Anda di halaman 1dari 14

Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta

PERUBAHAN MORFOLOGI KAWASAN DUSUN SUKUNAN DI


YOGYAKARTA
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum
Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Email: kuri2618@gmail.com.

Abstract: Sukunan village officially became "Kampung Wisata Lingkungan" on January 19, 2009.
Morphology changes Sukunan village continues from 2003 until 2015. Research on Sukunan village
is very useful to know how the morphological changes in Sukunan village and what factors are
influential. The method used in this research is analytical descriptive with qualitative approach
through field observation, documentation, depth interview, area mapping and literature study.
Analysis method used tissue analysis method to find the morphological changes of Sukunan village.
Researchers found that morphological changes were influenced by increasing numbers of inhabitants
coupled with the number of new buildings increasing randomly in all directions and irregular and
causing narrowing of farmland. In addition, the number of tourist visits increased from 2010 to
2015 leading to new economic growth in Sukunan village which was seen in the addition of new
buildings in the form of kiosks, shops and other commercial buildings, including the addition of
public buildings supporting village tourism activities.

Keyword: morfology, Sukunan village, population increase, tourism activities

Abstraksi: Dusun Sukunan resmi menjadi "Kampung Wisata Lingkungan" pada tanggal 19 Januari
2009. Perubahan Morfologi dusun Sukunan terus berlangsung dari tahun 2003 sampai tahun
2015. Penelitian pada dusun Sukunan sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana perubahan
morfologi pada dusun Sukunan dan faktor-faktor apa yang berpengaruh. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif melalui observasi
lapangan, dokumentasi, wawancara mendalam, pemetaan kawasan dan studi kepustakaan. Metode
Analisis digunakan metode analisis tissue untuk menemukan perubahan morfologi dusun Sukunan.
Peneliti menemukan perubahan morfologi dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang meningkat
dibarengi dengan jumlah bangunan baru bertambah secara acak ke segala arah dan tidak beraturan
dan menyebabkan penyempitan lahan hunian. Selain itu, jumlah kunjungan wisata meningkat
dari tahun 2010 sampai tahun 2015 menyebabkan pertumbuhan ekonomi baru di dusun Sukunan
yang terlihat pada tambahnya bangunan-bangunan baru berupa kios, toko dan bangunan komersil
lainnya, termasuk penambahan bangunan publik pendukung aktifitas wisata dusun.

Kata Kunci: morfologi, dusun Sukunan, pertumbuhan penduduk, aktifitas wisata.

PENDAHULUAN Data demografi penduduk dusun Sukunan


pada tahun 2009-2010 penduduk desa berjumlah
Dusun sukunan terletak di desa Banyuraden 287 KK dengan jumlah jiwa 861 orang.
kecamatan Gamping Kabupaten Sleman kemudian pada tahun 2015 jumlah penduduk
Yogyakarta. Jarak tempuh 5 km dari arah barat meningkat menjadi 300 KK dengan jumlah jiwa
Tugu Yogyakarta dengan waktu tempuh ± 15 900 orang. Dusun Sukunan berada dekat
menit. Luas wilayah dusun Sukunan yaitu; 19,9 kawasan kota Yogyakarta dan masyarakat yang
Ha, terdiri dari lahan hunian 6,84 Ha, lahan berada di dusun Sukunan adalah masyarakat
pertanian atau sawah 5 Ha, lahan perkebunan heterogen yang memiliki latar belakang
0,79 Ha, lahan hutan bambu 2 Ha, lahan makam pekerjaan yang berbeda-beda.
0,33 Ha, lahan kawasan bangunan embung 1 Ha, Dusun Sukunan resmi menjadi Kampung
lahan kavling perumahan 0,24 Ha, dan luas Jalan Wisata Ecoturism pada tanggal 19 Januari 2009.
lingkungan 1 Ha. Sesuai data dari Dinas Kebudayaan dan

