Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus Menstruasi
normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila
hidupnya mengalami perubahan, terutama bila Menstruasi menjadi lebih lama
dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak Menstruasi sama sekali,
bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus
menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami
gangguan Menstruasi selama masa hidupnya.Gangguan ini dapat berupa
kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja,
reproduksi dan klimakterium. (Manuaba, dkk. 2010).
Saat umur wanita di atas umur 16 tahun belum mengalami menstruasi
ataupun pada wanita yang sudah mengalami menstruasi tetapi setelah itu tidak
mengalami menstruasi kembali, maka kemungkinan wanita tersebut mengalami
Amenorrhea.
Amenore adalah istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi, baik
secara permanen atau sementara.Amenorrhea dapat diklasifikasikan sebagai
primer atau sekunder.Dalam amenore primer, periode menstruasi tidak pernah
dimulai (berdasarkan umur 16), sedangkan amenore sekunder didefinisikan
sebagai tidak adanya menstruasi selama tiga siklus berturut-turut atau jangka
waktu lebih dari enam bulan pada wanita yang sebelumnya menstruasi.
Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor internal seperti
perubahan sementara di tingkat hormonal, stres, dan penyakit, serta faktor
eksternal atau lingkungan.Hilang satu periode menstruasi jarang tanda masalah
serius atau kondisi medis yang mendasari, tapi amenore dari durasi yang lebih
lama mungkin menandakan adanya suatu penyakit atau kondisi kronis.
Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon dibuat dan
dikeluarkan oleh indung telur. Ovarium merespon sinyal hormon dari kelenjar
pituitari yang terletak di dasar otak, yang, pada gilirannya, dikendalikan oleh
hormon yang diproduksi di hipotalamus otak.Gangguan yang mempengaruhi

1
setiap komponen siklus peraturan dapat menyebabkan amenore.Namun,
penyebab umum amenore pada wanita muda kadang-kadang diabaikan atau
disalahpahami oleh individu dan lain-lain, adalah kehamilan yang tidak
terdiagnosa.Amenore pada kehamilan merupakan fungsi fisiologis normal.
Kadang-kadang, masalah mendasar yang sama dapat menyebabkan atau
memberikan kontribusi baik untuk amenore primer atau sekunder. Sebagai
contoh, masalah hipotalamus, anoreksia atau olahraga ekstrim dapat memainkan
peran utama dalam menyebabkan amenore tergantung pada usia orang dan jika
ia telah mengalami menarche. Marheni, Herni, 2011
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep medis Amenorae?
2. Apa saja konsep keperawatan Amenorae?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis Amenorae
2. Untuk mengetahui konsep keperawaan Amenorae

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Haid (Menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus
Menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya Menstruasi yang lalu dan
mulainya Menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari
pertama siklus. Panjang siklus Menstruasi yang normal atau dianggap
sebagai siklusMenstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup
luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama.
Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklus Menstruasi tidak
terlalu sama, panjang siklus yang biasa dijumpai ialah 25 – 32 hari.Lama
Menstruasi biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanita
biasanya lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata ± 16
cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak.
Jumlah darah Menstruasi yang lebih dari 80 cc di anggap patologik.
(Wiknjosastro, 2012)
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea primer dan
amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea primer apabila
seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah mendapat haid, sedang
pada amenorrhea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian
tidak dapat lagi. (Marheni, Herni, 2011)
Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara
abnormal yang diiringi penurunan berat badan akibat diet penurunan berat
badan dan nafsu makan tidak sehebat pada anoreksianervosa dan tidak
disertai problem psikologik. (Alimul, 2003)

3
2. Etiologi
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
a. Hymen Imperforata : Selaput darah menutupi lubang vagina
sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar.
b. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak
terjadi haid atau hanya sedikit.
c. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat
badan
d. Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
e. Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
f. Endometrium tidak bereaksi
g. Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit kronik, kelainan gizi,
kelainan hepar dan ginjal.
(Suparyanto, 2011)
3. Patofisiologi

Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan


dapat berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone
yang membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan)
gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara
tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti
serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.Kelainan
ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder.
Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium ( gonadal
disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan
genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses
autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih
dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang
banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk
pembentukan hormone steroid seksual ( estrogen dan progesteron ) tidak
tercukupi.

