PENDAHULUAN
1
BAB II
TATA CARA PERMOHONAN HAK ATAS TANAH DI INDONESIA
2
Negara, yang menyatakan bahwa : Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional menetapkan pemberian hak atas tanah yang diberikan
secara umum.
Selanjutnya, Pasal 14 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN nomor 3
Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan
Keputusan Pemberian Hak atas Tanah Negara, yang menyatakan bahwa :
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional memberikan
keputusan mengenai pemberian dan pembatalan hak atas tanah yang tidak
dilimpahkan kewenangannya kepada kepala kantor wilayah Badan Pertanahan
Nasional Propinsi atau Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya
sebagaimana dimaksud dalam Bab II dan Bab III”.
Selain dari pada Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN nomor 3 Tahun
1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan
Pemberian Hak atas Tanah Negara di atas, dasar hukum tata cara memperoleh
tanah Negara juga diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas
Tanah dan Hak Pengelolaan.
3
d) Memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya yang diperlukan
untuk menyelesaikan permohonan tersebut dengan rinciannya sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Syarat dan berkas permohonan hak atas tanah yang telah lengkap dan telah
diproses sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah maka diterbitkanlah Surat Keputusan Pemberian Hak Atas
Tanah yang dimohon kemudian dilakukan pendaftaran haknya ke Kantor
Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan, untuk
diterbitkan sertifikat hak atas tanah sebagai tanda lahirnya hak atas tanah tersebut.
b. Tanah Hak
1. Pengertian Tanah Hak
Tanah Hak adalah tanah yang sudah dilekati atau dibebani dengan suatu
hak tertentu. Tanah Hak tersebut misalnya Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak
Guna Usaha, atau Hak Pakai. Tanah Hak dapat diperoleh dengan cara pelepasan
hak atas tanah/pembebasan tanah, pemindahan hak atas tanah, dan pencabutan hak
atas tanah.
4
3. Pemindahan Hak Atas Tanah
Pemindahan hak atas tanah adalah perbuatan hukum pemindahan hak-hak
atas tanah yang bersangkutan sengaja dialihkan kepada pihak lain. Pemindahan
hak atas tanah dapat dilakukan dengan cara jual beli, hibah, tukar menukar,
pemasukan dalam perusahaan, dan lain sebagainya.
Cara memperoleh tanah dengan pemindahan hak atas tanah ditempuh
apabila yang membutuhkan tanah memenuhi persyaratan sebagai pemegang hak
atas tanah. Dengan demikian dapat disimpulkan, yaitu apabila tanah yang tersedia
adalah tanah hak lainnya yang berstatus HM, HGU, HGB, dan Hak Pakai maka
dapat digunakan cara perolehan tanahnya melalui pemindahan hak misalnya
dalam bentuk jual beli tanah, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan,
dan lain sebagainya.
5
Tanah-tanah yang haknya dapat dimohonkan adalah apabila tanah yang
tersedia berstatus :
1. Tanah Negara
Tanah Negara adalah tanah yang langsung dikuasai oleh Negara.
Langsung dikuasai yang artinya tidak ada hak pihak lain di atas tanah itu. Tanah
itu yang disebut juga tanah Negara bebas.16 Dalam pengertian ini termasuk tanah
Negara yang berasal dari pembebasan hak atau pelepasan hak untuk kepentingan
pihak lain. Yang melalui tata cara tersebut diperoleh tanah dengan hak-hak atas
tanah yang primer, yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai.17Menurut Effendi Perangin dalam bukunya yang berjudul Praktek
Permohonan Hak Atas Tanah, Tanah Negara yang ada sekarang berasal dari:
6
Pada 24 September 1980, bekas tanah Hak Barat telah habis jangka waktu
berlakunya (kecuali yang sudah dikonversi menjadi hak milik). Tanah itu
semuanya menjadi tanah Negara.
1. warga-negara Indonesia;
2. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
3. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia;
7
4. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
Pasal 45.
Yang dapat menjadi pemegang hak sewa ialah:
1. warga-negara Indonesia;
2. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
3. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia;
4. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
Sesuai dengan Pasal 30 ayat 1 huruf b dan Pasal 36 ayat 1 huruf b, Undan-
undang Nomor 5 Tahun 1960, untuk badan hukum yang didirikan menurut hukum
yang berlaku di Indonesia berhak mendapatkan semua hak atas tanah terkecuali
pada hak milik yang terbatas pada badan-badan hukum yang ditetapkan oleh
pemerintah. Menurut Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 1963 dalam pasal 1,
Badan Hukum yang dapat mempunyai Hak Milik atas tanah adalah:
1. bank-bank milik Negara;
2. koperasi pertanian;
3. badan-badan sosial dan keagamaan tertentu.20
Dalam pemberian hak-hak atas tanah yang dimohon, pejabat yang diberi
kewenangan untuk memberikan hakatas tanah tersebut adalah:
1.Kepala Badan Pertanahan Nasional;
2.Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional di tiap-tiap Provinsi;
3.Kepala Kantor Pertanahan Badan Pertanahan Nasional di tiap-tiap
Kabupaten/Kota.21
8
(3) dalam hal tidak ditentukan secara khusus dalam pasal atau ayat yang
bersangkutan, maka pelimpahan kewenangan yang ditetapkan dalam peraturan ini
hanya meliputi kewenangan mengenai hak atas tanah Negara yang sebagian
kewenangan mengusai dari Negara tidak dilimpahkan kepada instansi atau badan
lain dengan hak pengelolaan.
