidak lebih dari 21
unit per minggu dan wanita tidak lebih dari 14 unit per minggu (Palmer dan
Bryan, 2007).
darah tinggi. Jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, tekanan
darah sistolik naik kira-kira 1,0 mmHg dan tekanan darah diastolik kira-kira 0,5
mmHg per satu kali minum. Seorang yang minum alkohol setiap hari mempunyai
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik lebih tinggi, berturut-turut 6,6
mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali seminggu (Laporan
i. Aktifitas Fisik
namun dengan melakukan aktifitas fisik yang teratur dapat menurunkan tekanan
darah (WHO, 2015). Seseorang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih
rentan terhadap tekanan darah tinggi yaitu sekitar 20-50 %. Melakukan olahraga
secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat
Hampir tiga perempat orang dewasa beraktifitas fisik lebih ringan daripada yang
minimal 3 kali seminggu dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang
dapat mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, joging, bulu tangkis, sepak
bola, bersepeda, berenang, dan senam aerobic (Palmer dan Bryan, 2007).
group, 2002; Wolin, dkk., 2008; Harvard Publication Health, 2009) dalam Arifin
satu jenis kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur aktivitas fisik
seseorang. IPAQ berisikan pertanyaan yang meliputi jenis, durasi dan frekuensi
seseorang melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu tertentu misalkan dalam
7 hari terakhir. Berbagai jenis aktivitas fisik tersebut dikelompokkan menjadi tiga
tingkatan yaitu aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat. Pengukuran
aktivitas fisik dapat dilakukan dengan cara mengukur banyaknya energi yang
yaitu memiliki ketelitian yang tinggi dan juga mudah di gunakan khususnya pada
responden dewasa. Sebagai standar yang dipakai adalah banyaknya energi yang
dikeluarkan tubuh dalam keadaan istirahat duduk yang dinyatakan dalam satuan
METs (Metabolic Equivalent Task). Satu METs diartikan sebagai energi yang
hari/minggu.
dikeluarkan dalam aktivitas fisik dalam satu minggu (7 hari) terakhir, dikatakan
aktivitas ringan jika kurang dari 600 METs/minggu, aktivitas sedang jika sebesar
antara 600 – 1500 METs/minggu, sedangkan aktivitas berat jika lebih dari 1500
METs/minggu.
dan komplikasi hipertensi, cara pencegahan, gaya hidup sehat, dan pengaruh
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara
garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan
mengurangi asupan garam sampai di bawah 6 gram per hari (sekitar satu
merokok
kolestrol.
sehari (misalnya: jalan cepat) dan menjaga berat badan dalam kisaran
penyakit secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat. Pencegahan sekunder
Anggraeni, 2002).
pencegahan ini adalah mereka yang terkena penyakit hipertensi. Pencegahan ini
dilakukan melalui diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan
Dalam pencegahan tahap sekunder ini, upaya yang dapat dilakukan adalah
a. Diagnosis dini
didalam keluarga, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi
esensial. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
b. Pengobatan
faktor risiko lain. Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti dapat
menurunkan tekanan sistolik dan mencegah terjadinya stroke pada pasien usia 70
garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara
labetalol.
selama orang yang menderita belum meninggal dunia (Budiarto dan Anggraeni,
2002). Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu : (Triyanto, 2014)
b. Melakukan rehabilitasi yang tidak hanya difokuskan pada fisik, tetapi juga
kekuatan yang ada pada individu. Sumber kekuatan bisa dalam bentuk kekuatan
fisik, ketahanan psikologi, dukungan sosial, konsep diri yang positif, energi,
sama dengan keluarga dalam proses pencegahan tersier juga sangat penting
Variabel Independen
Variabel Dependen
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Riwayat Hipertensi Dalam
Keluarga
4. Konsumsi Makanan Asin
5. Konsumsi Makanan Berlemak Hipertensi
6. Kebiasaan Merokok
7. Aktifitas Fisik
METODE PENELITIAN
Sectional dimana seluruh variabel yang terdiri dari variabel independent dan
variabel dependent diukur pada waktu yang sama yaitu pada saat penelitian
berlangsung.
Marelan.
