Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI PERSIAPAN

PERTENUNAN
PENGHANIAN (SECTIONAL WARPING)

Nama : Fajar Noor Sidiq


NPM : 18010007
Gup : 2T1
Dosen : Irwan, S.Teks., MT.
Asisten Dosen : 1. Fakhruk, A.Md.
2. Amat Bin Atma

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2019
A. MAKSUD DAN TUJUAN

MAKSUD

Mempelajari mekanisme Mesin untuk Penghanian

TUJUAN

 Menggulung benang kedalam beam lusi/tenun (beam yang akan dipasang pada mesin
tenun dengan bentuk gulungan sejajar)
 Dapat menggambar skema proses atau jalannya benang proses penghanian tidak
langsung
 Dapat menggambar gearing diagram mesin hani seksional

B. TEORI DASAR

Proses penghanian adalah suatu proses mengubah bentuk gulungan benang-


benang tunggal menjadi lembaran-lembaran benang yang terdiri dari ratusan helai
benang yang terdiri dari ratusan helai benang yang selanjutnya digulung pada beam lusi
secara sejajar. Jumlah benang lusi yang ada pada creel menunujukkan jumlah benang
lusi yang ditarik dalam satu kali penarikan yang selanjutnya jumlah penarikan
disesuaikan dengan jumlah total benang lusi yang dibutuhkan.

Tujuan dari proses penghanian yaitu untuk menggulung benang kedalam beam
lusi/tenun, yaitu beam yang akan dipasang pada mesin tenun, denagn bentuk gulungan
sejajar. Benang yang akan digulung dapat berasal dari bobin kerucut, bobin cakra atau
bobin silinder, yang ditempatkan di creel. Apabila jumlah benang lusi yang akan ditenun
sedikit, misalnya untuk membuat permadani atau pita, maka benang lusi tidak perlu
digulung pada beam tenun/tidak perlu dihani, tetapi dapat langsung ditarik dari creel dan
terus ditenun, asal jumlah lusinya lebih kecil atau paling banyak sama dengan kapasitas
creel.

Apabila jumlah lusi besar sekali, maka cara langsung ini akan memberikan kesulitan-
kesulitan sebagai berikut :

1. Tegangan lusi tidak akan sama dan sulit untuk diatur, benang yang berasal creel
belakang tegangannya berbeda dengan benang yang berasal dari creel depan.
2. Creel harus besar, karena bobin yang diperlukan banyak, mememrlukan
ruangan/tempat yang besar, yang berarti pemakain tempat tidak efisien.
3. Menyulitkan pandangan, sehingga susuah memeriksa benang lusi yang putus.
Karena itu untuk jumlah lusi yang besar diperlukan proses penghanian benang
lusi.
a. PROSES PENGHANIAN
1. Cara Penghanian
Benang lusi ditinjau dari segi kekuatan utnuk ditenun, ada yang sudah
mememenuhi syarat, misalnya benang double, dan ada juga yang belum memnuhi
syarat, misalanya benang single. Karena itu benang single harus diperkuat
dulu/dikanji sebelum ditenun. Berdasarkan keadaan tersebut, maka cara
penghanian dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Penghanian langsung dari bobin yang ditempatkan di creel, tanpa melalui
larutan kanji.
b. Penghanian sementara, yaitu menghani langsung dari bobin yang ditempatkan
di creel, ke intermediate beam/voor beam/ warp beam atau beam hani,
kemudian dari beberapa beam hani digulung kembali ke beam tenun dengan
melalui larutan kanji.
c. Penghanian sementara, yaitu menghani langsung dari bobin-bobin yang
ditempatkan di creel ke beam hani setelah melewati larutan kanji. Kemudian
dari beberapa beam hani (warp beam) dilakukan penggulungan/penyatuan ke
beam tenun.

Pada proses penghanian dilakukan proses penggulungan benang dengan : panjang


tertentu, lebar tertentu, jumlah lusi tertentu dan tegangan lusi yang sama. Yang
kesemuanya hal tersebut disesuaikan dengan raportt hanian atau harus sesuai
dengan persyaratan dari kain yang akan ditenun.