Kewenangan Kepala Kantor untuk memberikan hak diatur dalamPeraturan
Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertahanan Nasional No. 3 Tahun 1999
pasal 3, 4 dan 5 sebagai berikut:
Hak milik (PMNA/Kepala BPNNo. 3 Tahun 1999, pasal 3), Kepala kantor
pertanahan kabupaten / kotamadya memberi keputusan mengenai:
1. pemberian hak milik atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih
2. pemberian hak milik atas atanh non pertanian yang luasnya tidak lebih
dari 2000m2, kecuali mengenai tanah bekas hak guna usaha;
3. pemberian hak milik atas tanah dalam rangka pelaksanaan program: a.
transmigrasi; b. redistribusi; c. Konsolidasi; d. pendaftaran tanah secara
masal baik dalam rangka pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik
maupun sporadik Hak Guna Bangunan (PMNA/Kepala BPNNo. 3 Tahun
1999, pasal 4),
Kepala kantor pertanahan kabupaten / kotamadya memberi keputusan mengenai:
a. pemberian hak guna bangunan atas tanah yang luasnya tidak lebih dari
2000m2, kecuali mengenai tanah bekas hak guna bangunan;
b. semua pemberian hak guna bangunan atas tanah hak pengelolaan;
Hak Pakai (PMNA/Kepala BPNNo. 3 Tahun 1999, Pasal 5), Kepala kantor
pertanahan kabupaten / kotamadya memberi keputusan mengenai:
a.pemberian hak pakai atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2
ha;
b.pemberian hak pakai atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih
dari 2000m2, kecuali mengenai tanah bekas hak guna usaha;
c.semua pemberian hak pakai atas tanah hak pengelolaan; didalam pasal 6
perubahan hak, kepala kantor pertanahan memberi keputusan mengenai
semua perubahan hak atas tanah, kecuali perubahan hak guna usaha menjadi
hak lain;
Kewenangan Kantor Wilayah BPN Propinsi diatur dalam Peraturan Menteri
Negara Agraria/ Kepala Badan Pertahanan Nasional No. 3 Tahun 1999 pasal 7, 8,
9 dan 10 sebagai berikut:
PMNA/Kepala BPNNo. 3 Tahun 1999 pasal 7, kepala kantor wilayah BPN
propinsi memberi keputusan mengenai:
1. pemberian hak milik atas tanah pertanian yang luasnya lebih dari 2 ha;
2. pemberian hak milik atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari
5000m2, kecuali yang kewenangan pemberiannya telah dilimpahkan kepada
kepala kantor pertanahan kabupaten / kota madya sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3;
9
PMNA/Kepala BPNNo. 3 Tahun 1999 pasal 8 hak guna usaha, kepala kantor
wilayah BPN propinsi memberikan keputusan mengenai pemberian hak guna
usaha atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 200 ha.
PMNA/Kepala BPNNo. 3 Tahun 1999 pasal 9 hak guna bangunan, kepala kantor
wilayah BPN Propinsi emberi keputusan mengenai pemberian hak guna bangunan
atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 150.000 m2, kecuali yang kewenangan
pemberiannya telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor pertanahan kabupaten /
kotamadya.
PMNA/Kepala BPNNo. 3 Tahun 1999 pasal 10 Hak pakai, Kepala kantor wilayah
BPN Propinsi memberi keputusan mengenai:
a. pemberian hak pakai atas tanah pertanian yang luasnya lebih dari 2 ha.
b. Pemberian hak pakai atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari
150.000 m2 kecuali kewenangan pemberiannya telah dilimpahkan kepada kantor
pertanahan kabupaten / kotamadya sebagaiman dimaksuf dalam pasal 5;
PMNA/Kepala BPNNo. 3 Tahun 1999 pasal 11 pemberian hak lain, Kepala
kantor wilayah BPN Propinsi memberi keputusan mengenai pemberian hak atas
tanah yang sudah dilimpahkan kewenangan pemberiannya kepada kepala kantor
pertanahan kabpaten / kotamadya sebagaimana dimaksud dalam bab II apabila
atas laporan kepala kantor pertanahan kabupaten /kotamadya hal tersebut
diperlukan berdasarkan keadaan dilapangan. PMNA/Kepala BPNNo. 3 Tahun
1999 pasal 12 pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah, Kepala kantor
wilayah BPN propinsi memberi keputusan mengenai:
a. pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah yang telah dikeluarkan oleh
kepala kantor pertanahan kabupaten / kotamadya yang terdapat cacat hukum
dalam penerbitannya
b. pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah yang kewenangan pemberian
nya dilimpahkan kepada kepala kantor pertanahan kabupaten / kotamadya dan
kepada kepala kantor wilayah BPN propinsi, untuk melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap
PMNA/Kepala BPNNo. 3 Tahun 1999 pasal 13, Menteri Negara Agraria / kepala
BPN menetapkan pemberian hak atas tanah yang diberikan secara umum.
Selanjutnya didalam Pasal 14 disebutnya:
(1) Menteri Negara Agraria / KBPN memberi keputusan mengenai pemberian dan
pembatalan hak atas tanah yang tidak dilimpahkan kewenangannya kepada kepala
Kantor wilayah BPN Propinsi atau kepala kantor pertanahan kabupaten /
kotamadya sebagaimana dimaksud dalam Bab II dan Bab III
(2) Menteri Negara Agraria / KBPN memberi keputusan mengenai pemberian dan
pembatalan hak atas tamah yang telah dilimpahkan kewenangannya kepada kepala
kantor wilayah BPN Propinsi atau kepala kantor pertanahan kabupaten /
kotamadya sebagaimana dimaksud bab II dan III apabila atas laporan kepala
kantor wilayah BPN ptropinsi hal tersebut diperlukan berdasarkan keadaan
dilapangan.
