Anda di halaman 1dari 3

BPJS CABANG SINTANG DUKUNG KEGIATAN PEMERIKSAAN PENYAKIT KRONIS

PADA LANSIA DI PUSKESMAS NANGA BELITANG

Saat ini penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke, kanker, penyakit
pernafasan kronis, dan diabetes menjadi penyebab utama kematian di dunia. WHO
menyebutkan bahwa 60% dari seluruh kematian disebabkan oleh penyakit kronis. Di
Indonesia prevalensi kejadian penyakit stroke sebesar 21,9%, hipertensi sebesar
34,1%, diabetes melitus sebesar 10,9 %, penyakit jantung sebesar 2,9%, penyakit
ginjal 7,69%.
Biaya pelayanan kesehatan saat ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan 2014 Global Medical Trends Survey Report, biaya kesehatan di
Indonesia mengalami kenaikan antara 11-14 persen setiap tahun selama tiga tahun
terakhir (Towers Watson, 2014). Kenaikan biaya pelayanan kesehatan akan
menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
khususnya pada penderita penyakit kronis. Penderita penyakit kronis membutuhkan
pelayanan kesehatan yang berkelanjutan atau bahkan seumur hidup. Oleh karena itu,
asuransi kesehatan diperlukan untuk menjamin kebutuhan masyarakat dalam
mengakses pelayanan kesehatan.
Asuransi kesehatan untuk menjamin kebutuhan masyarakat disebut jaminan
sosial. Jaminan sosial merupakan hak setiap orang dan tugas pemerintah untuk
mengembangkan sistem jaminan sosial tersebut. Dalam pasal 34 ayat 2 UUD 1945
disebutkan bahwa “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan”. Seluruh rakyat artinya orang yang sehat, sakit, tua, muda,
mampu dan tidak mampu harus dijamin. Dalam rangka memenuhi amanat UUD
1945 tersebut, diterbitkan UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). SJSN, sebagaimana ditetapkan dalam penjelasan UU SJSN, adalah
program Negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pasal 1 ayat 6 UU No 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ini disebutkan bahwa
BPJS sebagai badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah
badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada Presiden dan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.
Manfaat yang diberikan kepada peserta JKN

terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis dan manfaat non-medis. Manfaat
medis berupa pelayanan kesehatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif) sesuai dengan indikasi medis yang tidak terikat dengan besaran
iuran yang dibayarkan.
Dalam memenuhi kewajibannya kepada peserta terkait pemberian manfaat
terutama terhadap kondisi penyakit kronis, BPJS Kesehatan menjalankan program
yang dinamakan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Prolanis
merupakan program BPJS Kesehatan dengan sistem pelayanan kesehatan dan
pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta,
fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi
peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas
hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Program ini bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis
mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang
berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) memiliki hasil “baik”
pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai
Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS
Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (Panduan Praktis Prolanis). Tujuannya
adalah mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup
optimal. Sasaran dari program ini adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan
penyandang penyakit kronis (DM Tipe 2 dan Hipertensi).
Aktifitas dalam Prolanis meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home Visit,
Reminder, aktifitas klub dan pemanfaatan status kesehatan. Pelaksanaan konsultasi
sesuai
dengan jadwal konsultasi yang telah disepakati bersama antara peserta dengan
Faskes Pengelola. Selain konsultasi terdapat aktifitas Edukasi Klub Risti (Klub
Prolanis), yaitu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya
memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta
meningkatkan status kesehatan bagi peserta prolanis. Lalu dilaksanakan reminder,
yaitu kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjugan rutin kepada
Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola
tersebut
Puskesmas Nanga Belitang dengan di dukung BPJS Cabang Sintang yang
bekerja sama dengan Desa Maboh Permai telah berhasil menjaring peserta BPJS
yang terdeteksi menderita hipertensi dan Diabetes Mellitus sebanyak 56 peserta yang
berusia lebih dari 45 tahun, sehingga para peserta yang telah terjaring dilibatkan
kedalam kegiatan prolanis minimal 1 kali dalam 1 bulan. Kelas prolanis di wilayah
kerja Nanga Belitang di laksanakan di Desa Maboh Permai dimana kelas prolanis
dibagi menjadi dua yaitu kelas hipertensi dan kelas diabetes melitus.
Dalam kegiatan prolanis ini para peserta dibekali materi penyuluhan terkait
penyakit hipertensi dan diabetes, selain itu dilakukan pemeriksaan gratis berupa
tensi darah dan cek gula darah bagi peserta yang terdaftar di FKTP Puskesmas
Nanga Belitang, peserta juga diajak senam bersama diakhir sesi.

Sumber. Hasil riskedas tahun 2018, Ismaniar Tawakal, Mardiati Nadjib, laporan
prolanis nanga belitang

Anda mungkin juga menyukai