Persyaratan pada beam tenun yang siap/baik untuk digunakan:

a. Benang-benang yang digulung harus sama panjang.


b. Letak benang-benang yang digulung harus sejajar.
c. Benang yang digulung pada beam tenun harus penuh.
d. Lebar beanng pada beam tenun harus lebih lebar sisir.
e. Panjang benang harus lebih panjang dari panjang kain yang akan ditenun.
f. Permukaan benang pada beam tenun harus rata.
g. Cakra beam tidak boleh miring.
2. Pemilihan bobin

Pada proses penghanian, benang yang akan dihani berbentuk bobin. Bobin
tersebut berasal dari pebrik pemintalan. Bobin tersebut ada yang langsung
digunakan pada proses penghanian dan ada yang di-rewinding lagi sebelum
digunakan.
Bobin yang berasal dari pabrik pemintalan dan langsung digunakan pada proses
penghanian mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :

 Besar bobin kadang-kadang tidak sama. Penggantian bobin seringa dilakukan


dengan waktu habis yang tidak sama, sehingga stoppage meningkat dan
efisiensi turun.
 Bobin yang tidak sama besar menyebabkan tegangan benang tidak sama
selama penghanian.
 Penggantian bobin yang sering dilakukan, mengakibatkan memperbanyak
sambungan benang dan akan mempengaruhi kwalitas kain. Sambungan benang
yang banyak akan memeperbesar kemungkinan benang putus lagi, karena
sambunagan yang tidak baik.
 Kesalahan yang terjadi dipemintalan akan terbawa ke beam tenun, sehingga
akan mengganggu proses menenun dan akan menurunkan kwalitas kain.
3. Cara Penarikan Benang

Ada 2 cara penarikan benang dari bobin yang ditempatkan di creel, yaitu :

a. Penarikan benang tegak lururs poros bobbin

Cara penarikan ini mempunyai kelemahan-kelamahan sebagai berikut :

- Kecepatan benang tidak dapat tinggi, karena bobin iktu berputar, sehingga kalau
kecepatan tinggi bobin akan bergetar dan akan mengganggu kerataan tegangan
benang.
- Tegangan benang selama proses tidak sama. Tegangan yang terjadi pada
waktu diameter besar, berbeda dengan pada waktu diameter bobin mengecil.
- Karena massa bobin, maka diperlukan gaya tarikan yang besar. Jika gaya
tarikan yang diperlukan ini melampaui kekuatan benangnya, maka benang akan
putus.
- Jika penarikan benang berhenti, bobin akan terus berputar karena gaya
centrifugal. Keadaaan ini dapat menimbulkan kesulitan pada proses penghanian.
- Volume bobin yang digunakan biasanya kecil, sehingga harus sering mengganti
bobin, yang mengakibatkan stoppage besar dan efisinsi turun.
b. Penarikan benang dari bobin sejajar dengan poros kelosan
Cara ini lebih baik dari cara pertama, karena bebebrapa kelemahan-kelemahan
pada cara pertama dapat diatasi/dihilangkan.
b. KLASIFIKASI MESIN HANI
Mesin Hani dapat digolongkan menjadi :
1. Alat hani tangan ( Hand Warping)
2. Mesin Hani Seksi (Cylinder warping machine)
3. Mesin hani kerucut (Cone sectional warping machine)
4. Mesin hani lebar (High speed warping machine)
1. Alat hani tangan
Alat hani ini digunakan untuk melayani alat tenun bukan mesin (ATBM). Benang
lusi yang digulung pada umunya pendek. Cara kerjanya mesin ini sama dengan
mesin hani kerucut (cone sectional warping machine). Alat ini digerakkan oleh
manusia.
2. Mesin hani seksi (Cylinder sectional warping machine)
Mesin hani seksi disebut juga mesin hani blok. Proses penghaniannya
dilakukan dengan membagi benang lusi menjadi seksi-seksi. Misalkan benang
lusi yang harus dihani 6000 helai dengan lebar 180 cm, maka proses
penghaniannya dilakukan dengan membagi benang-beanng lusi tersebut
menjadi 15 seksi a 400 helai denagn lebar 12 cm, yaitu menghani seksi demi
seksi dengan jumlah benang 400 helai dan lebar 12 cm. Seksi-seksi ini
kemudiandisatukan kedalam beam tenun. Kesulitan dari penghanian dengan
sistim ini, ialah panjang benang yang dihani dan tegangan pada tiap-tiap seksi
kemungkinan tidak sama besar.
Perbedaaan penghanian pada mesin hani lebar dibanding dengan mesin
hani seksi ialah:
- Pada mesin hani lebar, lusi dihani dengan lebar yang sebenarnya,
tetapai tidak dengan kerapatan lusi yang sebenarnya.
- Pada mesin hani seksi, lusi dihani pada kerapatan yang sebenarnya,
tetapi tidak pada lebar yang sebenarnya.