10
C. Tahapan Cara Proses Permohonan Hak Atas Tanah Dan Syarat Untuk
Memperoleh Hak Atas Tanah Di Indonesia
11
xi. Lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga
sebagaimana dimaksud dalam pasal II, VI, dan VII Ketentuan-ketentuan
Konversi Undang-Undang Pokok Agraria
xii. Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum
diberlakunya Undang-Undang Pokok Agraria.23
12
4. Hak Milik Tanah Wakaf
Hak Milik Tanah Wakaf adalah keputusan Badan Pertanahan Nasional,
yaitu mengenai hak milik atas tanah wakaf yang diberikan kepada pemohon, baik
yang berasal dari tanah yang sudah ada haknya maupun tanah Negara melalui
prosedur peralihan sertifikat hak atas tanah di kantor pertanahan, dengan
melengkapi persyaratan permohonan sebagai berikut:
a. Surat permohonan;
b. Fotokopi KTP atau identitas diri wakaf;
c. Fotokopi KTP atau identitas diri nadzir;
d. Fotokopi surat pengesahan nadzir;
e. Fotokopi KTP atau identitas diri penerima kuasa disertai dengan surat kuasa,
jika pemohonnya dikuasakan;
f. Akta ikrar wakaf;
g. Sertifikat hak atas tanah asli; atau
h. Bukti tertulis hak atas tanah lainnya, yakni:
1. Surat pernyataan penguasaan fisik tanah secara terus menerus selama 20
tahun atau lebih (turun temurun atau alih beralih) yang dibuat oleh pemilik
tanah, disaksikan oleh 2 orang saksi dan diketahui oleh kepala desa/lurah,
dan
2. Surat keterangan dari kepala desa/lurah yang disaksikan oleh 2 orang
saksi dan penguasaannya dibenarkan oleh pengetua adat setempat.
5. Hak Pengelolaan
Hak Pengelolaan merupakan Keputusan Badan Pertanahan Nasional mengenai
pemberian hak pengelolaan kepada pemohon, baik yang berasal dari tanah Negara
maupun tanah hak pengelolaan melalui prosedur perolehan sertifikat hak di kantor
pertanahan dengan pemenuhan persyaratan sebagai berikut:
a. Surat permohonan;
b. Fotokopi KTP atau identitas diri pemohon;
c. Fotokopi KTP atau identitas diri penerima kuasa disertai dengan surat kuasa,
jika pemohonnya dikuasakan;
d. Fotokopi SPPT PBB tahun berjalan;
e. Fotokopi anggaran dasar perusahaan;
f. Fotokopi keputusan pejabat berwenang atau akta pendirian perusahaan disahkan
menteri;
g. Bukti penguasaan tanah berdasarkan bukti data yuridis dan bukti data fisik;
h. Bukti pelepasan tanah kawasan hutan jika objek berasal dari tanah kawasan
hutan;
i. Bukti izin lokasi;
j. Bukti penunjukkan dari pemegang hak pengelolaan jika objek berasal dari tanah
hak pengelolaan.27
Syarat permohonan hakatas tanah terdiri atas 2 jenis yaitu syarat umum dan syarat
khusus.
1. Syarat Umum :
1. Surat /Blanko Permohonan
2. Identitas Pemohon
3. Identitas Kuasa/Surat Kuasa (apabila dikuasakan)
13
4. SPPT PBB (NJOP)
2. Syarat Khusus :
1. Pengukuran dan Pemetaan
· Fotocopi surat-surat tanah/ijin lokasi
· Sket lokasi
· Surat pernyataan batas dan luas tanah bermeterai cukup
2. Pemberian/Pembaharuan Hak
a. Surat Pernyataan riwayat tanah/bukti perolehan tanah bermeterai,
disaksikan oleh 2 orang saksi dan diketahui oleh Kepala Desa/Kelurahan.
b. Surat pernyataan telah memasang tanda batas bidang tanah (bermeterai)
c. Hak Milik untuk Badan Keagamaan/Badan Sosial :
- SK Penunjukan badan Hukum
- Surat pernyataan Penggunaan Tanah oleh Pemohon.
d. Hak Milik untuk Bank-Bank Pemerintah
- SK Penunjukan badan Hukum
- Surat pernyataan penggunaan tanah
- Surat Rekomendasi dari Kepala BPN
e. Hak Milik untuk perkumpulan koperasi pertanian
- Surat Rekomendasi dari Kepala BPN
f. HGU Badan Hukum
- Ijin Lokasi
- Ijin Usaha
- SK Pelepasan Kawasan Hutan (apabila berasal dari kawasan Hutan)
- Penyerahan dari masyarakat adat (apabila tanahnya berasal dari tanah
adat/ulayat)
- Rekomendasi dari menteri pertambangan (apabila tanahnya terletak pada
kawasan pertambangan)
-Persetujuan dari BKPM (apabila menggunakan fasilitas PMA/PMDN)
g. Hak Pakai Badan Hukum
- Ijin Lokasi (sesuai ketentuan yang berlaku)
h. Hak Pengelolaan
- Proposal pengusahaan tanah jangka penjang dan jangka pendek
- SK Pencadangan tanah dari Gubernur/Bupati (untuk program
Transmigrasi)
i.Untuk tanah yang berasal dari Pemerintah Pusat
(Departemen/LPND/BUMN)
- Ijin Pelepasan dari Menteri BUMN (asset BUMN)
- Ijin Pelepasan dari Menkeu (asset Departemen, LPND)
- SK Persetujuan DPR/Presiden/Menkeu (perolehan tanah setelah UU No. 1
tahun 2004)
- SK Pelepasan dari Menteri Pengguna asset
- Berita Acara Pelepasan Hak
- Bukti Sertipikat Tanah atas nama Departemen/LPND/BUMN
j. Untuk tanah yang berasal dari Pemerintah Propinsi dan BUMD
- Ijin Mendagri (perolehan tanah sebelum otda)
- Persetujuan dari DPRD Propinsi
- Persetujuan Gubernur
- Berita Acara penghapusan Asset
14
k.Untuk tanah yang berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota dan BUMD
- Ijin Mendagri (perolehan tanah sebelum otda)
- Persetujuan dari DPRD Kabupaten/Kota
- Persetujuan Bupati/Walikota
- Berita Acara penghapusan asset
l. Untuk tanah yang berasal dari pemerintah desa
- Surat Pernyataan Penguasaan fisik
- Penetapan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi
- Berita Acara serah terima tanah Pengganti
- Akte/Surat pelepasan hak atas tanah Kas Desa yang dibuat dihadapan
Camat/Kepala Kantor Setempat
- Foto Copi Petok D/Girik/Letter C Desa yang dilegalisir oleh kepala desa
setempat (bagi yang sudah terdaftar dalam buku c desa)
- Fotocopi sertipikat tanah pengganti atas nama Pemerintah desa yang
bersangkutan (jika perolehannya berasal dari tukar menukar)
m. Untuk tanah yang berasal dari Bekas Milik Asing/badan hukum
- Rekomendasi Tim Asistensi Propinsi
- Persetujuan Menkeu cq. Dit Perbendaharaan
- Berita Acara Penaksiran oleh Tim Interdep
- Bukti pelunasan pembayaran tanah yang dimohon
- Surat pernyataan tidak sengketa
- Surat pernyataan tanah-tanah yang dipunyai pemohon.
