net/publication/344774987
CITATION READS
1 715
3 authors:
Efri Widianti
Universitas Padjadjaran
41 PUBLICATIONS 59 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Critical Thingking and Decision Making Skills Based Learning Methods at The Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran View project
All content following this page was uploaded by Violla Anggiani on 20 October 2020.
ABSTRAK
Pangandaran sebagai tempat pariwisata memberi dampak lebih pada perilaku seksualitas di kalangan remaja.
Salah satu faktor yang paling mepengaruhi perilaku adalah sikap. Sikap menjadi stimulus bagi remaja dalam
merefleksikan perilaku seks pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap remaja tentang seks
pranikah di SMA X Pangandaran berdasarkan empat dimensi seksual. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah remaja di SMA X
Pangandaran sebanyak 842 orang. Pengambilan data menggunakan teknik proportionate stratified random
sampling, dengan sampel berjumlah 240 siswa. Pengumpulan data dilakukan dalam kurun waktu 2 minggu
menggunakan kuesioner Brief Sexual Attitudes Scale yang didistribusikan secara online serta telah dilakukan
uji validitas dengan skor sebesar 0,896 dan uji reliabilitas dengan nilai Alpha sebesar 0,861. Data dianalisis
dengan rumus mean dan standar deviasi. Pada penelitian ini sikap remaja terhadap perilaku seks pranikah
cenderung kurang menerima hal tentang seks (permissiveness) 43,40 ± 5,772, bertanggungjawab terhadap
pengendalian kehamilan (birth control) 11,14 ± 2,82, tidak memiliki kecenderungan melebur bersama
pasangan seks (communion) 14,96 ± 4,892, dan tidak memiliki kecenerungan terhadap orientasi hubungan
seksual yang menyenangkan (instrumentality) 18,36 ± 4,007, Mayoritas siswa menganggap seks pranikah
tidak diperbolehkan dan erupakan hal yang tabu untuk dibicarakan.
ABSTRACT
Pangandaran is a tourism place given more impact on behavior sexuality among adolescents. One of the
factors that most influence this behavior is attitude. The attitude becomes a stimulus for adolescents in
reflecting premarital sexual behavior. This research aimed to find out the adolescent's attitudes towards
premarital sexual behavior in SMA X Pangandaran. This research used a descriptive quantitative method
with a cross-sectional approach. The study population was adolescents at SMA X Pangandaran with a total
of 842 people. The data collection used proportionate stratified random sampling, with the sample counted
as 240 students. Data were collected within 2 weeks using BSAS which was distributed online and the
validity test was carried out with a score of 0.896 and a reliability test with an Alpha value of 0.861. Data
were analyzed by the mean and standard deviation formulas. In this study, adolescent attitudes toward
premarital sexual behavior tend to be less accepting about sex (permissiveness) 43,40 ± 5,772, responsible
for birth control 11,14 ± 2,820, do not tend to fuse with sex partners (communion) 14, 96 ± 4.892, and do not
tend sexual orientation (instrumentality) 18.36 ± 4.007. The majority of students consider premarital sex is
not allowed and is a taboo subject to talk about.
411
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 4, November 2020, Hal 411 - 420
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
(27%) yang memulai berpacaran dibawah usia Kerugian yang dapat terjadi akibat seks
15 tahun. Selanjutnya SDKI (2017) pranikah yakni kehamilan tidak diinginkan
menyebutkan sebagian besar remaja wanita dan aborsi yang tidak aman (SDKI, 2017).
(81%) dan remaja pria (84%) telah Terdapat kasus KTD dan upaya mengakhiri
berpacaran. Peningkatan ini menggambarkan kehamilan berdasarkan provinsi di Indonesia
banyak remaja yang berpacaran dan memicu yang memiliki persentase tinggi, diantaranya
remaja melakukan perilaku seks pranikah. Jawa Barat (22,8%), Jawa Timur (12,2%),
Jawa Tengah (11,6%), Banten (6,5%),
Seks pranikah merupakan bentuk pembebasan Sumatera Utara (4,5%) dan Lampung (3,3%).