 Bagian-bagian Seksional Warping

- Creel atau Rak

Pada semua jenis mesin hani baik mesin hani seksi maupun hani lebar,
benang lusi ditempatkan pada creel.

- Tensioner

Pada proses penghanian, hal yang paling penting adalah tegangan


benang lusi selama proses. Tegangan lusi yang terlalu rendah
mengakibatkan beam lusi yang dihasilkan gembos dan sebaliknya

- Dresser or Drum
Dresser atau drum adalah silinder hani yang biasa disebut tambur yang
berfungsi untuk menggulung benang lusi yang ditarik dari bobin-bobin hani
yang terpasang pada creel.

3. Mesin hani kerucut (Cone sectional warping machine)


Proses penghanian dilakukan denagn menggulung benang-benang lusi dalam
bentuk band-band (tapes) ditrommel/drum/tambur. Band-band benang lusi
tersebut digulung berjajaran satu dengan lainnya, sehingga selebar beam
tenun. banyak benang lusi yanjg digulung dalam seluruh band-band tersebut,
sama dengan jumlah benang lusi yang benang lusi pada tiap-tiap band berbeda
satu dengan lainnya.
Kebaikan dan kekurangan dari mesin hani sectional ini dibandingkan lusi pada
tiap-tiap band berbeda atau dengan lainnya.
Kebaikan dan Kekurangan dari mesin hani sectionalini dibandingkan :
 Kebaikan
 Jumlah lusi yang dihani dapat tepat sebanyak yang diperlukan.
 Lebar lusi yang dapat tepat selebarnya yang dikehendaki
 Uurtan warna dari benang-benang lusi sesuai dengan bentuk corak
 Dapat melayani penghanian utnuk pembuatan kain yang bercorak
dengan panjang yang terbatas
 Silangan benang dapt diletakkan dengan baik.
 Kekurangan
 Panjang dan tegangan benang-benang pada beam tenun kadang-
kadang/dapat tidak sama.
 Kurang dapat digunakan untuk massa produksi.

Mesin hani sectional ini baik sekali digunakan utnuk benang-benang lusi yang
tidak perlu dikanji lagi/benang double, dan dapat digunakan untuk segala
macam benang.

4. Mesin hani lebar (High Speed warping machine)


Mesin hani ini biasanya disebut mesin hani sectional saja. Proses penghanian
dilakukan dengan menggulung benang-benang lusi dalam bentuk band-band
(tapes) dtrommel/drum/tambur. Band-band benang lusi tersebut digulung
berjajaran satu dengan lainnya, sehingga selebar beam tenun. Banyaknya
benang lusi yang digulung dalam seluruh band-band tersebut, sama dengan
jumlah benang lusi yang diperlukan.
Banyaknya benang lusi pada tiap-tiap band/tapes dapat sama dan dapat
juga tidak sama, Umpama untuk beam tenun diperlukan benang lusi 4200 helai,
maka kita dapat menghani dengan 7 band yang terdiri dari 600 helai, tetapi
dapat juga banyaknya dan warnanya benang lusi pada tiap-tiap band berbeda
satu dengan lainnya.
Kebaikan dan kekurangan dari mesin hani sectional ini dibandingkan
dengan mesin hani lebar yaitu sebagai berikut :