n. Untuk Tanah yang berasal dari P3MB/Prk. 5
- Surat ijin penghunian dari instansi yang berwenang
- Surat dari kantor imigrasi
- Surat keterangan dari lembaga versiuis, badan peradilan, instansi pajak
- Pengumuman di media cetak
- Ijin membeli (dari BPN)
- Berita Acara penaksiran oleh tim Penaksir
o. HGB/HP diatas Tanah Hak Pengelolaan
- Surat perjanjian Penyerahan Penggunaan Tanah yang memuat antara lain :
perjanjian pemanfaatan tanah HPL
p. Perpanjangan jangka waktu Hak Atas Tanah
- Sertipikiat Hak Atas Tanah
- Rekomendasi dari Instansi Terkait (Apabila diperlukan)
- Surat pernyataan tidak sengketa
q. Perpanjangan jangka waktu Pembayaran Uang Pemasukan kepada Negara
dan Pendaftaran Hak Atas Tanah
- Surat Keputusan Pemberian Hak Atas tanah
- Keterangan alasan keterlambatan pembayaran
3. Ralat Surat keputusanPemberian/Pembaharuan Hak Atas Tanah
a. SKPH
b. Keterangan alas an permohonan ralat
4. Peralihan Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun dan Tanah Wakaf
a. Sertipikat Hak Atas Tanah
b. Akta PPAT atau Risalah Lelang atau Putusan Pengadilan atau akta ikrar
wakaf atau Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf
c. Bukti pembayaran BPHTB
15
5. Pengakuan Hak dan Penegasan Hak/Konversi
a. Bukti pemilikan bekas hak lama
b. Pernyataan penguasaan oleh yang bersangkutan
6. Pendaftaran Tanah Wakaf
a. Surat pengesahan sebagai nadzir
b. Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf
(APAIW)
c. Surat-surat tanah atau sertipikat
7. Pendaftaran, Cessi/Subrogasi dan Roya Hak Tangungan
a. Pendaftaran Hak Tanggungan
- Sertipikat hak Atas Tanah Asli
- Lembar ke 2 APHT
- Salinan APHT
- SKMHT (bila ada)
b. Roya Hak Tanggungan
- Sertipikat Hak Atas Tanah
- Sertipikat hak Tanggungan
- Concent Roya (apabila sertipikat Hak Tanggungan tidak dapat diserahkan
- Surat Keterangan tentang hapusnya hak tanggungan yang dibuktikan
dengan :
Þ Pernyataan kreditor bahwa hutangnya lunas atau
Þ Risalah lelang atau
Þ Penetapan pengadilan tentang kepailitan kreditor
c. Peralihan Hak Tanggungan
- Sertipikat Hak Atas Tanah
- Sertipikat hak Tanggungan
- Akta Cessie atau Akta Subrogasi
8. Pencatatan dan Pengangkatan Sita Jaminan , Blokir dan Catatan lainnya
a. Pencatatan (permohonan blokir, sita jaminan dan catatan lainnya)
- Untuk perorangan (hanya untuk permohonan blokir)
- Surat gugatan (apabila ada)
- Untuk pro justita
- Surat dari pengadilan negeri, Jaksa, Polisi, Kantor Lelang, atau instansi
lain yang berwenang.
- Berita Acara dan Salinan Penetapan Sita Jaminan
b. Penghapusan
- Untuk perorangan (hanya untuk permohonan blokir)
- Batas waktu telah berakhir (apabila tidak diikuti dengan gugatan)
-Untuk Pro Justita
- Surat pemberitahuan pengakuan sita jaminan, blokir dan catatan lain dari
Pengadilan Negeri, Jaksa, Polisi Kantor Lelangatau instansi lain yang
berwenang.