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
a. Besar sampel
Besar sampel yang akan digunakan dalam peneltian ini dihitung dengan
Z
1−
α √ P ( 1−P ) + Z √ P ( 1−P ) ¿
0 0 1−β a a
2
2
¿
¿
n=¿
Keterangan:
0,8624+ 0,6272¿2
¿
¿
n=¿
n=96,4 96
1) Berumur ≥ 18 tahun
masyarakat seperti masjid dan sekolah. Rumah berikutnya adalah rumah yang
terdekat dari rumah terakhir, begitu seterusnya hingga jumlah sampel terpenuhi.
Jika di dalam satu rumah terdapat lebih dari satu orang berumur ≥ 18 tahun,
maka orang yang pertama kali ditemui dan memenuhi syarat diambil sebagai
sampel.
1. Hipertensi
dan responden yang diperiksa harus dalam keadaan duduk dengan lengan sejajar
dengan selang waktu 5 menit. Jika hasil pemeriksaan kedua memiliki selisih ≥
ketiga. Dua data yang memiliki selisih terkecil dari pemeriksaan terakhir, dihitung
2. Umur
1. 18- 24 tahun
2. 25- 31 tahun
3. 32-38 tahun
4. 39-45 tahun
5. 46-52 tahun
6. 53-59 tahun
7. 60-66 tahun
8. 67-73 tahun
1. ≥45 tahun
2. < 45 tahun
3. Jenis Kelamin
Ciri khas yang dimiliki individu yang membedakan dengan individu lain
1. Laki-laki
2. Perempuan
dominan rasa asin, seperti ikan asin, ikan pindang, telur asin, snack asin, makanan
yang mengandung terasi, kecap dan saus (Riskesdas 2013 dalam penelitian Dina
lemak jenuh . Bahan makanan yang mengandung lemak jenuh seperti daging, sop
jeroan, telur, udang (Riskesdas 2013 dalam penelitian Dina Adlina tahun 2015).
Dikategorikan menjadi:
7. Kebiasaan merokok
8. Aktivitas fisik
Aktifitas fisik adalah intensitas kegiatan atau gerakan otot yang dilakukan
sehari-hari untuk membakar energi dan dijumlahkan dalam satuan METs sesuai
6. 53-59 tahun
7. 60-66 tahun
8. 67-73 tahun
tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Analisis yang dilakukan
merupakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Data yang sudah dianalisis
disajikan dalam bentuk tabel distribusi proporsi dari setiap variabel, tabulasi
fisik) dengan variabel dependen (hipertensi). Berdasarkan hasil analisis ini akan
dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat
kepercayaan 95% (p<0,05). Jika p<0,05 maka ada hubungan antara variabel
kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik dengan hipertensi. Ratio Prevalence yaitu
(Morton. R, 2009)
RP = A/(A+B) : C/(C+D)
Keterangan :
analisis multivariat adalah variabel yang memenuhi kriteria kemaknaan (p< 0,25)
berdasarkan hasil analisis bivariat. Uji yang digunakan adalah uji Regresi logistik
variabel dependen adalah jika variabel independen memiliki nilai p < 0,05. Nilai
Exp(B) yang paling besar menunjukkan faktor risiko yang paling dominan
HASIL PENELITIAN
4.1.1 Geografis
dengan luas wilayah ± 16,05 Km2 dan memiliki 22 lingkungan. Batas – batas
Labuhan
Medan Marelan
Serdang
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Paya Pasir dan Kelurahan Rengas
4.1.2 Demografi
Jumlah penduduk Kelurahan Terjun sebanyak 27.258 jiwa yang terdiri dari
laki – laki sebanyak 13.344 jiwa (48,95 %) dan perempuan sebanyak 13.914 jiwa
(51,05 %). Jumlah penduduk berdasarkan usia yaitu usia 0-5 tahun sebanyak
1.686 jiwa (6,19%), usia 6-16 tahun yaitu sebanyak 6.030 jiwa (22,12%), usia
17-45 tahun yaitu sebanyak 14.837 jiwa (54,43%) dan usia 45 tahun ke atas yaitu
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Data selengkapnya dapat dilihat
Karakteristik f %
Umur (tahun)
18-24 10 10,4
25-31 9 9,5
32-38 15 15,6
39-45 13 13,5
46-52 20 20,8
53-59 18 18,8
60-66 8 8,3
67-73 3 3,1
Jumlah 96 100,0
Jenis Kelamin
Laki-laki 31 32,3
Perempuan 65 67,7
Jumlah 96 100,0
Karakteristik f %
Pendidikan
Tidak tamat SD/ tidak 15 15,6
sekolah
SD 32 33,3
SMP 24 25,0
SMA 23 24,0
Akademi/Perguruan 2 2,1
Tinggi
Jumlah 96 100,0
Pekerjaan
Pegawai Swasta 5 5,2
Petani 6 6,3
Pedagang 22 22,9
Ibu Rumah Tangga 44 45,8
Lainnya 19 19,8
Jumlah 96 100,0
Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2017 berdasarkan umur, paling banyak
ditemukan pada kelompok umur 46-52 tahun yaitu 20 orang (20,8%) dan
pendidikan SMP yaitu 24 orang (25,0%), SMA yaitu 23 orang (24,0%), tidak
2017 berdasarkan pekerjaan, paling banyak ditemukan ibu rumah tangga yaitu 44
supir becak, supir ojek, reparasi elektronik dan pelajar) yaitu 19 orang (19,8%),
petani yaitu 6 orang (6,2%), dan pegawai swasta yaitu 5 orang (5,2%).