Kebaikan :
 Jumlah lusi yang dihani dapat tepat sebanyak yang diperlukan.
 Lebar lusi dapat tepat selebar yang dikehendaki
 Urutan warna dari benang-benang lusi sesuai dengan bentuk corak
 Dapat melayani penghanian untuk pembuatan kain yang bercorak
dengan panjang yang terbatas
 Silangan benang dapat diletakkan dengan baik.

Kekurangan :

 Panjang dan tegangan benang-benang pada beam tenun kadang-


kadang/ dapat tidak sama.
 Kurang tepat digunakan untuk masa produksi.

Mesin hani sectional ini baik sekali digunakan untuk benang-benang lusi yang
tidak perlu dikanji lagi/ benang double, dan dapat digunakan untuk segala
macam benang.

a. Bagian-bagian pada proses penghanian sectional


Bagian-bagian pada proses penghanian dengan mesin hani sectional
yaitu:
- Creel (rak kelos)
- Sisir silang
- Mesin hani
- Mesin penggulungan

 Bagian-bagian Mesin Hani Lebar

Creel atau Rak

Pada semua jenis mesin hani baik mesin hani seksi maupun hani lebar,
benang lusi ditempatkan pada creel.
Alat Penjaga Putus Benang (Stop Motion)

Alat penghenti putus benang pada mesin yang didesain untuk kecepatan
tinggi sangatlah penting, tingkat sensitifitas alat penghenti sangatlah
diperlukan untuk membuat beam lusi yang baik. Alat ini akan segera
menghentikan mesin jika terjadi satu atau beberapa helai benang putus.

Pengatur Tegangan (Tension)

Pada penghanian, peranan pemberat atau tension sangatlah penting untuk


mengatur kekerasan gulungan pada beam hani

Kipas
Fungsi dari peralatan ini adalah untuk menghilangkan debu-debu atau
kotoran yang akan menempel pada benang selama proses penghanian
berlangsung.

b. Proses Penghanian
Pada pengahanian band pertama, alat pengukur panjang dipasang pada angka
0, sedangkan alat penghitung putaran trommel dipasang pada angka 100.
Apabila jam meteran menunujukkan bahwa panjang lusi yang dihani telah
tercapai, maka mesin dihentikan dan kedudukan dari alat penghitung putaran
trommel dicatat/dibaca, misalnya menunjukkan angka 40. Ini berarti bahwa
trommel telah berputar sebanyak : 100 - 40= 60 putaran.
Pada pengahanian band-band selanjutnya, penghitung putaran mula-mula
disetel pada angka 60. Dan jika sudah sampai pada angka 0 mesin akan
berhenti secara otomatis. Dengan penggunaan pengukur putaran trommel
pada penghanian band kedua dan selanjutnya, maka tukang hani dapat
mengawasi sepenuhnya keadaaan benang. Karena panjang benang lusi yang
dihani telah tercapi (penunjukkan putaran menunujukkan angka 0) mesin akn
berhenti sendirir secara otomatis.
Sebab-sebab tidak dipergunakan pengukur panjang pada penghanian
selanjutnya, yaitu:
- Jam meter mumgkin tidak menunujukkan panjang yang tepat pada setiap
band lusi, karnea terjasi slip atau mulur karena tegangan pada benang.
- Tukang hani haurs mengawasi jam meteran terus menerus, sehingga
dapat mengganggu konsentrasi pengawasan pada benang.
c. Perhitungan band lusi dan sisir hani
Banyaknya benang pada band-band lusi tergantung dari kapasitas creel,
banyknya benang pada raport hanian dan tetal lusi. Kapasitas dari creel
umunya 600 bobin, kadang-kadang 400, 800 dan 1000 bobin. Penghanian
pada lusi bercorak dialkukan dengan jumlah benang yang sesuai dengan
raport hanian dan dilakukan berulang-ulang.
Pengahnian pada umunya dialkukan dengan jumlah lusi pada tipa band
berkurang dari 600 helai, karena lebar sisir hani pada umumnya hanya 30 cm.
Banyaknya band-band lusi yang dihani tergantung dari banyaknya benang
pada tiap band lusi dan banyaknya lusi yang harus dihani. Lebar band
tergantung pada banyaknya benang pada tiap band, lebar penghanian dan
jumlah lusi seluruhnya. Lebar penghanian selalu lebih besar dari lebar sisisr
sebesar kurang lebih 5%.
d. Perhitungan produksi pada mesin hani sectional
Untuk menghitung produksi pada proses penghanian dengan mesin hani
sectional biasanya digunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
SXL
T=
𝐷𝑠 𝑋 60 𝑋 𝑒