53
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

Pariwisata pada tahun 2010 menunjukan jumlah tanpa tergantung pada Tempat Pembuangan
pengunjung wisata yang berkunjung pada tahun Akhir (TPA) yang disediakan pemerintah, dan
2004 berjumlah 153 orang dan terus meningkat akibatnya lingkungan menjadi lebih sehat, bersih
pada tahun 2010 pengunjung berjumlah 6514 dan asri.
orang baik domestik maupun mancanegara. Hal
ini menunjukan bahwa di dusun Sukunan Aktifitas lain yang memiliki potensi yang ada
penduduk terus bertambah dan dan dusun di dusun Sukunan yaitu: wisata lingkungan dan
Sukunan semakin banyak diminati pengunjung pengolahan kotoran sapi untuk energi biogas
untuk berwisata. pada kandang sapi. Dalam teori, kota terbentuk
dalam waktu bertahun-tahun melalui kerja keras
semua orang, digerakkan oleh keinginan,
kesempatan, dan evolusi kondisi yang berubah,
maka kota selalu berada dalam keadaan yang
terus berubah sejalan dengan perubahan kondisi
sosial ekonomi sepanjang perjalanan sejarahnya.
(Gallion & Eisner, 1992).
Keunikan yang kedua yaitu; dusun Sukunan
memiliki satu embung atau danau buatan yang
dibangun oleh pemerintah pada tahun 2012. Saat
Gambar-1: Peta batas kawasan dusun Sukunan ini embung digunakan untuk menampung air dari
selokan dan dimanfaatkan untuk pengairan bagi
Kawasan Dusun Sukunan lahan pertanian. Potensi lain yang ada pada
Pada Sisi bagian timur berbatasan dengan embung yaitu digunakan sebagai sebagai tempat
kampung Patran; pada sisi bagian barat pemancingan bagi warga dusun Sukunan dan
berbatasan dengan kampung Cokro Wijayan; warga dusun atau masyarakat lain yang
pada sisi bagian utara berbatasan dengan desa berdatangan dari luar.
Modinan; dan pada sisi bagian selatan berbatasan
dengan pesawahan dan hutan bambu. Dari aspek Khususnya bagi masyarakat yang hidup
kesejarahan lokasi dusun Sukunan dinamakan diwilayah perkotaan embung merupakan hal
sebagai dusun Sukunan karena dahulu sebelum yang langka untuk melihat daerah tangkapan air
dibangun dusun sukunan terdapat pohon-pohon yang dibangun. Kebijakan ini tentunya telah
sukun, yang kemudian dikembangkan menjadi menyalahi Perundang-undangan tentang RTRW.
kawasan hunian. Pada waktu jaman Diponegoro Menurut peraturan tata hijau, area perkotaan
melakukan perang gerilya di Gua Selarong,
terlebih dahulu beliau menggunakan hutan
Sukun yang berada di barat nDalem Tegalrejo
untuk menyusun strategi perang. Ada tiga
pengikut yang ditugasi tetap memimpin perang
di hutan sukun, mereka adalah Cokrojoyo,
Somondoro serta Potrojoyo. Pada pertempuran
tersebut Cokrojoyo gugur.
Dari aspek keunikan kawasan yang pertama
yaitu; dusun Sukunan merupakan salah satu
dusun yang dikenal dengan pengolahan sampah
mandiri, warga masyarakat dapat mengolah
sampah rumah tangga menjadi berbagai macam Gambar-2: Tipe rumah modern satu lantai di dusun
kerajinan, sehingga mempunyai nilai ekonomis, Sukunan

54
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta

Gambar-3: Tipe rumah limasan di dusun Sukunan Gambar-4: Tipe rumah modern dua lantai di dusun
Sukunan