hipertensi dalam keluarga. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2
hipertensi, tidak ada riwayat hipertensi dalam keluarga yaitu 50 orang (52,1%),
makanan asin, sering mengonsumsi makanan asin yaitu 66 orang (68,8%), dan
(36,5%).
Kebiasaan Merokok f %
Perokok 19 19,8
Pernah Merokok 4 4,2
Bukan Perokok 73 76,0
Jumlah 96 100,0
Jumlah Rokok yang Dihisap/Hari
< 10 batang 7 30,4
10-20 batang 12 52,2
> 20 batang 4 17,4
Jumlah 23 100,0
Lama Merokok
< 10 tahun 3 13,0
10-20 tahun 4 17,4
> 20 tahun 16 69,6
Jumlah 23 100,0
merokok, lebih banyak ditemukan bukan perokok yaitu 73 orang (76,0%), diikuti
oleh perokok yaitu 19 orang (19,8%) dan pernah merokok yaitu 4 orang (4,2%).
lama merokok paling banyak terdapat pada kelompok dengan lama merokok > 20
tahun (69,6%).
Aktivitas Fisik f %
Ringan 38 39,6
Sedang 43 44,8
Berat 15 15,6
Jumlah 96 100,0
fisik, lebih banyak ditemukan pada penduduk dengan aktivitas fisik sedang yaitu
43 orang (44,8%), aktivitas fisik ringan yaitu 38 orang (39,6%), dan aktivitas fisik
berdasarkan kejadian hipertensi. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7
Kejadian Hipertensi f %
Hipertensi 48 50
Tidak Hipertensi 48 50
Jumlah 96 100,0
sehingga apabila ditemukan hasil analisis statistik p <0,05 maka variabel tersebut
antara umur dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.8
Hipertensi
Hipertensi Bukan Total
Umur
Hipertensi RP
f % f % f % p (95% Cl)
≥ 45 tahun 31 62,0 19 38,0 50 100 0,014 1,678
<45 tahun 17 37,0 29 63,0 46 100 (1,085-2,593)
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian
Prevalence hipertensi dengan kategori umur ≥ 45 tahun dan < 45 tahun adalah
antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.9
Hipertensi
Jenis Hipertensi Bukan Total
kelamin Hipertensi RP
f % f % f % p (95% Cl)
Laki-laki 19 61,3 12 38,7 31 100 0,127 1,374
Perempuan 29 44,6 36 55,4 65 100 (0,931-2,028)
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
29 orang (44,6%).
0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
Ratio prevalence hipertensi dengan kategori laki-laki dan perempuan adalah 1,374
(95% CI=0,931-2,028).
Hipertensi
Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
Hipertensi
Hipertensi Bukan Total
Riwayat
Hipertensi RP
f % f % f % p (95% Cl)
Ada 31 67,4 15 32,6 46 100 0,001 1,982
Tidak 17 34,0 33 66,0 50 100 (1,282-3,063)
Ada
p< 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi dalam
Marelan tahun 2017. Ratio prevalence hipertensi pada penduduk dengan keluarga
yang memiliki riwayat hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi adalah
Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.11
Hipertensi
Konsumsi
Hipertensi Bukan Total
Makanan
Hipertensi RP
Asin
f % f % f % p (95% Cl)
Sering 39 59,1 27 40,9 66 100 0,008 1,970
Tidak 9 30,0 21 70,0 30 100 (1,100-3,526)
Sering
sedangkan penduduk yang tidak sering mengonsumsi makanan asin yaitu 9 orang
(30,0%).
p< 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan asin
tahun 2017. Ratio prevalence hipertensi pada penduduk yang sering mengonsumsi
makanan asin dan tidak sering mngonsumsi makanan asin adalah 1,970 (95%
CI=1,100-3,526).
Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
Hipertensi
Konsumsi
Hipertensi Bukan Total
Makanan
Hipertensi RP
Berlemak
f % f % f % p (95% Cl)
Sering 37 60,7 24 39,3 61 100 0,006 1,930
(1,137-3,277)
Tidak 11 31,4 24 68,6 35 100
Sering
orang (31,4%).
p< 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan
Marelan tahun 2017. Ratio prevalence hipertensi pada penduduk yang sering
Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.13
Hipertensi
Kebiasaan Hipertensi Bukan Total
Merokok Hipertensi RP
f % f % f % p (95% Cl)
Perokok 12 52,2 11 47,8 23 100 0,811 1,058
(0,671-1,668)
Bukan 36 49,3 37 50,7 73 100
Perokok
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
(49,3%).
p>0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok
tahun 2017. Ratio prevalence hipertensi pada perokok dan bukan perokok adalah
Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.14
Hipertensi
Aktivitas Hipertensi Bukan Total
Fisik Hipertensi RP
f % f % f % p (95% Cl)
Ringan 23 60,5 15 39,5 38 100 0,095 1,404
Berat 25 43,1 33 56,9 58 100 (0,949-2,077)
p> 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik
2017. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok aktivitas fisiknya ringan dan
fisik sehingga dapat ikut dalam analisis multivariat. Secara rinci dapat dilihat pada
tabel berikut :
No Variabel p
1. Umur 0,014
2. Jenis Kelamin 0,127
3. Riwayat Hipertensi 0,001
4. Konsumsi Makanan Asin 0,008
5. Konsumsi Makanan Berlemak 0,006
6. Aktivitas Fisik 0,095
didapatkan melalui proses 4 tahap. Proses akan berhenti ketika tidak ada lagi
variabel yang dapat dimasukkan ke dalam analisis. Secara rinci dapat dilihat pada
Berdasarkan tabel 4.16 di atas (lihat tahap 4), dapat diketahui bahwa faktor
Medan Marelan tahun 2017 adalah umur, riwayat hipertensi, dan konsumsi
makanan berlemak.
Hipertensi adalah konsumsi makanan berlemak (p=0,001 dan Exp (B)= 21,227).
PEMBAHASAN
Kejadian Hipertensi
Hipertensi
50.00% 50.00% Bukan Hipertensi
di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2017 adalah sebesar 50%.
diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi yaitu 57,9% dan tidak hipertensi
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
dari 50% penyebab kematian akibat stroke disebabkan oleh hipertensi (WHO,
2014).
memiliki gejala yang spesifik atau terkadang tidak menimbulkan gejala pada
penderita. Oleh karena itu, banyak penderita tidak mengetahui bahwa mereka
pada organ-organ vital seperti jantung, otak dan ginjal yang dapat menyebabkan
kematian (Depkes RI, 2006). Namun, hipertensi dapat dicegah atau dikendalikan
70 63
62
60
50
Proporsi (%)
40 38 37
30 Hipertensi
20 Bukan Hipertensi
10
0
≥ 45 < 45
Umur (tahun)
hipertensi yang berumur ≥45 tahun sebesar 62% sedangkan proporsi hipertensi
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai
dengan hipertensi. Pada penelitian ini juga dapat dilihat bahwa nilai RP = 1,678
(RP > 1), dengan nilai CI 1,085-2,593 (tidak mencakup angka 1) hal ini berarti
ini, umur termuda yang menderita hipertensi yaitu umur 18 tahun dan umur tertua
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012) di
didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian
hipertensi, dengan nilai p = 0,001 (p <0,05) (Rahayu, 2012). Penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Sihotang (2013), bahwa ada hubungan antara umur
Umur berkaitan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi). Semakin tua seseorang
maka semakin besar resiko terserang hipertensi (Khomsan, 2003). Tekanan darah
secara alami akan cenderung meningkat seiring bertambahnya umur. JNC (2003)
Menurut Black dan Hawks yang dikutip oleh Rahayu (2012), menyatakan
bahwa seseorang rentan mengalami hipertensi pada umur 30-50 tahun, dimana
hipertensi yang biasa dialami adalah hipertensi primer. Terdapat sekitar 50-60%
pasien yang berumur di atas 60 tahun mempunyai tekanan darah diatas 140/90
mmHg. Pada kelompok umur diatas 50 tahun tekanan sistolik cenderung lebih
Hal ini terjadi karena adanya perubahan di dalam struktur pembuluh darah
utama, sehingga pembuluh darah menjadi kurang elastis dan kaku. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya penumpukan kolagen dan hipertropi sel otot halus yang
tipis, berfragmen dan patahan dari serat elastin. Berkurangnya elastisitas arteri
70
61.3
60 55.4
50 44.6
Proporsi (%)
38.7
40
30 Hipertensi
Bukan Hipertensi
20
10
0
Laki-laki Perempuan
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p
karena terdapat nilai 1 maka jenis kelamin bukan sebagai faktor risiko untuk
terjadinya hipertensi.