4
Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan
progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea.Pada keadaan latihan
berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin.
Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan
progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih cortikotropin
realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang
dapat menekan pembentukan GnRH. (Alimul, 2003)

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
a. Tidak terjadi haid
b. Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
c. Nyeri kepala
d. Badan lemah

Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :

a. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak


akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan
bentuk tubuh.
b. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness
dan pembesaran perut.
c. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang
hangat dan lembab.
d. Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit,
dan lengan serta tungkai yang lurus.

5
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

a. Sakit kepala
b. Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan
tidak sedang menyusui )
c. Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
d. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
e. Vagina yang kering
f. Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola
pria ), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

(Suparyanto, 2011)

5. Pemeriksaan Diagnostik
Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan
seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi
(indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
a. USG
b. Histerosalpingografi
c. Histeroskopi, dan
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas


sekunder maka diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.

a. Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea


sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating
Hormone (TSH) karena kadar hormon prolaktin dalam tubuh.
b. Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa.
Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen /
Progesterone Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon
estrogen terhadap lapisan endometrium alam rahim. Selanjutnya dapat
dievaluasi dengan MRI.

(Suparyanto, 2011)

6
6. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea
yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga
adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas
fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorrhea
diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah,
penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
a. Saluran Reproduksi
 Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi
dengan krim estrogen.
 Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak
memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas
diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil).
 Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada
wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki
rahim dan vagina atau memiliki keduanya namunkecil atau
mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat
membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi
non-bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft.
 Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46,
XY kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga
menyebabkan gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki
testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita
(indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa
pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti
layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak)
 Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau
perlekatan intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom
Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar,
miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis.
Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim
dengan menggunakan foto rontgen dengan kontras). Terapi yang

7
dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut. Pemberian
dosis estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk optimalisasi
penyembuhan lapisan dalam rahim.
b. Gangguan Indung Telur
 Disgenesis Gonadal
Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang
digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi
penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual.
 Kegagalan Ovari Prematur
Kelainan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum
usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat
infeksi atau proses autoimun.
 Tumor Ovarium
Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal.
c. Gangguan Susunan Saraf Pusat
 Gangguan Hipofisis
 Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan
amenorrhea. Hiperprolaktinemia (Hormone prolaktin berlebih) akibat
tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan
pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan
agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh.
Sindrom Sheehan adalah tidak efisiennya fungsi hipofisis.
Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi
bedah berupa pengangkatan tumor.
 Gangguan Hipotalamus
 Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan sindrom
cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan
hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya.
 Hipogonadotropik

8
 Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional
(anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan
fungsional membutuhkan bantuan psikeater.
(Alimul, 2003)

7. Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi
lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu
kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea.
Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormon seperti
osteoporosis. (Suparyanto, 2011)

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
 Nama :
 No. RM :
 Umur :
 Jenis Kelamin :
 Alamat :
 Agama :
 Pekerjaan :
 Riwayat kesehatan terdahulu :
 Riwayat kesehatan sekarang :
b. Riwayat kesehatan terdahulu:
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami nyeri abdomen ketika haid,
sebelumnya haidnya lancer dan siklusnya teratur yaitu 28 hari.
c. Riwayat penyakit saat ini:
Klien mengeluh nyeri hebat pada abdomen ketika haid, klien juga
mengatakan haidnya hanya berlangsung selama 3 hari, darah yang keluar
sedikit dan sudah 3 bulan terakhir haidnya tidak normal.

9
d. Kesadaran
 Kompos Mentis
Sadar penuh, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
 Apatis
Keadaan kesadaran yang segan untukberhubungan dengan kehidupan
sekitarnya,sikapnya acuh tak acuh
 Somnolen
Keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan dengan
rasa nyeri, akan tetapi jatuh tidur lagi.
 Delirium
Keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak- teriak
dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu,
 Sopor/Semi koma
Keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan
dengan rangsang nyeri.
 Koma
Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan
dengan rangsang apapun.
e. Pemeriksaan fisik (Head to Toe )
 Kepala
- Inspeksi apakah ada massa pada kepala pasien, kebersihan kulit
kepala, ketombe, kutu, dan warna rambut.
- Bentuk kepala : mesosephal (normal)
- Palpasi apakah ada massa yang terdapat besar atau kecil.
 leher
- Inspeksi leher, lihat apakah ada pembesaran
- Palpasi jika ada pembesaran kelenjar tiroid, seberapa luas dan
seberapa besar
 Mata
- Inspeksi:

10
Perhatikan kesimetrisan kedua mata dan alis serta
persebarannya
Konjungtiva anemis
Normal pupil mata 3-7 mm
Normal kornea tidak berwarna ( bening ) dan bertepi rata
Sclera icterus
- Palpasi
Kaji kekenyalan bola mata
Kaji jika terdapat massa
 Hidung
- Inspeksi
Perhatikan kesimetrisan lubang hidung kiri dan kanan
Letak hidung terletak di tengah wajah
Adanya produksi secret (jika ada), perhatikan warna,
produksi, dan bau secret
Periksa apakah tampak perforasi, massa, secret, sumbatan,
deviasi, pendarahan, atau adanya polip di bagian dalam
hidung
- Palpasi
Palpasi pada sinus-sinus hidung dengan menggunakanujung
ketiga jari tengah. Normalnya klien tidak mengeluh nyeri atau
teraba panas saat palpasi
 Telinga
- Inspeksi
Lihat kesimetrisan kedua daun telinga
Lihat adanya serumen, normalnya telinga mempunyai
serumen tapi tidak terlalu banyak
- Palpasi
Palpasi telinga pada daerah tragus, normalnya tidak akan
terasa nyeri
Jika nyeri, kemungkinan ada infeksi di dalam saluran telinga
- Tes ketajaman pendengaran

11
Tes berbisik
Tes weber
Tes rinne
 Mulut
- Inspeksi:
Berdiri agak jauh dari klien, cium aroma nafasnya, normalnya
tercium segar
Bau nafas abnormal:
 Bau aseton (seperti buah)
 Bau amoniak
 Bau ganggren ( seperti bau busuk)
 Bau foetor hepatic
Lihat lipatan nasolabial, normalnya terletak di tengah
Bibir terletak tepat ditengah wajah, warna bibir merah muda,
lembab, tidak tampak kering ( pecah-pecah), tidak tampak
sianosis.
Normal gusi berwarna merah muda
Posisi lidah tepat ada di tengah
Posisi uvula tepat ditengah, normalnya berwarna merah muda
 Dada (toraks)
- Paru-paru (pulmo)
Inspeksi:
Lihat gerakan dinding dada, bandingkan kesimetrisan gerakan
dinding dada kiri dan kanan saat pernafasan berlangsung
Lihat adanya bekas luka, bekas operasi, atau adanya lesi.
perhatikan bentuk dinding dada klien, bentuk-bentuk dinding
dada:
 dada Barel (barrel chest)
 dada corong (funnel chest)
 dada burung (pigeon chest)
 dada normal (normal chest)

12
perhatikan adanya bentuk kelainan tulang belakang:
 scoliosis (tulang belakang berlekuk)
 kifosis ( bungkuk)
 lordosis (dada lebih maju kedepan)
Palpasi
Rasakan adanya massa dan krepitasi
Minta pasien mengatakan” tujuh puluh tujuh” atau “Sembilan
puluh Sembilan”, prinsip pemeriksaan:
 Getaran suara akan merambat melalui udara yang ada
dalam paru-paru( vibrasi)
 Saat bicara, getaran akan terasa dari luar dinding dada.
Perkusi
Lakukan perkusi pada seluruh lapang paru pada ruang
interkostanya (ruang diantara 2 kosta/ ICS)
Hasil perkusi normal pada paru adalah resonan
Pada area jantung akan menghasilkan bunyi pekak ( ICS 3-5,
sebelah kiri sternum)
Auskultasi
Anjurkan pasien untuk bernafas normal. Setelah beberapa
saat, letakkan stetoskop pada ICS 2 kanan, minta klien untuk
bernafas panjang
Suara nafas normal:
 Vesikuler: suara ini terdengar halus dan lembut
 Bronkovesikuler: suara ini dapat didengarkan pada ICS
1dan 2 kiri dan kanan
 Bronkial: suaranya terdengar keras dan kasar
Suara nafas tambahan pada paru-paru:
 Krekels
 Ronki
 Mengi (wheezing)
 Pleural friction rub
 Stridor