seks yang dipandang tidak wajar (Banun, Pada kasus upaya mengakhiri kehamilan,
2012; Rahadi & Indarjo, 2017). Mariah Ulfah provinsi Jawa Barat menduduki tempat teratas
(2019) menyebutkan terdapat remaja yang (18,2%), diikuti oleh DKI Jakarta (9,8%),
melakukan intercourse (8,2%), anal seks Jawa Timur (9,1%), Jawa Tengah (7,0%),
(4,9%), berciuman melibatkan lidah Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Bali
(28,9%), Necking (15,1%), dan sebanyak 4,9%. Berdasarkan pemaparan
menempelkan alat kelamin (6,5%). Survei tersebut, Provinsi Jawa Barat menjadi
Litbang Kesehatan menunjukan sebanyak peringkat pertama yang mempunyai angka
5,6% remaja Indonesia pernah melakukan KTD sebesar (22,8%) dan upaya mengakhiri
hubungan seks pranikah (SDKI, 2018). kehamilan (18,2%) (Pranata & Sadewo,
Menurut SDKI (2017) pacaran menunjukan 2013).
pergeseran sikap dan perilaku yang dapat
memicu remaja melakukan hubungan seks Merujuk pada salah satu kabupaten yang ada
pranikah. di Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten
Pangandaran, Kementerian Agama Kabupaten
Sikap yaitu predisposisi (penentu) yang Pangandaran merilis jumlah pernikahan dini
menimbulkan sebuah perilaku (Dalimunthe, di tahun 2018 sebanyak 15 pernikahan,
dkk, 2012; Azinar, 2013). Penelitian diketahui salah satu penyebabnya yakni hamil
terdahulu menyatakan bahwa perilaku seksual di luar nikah (Enceng, 2018). Selain itu
pranikah pada remaja dapat dipengaruhi oleh terdapat data hasil studi pendahuluan dari
beberapa faktor yakni jenis kelamin, sumber pihak Puskesmas Pangandaran, tercatat 18
informasi seksual, dan sikap terhadap perilaku orang remaja mengalami KTD dan 29
seksual pranikah (Mahmudah et al., 2016). orang remaja melakukan aborsi. Hal
Perilaku dalam studi merujuk pada teori tersebut didasari dengan hubungan seks
Lawrence Green (1991) yang menyatakan suka sama suka. Dalam melakukan
bahwa sikap berhubungan dengan perilaku pencegahan perilaku seks pranikah pada
seseorang. Hendrick, Hendrick, dan Reich remaja, Puskesmas Pangandaran
(2006) menyebutkan sikap terhadap mengadakan beberapa program diantaranya
seksualitas dapat diukur dengan melihat posyandu remaja di setiap desa dan
empat dimensi sikap seksual yaitu penyuluhan di setiap sekolah. Namun pihak
permissiveness (keterbukaan tentang seks), Puskesmas Pangandaran menyampaikan
birth control (pengendalian terjadinya posyandu remaja lebih efektif dilakukan
kehamilan), communion (pentingnya melebur daripada penyuluhan di sekolah karena
bersama pasangan seks), dan instrumentality posyandu remaja melibatkan remaja untuk
(kesenangan/ orientasi terhadap hubungan menjadi konsultan dimana mereka telah
seksual). mengikuti pelatihan terlebih dahulu dari
petugas puskesmas, sehingga bisa
Remaja sangat penting untuk menentukan dilakukan peer teaching antar remaja
sikap terhadap stimulus seksual. Berbagai dalam memberikan informasi tentang
kerugian dapat ditimbulkan dari perilaku seks kesehatan reproduksi.
pranikah, terlebih jika remaja tidak mampu Bentuk perhatian pemerintah terhadap
dalam menyikapi dan mengendalikan diri. kesehatan remaja yakni dicanangkannya
pembentukan PKPR (Program Kesehatan
412
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 4, November 2020, Hal 411 - 420
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Peduli Remaja). PKPR adalah salah satu jenis meyikapi dan mengendalikan diri terhadap
program kesehatan berbasis sekolah yang perilaku tersebut. Sehingga, perlu dilakukan
diterapkan di Indonesia (Kementerian penelitian.yang bertujuan untuk mengetahui
Kesehatan RI, 2014). Keterlibatan peran gambaran sikap remaja terhadap perilaku
perawat sebagai pemberi layanan seksual pranikah di SMA X Pangandaran
keperawatan secara holistik menjadi penting berdasarkan empat dimensi sikap seksual
guna mewujudkan kesehatan remaja (permissiveness, birth control, communion,
khususnya di lingkungan sekolah dan instrumentality).