tahun 2008 dengan pendekatan case control study menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dengan
Pada usia dini tidak terdapat adanya perbedaan tekanan darah antara pria
dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria cenderung menunjukkan
tekanan rata-rata yang lebih tinggi (Laporan komisi pakar WHO, 2001).
prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun sebelum
aktivitas hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
perempuan lebih mudah menerima pengobatan dan lebih mudah mengubah gaya
kesehatan untuk keperluan kesehatan Ibu dan Anak sehingga mereka memiliki
Pada penelitian ini jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan hipertensi karena proporsi responden perempuan lebih besar dua kali lipat
80
70 67.4 66
60
50
Proporsi (%)
40 34
32.6
30 Hipertensi
Bukan Hipertensi
20
10
0
Ada Tidak Ada
Riwayat Hipertensi Dalam Keluarga
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p
riwayat hipertensi dalam keluarga dengan hipertensi. Pada penelitian ini juga
dapat dilihat bahwa nilai RP = 1,982 (RP > 1), dengan nilai CI 1,282-3,063 (tidak
mencakup angka 1) hal ini berarti riwayat hipertensi dalam keluarga merupakan
(2016) di Wilayah Kerja Puskesmas Demak II dengan desain cross sectional, yang
Faktor genetik juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Oleh karena itu,
orang yang memiliki riwayat keluarga mengalami hipertensi, memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk mengalami hipertensi (CDC, 2015). Sekitar 20-40% variasi
tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor genetik. Jika kedua orang
tua memiliki tekanan darah tinggi maka kemungkinan seorang anak untuk
bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah
orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibanding dengan anak adopsi
80
70
70
59.1
60
50
Proporsi (%)
40.9
40
30 Hipertensi
30
Bukan Hipertensi
20
10
0
Sering Tidak Sering
Konsumsi Makanan Asin
hipertensi yang sering konsumsi makanan asin yaitu sebesar 59,1%, sedangkan
proporsi hipertensi yang tidak sering konsumsi makanan asin yaitu sebesar 30%.
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p
konsumsi makanan asin dengan hipertensi. Pada penelitian ini juga dapat dilihat
bahwa nilai RP = 1,970 (RP > 1), dengan nilai CI 1,100-3,526 (tidak mencakup
angka 1) hal ini berarti konsumsi makanan asin merupakan faktor risiko untuk
terjadinya hipertensi.
Belawan dengan desain case control didapatkan bahwa ada hubungan antara
2013).
cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga
akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Menurut Alison Hull, penelitian
Dalam buku Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah dijelaskan bahwa salah satu faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah pada penduduk umur ≥ 18 tahun adalah sering mengonsumsi makanan asin
darah, walaupun kandungan natrium dalam garam dapur cukup tinggi yaitu 40%.
Mono Sodium Glutamat (MSG) atau lebih dikenal dengan merk dagang vetsin
80
68.6
70
60.7
60
50
Proporsi (%)
39.3
40
31.4 Hipertensi
30
Bukan Hipertensi
20
10
0
Sering Tidak Sering
Konsumsi Makanan Berlemak
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p
konsumsi makanan berlemak dengan hipertensi. Pada penelitian ini juga dapat
dilihat bahwa nilai RP = 1,930 (RP > 1), dengan nilai CI 1,137-3,277 (tidak
mencakup angka 1) hal ini berarti konsumsi makanan berlemak merupakan faktor
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
total, trigliserida, kolestrol LDL dan/atau penurunan kolestrol HDL dalam darah.
