Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita semua kesehatan, shalawat
serta salam kpd junjungan nabi besar muhammad SAW.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada
1. Ibu Dr. Melly Latifah, M.Si selaku komisi pembimbing 1, lalu
2. ibu Dr. Dwi Hastuti M.Sc selaku komisi pembimbing 2, dan
3. ibu Dr. Istiqlaliyyah M.Si. Selaku moderator kolokium hari ini. dan
4. semua teman-teman yang telah menyempatkan untuk hadir disini
Kemudian pada kali ini ada enam yang akan saya sampaikan
Pertama…… Ke enam metode yang mencangkup ….
Selain itu, data terbaru pada tahun 2017, menunjukan bahwa 82 persen
remaja di Indonesia mengaku pernah berpacaran. Perilaku seksual yang
pernah dilakukan selama berpacaran adalah berpegangan tangan 69.5
persen, ciuman bibir 40 persen, diraba atau meraba 13 persen, juga sekitar
2 persen remaja wanita usia 15-24 tahun dan 8 persen remaja pria di
rentang usia yang sama, telah melakukan hubungan seksual sebelum
menikah. Sebanyak 12 persen di antaranya mengaku mengalami
kehamilan tidak diinginkan (SDKI, 2017).
Mengingat bahaya perilaku seksual pranikah terhadap pengembangan
sumberdaya manusia yang berkualitas maka sangat penting untuk meneliti
pengaruh kelekatan remaja dengan ibu, kecerdasan spiritual remaja dan
kontrol diri remaja terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja
berpacaran di Kota Bogor.
KARAKTERSTIK
(Browning et al, 2004), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
seksual pranikah diantaranya adalah jenis kelamin norma agama, dan
norma keluarga.
Rosdarni (2015) yaitu remaja laki-laki berpeluang lebih hampir 1,5 kali
untuk perilaku seksual pranikah yang berisiko dibandingkan oleh remaja
perempuan.
Aseltine et al (2010), menemukan bahwa remaja diusia dini hidup dengan
orang tua yang bercerai signifikan berisiko melakukan hubungan seksual.
ATC
Far & Delgoshaei (2014) bahwa kelekatan orang tua-remaja meningkatkan
level kecerdasan spiritual siswa.
Hibbard (2013) menunjukkan adanya hubungan negatif antara kelekatan
tidak aman dengan kemampuan remaja dalam mengontrol diri. Penelitian
tersebut menunjukkan kelekatan tidak aman pada remaja berhubungan
dengan rendahnya kemampuan remaja dalam mengontrol diri yang
ditunjukkan dengan kesulitan dalam meregulasi emosi.
Aspy, (2007), adanya keterkaitan antara hubungan orang tua dengan anak
yang positif dengan berkurangnya keterlibatan remaja dalam perilaku
seksual.
Dittus & Jaccard (2000) bahwa ketika ibu memberitahu anak remajanya
untuk tidak terlibat dengan perilaku seksual, mereka cenderung untuk
tidak terlibat dalam perilaku seksual bahkan ketika ada pengaruh dari
orang lain untuk aktif secara seksual.
SQ
Respati dan Syifa (2008), membuktikan bahwa ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dan kontrol diri pada remaja.
Remaja yang dapat mengendalikan tingkah lakunya memiliki kontrol diri
yang baik, sehingga akan berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah
yang berlaku.
Rachmawati & Prasetyo (2015) bahwa terdapat hubungan yang negatif
yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kecenderungan
perilaku seksual pranikah remaja.
SC
Khairunnisa (2013) menunjukkan semakin tinggi kontrol diri yang
dimiliki seorang remaja maka semakin rendah perilaku seksual pranikah
remaja yang muncul.