bekerjasama dalam Program Pembinaan dan
Pendidikan Kesehatan pada Remaja METODE
khususnya PKPR yang diselenggarakan oleh Penelitian ini menggunakan desain penelitian
Puskesmas. Perawat bertanggung jawab untuk deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross
melaksanakan tindakan yang telah sectional. Populasi penelitian adalah siswa
direncanakan seperti mendidik komunitas kelas X dan XI SMA X Pangandaran. Sampel
tentang perilaku sehat untuk mencegah yang diambil sebanyak 240 responden dengan
terjadinya masalah kesehatan reproduksi teknik pengambilan sampel yakni
maupun sebagai advokat komunitas untuk proportionate stratified random sampling.
sekaligus memfasilitasi kebutuhan komunitas Peneliti menggunakan instrumen Brief Sexual
remaja (Aprilia, 2016). Attitudes Scale (BSAS) dari Hendrick, et al.
(2006) yang sebelumnya telah dilakukan uji
Intervensi perawat dalam pelaksanaan PKPR validitas dan reliabilitas oleh Wahyudina, et al
dapat dilakukan melalui program UKS (Usaha (2016) dengan hasil skor uji validitas sebesar
kesehatan sekolah). UKS merupakan lembaga 0,896 dan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai
yang memberi informasi pada anak tentang Alpha sebesar 0,861.
cara menjaga kebersihan diri, merawat kuku,
menggosok gigi, mengobati luka, dan BSAS terdiri dari 23 soal berdasarkan 4
memperoleh pendidikan seks yang sehat dimensi sikap seksual yaitu Permissiveness,
(Effendi, 2009). Remaja harus memperoleh Birth Control, Communion dan
informasi mengenai kesehatan reproduksi dari Instrumentality yang diukur dengan skala
sumber terpercaya. Dengan mengetahui likert 1-5. Seluruh deskripsi data disajikan
kesehatan reproduksi yang diberikan di dengan menggunakan nilai numerik, yaitu
sekolah, remaja dapat menghindari perilaku nilai tengah berupa: (1) mean, serta nilai
berisiko dan hal-hal negatif (Budiono & penyimpangan berupa: (1) standar deviasi, (2)
Sulistyowati, 2014). minimum dan (3) maximum data yang
didapatkan dari variabel yang diteliti. Setelah
SMA X Pangandaran merupakan salah satu dilakukan perhitungan hasil skor dari setiap
SMA terbaik di kawasan kecamatan kuesioner yang terkumpul yakni data
Pangandaran yang berlokasi strategis dimana karakteristik responden dan kuesioner BSAS,
letaknya dekat dengan daerah wisata di skor setiap dimensi dari instrumen BSAS
Pangandaran. Di sekitar tempat wisata ini dianalisis beradasarkan nilai rata-rata serta
terdapat taman, cafe serta hiburan malam nilai minimum dan maksimum dengan hasil
yang aktif berkegiatan hampir 24 jam. Tempat rendah jika skor rata-rata mendekati nilai
yang banyak dikunjungi oleh berbagai minimum dan tinggi jika mendekati nilai
kalangan, termasuk remaja adalah tempat maksimum. Teknik pengolahan data statistik
wisata. Tersedianya tempat wisata dan faktor dilakukan dengan menggunakan SPSS.
lingkungan pergaulan bebas menjadi Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan
penyebab terjadinya hamil pranikah pada etik dengan Nomor: 369/UN6.KEP/EC/2020.
remaja (Mirna, 2019). Apabila remaja tidak
dapat mengendalikan dirinya, remaja akan
terjerumus pada pergaulan bebas yang dapat HASIL
mendorong mereka pada perilaku seks Tabel 1 menunjukkan sebagian besar
pranikah, terlebih jika remaja tidak mampu responden berjenis kelamin perempuan
413
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 4, November 2020, Hal 411 - 420
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
dengan rentang usia 15-18 tahun. Pada menerima hal yang berhubungan dengan seks
penelitian ini, sebagian besar responden sudah sehingga mereka tidak tertarik untuk
pernah melihat informasi tentang seks berbicara tentang seks. Pada dimensi Birth
pranikah di media massa (97,9%) serta control 11,14 2,820 (min: 3, maks: 15)
responden yang pernah mendapatkan
artinya individu bertanggung jawab terhadap
penyuluhan tentang seks pranikah dari
seks. Pada dimesi communion 14,96 4,892
instansi terkait sebesar 80,8%.