Keterangan :

T = Lama proses penghanian dalam satuan jam


S = Sebanyak band dalam pengahanian, yang dipengaruhi oleh
kapasitas creel.
L = Panjang benang yang dihani dalam meter
Ds = Kecepatan penggulungan dari trommel dlaam meter/menit,
kecepatan ini dipengaruhi oleh macam serat dan kwalitasnya.
E = Efisiensi dalam persen
Angka efisiensi ini biasanya kecil sekali 20 -30 %, disebabkan oleh benang
pututs, maintenance, penggantian bobin, proses beaming dan sebagainya.
e. Proses Penghanian
Proses penghanian pada mesin hani lebar dapat diterangkan sebagai berikut:
Benang-benang ditarik dari creel yang terletak dibelakang mesin hani
dengan jarak kurang lebih 1meter, dilakukan pada:
- Sisir Hani/belakang
- Rol pengantar
- Rol pengeram/penyuap
Dengan mengatur putaran dari rol ini, maka jalannya benang dapat
diatur/rem. Rol ini berfungsi juga unutk mengetur tegangan benang.
- Rol pengukur panjang
Rol ini dilapisis dengan vilt atau kain falnel dan dihubungkan dengna jam
meteran dan terletak diantara rol pengeram dan rol penjatuh. Pada proses
penghanian jam meteran ini disetel pada angka yang sesuai dengan
panjang penghanian yang dikehendaki umpama 15.000 meter.
Mesin hani akan berhenti secara otomatis pada waktu jama meteran
menunujukkkan angka 0, yang berarti panjang penghanian telah mencapi
15.000 meter.
- Rol penjatuh, rol ini mengapung pada pada rentangan benang dan dapt
bergerak naik turun sesuai dengna keadaan penyuapan benang. Pada rol ini
kadanag-kadangdiberi pemberat. Fungsi dari rol ini yaitu untuk menjaga
agar benang selalu dalam keadaaan tegang.
- Rol pengantar, warp stop motion, sisisr ekspansi, rol pengantar dan
kemudian digulung pada beam hani. Rol pengantar harus disetel
sedemikian, sehingga tingginya kurang lebih 3 – 4 mm diatas balok beralur
yaitu tempat untuk dropper.

Kecepatan penghanian pada mesin hani type lama dapat mencapai 140-400
meter permenit, sedangkan pada mesin hani yang baru kecepatan penghanian
kecepatannya selalu tetapa meskipun diamter dari beam hani bertambah besar. Hal
ini disebabkan karnena perputaran dari beam hani dilakukan dengan sisistim friksi
pada permukaan benang yang digulung pada beam hani.

Sisir Hani

Pada mesin hani lebar type lama atau konvensionla terdapat 2 macam sisir, yaitu
sisir hani biasa/belakang dan sisir ekspansi. Sisir hani biasa berfungsi untuk mengatur
ketetalan/kepadatan penghanian, pengatur benang agar sejajr/tidak bersilangan dan
untuk pengaturan lusi pada dropper. Bentuk sisir hani seperti bentuk sisir hani pada
umumnya.