pembuluh darah akan semakin sempit karena adanya pembentukan plak dan
53
52.2
52
51 50.7
Proporsi (%)
50 49.3
49
48 47.8 Hipertensi
Bukan Hipertensi
47
46
45
Perokok Bukan Perokok
Kebiasaan Merokok
hipertensi yang perokok yaitu sebesar 52,2%, sedangkan proporsi hipertensi yang
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p
perokok dan bukan perokok adalah 1,058 (95% CI=0,671-1,668). Oleh karena
terdapat nilai 1 maka kebiasaan merokok bukan sebagai faktor risiko untuk
terjadinya hipertensi.
desain penelitian case control, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
(Artiyaningrum, 2015).
Tanjung Sumatera Barat dengan desain cross sectional, menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara konsumsi rokok dengan hipertensi, dengan nilai
kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak,
nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin
atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. Karbon
monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan
merokok.
70
60.5
60 56.9
50 43.1
Proporsi (%)
39.5
40
30 Hipertensi
20 Bukan Hipertensi
10
0
Ringan Berat
Aktivitas Fisik
hipertensi yang memiliki aktivitas fisik ringan yaitu sebesar 60,5%, sedangkan
proporsi hipertensi yang memiliki aktivitas fisik berat yaitu sebesar 43,1 %.
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p
kelompok aktivitas kurang dan aktivitas fisik berat adalah 1,404 (95% CI=0,949-
2,077). Oleh karena terdapat nilai 1 maka aktivitas fisik bukan sebagai faktor
desain penelitian case control, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara aktivitas fisik dengan hipertensi, dengan nilai p=0,506 (p>0,05)
(Artiyaningrum, 2015).
2007).
namun dengan melakukan aktifitas fisik yang teratur dapat menurunkan tekanan
darah (WHO, 2015). Seseorang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih
rentan terhadap tekanan darah tinggi yaitu sekitar 20-50 %. Melakukan olahraga
secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat
minimal 3 kali seminggu dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang
dapat mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, joging, bulu tangkis, sepak
bola, bersepeda, berenang, dan senam aerobic (Palmer dan Bryan, 2007).
aktivitas fisik juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang
yang melakukan aktivitas fisik ringan (25 orang) dengan aktivitas fisik berat (23
yaitu konsumsi makanan berlemak dengan nilai p=0,001 dan Exp{B}= 21,227.
Jaringan lemak subkutan didaerah dinding perut bagian depan (obesitas sentral)
(Yuniastuti, 2007).
(LDL). Simpanan ini nantinya akan menumpuk pada pembuluh darah menjadi
plak. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan
juga naik. Naiknya tekanan sistolik karena pembuluh darah tidak elastis serta
6.1 Kesimpulan
Kecamatan Medan Marelan tahun 2017 tertinggi pada kelompok umur 46-
Kecamatan Medan Marelan tahun 2017 lebih banyak terdapat pada keluarga
yang tidak ada riwayat hipertensi (52,1%), sering konsumsi makanan asin
6.1.4 Ada hubungan yang bermakna antara umur, riwayat hipertensi dalam
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
berlemak (Exp{B}=21,227).
6.2 Saran
6.2.1 Kepada pihak Puskesmas dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
hipertensi.
serta memulai untuk memeriksakan tekanan darah secara teratur dan sedini
mungkin.
6.2.3 Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel lain yang
pengambilan data.
Anggraini, A.D., Annes Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan S.S.
2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Tahun 2008.
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmed-faktor-
yang-berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf (Diakses: 25
September 2017)
74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
Dina T, Elperin, et al. 2013. A Large Cohort Study Evaluating Risk Factors
Assosiated With Uncontrolled Hypertension. The Journal of Clinical
Hypertension, Vol. 16 No. 2 Februari 2014.
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes. RI. 2007. Riskesdas Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
.2008. Riskesdas Dalam Angka Sumatera Utara Tahun 2007.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
.2010. Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah. Jakarta: Dirjen PP dan PL Kemenkes RI
.2012. Penyakit Tidak Menular. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan Vol 2. Jakarta.
.2013. Riskesdas Dalam Angka Sumatera Utara Tahun 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
.2013. Riskesdas Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
.2014. Info DATIN Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI
Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J dan Lwanga, S.K. 1997. Besar Sampel
dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University: Yogyakarta.