(min: 5, maks: 25) individu tidak memiliki
Tabel 2 menunjukkan sikap remaja terhadap kecenderungan untuk melebur bersama
perilaku seks pranikah di SMA X pasangan seks. Kemudian pada dimensi
Pangandaran pada dimensi permissiveness insturmentality yaitu 18,36 ± 4,007 (min: 8,
adalah 43,40 5,772 (min: 14, maks: 50) maks: 25) individu tidak tidak menyukai seks.
menandakan individu cenderung kurang dapat
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Demografi Responden (n=240)
Data Demografi f %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 77 32,1
Perempuan 163 67,9
Usia
Remaja (16-18 tahun) 240 100
Pekerjaan Orang Tua
Bekerja 224 93,3
Tidak Bekerja 16 6,7
Orang Terdekat
Orang Tua 208 86,7
Teman 24 10
Lainnya 8 3,3
Melihat Informasi Tentang Seks di media massa
Pernah 235 97,9
Tidak Pernah 5 2,1
Mendapatkan Penyuluhan Tentang Seks
Pranikah dari instansi (Puskesmas/Sekolah)
Pernah 194 80,8
Tidak Pernah 46 19,2
Tabel 2.
Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Pranikah di SMA X Pangandaran Berdasarkan Dimensi
Sikap Seksual (n=240)
Variabel Mean STDEV Min Maks Varians
Permissiveness 43,40 5,772 14 50 33,321
Birth Control 11,14 2,820 3 15 7,952
Communion 14,96 4,892 5 25 23,931
Instrumentality 18,36 4,007 8 25 16,056
Tabel 3.
414
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 4, November 2020, Hal 411 - 420
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Pranikah di SMA X Pangandaran Berdasarkan Pernyataan
Responden (n=240)
Variabel Pernyataan Kuesioner Mean ± SD
Permissiveness Saya tidak perlu berkomitmen pada seseorang untuk 3,71 ± 1,368
berhubungan seks dengannya.
Seks bebas dapat diterima. 4,79 ± 0,612
Saya ingin berhubungan seks dengan banyak pasangan. 4,77 ± 0,663
Cinta satu malam terkadang sangat menyenangkan. 4,08 ± 1,153
Tidak apa-apa untuk memiliki hubungan seksual yang 4,63 ± 0,777
berkelanjutan dengan lebih dari satu orang pada suatu waktu.
Seks sebagai pertukaran bantuan yang sederhana tidak apa- 3,80 ± 1,198
apa jika kedua orang menyetujuinya.
Seks terbaik adalah tanpa ikatan. 4,67 ± 0,780
Hidup akan punya lebih sedikit masalah jika orang bisa 4,23 ± 1,189
berhubungan seks lebih bebas.
Dimungkinkan untuk menikmati seks dengan seseorang dan 4,38 ± 0,864
tidak terlalu menyukai orang itu.
Tidak apa-apa bagi seks untuk menjadi pelampiasan secara 4,37 ± 0,941
fisik yang baik.
Birth Control Kontrol kelahiran adalah bagian dari seksualitas yang 3,46 ± 1,209
bertanggung jawab.
Seorang wanita harus berbagi tanggung jawab untuk 3,76 ± 1,105
pengendalian kelahiran.
Seorang pria harus berbagi tanggung jawab untuk 3,92 ± 1,058
pengendalian kelahiran.
Communion Seks adalah bentuk komunikasi terdekat antara dua orang. 3,00 ± 1,254
Pertemuan seksual antara dua orang yang saling jatuh cinta 3,02 ± 1,241
adalah hubungan pokok manusia.
Hal yang terbaik, seks tampaknya merupakan penggabungan 3,13 ± 1,219
dua jiwa.
Seks adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan. 2,96 ± 1,097
Seks biasanya merupakan pengalaman yang intensif dan 2,85 ± 1,101
hampir luar biasa.