Sisis ekspansi berfungsi untuk menyetel lebar penghanian, agar benang-benang


dapat tergulung dengan baik pada beam hani. Sisir ekspansi berbentuk zg-zag dengna
bagian atas terbuka, dapat disetel lebih lebar atau lebih sempit dan juga dapat digeser
kekanana atau kekiri dengan lebar yang sama. Sisir ekspansi ini terletak didepan
dropper, yaitu alat penghenti mesin karena benang putus. Penyetelan sisir ekspansi
harus sedemikian rupa, sehingga lebar penghanian sesuai denagn lebar beam hani.
Jika lebar penghanian lebih besar dari lebar booom hani, maka benang pada bagian
pinggir/sisir akan naik kecakra pada beam hani.
Sedangkan jika lebarnya lebih kecil dari lebar beam hani, maka benang-benang
pada bagian pinggir/sisi akan jatuh ke pinggir/sisi . Keadaan-keadaan tersebut diatas
dapat menyebabkan tegangan benang yang berbeda dan akan menyebabkan
kesulitan pada proses penganjian atau peertenunan.

Penggunaan sisisr hani dan sisir ekspansi bersama hanya terdapat pada mesin
hani yang menggunakan dropper sebgai alat penghenti mesin karne benang putus.

Pada mesin hani type yang baru, yaiut alat penghenti mesin karena benang pututs
menggunakan sisitim elektirs, yang dipasang pada bagian creel, sisir yang terdapt
hanyasisir ekspansi saja. Sisr ekspansi ini berfungsi juga sebgai sisir hani biasa. Hal
ini memungkinkan, karena jika tejadi benang yang ptutus, mesin dengan segera
berhenti dan letak benang yang putus dapatdiketahui pada creel, karena adanya
lampu yang menyala pada tempat tersebut. Sedangkan pada mesin hani yang
mengggunakan dropper, letak benang yang pututs dapat diketahui dari sisir hani.

Penghanian Pembuatan Kain Polos dengan Mesin Hani Lebar

Pembuatan kain polos dengan mesin hani lebar, pada prinsipnya adalah
mengumpulkan benang lusi dengan jumlah tertentu yang berasal dari beam-beam
hani yang telah dibuat sebelumnya.

Creel hani dibagi menjadi dua yaitu creel hani sebelah kiri dan creel hani
sebelah kanan, sehingga benang lusi pada beam hani dapat kita bagi menjadi dua
daerah yaitu daerah kiri mulai dari bagian tengah ke samping kiri dan daerah kanan
mulai dari bagian tengah ke samping kanan. Benang nomor 1 sampai nomor 300
diperoleh dari creel hani sebelah kiri, sedangkan benang nomor 301 sampai nomor
600 diperoleh dari creel hani sebelah kanan.

Benang nomor 1 pada beam hani diperoleh dari creel hani bagian atas belakang,
nomor 2 diperoleh dari creel hani dibawahnya dan seterusnya sampai benang nomor
300 diperoleh dari creel hani bagian atas depan creel hani sebelah kiri. Untuk
benang nomor 301 ditarik dari bobin yang dipasang pada creel hani sebelah kanan
bagian atas depan dan benang nomor 302 ditarik dari bobin yang dipasang pada
creel dibawahnya, demikian seterusnya hingga benang nomor 600 pada beam hani
ditarik dari creel hani kanan bagian atas belakang.

Pada beam lusi, benang nomor 1 diperoleh atau ditarik dari beam hani nomor 1
sedangkan benang lusi nomor 2 diperoleh dari beam hani nomor 2 dan seterusnya.
Jika direncanakan membuat kain dengan total lusi 6000 helai, maka jumlah yang
sedemikian itu diperoleh dari 10 buah beam hani yang masing-masing berisi 600
helai. Benang lusi nomor 1 sampai dengan nomor 10 pada beam lusi merupakan
hasil penarikan benang dari beam hani yang masing-masing bernomor 1 pada beam
haninya, benang lusi nomor 11 sampai nomor 20 pada beam lusi diperoleh dari hasil
penarikan benang dari 10 beam hani yang masing-masing bernomor urut 2 pada
beam haninya, demikian seterusnya sehingga benang lusi bernomor 5991 sampai
nomor 6000 diperoleh dari hasil penarikan 10 buah beam yang masing-masing
bernomor urut 600 pada beam haninya.