13
- Jantung
Inspeksi
Denyutan jantung (saat kontraksi ventrikel) atau iktus kordis
dapat dilihat dipermukaan dinding dada pada ICS 5
midklavikular garis sinistra
Palpasi
Palpasi iktus kordis pada ICS 5 midklavikular garis sinistra
Rasakan iktus kordisnya, hitung denyutan jantung yang
teraba selama 1 menit penuh
Tinggi iktus kordis norma tidak lebih dari 1 cm
Perkusi
Normalnya:
 Sepanjang ICS 3-5 toraks sinistra, terdengar suara pekak
 Jika hasil perkusi terdengar pekak lebih dari batas
tersebut, dikatakan kardiomegali ( pembesaran jantung)
Auskultasi
Bunyi jantung I ( S1)
 Katup mitralis terletas di ICS 5, dipotongkan dengan
midklavikular garis distra
 Katup aorta terletak di ICS 2 sternal garis sinistra
Bunyi jantung II (S2)
 Katup pulmonal terletak di ICS 2 sternal garis sinistra
 Katup trikuspidalis terletak di ICS 4 atau 5 sternal garis
sinistra
Bunyi jantung III ( S3) / gallop ( adanya bunyi bernada
rendah yang terdengar setelah S2)
Bunyi jantung IV (S4)/ murmur: bunyi jantung berfrekuensi
rendah yang bisa didengarkan sebelum S1
 Abdomen
- Inspeksi
Perhatikan bentuk abdomen klien
Perhatikan alastisitas kulit abdomen

14
Inspeksi umbilicus, normalnya tidak menonjol
- Auskultasi
Dilakukan pada keempat kuadran abdomen
Bising usus normalnya terdengar 5-30 x/i
Jika peristaltic usus terdengar lebih dari nilai normal,
kemungkinan klien sedang mengalami diare
- Perkusi
Lakukan perkusi pada kesembilan region abdomen
Jika perkusi terdengar timpani, berarti perkusi dilakukan
diatas organ yang berisi udara
Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai organ padat
- Palpasi
Berdiri disamping kanan klien
Kaji jika terdapat massa pada bdomen
 Ekstremitas bawah
- Inspeksi
Lihat apakah ada edema pada kaki
Kaji kaki dan tumit
- Palpasi
Kaji seberapa besar edemanya jika ada
Kaji jika terdapat lesi pada kaki
- Perkusi
Lakukan reflex patella
f. Pemeriksaan penunjang
 B-USG: deteksi kondisi rahim, ovarium, dan panggul.
 Sitologi: untuk pemeriksaan fungsi ovarium serta menghilangkan lesi
ganas.
 Biopsy: untuk menentukan jenis penyakit, lebih sering digunakan
untuk mendiagnosis tumor.
 Penentuan endokrin: dapat digunakan untuk mengukur
gonadotropin hipofisis, prolaktin, ovarium, tiroid, dan hormon
adrenal. Secara klinis untuk memahami fungsi ovarium dapat

15
menggunakan cara pap smear vagina, mucus serviks, suhu tubuh
basal, dan biopsi endometrium.
 X-Ray: pemeriksaan uterin lipiodol dapat digunakan untuk
memahami kondisi rongga rahim, apakah terdapat fibroid mukosa
atau polip. Juga untuk memahami apakah terdapat tumor hipofisis.
 Laparoskopi dan histeroskopi: untuk mendeteksi lesi uterine serta
panggul.
 Pemeriksaan fungsi hati, ginjal, serta aliran darah. Lakukan
pemeriksaan kromosom bila diperlukan.

(Kumala, 2005)

2. Analisa Data
a. DS:
 Pasien mengatakan mudah lelah, merasa gelisah, sakit kepala,
meriang dan nyerinya bertambah saat melakukan aktivitas.
 Pasien juga mengatakan darah haidnya sedikit dan hanya
berlangsung selama 3 hari.
 Pasien mengatakan sudah 3 bulan terakhir haidnya tidak normal
 Pasien mengatakan nyeri hebat pada abdomen, padahal sebelumnya,
haidnya normal.
b. DO:
 Klien terlihat pucat
 konjungtiva anemis
 akral dingin
 tekanan darah 90/60 mmHg
 N: 60 x/i
 P: 18 x/i
 S: 37OC
 skala nyeri: 7,
 lama nyeri dirasakan: 15-20 menit
 BB: 42 kg,