- Berita Acara dan Salinan Penetapan Pengangkatan Sita Jaminan
9. Perubahan/Ganti Nama Sertipikat
a. Keterangan perubahan dari Notaris (untuk Badan Hukum)
b. Penetapan Pengadilan (untuk perorangan yang tunduk pada hukum
perdata)
c. Surat pernyataan yang dikuatkan oleh Kepala Desa/Lurah dan Camat
16
d. Keputusan pejabat yang berwenang perubahan
10. Perubahan Hak Atas Tanah
a. Perubahan hak atas tanah dari Hak Guna Bangunan /Hak Pakai menjadi
Hak Milik untuk Rumah Susun
- Sertipikat Hak Guna Bangunan /Hak Pakai (luas tidak lebih dari 200 M2
untuk perkotaan atau tidak lebih dari 400 M2 untuk luar perkotaan)
- Akta Jual Beli / Surat Perolehan (tidak lebih dari Rp. 30.000.000,-)
- Surat persetujuan dari Debitor (jika dibebani Hak Tanggungan)
b. Perubahan Hak Atas Tanah dari Hak Milik Menjadi Hak Guna Bangunan
atau Hak Pakai dan Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai
- Sertipikat Hak Milik atau Hak Guna Bangunan
- Kutipan Risalah Lelang
- Surat Persetujuan dari Debitor (jika dibebani Hak Tanggungan)
11. Pemecahan/Pemisahan/Penggabungan Hak
a. Sertipikat Hak Atas Tanah
b. Ijin/Rekomendasi (bagi yang memerlukan ijin/rekomendasi)
12. Sertipikat Pengganti
a. Sertipikat yang rusak atau sertipikat blanko lama
b. Surat keterangan dari kepolisian dan pengumuman (bagi sertipikat hilang)
13. Pembatalan Hak Atas Tanah
a. Sertipikat atau pengumuman (jika sertipikat tidak dapat dilampirkan)
b. Salinan putusan pengadilan dan Berita Acara Eksekusi (apabila
didasarkan pada putusan pengadilan)
14. Pengecekan sertipikat dan permohonan SKPT Sertipikat hak Atas tanah
dan atau fotocopinya
15. Fotocopi warkah (ijin tertulis dari Kakanwil BPN)
16. Pendaftaran tanah hasil Redistribusi (Sertipikat hak atas Tanah)
17. Mediasi dan Fasilitas Bidang Pertanahan
a. Peta bidang tanah/surat ukur
b. Data kepemilikan penguasan tanah
c. Fotocopi sertipikat/Buku tanah, SK pemberian Hak Atas Tanah
d. Dokumen-dokumen mengenai obyek tanah
e. Surat lain yang berkaitan dengan obyek tanah
18. Ijin Perubahan Penggunaan tanah pertanian ke Non Pertanian
a. Fotocopi tanda bukti hak tanah/sertipikat
b. Surat pernyataan permohonan
c. Rencana kegiatan pembangunan dari pemohon d. Denah/Gambar rencana
pembangunan
19. Ijin Peralihan hak Tanah Pertanian
a. Tanda Bukti hak Tanah (sertipikat atau kutipan C desa)
b. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
c. Surat pernyataan pemohon.Menurut Sunario Basuki, urut-urutan
permohonan untuk memperoleh hak atas tanah dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pemohon mengajukan permohonan hak dengan mengisi formulir
Permohonan Hak yang tersedia dengan dilampirkan surat-surat yang
diperlukan mengenai pemohon dan surat-surat tanah yang dimohonkan hak
atas tanahnya.
17
Surat permohonan diajukan kepada pejabat yang berwenang memberikan
hak sesuai dengan:
a. Jenis hak yang dimohon;
b. Peruntukan tanahnya (tanah pertanian atau non pertanian);
c. Luas tanah yang dimohon.
Permohonan ini diajukan melalui Kepala Kantor Pertanahan yang daerah
kerjanya meliputi Desa/Kelurahan letak tanahnya. Dalam mengajukan
permohonan hak, pemohon melampirkan:
1) Surat-surat bukti perolehan tanahnya;
2) Surat-surat tentang Pemohon ( Orang atau Badan Hukum);
3) Surat-surat tentang prosedur, antara lain biaya yang harus dibayar terlebih
dahulu.
18
Kepala seksi pendaftaran tanah membukukan hak yang bersangkutan dalam
buku tanah dan mencantumkan nomor urut hak yang bersangkutan di
Kelurahan/Desa letak tanahnya dan dilampirkan Surat Ukur pada Buku
Tanah tersebut.
Surat ukur telah dibuat terlebih dahulu setelah bidang tanah tersebut
ditetapkan batas-batasnya dan diukur luasnya berdasarkan Peta Pendaftaran.
Menyalin data tersebut dalam Salinan Buku Tanah sebagai bagian dari
Sertifikat Hak Atas Tanah bersama Surat Ukur.
5. Pemegang Hak
Kepada pemegang hak diserahkan Sertifikat (terdiri dari Salinan Buku
Tanah dan Surat Ukur) sebagai tanda bukti haknya.
Apabila proses tersebut sudah dilaksanakan, kapan hakatas tanah yang
diproses lahir? Hak atas tanah yang diperoleh karena pemberian hak, lahir
(terjadi) pada saat dibuatkan buku tanah hak yang bersangkutan
(pendaftaran pertama kali), yaitu dicatat jenis haknya, dan nama pemegang
haknya. Secara yuridis ditetapkan tanggal lahirnya hak yang bersangkutan
secara pasti, yaitu hari kerja ke tujuh terhitung sejak surat-surat untuk
keperluan pendaftaran hak yang bersangkutan dinyatakan lengkap. Kepala
seksi pendaftaran hak memberikan surat tanda terima kepada penerima hak.