Gambar-5: Peta kondisi existing kawasan dusun Sukunan tahun 2016

Gambar-6: Bank Sampah Gambar-7: Pendopo tempat pertemuan

55
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

Gambar-8: Bangunan Sekretariat Budaya Gambar-9: Bengkel Pengolahan Styrofoam

Tipologi bentuk rumah limasan Jawa yang tempat-tempat bersejarah warisan budaya dan
ada di dusun Sukunan hanya 3 (tiga) unit yang dapat menghasilkan keuntungan.
ditemukan peneliti karena sebagian besar sudah
punah. Perubahan ini didasari oleh keinginan Dusun Sukunan juga memiliki hutan bambu
masayarakat untuk berkembang kearah modern yang tumbuh mengitari 3/4 wilayah dusun
karena sebagian msyarakat menganggap bentuk Sukunan yaitu pada sisi barat utara, dan timur
arsitektur tradisional sudah kuno dan dusun ditumbuhi pohon bambu dan tetap masih
ketinggalan jaman. dijaga dan dipelihara dengan baik.
Terdapat satu mata air (belik) berukuran ± Latar Belakang Masalah
4x6 meter yang menampung air yang bersumber Dusun Sukunan adalah sebuah kawasan
dari mata air. Pada saat musim kemarau belik dusun yang terletak di Yogyakarta. Kawasan
ini tidak pernah mengalami kekeringan. Kondisi dusun Sukunan adalah kawasan hunian
fisik bangunan belik pada masa sebelumnya penduduk dan menjadi tempat wisata yang
hanya dibendung dengan menggunakan batu merangsang munculnya aktifitas sosial, ekonomi
batu kali. Pada tahun 2012 Pemerintah dan budaya masyarakat setempat. Aktifitas
merenovasi bangunan belik bersamaan dengan wisata dengan jumlah kunjungan wisata yang
pembangunan embung Sukunan terus meningkat mendorong pertumbuhan
ekonomi baru masyarakat dusun Sukunan,
Sesuai hasil wawancara peneliti dengan antara lain terlihat pada munculnya bangunan
Bapak Tedjo (60 tahun) sebagai tokoh kios dan toko baru serta bangunan komersil
budayawan dusun Sukunan dan bapak Triyadi lainnya sebagai sumber pendapatan mereka.
(50 tahun) sebagai penduduk asli dusun
Sukunan yang menceritakan sejarah dari Untuk mendukung aktifitas wisata, sosial dan
bangunan belik yang ada di dusun Sukunan budaya masyarakat di dusun Sukunan bersama-
merupakan salah satu dari tujuh belik yang sama aparat kampung dan masyarakat setempat
dibangun oleh kraton pada abad 1800 di menyiapkan prasarana dengan membangun
Yogyakarta sebagai tempat pemandian raja dan fasilitas publik. Fenomena ini menyebabkan
selir-selirnya. perubahan morfologi pada dusun wisata
Sukunan, terutama dari tahun 2003 sampai
Keberadaan bangunan sejarah merupakan dengan tahun 2015.
potensi bagi pengembangan heritage tourism
atau disebut sebagai wisata warisan budaya Juga ditemukan bangunan fasilitas publik
sebagai alternatif pengembangan pariwisata di berupa bangunan pendopo dan bangunan
perkotaan. (Kitson & Carrol, 2006), selain Sekretariat Desa yang digunakan untuk kegiatan
diluar nilai pakai tersebut, bangunan heritage pertemuan warga dan pengunjung wisata.
juga memiliki potensi wisata pusaka sebagai Kondisi bangunan dalam keadaan belum

56
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta

Gambar-10: Peta tata letak bangunan publik dan bangunan komersil di kawasan dusun Sukunan

memadai karena masih berupa bangunan semi Rumusan masalah: Bagaimana Perubahan
permanen berukuran 3x6 meter atau 18 M². Morfologi pada kawasan Dusun Sukunan ?
Berdasarkan Permen PU No.45/PRT/M/2016, Faktor apa saja yang menjadi penyebabnya ?
tentang kebutuhan luasan ruang pertemuan di
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui
tingkat pedesaan yaitu; minimal 54 M².
perubahan morfologi di kawasan dusun
Kondisi fisik jalan dusun memprihatinkan, Sukunan. dan menemukan faktor-faktor yang
mulai rusak dan fasilitas street funiture sebagai mempengaruhi perubahan morfologi di kawasan
pelengkap jalan lingkungan di dusun Sukunan dusun Sukunan.
sangat minim. Signage sebagai petanda jalan
Fokus Amatan
hanya ada sebanyak 3 unit, sehingga pengunjung
wisata yang datang tanpa pemandu wisata Pada penelitian dilakukan pengamatan pada
biasanya kebingungan menemukan tempat kawasan dusun Sukunan, terbagi menjadi 4
aktifitas wisata yang dituju. (empat) zona yaitu: zona A berada di utara
dusun, zona B berada di barat dusun, zona C
Aktifitas wisata di dusun Sukunan adalah
berada di timur dusun, zona D berada di selatan
wisata lingkungan yang langsung berinteraksi
dusun. Hasil amatan berupa peta kawasan secara
dengan alam, sedangkan pembangunan
makro, menunjukkan sebarab bangunan
bangunan baru terus berkembang membuat
pemukiman, bangunan publik, bangunan kios
ruang terbuka semakin sempit dan berkurangnya
dan toko, dan jalur jalan lingkungan di dalam
jumlah vegetasi dan akan berdampak pada
kawasan dusun Sukunan. Waktu melakukan
ekosistem dan menurunnya kualitas lingkungan.
pengamatan selama 2 bulan mulai dari bulan
Data menunjukkan, luas vegetasi pohon pada
Mei tahun 2016 sampai bulan Juli tahun 2016.
lahan hunian dusun Sukunan pada tahun 2003
Observasi dan wawancara dilakukan pada siang
yaitu; 1,85 Ha dan pada tahun 2015 berkurang
hari mulai dari jam 9.00 s/d jam 12.00 WIB.
menjadi 1,18 Ha.
57
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