Palmer Anna dan Bryan Williams. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Diterjemahlan
oleh: Elizabeth Yamine. Jakarta :Erlangga
U.S. Departemen Of Health and Human Services. 2016. Health, United States,
2015 With Spesial Feature on Racial and Ethnic Health Disparities.
Washington DC: U.S. Departemen Of Health and Human Services
https://www.cdc.gov/nchs/data/hus/hus15.pdf Diakses tanggal 23 April
2017
INFORMED CONSENT
Nama :
Umur :
Alamat :
saya menyatakan bersedia / tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian ini. Saya
Medan, 2017
Responden
( )
1. Nomor Responden : TD :
2. Nama :
3. Lingkungan :
Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki
2. Perempuan
4. Umur : Tahun
6. Pekerjaan : 1. PNS/TNI/Polri
2. Pegawai Swasta
3. Nelayan
4. Petani
5. Pedagang
6. Ibu Rumah Tangga
7. Lainnya
Riwayat Hipertensi
1. Apakah anda memiliki riwayat penyakit hipertensi di dalam keluarga (Ayah
dan Ibu)?
1. Ya
2. Tidak
Kebiasaan Merokok
1. Apakah anda memiliki kebiasaan merokok sehari-hari?
1. Ya
2. Tidak (Jika Ya, lanjut ke no. 3)
2. Apakah anda pernah merokok sebelumnya?
1. Ya
2. Tidak
3. Berapa batang per hari anda merokok?
………….. batang/hari
4. Berapa lama anda memiliki kebiasaan merokok?
…………… tahun
pertanyaan 12)
11. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda bersepeda untuk pergi ………. Menit/hari
dan pulang kerja ?
12. Dalam seminggu terakhir, berapa ………… Hari/Minggu
hari Anda berjalan untuk pergi dan
pulang kerja ? Tidak berjalan
(lanjut ke bagian 3)
13. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda berjalan untuk pergi dan ………. Menit/hari
pulang kerja ?
Pertanyaan berikut adalah tentang waktu Anda yang biasa lakukan untuk
duduk di rumah, di tempat kerja, mengunjungi teman, membaca atau
berbaring melihat TV.
26. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa duduk di hari kerja? ………. Menit/hari
27. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa duduk pada hari ………. Menit/hari
akhir pekan/ tidak bekerja ?
No. Hiperte Umur Umu Umu Pen Peker Genet Mknna Mknnle mrok mroko Juml Lm akf akfsi
Re nsi JK (tahu rk r2 di jaan ik sin mk ok k2 h mero sik k2
sp n) dik roko kk
an k
R.1 2 2 24 1 2 4 6 2 2 2 3 2 0 0 1 1
R.2 1 2 42 4 2 3 6 1 1 1 3 2 0 0 2 2
R.3 1 1 48 5 1 4 5 1 1 1 1 1 2 3 3 2
R.4 1 1 18 1 2 4 7 1 1 1 3 2 0 0 2 2
R.5 2 2 28 2 2 3 6 1 1 1 3 2 0 0 1 1
R.6 2 2 29 2 2 3 6 2 2 1 3 2 0 0 1 1
R.7 2 1 26 2 2 4 2 1 2 2 3 2 0 0 2 2
R.8 2 2 48 5 1 1 6 1 2 2 3 2 0 0 1 1
R.9 2 2 72 8 1 1 6 2 2 2 3 2 0 0 1 1
R.1 2 1 4 7 1 1 1 3 2 0 0 2 2
0 18 1 2
R.1 1 2 2 6 1 1 1 3 2 0 0 2 2
1 44 4 2
R.1 1 1 4 7 1 1 1 3 2 0 0 1 1
2 18 1 2
R.1 2 2 4 6 1 2 1 2 1 1 1 2 2
3 30 2 2
R.1 2 2 4 6 1 1 2 3 2 0 0 2 2
4 28 2 2
R.1 2 2 3 6 1 2 2 3 2 0 0 2 2
5 54 6 1
R.1 1 2 3 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 39 4 2
R.1 2 2 3 5 2 2 1 3 2 0 0 2 2
7 40 4 2
R.1 1 2 3 6 1 1 1 3 2 0 0 2 2
8 36 3 2
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 31 32.3 32.3 32.3
Perempuan 65 67.7 67.7 100.0
Total 96 100.0 100.0
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tamat SD/tidak
15 15.6 15.6 15.6
sekolah
SD 32 33.3 33.3 49.0
SMP 24 25.0 25.0 74.0
SMA 23 24.0 24.0 97.9
Akademi/Perguruan tinggi 2 2.1 2.1 100.0
Total 96 100.0 100.0
lama merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 10 tahun 3 13.0 13.0 13.0
10-20 tahun 4 17.4 17.4 30.4
> 20 tahun 16 69.6 69.6 100.0
Total 23 100.0 100.0
aktivitas fisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 38 39.6 39.6 39.6
Sedang 43 44.8 44.8 84.4