Dalam permohonan hak ini, fungsi pendaftaran tanah adalah:
1) Untuk keperluan pembuktian
2) Sebagai syarat konstitutif (syarat yang harus dipenuhi untuk lahirnya hak
yang bersangkutan)
19
BAB III
TERJADINYA HAK PAKAI ATAS TANAH
20
§ apabila badan hukum: nama, tempat kedudukan, akta pendirian, pengesahan
dari pejabat yang berwenang dan tanda daftar perusahaan, jika dikuasakan kepada
pihak lain perlu dilengkapi dengan surat kuasa yang dilampiri fotocopy
KTP/Paspor penerima kuasa dan pemberi kuasa
§ apabila instansi Pemerintah/Pemerintah Daerah Provinsi /Kab./Kota dan desa
tidak memerlukan syarat-syarat subyek tersebut di atas, tetapi cukup dengan surat
permohonan yang memuat nama instansi dan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
2). keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik,
yaitu:
§ dasar penguasaan atau alas haknya dapat berupa sertipikat, girik, surat kapling,
surat-surat bukti pelepasan hak/ pembebasan tanah dan pelunasan tanah dan
bangunan dan atau tanah yang telah dibeli dari pemerintah, putusan pengadilan,
akta PPAT, akta pelepasan hak, dan surat-surat bukti perolehan tanah lainnya.
§ letak, batas-batas dan luasnya (jika ada Peta Bidang tanah/ surat ukur sebutkan
tanggal dan nomor serta NIB-nya.
§ jenis tanah (pertanian/non pertanian)
§ rencana penggunaan tanah.
§ status tanahnya (tanah hak atau tanah negara)
§ jika pemohon Instansi Pemerintah dilengkapi surat pernyataan asset
sebagaimana diuraikan dalam SE KPBN No.500-1255 tanggal 4 Mei 1992.
b. Data Pendukung
1). Mengenai Pemohon:
§ jika perorangan: fotocopy identitas pemohon atau kuasanya (KTP, surat
keterangan domisili dan SIM)
§ jika badan hukum: fotocopy akta pendirian badan hukum, pengesahan badan
hukum dari pejabat yang berwenang dan tanda daftar perusahaan.
§ apabila Instansi Pememrintah/Pemerintah daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota dan
desa tidak memerlukan syarat-syarat subyek tersebut di atas, tetapi cukup dengan
surat permohonan yang memuat nama instansi dan ditandatangani oleh pejabat
yang berwenang.
21
2). keterangan mengenai tanahnya:.
§ perizinan; izin lokasi/penetapan lokasi atau pelepasan HGU dari Kepala BPN
apabila tanahnya berasal dari HGU
§ data fisik: Surat Ukur/Peta bidang tanah/NIB
§ data yuridis: dalam penjelasan tersendiri pada angka 2
3). NJOP (SPPT PBB/bukti lunas PBB) tahun berjalan dan NPTTKUP tahun
berjalan.
c. Lain-lain
1). Surat pernyataan tidak sengketa yang dibuat oleh pemohon di atas kertas
bermeterai cukup
2). keterangan mengenai jumlah bidang, luas, dan status tanah-tanah yang
dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang dimohon
3). Surat Pernyataan mengenai rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah yang
dimohon (berisi penggunaan tanah saat ini dan rencana penggunaan dan
pemanfaatan tanah apabila akan merubah penggunaan dan pemanfaatan
tanahnya).
22
§ riwayat tanah/bukti perolehan tanah (hubungan hukum sebagai alas hak) dari
hunian/garapan terdahulu.
§ surat pernyataan penguasaan fisik oleh pemohon yang disaksikan oleh 2 (dua)
orang dia atas kertas bermeterai cukup, isinya menyatakan tanah yang dimohon
dikuasai secara fisik dan tidak dalam keadaan sengketa, apabila terdapat gugatan
dari pihak lain menjadi tanggung jawab pemohon.
c. Tanah Negara asal konversi hak barat (Keppres Nomor. 32 Tahun1979)
§ foto copy sertipikat/akta verponding bagi bekas pemegang hak yang secara fisik
masih menguasai bidang tanah atau SKPT bagi bukan pemegang hak.
§ bukti perolehan/penyelesaian bagunan dari bekas pemegang hak (jika ada
bangunan milik bekas pemegang hak).
§ apabila masih terdaftar dalam penguasaan pemerintah/occupasi TNI/POLRI,
diperlukan surat keterangan dari daftar occupasi TNI/POLRI.
§ surat pernyataan pemohon yang disaksikan oleh 2 (dua) orang diatas kertas
bermeterai cukup dan dikuatkan oleh Kepala desa/lurah setempat, isinya
menyatakan tanah yang dimohon dikuasai secara fisik dan tidak dalam keadaan
sengketa, apabila terdapat gugatan dari pihak lain menjadi tanggung jawab
pemohon.
23
§ keputusan desa/peraturan desa yang disetujui oleh Badan Perwakilan Desa
(BPD) yang berisi tentang persetujuan tidak keberatan, luas tanah, letak, batas-
batas dan besarnya ganti rugi yang disepakati.
§ akta pelepasan hak yang dibuat oleh dan dihadapan notaris/camat/Kepala
Kantor Pertanahan setempat.
24
§ berita acara pelepasan asset dari daftar inventaris yang dibuat oleh pemerintah
daerah (provinsi/kabupaten/kota)
§ untuk tanah yang sudah terdaftar, berita acara pelepasan hak yang dibuat
dihadapan kakantah, notaris atau camat
§ bukti sertipikat pengganti (jika perolehan berdasarkan tukar menukar).