Gambar-11: Peta batas area pengamatan di dusun Sukunan

KAJIAN PUSTAKA menggambarkan total suatu kawasan. sedangkan


Menurut Zahnd (1999) morfologi diartikan fungsi teori ini adalah untuk menunjukan tekstur
sebagai ilmu untuk mempelajari bentuk fisik kota melalui bentuk massa bangunan (building
kota secara logis. Morfologi merupakan suatu massa) sebagai solid dan ruang terbuka (open
bentuk ilmu atau pendekatan untuk memahami space) sebagai void.
perkembangan kota yang terus mmenerus Hubungan massa dan ruang dibentuk oleh
mengalami perubahan selama proses bentuk dan lokasi bangunan, perancangan unsur
perkembangannya melalui bentuk pola dan tata unsur tapak dan terusan pergerakan
ruang kota (Zahnd,1999). menghasilkan 6 pola yaitu : grid, angular, cur-
Morfologi Permukiman. vilinear, radial/concentric, axial, dan organic.
Pola-pola kawasan secara tekstural dapat
Berbagai hal yang mendorong terjadinya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yang
morfologi pada pemukiman umumnya adalah meliputi:
perubahan kebudayaan (Cultural Change),
faktor dari dalam (internal faktor) seperti 1. Homogen, adalah susunan kawasan yang
adanya inovasi, pertambahan penduduk, dan bersifat sejenis dimana hanya ada satu pola
faktor luar (eksternal faktor), karena pengaruh penataan.
kebudayaan lain yang menyebabkan akulturasi 2. Heterogen, susunan kawasan yang bersifat
atau asimilasi. beberapa jenis dimana ada dua atau lebih pola
Teori Figure Ground berbenturan.
Kota secara fisik merupakan hasil bentukan 3. Menyebar, susunan kawasan yang bersifat
antara bangunan dengan ruang terbuka yang menyebar dan kecenderungan kacau.
mendukung identitas tekstur dan pola bentukan Solid dan Void sebagai Elemen Perkotaan
ruang kota. Teori-teori Figure ground dipahami Sistem hubungan di dalam teksteur figure-
dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara ground mengenal dua kelompok elemen, yaitu
bentuk yang dibangun (building massa) dan solid (bangunan) dan void (ruang terbuka). ada
ruang terbuka (open space). Teori ini yang tiga elemen dasar yang bersifat solid dan empat
58
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta

elemen dasar yang bersifat void. Tiga elemen langsung dua tempat dengan satu deretan
solid tersebut adalah: (1). Blok tunggal, bersifat massa.
individu, namun juga dapat dilihat sebagai 2. Elemen koridor, yang dibentuk oleh dua
bagian dari satu unit yang lebih besar. (2). Blok deretan massa (bangunan atau pohon)
yang mendefinisi sisi, yang berfungsi sebagai membentuk sebuah ruang.
pembatas secara linier. (3). Blok medan yang
3. Elemen sisi, sama dengan elemen garis yang
memiliki bermacam-macam massa dan bentuk,
menghubungkan dua kawasan dengan satu
namun masing-masing tidak dilihat sebagai
massa. Perbedaannya dibuat secara tidak
individu-individu, sedangkan empat elemen void
langsung,sehingga tidak perlu dirupakan
terdiri dari:
dengan sebuah garis yang massanya agak
1. Sistem tertutup linier, elemen yang paling tipis, bahkan hanya merupakan sebuah wajah
sering dijumpai di kota. yang massanya kurang penting.
2. Sistem tertutup yang memusat, pola ruang 4. Elemen sumbu, mirip dengan elemen koridor
yang terfokus dan tertutup yang bersifat spasial, namun perbedaannya
3. Sistem terbuka yang sentral, bersifat terbuka ada pada dua daerah yang dihubungkan oleh
namun masih tampak fokus, elemen tersebut yang sering mengutamakan
4. Sistem terbuka linier, contoh pola tersebut salah satu daerah tersebut.
adalah kawasan sungai 5. Elemen irama, menghubungkan dua tempat
Teori Linkage dengan variasi massa dan ruang.
Teori Linkage adalah teori yang Linkage Struktural.
mengambarkan bentuk suatu kota yang tidak Dalam linkage struktural yang baik, pola
dapat lepas dari jaring-jaring sirkulasi kota (net- ruang perkotaan dan bangunannya sering
work circulation). Jaring-jaring tersebut dapat berfungsi sebagai sebuah stabilisator dan
berupa jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang koordinator di dalam lingkungannya, karena
berbentuk linier dan bentuk-bentuk yang secara setiap kolase (penghubung fragmen-fragmen)
fisik menjadi penghubung antar bagian kota atau perlu diberikan stabilitas tertentu dan koordinasi
suatu kawasan. Teori Linkage dapat digunakan tertentu dalam strukturnya. Tanpa ada daerah-
untuk memahami segi dinamika tata ruang daerah yang polanya tidak dikoordinasikan serta
perkotaan yang dianggap sebagai generator kota. distabilisasikan tata lingkungannya, maka
Linkages merefleksikan sarana dan prasarana cenderung akan muncul pola tata kota yang
penunjang pergerakan dari dan ke nodes. kesannya agak kacau.
Linkage Visual Terdapat tiga elemen linkage struktural yang
Linkage visual menghubungkan dua atau mencapai hubungan secara arsitektural, yaitu:
lebih fragman kota menjadi satu kesatuan secara 1. Elemen tambahan, melanjutkan pola
visual. Sebuah linkage visual mampu pembangunan yang sudah ada sebelumnya.
menyatukan daerah kota dalam berbagai skala. Bentuk-bentuk massa dan ruang yang ditambah
Pada dasarnya ada dua pokok perbedaan link- dapat berbeda, namun pola kawasannya tetap
age visual, yaitu: 1. Menghubungkan dua daerah dimengerti sebagai bagian atau tambahan pola
secara netral. yang sudah ada di sekitarnya.
2. Menghubungkan dua daerah dengan 2. Elemen sambungan, elemen ini
menggunakan satu daerah. memperkenalkan pola baru pada lingkungan
Terdapat lima elemen yang dapat menjelaskan kawasannya. Diusahakan menyambung dua atau
linkage visual, yaitu: lebih banyak pola di sekitarnya, supaya
keseluruhannya dapat dimengerti sebagai satu
1. Elemen garis, menghubungkan secara