16
No Diagnosa Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan  Lakukan pengkajian nyeri
dengan peningkatan tindakan komprehensif yang
kontraksi uterus saat keperawatan 2x24 meliputi lokasi,
menstruasi. jam, pasien dapat karakteristik, onset/durasi,
(12, 1, 00132) mengontrol nyeri frekuensi, kualitas,
Batasan karakteristik: dengan karakteristik intensitas atau beratnya
 Bukti nyeri dengan secara konsisten nyeri dan faktor pencetus.
menggunakan menunjukkan  Gali bersama klien faktor-
standar daftar skala 5 faktor yang dapat
periksa nyeri untuk  Mengenali kapan menurunkan atau
pasien yang tidak nyeri terjadi memperberat nyeri.
dapat  Menggambarkan  Ajarkan prinsip-prinsip
mengungkapkannya. faktor penyebab managemen nyeri.
(mis., neonatal  Menggunakan  Monitor TTV
infantpain scale) tindakan  Kolaborasi pemberian
 Dilatasi pupil pencegahan analgetik
 Perubahan posisi  Melaporkan  Berikan kebutuhan
untuk menghindari nyeri yang Kenyamanan aktivitas
nyeri terkontrol lain yang dapat membantu
 Sikap tubuh relaksasi untuk
melindungi area memfasilitasi penurunan
nyeri nyeri.
 Mengekspresikan
perilaku (mis.,
gelisah, merengek,
menangis, waspada)
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan  Ajarkan teknik relaksasi.
dengan ketidaktahuan tindakan  Berikan penjelasan
penyebab nyeri keperawatan 2x24 kepada pasien mengenai
abdomen. (9, 2, 00146) jam, pasien dapat penyakitnya.

17
Batasan karakteristik: menghilangkan  Bantu pasien
 Gelisah tingkat kecemasan menyelesaikan masalah
 Kontak mata yang dengan karakteristik dengancara yang
buruk ringan pada skala 4 konstruktif.
 Mengekspresikan Berkaitan dengan
kekhawatiran karena indikator:
perubahan dalam  Tidak dapat
peristiwa hidup beristirahat
 Tampak waspada  Distress
 Dilatasi pupil  Wajah tegang
 Nyeri abdomen  Kesulitan
 Letih berkonsentrasi

 Menyadari gejala  Peningkatan


fisiologis tekanan darah
 Berkeringat
dingin
 Gangguan tidur
3. Intoleran aktivitas Setelah dilakukan  Kaji status fisiologi
berhubungan dengan tindakan pasien yang menyebabkan
kelemahan setelah keperawatan 2x24 kelelahan sesuai engan
beraktivitas. (4, 4, jam, pasien dapat konteks usia dan
00092) berespon terhadap perkembangan.
Batasan karakteristik: aktivitas sehari-hari  Anjurkan pasien
 Dyspnea setelah dengan karakteristik mengungkapkan perasaan
beraktivitas Tidak terganggu secara verbal mengenai
 Keletihan pada skala 5 keterbatasan yang dialami
 Ketidaknyamanan Berkaitan dengan  Bantu klien untuk
setelah beraktifitas indikator: memilih aktivitas dan
 Perubahan  Saturasi oksigen pencapaian tujuan melalui
elektrokardigram ketika aktivitas yang konsisten
(mis., aritmia, beraktivitas dengan kemampuan fisik,

18
abnormalitas  Frekuensi nadi fisiologi dan social.
konduksi, iskemia) ketika  Anjurkan istirahat yang
 Respon frekuensi beraktivitas cukup kepada pasien.
jantung abnormal  Frekuensi
terhadap aktivitas pernapasan
 Respon tekanan ketika
darah abnormal beraktivitas
terhadap aktivitas  Kemudahan
dalam
melakukan
aktifitas hidup
harian

NANDA International, Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017


Edisi 10
Nursing Intervension Classification (NIC) 2013, Edisi 6

19
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Kasus
Nn. N berumur 19 tahun, belum menikah, datang ke dokter dengan keluhan
nyeri abdomen selama 3 hari menstruasi. Klien mengatakan mudah lelah,
merasa gelisah, sakit kepala, meriang dan nyerinya bertambah saat melakukan
aktivitas. Klien terlihat pucat, konjungtiva anemis, tekanan darah 90/60 mmHg,
BB: 42 kg, akral dingin. Klien juga mengatakan darah haidnya sedikit dan hanya
berlangsung selama 3 hari. Klien mengatakan sudah 3 bulan terakhir haidnya
tidak normal dan nyeri hebat pada abdomen, padahal sebelumnya, haidnya
normal.
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
 Nama : Nn. N
 No. RM :
 Umur : 19 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Jl. Mawar No. 23
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Mahasiswa
b. Riwayat penyakit terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami nyeri abdomen ketika haid,
sebelumnya haidnya lancer dan siklusnya teratur yaitu 28 hari.
c. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri hebat pada abdomen ketika haid, klien juga
mengatakan haidnya hanya berlangsung selama 3 hari, darah yang keluar
sedikit dan sudah 3 bulan terakhir haidnya tidak normal.
d. Kesadaran
 Kompos Mentis
Sadar penuh, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.