25
3. Tata Cara Pemberian Hak Pakai
a. Dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 9 Tahun
1999, dinyatakan bahwa Permohonan Hak Pakai, diajukan kepada Menteri
melalui Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang
bersangkutan,
b. Setelah berkas permohonan diterima, Kepala Kantor Pertanahan:
1). memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan fisik;
2). mencatat dalam formulir;
3). memberi tanda terima berkas permohonan; dst
sampai pada proses, bahwa berkas permohonan tersebut siap untuk diterbitkan
keputusan pemberian hak atau keputusan penolakan yang disertai dengan alasan
penolakannya.
c. Dalam hal keputusan pemberian hak pakai tidak dilimpahkan kepada
Kepala kantor Pertanahan, maka berkas permohonan tersebut diteruskan kepada
Kepala Kantor wilayah disertai pendapat dan pertimbangannya,
d. Dalam hal keputusan pemberian hak pakai tidak dilimpahkan kepada
Kepala kantor Wilayah, maka berkas permohonan tersebut diteruskan kepada
Menteri (Kepala BPN RI) disertai pendapat dan pertimbangannya,
1. Hak Pakai Untuk Orang Asing
a. Dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 pasal 1 dan penjelasnnya,
disebutkan bahwa: orang asing yang berkedudukan di Indonesia dapat memiliki
sebuah rumah untuk tempat tinggal atau hunian dengan hak atas tanah.
§ pemilikan tersebut tetap dibatasi pada satu buah rumah, adapun tujuan
pembatasan ini adalah untuk menjaga agar kesempatan pemilikan tersebut tidak
menyimpang dari tujuannya, yaitu sekedar memberikan dukungan yang wajar
bagi penyelenggaraan usaha orang asing tersebut di Indonesia.
§ Orang asing yang kehadirannya di Indonesia memberi manfaat bagi
pembangunan nasional dapat memiliki sebuah rumah tempat tinggal atau
hunian dalam bentuk rumah dengan hak atas tanah tertentu atau satuan rumah
susun yang dibangun di atas Hak Pakai atas tanah negara.
26
§ Orang asing dari segi kehadirannya di Indonesia dapat dibagi 2 golongan yaitu:
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia secara menetap (penduduk
Indonesia- dengan Izin Tinggal Tetap), dan orang asing yang tidak tinggal di
Indonesia secara menetap melainkan hanya sewaktu-waktu berada di Indonesia
(izin kunjungan atau izin keimigrasian lainnya berbentuk tanda diterakan pada
paspor atau dokumen keimigrasian lainnya ).
b. Rumah tempat tinggal atau hunian yang dapat dimiliki oleh orang asing,
adalah:
1). Rumah yang berdiri sendiri yang dibangun di atas bidang tanah:
§ Hak Pakai atas tanah negara;
§ yang dikuasai berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah,
2). Satuan Rumah Susun yang dibangun di atas bidang tanah Hak Pakai atas
tanah Negara
c. Perjanjian:
1). dibuat secara tertulis antara orang asing yang bersangkutan dengan pemegang
hak atas tanah,
2). wajib dicatat dalam buku tanah dan sertipikat hak atas tanah yang
bersangkutan.
3). dibuat untuk jangka waktu yang disepakati, tetapi tidak lebih lama dari dua
puluh lima tahun,
27
kemudian didaftarkan pada Kantor Pertanahan, demikian juga persyaratan
pembangunan rumah harus mengikuti ketentuan yang berlaku, misalnya mengenai
IMB.
2). Orang asing dapat memperoleh Hak Pakai atas tanah Hak Milik atau Hak
Sewa Untuk Bangunan atau persetujuan penggunaan dalam bentuk lain wajib
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3). Dalam hal rumah hunian atau tempat tinggal yang akan dipunyai oleh orang
asing berbentuk satuan rumah susun, maka orang asing yang bersangkutan harus
membeli Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dibangun di atas tanah Hak
Pakai atas tanah Negara.
28
3. Hak Pakai atas tanah negara dapat diperpanjang Jangka Waktu dan
diperbaharui Haknya atas permohonan pemegang hak , jika memenuhi syarat :
a. tanahnya masih dipergunakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat dan
tujuan pemeberian hak tersebut;
b. syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh pemegang
hak; dan
c. pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak pakai.
4. Syarat-syarat permohonan perpanjangan dan pembaharuan hak pakai adalah :
a. Permohonan diajukan secara tertulis melalui Kepala Kantor Pertanahan
Kab/Kota, yang memuat:
1). keterangan mengenai pemohon:
§ apabila perorangan: nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan
pekerjaan serta mengenai isteri/suami dan anaknya yang masih menjadi
tanggungannya, jika dikuasakan kepada pihak lain perlu dilengkapi dengan surat
kuasa yang dilampiri fotocopy KTP/paspor penerima kuasa dan pemberi kuasa.
§ apabila badan hukum: nama, tempat kedudukan, akta pendirian, pengesahan
dari pejabat yang berwenang dan tanda daftar perusahaan, jika dikuasakan kepada
pihak lain perlu dilengkapi dengan surat kuasa yang dilampiri fotocopy
KTP/Paspor penerima kuasa dan pemberi kuasa
2). keterangan data yuridis: sertipikat dan Peta bidang tanah/surat ukur (apabila
terdapat perubahan luas/batas-batas)
b. Data pendukung:
1). Surat pernyataan tidak dalam sengketa yang dibuat oleh pemohon di atas
kertas bermeterai cukup.
2). NJOP (SPPT PBB/ bukti lunas PBB) tahun berjalan dan NPTTKUP tahun
berjalan
29
BAB IV
PERALIHAN DAN HAPUSNYA HAK PAKAI
A. Peralihan Hak Pakai
Hak Pakai yang diberikan atas tanah negara untuk jangka waktu tertentu dan hak
pakai atas tanah hak pengelolaan dapat beralih dan dialihkan pada pihak lain,
1. Hak Pakai atas tanah Hak Milik hanya dapat dialihkan apabila hak tersebut
dimungkinkan dalam perjanjian pemberian hak Pakai atas tanah Hak Milik yang
bersangkutan.