Instrumentality Seks adalah yang terbaik ketika anda membiarkan diri bebas 3,76 ± 1,108
lepas dan fokus pada kesenangan anda sendiri.
Seks terutama untuk mengambil kesenangan dari orang lain. 4,04 ± 1,052
Tujuan utama seks adalah menikmati diri sendiri. 3,89 ± 1,059
Seks itu mengutamakan fisik. 3,13 ± 1,190
Seks adalah fungsi tubuh paling penting, seperti makan. 3,55 ± 1,170
Tabel 3 merupakan nilai rata-rata dari setiap pasangan seks (hubungan seks secara fisik)
item pernyataan pada instrumen BSAS. Nilai tidak diidealkan oleh remaja.
rata-rata sikap seksual tertinggi yaitu pada
dimensi permissiveness sebesar 4,79 PEMBAHASAN
dinyatakan oleh 86,3% siswa tidak dapat Karakteristik Responden
menerima hal-hal yang berbau seks. Responden dalam penelitian ini berada dalam
Sedangkan, nilai rata-rata terendah yaitu pada rentang 16-18 tahun dimana responden
dimensi communion (pentingnya melebur perempuan (67,9%) dan laki-laki (32,1%).
bersama pasangan seks) sebesar 2,85 ini Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat
menandakan bahwa melebur bersama kecenderungan yang tinggi pada dimensi
permissiveness dimana hal itu mengartikan
415
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 4, November 2020, Hal 411 - 420
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
individu cenderung lebih tertutup terhadap yang dilakukan orang tua terhadap anaknya
hal-hal yang berbau seks. Saydam et al., terjalin dengan baik. Hal ini sejalan dengan
menyatakan bahwa usia antara 12-30 tahun penelitian Safitri (2007) menyatakan bahwa
merupakan periode kritis dalam hal ada hubungan antara pengawasan orang tua
membentuk keyakinan dan sikap seksual. terhadap perilaku seksual pranikah dimana
Keyakinan dan sikap ini mulai terbentuk remaja yang tidak ada kontak dengan orang
selama masa remaja antara usia 12-21 tahun. tua akan berisiko 31,886 kali lebih besar
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian untuk melakukan perilaku seksual pranikah
yang dilakukan di salah satu instansi (Nurhayati et al., 2017). Orang tua menjadi
pendidikan di Turki yang menyebutkan role model pertama di kehidupan anak,
bahwa siswa berusia diatas 22 tahun lebih begitupun dengan anggota keluarga yang lain.
permisif dibandingkan dengan siswa berusia Dalam penelitian ini, terdapat remaja yang
dibawah 21 tahun. Orang dewasa muda dekat dengan anggota keluarga lain serta
umumnya lebih permisif dalam aktivitas kakek dan neneknya. Menurut penelitian yang
seksual mereka dan sikap seksual semakin dilakukan oleh Darmasih (2009) dalam
meliberalisasi seiring bertambahnya usia Nurhayati et al (2017) didapatkan hasil bahwa
(Aşci et al., 2016). ada hubungan antara peran keluarga terhadap
perilaku seksual pranikah. Berdasarkan hasil
Ditinjau dari pekerjaan orang tua, orang tua penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa
responden mayoritas bekerja. Orang tua yang semakin tinggi peran keluarga pada remaja
bekerja, kurang dalam melakukan maka remaja semakin baik dalam mengontrol
pengawasan pada remaja. Tidak adanya diri dari perilaku seks pranikah. Setiap ada
pengawasan dari orang tua akan memberikan peningkatan peran keluarga sebesar (0,394)
peluang lebih besar bagi remaja melakukan maka terjadi penurunan perilaku seks
hubungan seksual. Kesibukan orang tua pranikah sebesar (0,394) dan sebaliknya.
mengakibatkan remaja kurang mendapatkan
kontrol dari orang tua, sehingga remaja Selain keluarga dan orang tua, teman sebaya
mudah bergaul dalam perilaku seksual di menjadi salah satu orang terdekat yang dapat
kalangannya (Mukaromah et al., 2013). memberikan pengaruh terhadap remaja untuk
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian melakukan perilaku seks pranikah. Dalam
sebelumnya yang menjelaskan bahwa penelitian ini, sebanyak 24 responden
pekerjaan orang tua memberikan pengaruh menyatakan bahwa mereka dekat dengan
yang signifikan terhadap aktivitas seksual temannya. Pengaruh teman sebaya
remaja (Sawitri & Yuziani, 2018). menjadikan remaja untuk mengikuti aktivitas
seperti yang dilakukan oleh teman-temannya.