C. ALAT DAN BAHAN


1) Alat yang dipakai:
Mesin Hani Seksional
2) Bahan yang digunakan
Benang Ne1 30/2

D. LANGKAH KERJAi

Penghanian corak
1) Mempersiapkan rencana hani dengan motif garis2 (ditentukan oleh
dosen/asisten)
2) Memasang cone dengan urutan sesuai warna yang akan jadi motif pada creel
sebanyak sesuai rencana hani.
3) Melewatkan benang-benang yang ada pada creel ke pengantar benang
sesuai dengan urutan nomor cone.
4) Menyucuk benang secara individu pada sisir silangan dari kanan ke kiri dan
akan didapatkan warna pinggir kain berada pada bagian paling kiri.
5) Kemudian pencucukan dilanjutkan pada sisir hani dengan cara yang sama
seperti pencucukan pada sisir silang, hanya pada sisir hani pencucuckannya
berkelompok.
6) Pembuatan silangan. Benang-benang yang sudah dicucuk pada sisisr hani,
disatukan dalam satu ikatan yang kemudian dikaitkan pada paku tambur yang
sebelumnya sudah dipasang tali pemisah benang ganjil dengan genap. Tali
pemisah tersebut dikaitkan dari ujung tambur sebelah kiri sampai sebelah
kanan.
7) Menjalanakan mesin
8) Menggulung benang ban pertama
9) Menggulung sejumlah ban yang telah ditentukan
E. PENGUMPULAN DATA DAN PERHITUNGAN

Skema mesin

Gambar 5.1 Skema Mesin Hani Seksional


Keterangan :
(1) Rak hani/creel
(2) Rol pengantar
(3) sisir silang
(4) rol pengantar
(5) sisir hani
(6) rol pengantar
(7) rol pengantar
(8) drum/tambur
(9) rol pengantar
(10) beam tenun.

Mekanisme kerja

1) Benang dari creel (1)


2) Dilewatkan pada bagian pengatur tegangan benang (2)
3) Kemudian melewati sisir silang (3) yang berfungsi untuk mensejajarkan setiap helai
benang
4) Sisir hani (5) yang berfungsi untuk menempatkan seluruh benang setiap seksi
sesuai dengan lebar penghanian yang diinginkan
5) Untuk kemudian digulung seksi demi seksi pada beam hani (10).
F. DISKUSI
pemasangan benang pada creel harus terpasang dengan sesuai. Pemasangan
benang secara vertikal adalah pada creel dan secara horizontal pada pengantar
benang, sehingga tidak akan terjadi persilangan diantara benang-benang yang
dipasang tersebut dan akan memperlancar proses penghanian.
Pada saat pencucukan benang ke sisir silang harus diurutkan secara benar.
Kesalahan dalam penempatan pemasangan akan mengakibatkan benang sulit
untuk disilangkan pada saat disilang dan pencucukan pada sisir hani.

G. KESIMPULAN
Proses penghanian pada mesin hani seksi benang lusi dihani pada kerapatan yang
sebenarnya tetapi tidak pada lebar yang sebenarnya.
Diperlukan ketelitian pada Proses penghanian terutama pada saat mencucuk benang
pada sisir silang dan sisir hani.

H. DAFTAR PUSTAKA

http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/bab-i-pendahuluan-1.html

http://pertenunan.blogspot.com/2012/07/warping.html

E-Book Modul Tekstil, http://educloud.fkip.unila.ac.id/


(diakses 9 november 2014)

Anda mungkin juga menyukai