2. Peralihan Hak pakai terjadi karena:
1). jual beli;
2). tukar menukar;
3). penyertaan dalam modal;
4). hibah;
5). pewarisan.
3. Peralihan Hak Pakai wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan;
4. Peralihan Hak Pakai karena jual beli, kecuali jual beli melalui lelang, tukar
menukar, penyertaan dalam modal, dan hibah harus dilakukan dengan akta yang
dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah.
5. Jual beli yang dilakukan melalui pelelangan dibuktikan dengan berita acara
lelang
6. Peralihan Hak Pakai karena pewarisan harus dibuktikan dengan surat wasiat
atau surat keterangan waris yang dibuat oleh instansi yang berwenang,
7. Pengalihan Hak pakai atas tanah hak Pengelolaan harus dilakukan dengan
persetujuan tertulis dari pemegang Hak pengelolaan,
8. Pengalihan Hak pakai atas tanah Hak Milik harus dilakukan dengan
persetujuan tertulis dari pemegang hak Milik yang bersangkutan.
Hak Pakai atas tanah Negara dan atas tanah Hak Pengelolaan selain dapat
dialihkan juga dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan,
dan Hak Tanggungan tersebut hapus dengan hapusnya Hak Pakai.
30
B. Hapusnya Hak Pakai
1. Jangka Waktu Hak Pakai
a. Hak Pakai dengan jangka waktu tertentu yaitu untuk Warga Negara
Indonesia; dan Orang asing yang berkedudukan di Indonesia, dengan ketentuan
bahwa:
§ Jangka waktu paling lama dua puluh lima tahun dan dapat diperpanjang untuk
jangka waktu paling lama dua puluh tahun atau diberikan untuk jangka waktu
yang tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu dan
Sesudah jangka waktu Hak Pakai atau perpanjangannya habis, kepada pemegang
hak dapat diberikan pembaharuan Hak Pakai atas tanah yang sama
§ Untuk jangka waktu yang disepakati sesuai perjanjian, tetapi tidak lebih lama
dari dua puluh lima tahun, jangka waktu dapat diperbarui untuk jangka waktu
yang tidak lebih lama dari dua puluh lima tahun, atas dasar kesepakatan yang
dituangkan dalam perjanjian yang baru, spanjang orang asing tersebut masih
berkedudukan di Indonesia.
b. Jangka Waktu tidak ditentukan (Selama dipergunakan) untuk keperluan
tertentu, diberikan kepada:
1). Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Pemerintah Daerah;
2). Perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional;
3). Badan-badan keagamaan dan sosial
31
d. dilepaskan secara suka rela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu
berakhir;
e. dicabut berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961;
f. diterlantarkan dan atau tanahnya musnah;
g. Pemegang hak tidak lagi memenuhi syarat: sebagai: Warga Negara
Indonesia; Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia; Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen,
dan Pemerintah Daerah; Badan-badan keagamaan dan sosial; Orang asing yang
berkedudukan di Indonesia; Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di
Indonesia Perwakilan Negara asing dan perwakilan badan Internasional, maka:
1). dalam waktu 1 (satu) tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu pada
pihak lain yang memenuhi syarat.
2). apabila dalam jangka satu tahun haknya tidak dilepaskan atau dialihkan, hak
tersebut hapus karena hukum dengan ketentuan hak-hak pihak lain yang trkait di
atas tanah tersebut tetap diperhatikan.
h. Apabila orang asing yang memiliki rumah yang dibangun di atas tanah Hak
Pakai atas tanah Negara, atau berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas
tanah tidak lagi berkedudukan di Indonesia, maka dalam jangka waktu satu tahun
wajib melepaskan atau mengalihkan hak atas rumah dan tanahnya kepada orang
lain yang memenuhi syarat.
i. Apabila dalam jangka waktu satu tahun haknya tidak dilepaskan atau
dialihkan kepada pihak lain yang memenuhi syarat, maka apabila:
1). Rumah tersebut dibangun di atas tanah Hak Pakai atas tanah Negara, rumah
beserta tanahnya dikuasai Negara untuk dilelang
2). Rumah tersebut dibangun di atas tanah berdasarkan perjanjian, maka rumah
tersebut menjadi milik pemegang hak atas tanah yang bersangkutan.
j. Hapusnya Hak pakai atas tanah Negara, mengakibatkan tanahnya menjadi
tanah Negara, Hapusnya Hak pakai atas tanah Hak Pengelolaan, mengakibatkan
tanahnya kembali dalam penguasaan pemegang Hak Pengelolaan dan Hapusnya
Hak Pakai atas tanah Hak milik mengakibatkan tanahnya kembali dalam
penguasaan pemegang Hak Milik.
32
Dalam pasal 57 PP 40/1996 disebutkan bahwa:
(1) Apabila Hak Pakai atas tanah Negara hapus dan tidak diperpanjang atau
diperbaharui, maka bekas pemegang Hak Pakai wajib membongkar bangunan dan
benda-benda yang ada di atasnya dan menyerahkan tanahnya kepada negara
dalam keadaan kosong selambat-lambatnya dalam waktu satu tahun sejak
hapusnya Hak Pakai.
(2) Dalam hal bangunan dan benda-benda masih diperlukan, kepada bekas
pemegang hak diberikan ganti rugi.
(3) Pembongkaran bangunan dan benda-benda sebagimana, dilaksanakan atas
biaya bekas pemegang Hak Pakai.
(4) Jika bekas pemegang Hak Pakai lalai dalam kewajiban, maka bangunan dan
benda-benda yang ada di atasnya dibongkar oleh Pemerintah atas biaya bekas
pemegang Hak Pakai.
33
BAB V
Prosedur pendaftaran Tanah Hak pakai perorangan bagi Warga Negara
Asing (WNA)
34