Berat 15 15.6 15.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
Hipertensi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Hipertensi 48 50.0 50.0 50.0
Bukan Hipertensi 48 50.0 50.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
umur 2 * Hipertensi
Hipertensi Total
Bukan
Hipertensi Hipertensi Hipertensi
umur 2 >= 45 tahun Count 31 19 50
% within umur 2 62,0% 38,0% 100,0%
< 45 tahun Count 17 29 46
% within umur 2 37,0% 63,0% 100,0%
Total Count 48 48 96
% within umur 2 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.010a 1 .014
Continuity Correctionb 5.050 1 .025
Likelihood Ratio 6.075 1 .014
Fisher's Exact Test .024 .012
Linear-by-Linear
5.948 1 .015
Association
N of Valid Casesb 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Perempuan Count 29 36 65
% within jenis kelamin 44.6% 55.4% 100.0%
Total Count 48 48 96
% within jenis kelamin 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.334a 1 .127
Continuity Correctionb 1.715 1 .190
Likelihood Ratio 2.350 1 .125
Fisher's Exact Test .190 .095
Linear-by-Linear
2.310 1 .129
Association
N of Valid Casesb 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Tidak Count 17 33 50
% within riwayat keluarga
34.0% 66.0% 100.0%
yang menderita hipertensi
Total Count 48 48 96
% within riwayat keluarga
50.0% 50.0% 100.0%
yang menderita hipertensi
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.685a 1 .001
Continuity Correctionb 9.391 1 .002
Likelihood Ratio 10.894 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear
10.574 1 .001
Association
N of Valid Casesb 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Tidak Count 9 21 30
sering % within konsumsi makanan
30.0% 70.0% 100.0%
asin
Total Count 48 48 96
% within konsumsi makanan
50.0% 50.0% 100.0%
asin
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Total Count 48 48 96
% within konsumsi
50.0% 50.0% 100.0%
makanan berlemak
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for konsumsi makanan
3.364 1.396 8.104
berlemak (Sering / Tidak sering)
For cohort Hipertensi = Hipertensi 1.930 1.137 3.277
For cohort Hipertensi = Bukan Hipertensi .574 .391 .842
N of Valid Cases 96
Total Count 48 48 96
% within kebiasaan
50.0% 50.0% 100.0%
merokok 2
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for kebiasaan merokok 2 (Perokok /
1.121 .439 2.865
Bukan Perokok)
For cohort Hipertensi = Hipertensi 1.058 .671 1.668
For cohort Hipertensi = Bukan Hipertensi .944 .582 1.530
N of Valid Cases 96
Berat Count 25 33 58
% within aktivitas fisik 2 43.1% 56.9% 100.0%
Total Count 48 48 96
% within aktivitas fisik 2 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Included in Analysis 96 100.0
Selected Cases
Missing Cases 0 .0
Total 96 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 96 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Hipertensi 0
Bukan Hipertensi 1
Predicted
Hipertensi
Score df Sig.
Step 0 Variables umurK 6.010 1 .014
genetik 10.685 1 .001
masin 6.982 1 .008
mberlemak 7.599 1 .006
AF 2.788 1 .095
Jk 2.334 1 .127
Overall Statistics 35.964 6 .000
Classification Tablea
Predicted
Hipertensi
Bukan Percentage
Observed Hipertensi Hipertensi Correct
Step 1 Hipertensi Hipertensi 31 17 64.6
Bukan Hipertensi 15 33 68.8
Overall Percentage 66.7
Step 2 Hipertensi Hipertensi 31 17 64.6
Bukan Hipertensi 15 33 68.8
Overall Percentage 66.7
Step 3 Hipertensi Hipertensi 41 7 85.4
Bukan Hipertensi 14 34 70.8
Overall Percentage 78.1
Step 4 Hipertensi Hipertensi 41 7 85.4
Bukan Hipertensi 14 34 70.8
Overall Percentage 78.1
a. The cut value is ,500