20
e. Pemeriksaan fisik (Head to Toe )
 Kepala
- Bentuk kepala : mesosephal (normal)
- Tidak terdapat massa
- Warna rambut hitam
 leher
- tidak ada pembesaran pada leher
- Palpasi jika ada pembesaran kelenjar tiroid, seberapa luas dan
seberapa besar
 Mata
- Inspeksi:
Kedua mata simetris
Konjungtiva anemis
Normal pupil mata 3-7 mm
Normal kornea tidak berwarna ( bening ) dan bertepi rata
Sclera icterus
- Palpasi
Tidak terdapat massa pada mata pasien
Kaji kekenyalan bola mata
 Hidung
- Inspeksi
kesimetrisan lubang hidung kiri dan kanan
Letak hidung terletak di tengah wajah
Adanya produksi secret
- Palpasi
Normalnya klien tidak mengeluh nyeri atau teraba panas saat
palpasi
Tidak ada edema ataupun massa
 Telinga
- Inspeksi
kedua daun telinga simetrisan

21
adanya serumen, normalnya telinga mempunyai serumen tapi
tidak terlalu banyak
- Palpasi
Palpasi telinga pada daerah tragus, normalnya tidak akan
terasa nyeri
Jika nyeri, kemungkinan ada infeksi di dalam saluran telinga
- Tes ketajaman pendengaran
Tes berbisik
Tes weber
Tes rinne
 Mulut
- Inspeksi:
Berdiri agak jauh dari klien, cium aroma nafasnya, normalnya
tercium segar
Bau nafas abnormal:
 Bau aseton (seperti buah)
 Bau amoniak
 Bau ganggren ( seperti bau busuk)
 Bau foetor hepatic
Lihat lipatan nasolabial, normalnya terletak di tengah
Bibir terletak tepat ditengah wajah, warna bibir merah muda,
lembab, tidak tampak kering ( pecah-pecah), tidak tampak
sianosis.
Normal gusi berwarna merah muda
Posisi lidah tepat ada di tengah
Posisi uvula tepat ditengah, normalnya berwarna merah muda
 Dada (toraks)
- Paru-paru (pulmo)
Inspeksi:
simetrisan gerakan dinding dada kiri dan kanan saat
pernafasan berlangsung
tidak adanya bekas luka, bekas operasi, atau adanya lesi.

22
perhatikan bentuk dinding dada klien, bentuk-bentuk dinding
dada:
 dada Barel (barrel chest)
 dada corong (funnel chest)
 dada burung (pigeon chest)
 dada normal (normal chest)
perhatikan adanya bentuk kelainan tulang belakang:
 scoliosis (tulang belakang berlekuk)
 kifosis ( bungkuk)
 lordosis (dada lebih maju kedepan)
Palpasi
tidak adanya massa dan krepitasi
Minta pasien mengatakan” tujuh puluh tujuh” atau “Sembilan
puluh Sembilan”, prinsip pemeriksaan:
 Getaran suara akan merambat melalui udara yang ada
dalam paru-paru( vibrasi)
 Saat bicara, getaran akan terasa dari luar dinding dada.
Perkusi
Lakukan perkusi pada seluruh lapang paru pada ruang
interkostanya (ruang diantara 2 kosta/ ICS)
Hasil perkusi normal pada paru adalah resonan
Pada area jantung akan menghasilkan bunyi pekak ( ICS 3-5,
sebelah kiri sternum)
Auskultasi
Anjurkan pasien untuk bernafas normal. Setelah beberapa
saat, letakkan stetoskop pada ICS 2 kanan, minta klien untuk
bernafas panjang
Suara nafas normal:
 Vesikuler: suara ini terdengar halus dan lembut
 Bronkovesikuler: suara ini dapat didengarkan pada ICS
1dan 2 kiri dan kanan
 Bronkial: suaranya terdengar keras dan kasar