Persentase tertinggi dari data demografi orang Remaja yang memiliki teman sebaya dengan
terdekat dengan responden adalah orang tua perilaku seksual berisiko berpotensi
saja, yakni sebanyak 208 orang (86,7%), menjadikan remaja tersebut meniru dan
kemudian 24 orang (10%) responden hanya mengikuti perilaku temannya. Hal ini sejalan
dekat dengan teman dan sebanyak 8 orang dengan hasil penelitian sebelumnya yang
(3,3%) responden dekat dengan yang lainnya, dilakukan oleh Rosdarni (2009) menyebutkan
diantaranya yakni dekat dengan keduanya bahwa teman sebaya memengaruhi sikap dan
(orang tua dan teman) sebanyak 2 orang, perilaku remaja dalam keinginan
dekat dengan keluarga sebanyak 1 orang, mengonsumsi minuman keras serta
dekat dengan kakek dan nenek sebanyak 1 berperilaku seksual pranikah, pun dalam
orang, adapun responden yang menyatakan pengambilan keputusan untuk berperilaku
dekat dengan pacar sebanyak 1 orang, dan berisiko semakin menurun dengan
juga ada responden yang menyatakan dekat bertambahnya usia, dan dalam mengambil
dengan dirinya sendiri yakni sebanyak 3 keputusan untuk berperilaku 53 berisiko lebih
orang. tinggi ketika bersama dengan teman
Dalam penelitian ini kedekatan remaja dengan kelompoknya dibandingkan sendirian.
orang tua menandakan bahwa pengawasan Responden yang menyatakan dekat dengan
416
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 4, November 2020, Hal 411 - 420
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
dirinya sendiri lebih rendah dalam mengambil remaja putri, menyatakan terdapat pengaruh
keputusan untuk berperilaku berisiko dan latihan asertif terhadap perilaku seksual
tidak rentan mendapat tekanan maupun ajakan beresiko remaja di SMK Negeri “X” Jember,
dari teman untuk terjerumus ke dalam dimana dengan latihan asertif dapat
perilaku seks pranikah (Nurhayati et al., menurunkan perilaku seksual beresiko pada
2017). remaja (Amartha et al., 2018).
Adapun responden yang menyatakan dekat Sikap Remaja Terhadap Seks Pranikah di
dengan pacar dalam penelitian ini sebanyak SMA X Pangandaran Berdasarkan
satu orang. Penelitian sebelumnya Dimensi Permissiveness
menyatakan terdapat empat siswa mengatakan Hasil penelitian didapatkan sikap remaja
pernah melakukan hubungan seksual dengan berdasarkan dimensi permissiveness
pacarnya, siswa mengatakan alasan menunjukan rata-rata sebesar 43,40 ± 5,772
melakukan hubungan seksual karena tidak (min: 14, maks: 50) yang mengartikan bahwa
dapat mengontrol diri saat bertemu dengan responden cenderung kurang dapat menerima
pacarnya (Mukaromah et al., 2013). Hal ini hal-hal yang berbau seks, sehingga tidak
menggambarkan bahwa kedekatan remaja tertarik untuk berbicara tentang seks. Pada
dengan pacar dapat mendorong remaja ke hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-
dalam perilaku seks pranikah. rata sikap seksual siswa SMA X Pangandaran
tertinggi yaitu pada dimensi permissiveness
Sebanyak 235 orang (97,9%) responden sebesar 4,79 dinyatakan oleh (86,3%) siswa
menyatakan pernah melihat informasi tentang menjawab sangat tidak setuju pada pernyataan
seks di media massa dan sebanyak 5 orang poin kedua yakni “Seks bebas dapat
(2,1%) responden tidak pernah melihat diterima”. Dimensi sikap seksual
informasi tentang seks di media massa. Salah permissiveness ini mencerminkan suatu
satu faktor yang dapat mempengaruhi keadaan ketika individu tidak memiliki
pengetahuan seseorang adalah sumber keterbukaan seksual yang berarti individu
informasi (Mubarak, 2012). Informasi tentang tersebut tidak dapat menerima hal-hal yang
seks pranikah dapat diperoleh melalui berbau seksual. Hasil penelitian ini didukung
penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang oleh Karya (2012) yang mengemukakan
dilakukan oleh instansi terkait seperti sekolah bahwa remaja kadang malu jika harus
maupun dari instansi pelayanan kesehatan. membicarakan masalah seks. Remaja tidak
Remaja perlu mendapatkan edukasi seks yang ingin membicarakan masalah seks karena
tepat untuk bekal mereka menuju masa merasa malu jika orang lain dan orang tua
dewasa. tahu masalah seksualnya. Hal ini membuat
remaja menjadi cenderung bersikap tertutup
Hasil penelitian terdapat 194 orang (80,8%) terhadap pembicaraan mengenai seks.