23
Suara nafas tambahan pada paru-paru:
 Krekels
 Ronki
 Mengi (wheezing)
 Pleural friction rub
 Stridor
- Jantung
Inspeksi
Denyutan jantung (saat kontraksi ventrikel) atau iktus kordis
dapat dilihat dipermukaan dinding dada pada ICS 5
midklavikular garis sinistra
Palpasi
Palpasi iktus kordis pada ICS 5 midklavikular garis sinistra
Rasakan iktus kordisnya, hitung denyutan jantung yang
teraba selama 1 menit penuh
Tinggi iktus kordis norma tidak lebih dari 1 cm
Perkusi
Normalnya:
 Sepanjang ICS 3-5 toraks sinistra, terdengar suara pekak
 Jika hasil perkusi terdengar pekak lebih dari batas
tersebut, dikatakan kardiomegali ( pembesaran jantung)
Auskultasi
Bunyi jantung I ( S1)
 Katup mitralis terletas di ICS 5, dipotongkan dengan
midklavikular garis distra
 Katup aorta terletak di ICS 2 sternal garis sinistra
Bunyi jantung II (S2)
 Katup pulmonal terletak di ICS 2 sternal garis sinistra
 Katup trikuspidalis terletak di ICS 4 atau 5 sternal garis
sinistra
Bunyi jantung III ( S3) / gallop ( adanya bunyi bernada
rendah yang terdengar setelah S2)

24
Bunyi jantung IV (S4)/ murmur: bunyi jantung berfrekuensi
rendah yang bisa didengarkan sebelum S1
 Abdomen
- Inspeksi
Perhatikan bentuk abdomen klien
Perhatikan alastisitas kulit abdomen
Inspeksi umbilicus, normalnya tidak menonjol
- Auskultasi
Dilakukan pada keempat kuadran abdomen
Bising usus normalnya terdengar 5-30 x/i
Jika peristaltic usus terdengar lebih dari nilai normal,
kemungkinan klien sedang mengalami diare
- Perkusi
Lakukan perkusi pada kesembilan region abdomen
Jika perkusi terdengar timpani, berarti perkusi dilakukan
diatas organ yang berisi udara
Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai organ padat
- Palpasi
Berdiri disamping kanan klien
Kaji jika terdapat massa pada bdomen
 Ekstremitas bawah
- Inspeksi
Lihat apakah ada edema pada kaki
Kaji kaki dan tumit
- Palpasi
Kaji seberapa besar edemanya jika ada
Kaji jika terdapat lesi pada kaki
- Perkusi
Lakukan reflex patella

25
f. TTV
 TD : 90/60 mmHg
 Suhu : 37oC
 Pernafasan : 18 x/menit
 Nadi : 60 x/menit
2. Klasifikasi Data
a. DS:
 Pasien mengatakan mudah lelah, merasa gelisah, sakit kepala,
meriang dan nyerinya bertambah saat melakukan aktivitas.
 Pasien juga mengatakan darah haidnya sedikit dan hanya
berlangsung selama 3 hari.
 Pasien mengatakan sudah 3 bulan terakhir haidnya tidak normal
 Pasien mengatakan nyeri hebat pada abdomen, padahal sebelumnya,
haidnya normal.
b. DO:
 Klien terlihat pucat
 konjungtiva anemis
 akral dingin
 tekanan darah 90/60 mmHg
 N: 60 x/i
 P: 18 x/i
 S: 37OC
 skala nyeri: 7,
 lama nyeri dirasakan: 15-20 menit
 BB: 42 kg,

26
No NANDA NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan  Lakukan pengkajian nyeri
dengan peningkatan tindakan komprehensif yang
kontraksi uterus saat keperawatan 2x24 meliputi lokasi,
menstruasi. jam, pasien dapat karakteristik, onset/durasi,
(12, 1, 00132) mengontrol nyeri frekuensi, kualitas,
DS: dengan karakteristik intensitas atau beratnya
1. Pasien mengeluh secara konsisten nyeri dan faktor pencetus.
nyeri pada abdomen menunjukkan  Gali bersama klien faktor-
2. Pasien mengatakan skala 5 faktor yang dapat
nyeri hebat saat  Mengenali kapan menurunkan atau
menstruasi nyeri terjadi memperberat nyeri.
DO:  Menggambarkan  Ajarkan prinsip-prinsip
1. Wajah tampak faktor penyebab managemen nyeri.
meringis  Menggunakan  Monitor TTV
2. Perubahan posisi tindakan  Kolaborasi pemberian
untuk menghindari pencegahan analgetik
nyeri. Melaporkan nyeri  Berikan kebutuhan
3. P: menstruasi yang terkontrol Kenyamanan aktivitas
Q: hilang timbul lain yang dapat membantu
R: di abdomen relaksasi untuk
S: 7 memfasilitasi penurunan
T: 15-20 menit nyeri.