responden menyatakan pernah mendapatkan
penyuluhan tentang seks pranikah dan 46 Sebuah penelitian menyebutkan bahwa Texas
orang (19,2%) responden tidak pernah menjadi urutan pertama dalam lima negara
mendapatkan penyuluhan tentang seks bagian pada angka kehamilan remaja. Pada
pranikah. Penyuluhan kesehatan adalah tahun 2006 menurut Center for Disease
kegiatan pendidikan kesehatan dengan Control and Prevention seperti yang
menyebarkan sebuah pesan atau informasi disampaikan Ventura (2009), Texas berada di
dengan menanamkan keyakinan sehingga peringkat satu yaitu 63 kelahiran per 1000
seseorang tidak hanya tahu dan mengerti akan wanita berusia 15 sampai 19 tahun dan berada
tetapi mereka juga mau dan mampu di atas nilai rata-rata nasional yakni 42 per
melakukan anjuran tentang kesehatan 1000. Di beberapa Negara bagian seperti
(Machfoedz 2008; Bachruddin et al., 2017). Texas, menurut Dallas Morning News (2009),
Sejalan dengan penelitian Harsanti (2012) 96 % sekolah distrik Texas mendapatkan
yang telah memberikan pendidikan kesehatan tekanan dari Board of Education untuk
dengan cara meningkatkan asertivitas pada mengajarkan baik konseling abstinensia
417
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 4, November 2020, Hal 411 - 420
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
418
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 4, November 2020, Hal 411 - 420
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Rice (2012) juga menyatakan bahwa remaja Amartha, V. A., Fathimiyah, I., Rahayuwati,
bersikap terhadap stimulus seksual dengan L., & Rafiyah, I. (2018). Pendidikan
cara yang beragam. Awalnya remaja Kesehatan Mengenai Pencegahan
menanggapi hal tersebut sebagai wujud Perilaku Seksual melalui Peningkatan
memenuhi rasa penasaran saja. Jika remaja Asertivitas pada Remaja Putri SMK
tidak memiliki informasi dan koping yang Baabul Kamil Jatinangor. Media Karya
kuat, maka sikap tersebut akan berubah Kesehatan, 1(1), 59–68.
menjadi perilaku seks. Secara umum perilaku https://doi.org/10.24198/mkk.v1i1.1728
seks remaja bermula dari perilaku otoerotik 5
(autoerotic behavior), dimana perilaku ini
dimulai dari rasa ingin tahu dan menikmati Aprilia, E. N. (2016). the Family
pengalaman seks sendirian atau biasa disebut Independence As Prevention Efforts on
dengan fantasi seks (masturbasi) (Wahyudina Sex Behavior and Teens Pregnancy.
& Rahmah, 2016). 13(2), 7–14.
419
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 4, November 2020, Hal 411 - 420
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Mirna. (2019). Remaja Putus Sekolah Akibat Wahyudina, A. A. A. N., & Rahmah. (2016).
Hamil Pranikah. Phinisi Integration Karakter Seksual Remaja Akhir di
Review, 2(2), 290–301. Yogyakarta. Indonesian Journal of
https://doi.org/10.26858/pir.v2i2.10007 Nursing Practices, 1(1), 22–29.
https://doi.org/10.18196/ijnp.1147
Mubarak, W. I. (2012). Promosi Kesehatan
untuk Kebidanan. Salemba Medika.
420