2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan  Ajarkan teknik relaksasi.


dengan ketidaktahuan tindakan  Berikan penjelasan
penyebab nyeri keperawatan 2x24 kepada pasien mengenai
abdomen. jam, pasien dapat penyakitnya.
(9, 2, 00146) menghilangkan  Bantu pasien
DS: tingkat kecemasan menyelesaikan masalah
1. Pasien mengatakan dengan karakteristik dengancara yang

27
Lemah ringan pada skala 4 konstruktif.
2. Pasien mengeluh Berkaitan dengan
Nyeri pada indikator:
abdomen  Tidak dapat
3. pusing beristirahat
DO:  Distress
1. Peningkatan denyut  Wajah tegang
nadi  Kesulitan
2. Peningkatan keringat berkonsentrasi
 Peningkatan
tekanan darah
 Berkeringat
dingin
 Gangguan tidur
3. Intoleran aktivitas Setelah dilakukan  Kaji status fisiologi
berhubungan dengan tindakan pasien yang menyebabkan
kelemahan setelah keperawatan 2x24 kelelahan sesuai engan
beraktivitas. (4, 4, jam, pasien dapat konteks usia dan
00092) berespon terhadap perkembangan.
DS: aktivitas sehari-hari  Anjurkan pasien
1. Pasien mengatakan dengan karakteristik mengungkapkan perasaan
keletihan Tidak terganggu secara verbal mengenai
2. Pasien mengatakan pada skala 5 keterbatasan yang dialami
ketidaknyamanan Berkaitan dengan  Bantu klien untuk
setelah beraktifitas indikator: memilih aktivitas dan
DO:  Saturasi oksigen pencapaian tujuan melalui
1. Respon tekanan ketika aktivitas yang konsisten
darah abnormal beraktivitas dengan kemampuan fisik,
terhadap aktivitas  Frekuensi nadi fisiologi dan social.
2. Respon frekuensi ketika  Anjurkan istirahat yang
jantung abnormal beraktivitas cukup kepada pasien.

28
 Frekuensi
pernapasan
ketika
beraktivitas
 Kemudahan
dalam
melakukan
aktifitas hidup
harian
NANDA International, Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017
Edisi 10
Nursing Intervension Classification (NIC) 2013, Edisi 6
Nursing Outcomes Classification (NOC) 2013, Edisi 5

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Amenorrhea adalah istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi,
baik secara permanen atau sementara. Amenorrhea dapat diklasifikasikan
sebagai primer atau sekunder. Dalam amenorrhea primer, periode menstruasi
tidak pernah dimulai (berdasarkan umur 16), sedangkan amenorrhea sekunder
didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi selama tiga siklus berturut-turut
atau jangka waktu lebih dari enam bulan pada wanita yang sebelumnya
menstruasi. Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor internal
seperti perubahan sementara di tingkat hormonal, stres, dan penyakit, serta
faktor eksternal atau lingkungan.
Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon dibuat dan
dikeluarkan oleh indung telur. Ovarium merespon sinyal hormon dari kelenjar
pituitari yang terletak di dasar otak, yang, pada gilirannya, dikendalikan oleh
hormon yang diproduksi di hipotalamus otak. Pengobatannya dapat berupa
pemeriksaan USG, Histerosalpingografi, Histeroskopi, dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI).
B. Saran
Diharapkan materi ini dapat menjadi pedoman dan pertimbangan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar amenorrhea dan bagaimana
cara penanganannya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Alimul. 2003. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Kumala. 2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan.

Marheni, Herni. 2011. Konsep dasar amenorrhea. www.klikdokter.com./ Diakses 03


April 2018.

NANDA International, Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017


Edisi 10
Nursing Intervension Classification (NIC) 2013, Edisi 6
Nursing Outcomes Classification (NOC) 2013, Edisi 5
Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang. Jakarta : EGC.

Suparyanto. 2011. Amenorrhea. www.jurnalmedika.com/ Diakses 03 April 2018.

Winknjosastro. 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP.

31

Anda mungkin juga menyukai