59
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

kelompok yang baru memiliki kebersamaan fisik dusun Sukunan peneliti melakukan
melalui sambungan itu. wawancara dengan tokoh masyarakat dan warga
3. Elemen tembusan, elemen ini tidak terutama penduduk asli dan pendatang. Data
memperkenalkan pola baru yang belum ada, sekunder berupa data yang didapat dari Instansi
sedikit mirip dengan elemen tambahan, namun terkait melalui : Dinas Kebudayaan dan
lebih rumit polanya karena di dalam elemen Pariwisata Kabupaten Sleman, Kantor
tembusan terdapat dua atau lebih pola yang Pemerintah Desa, Sekertariat Desa Wisata.
sudah ada di sekitarnya dan akan disatukan Metode Analisis Data
sebagai pola-pola yang sekaligus menembus di Dari hasil pengamatan di dusun sukunan
dalam satu kawasan peneliti memperoleh data dari hasil penelitian
Teori Place deskripsi kualitatif kemudian dianalisis dengan
Proses rancang kota harus dapat merespon menggunakan metode Tisseu Analysis untuk
dan mewadahi nilai-nilai konstekstual yang ada menemukan perubahan morfologi yang ada di
dengan memperhatikan nilai budaya, sejarah, dusun Sukunan. Cara mengindentifikasi
dan hal-hal yang lain secara arsitektural. Dalam perubahan morfologi dilakukan melalui Tiga
teori ini membahas mengenai makna sebuah pendekatan yaitu:
kawasan di perkotaan secara arsitektural. 1. Peta citra satelit Noa melalui perubahan fisik
Manusia memerlukan suatu tempat untuk kawasan dusun Sukunan dari tahun 2003
mengembangkan kehidupan dan budayanya, sampai dengan tahun 2015.
tidak hanya sekedar space tetapi lebih dirasakan 2. Wawancara pada tokoh kampung dan warga
sebagai place. Kebutuhan itu timbul karena dusun sukunan sebagai penduduk asli
adanya kesadaran orang terhadap suatu tempat (indegenous people) yang telah menempati
yang lebih luas daripada hanya sekedar masalah kawasan dusun Sukunan selama-bertahun-
fisik saja. tahun.
METODE PENELITIAN 3. Melakukan pemetaan kawasan.
Metode penelitian menggunakan deskriptif
analisis dengan pendekatan kualitatif. Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang teori Roger Trancik untuk menganalisis ruang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena- desa pada kawasan dusun sukunan.
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah Menggunakan tissue analysis (morfologi
maupun fenomena buatan manusia. Fenomena kawasan) untuk mengetahui perubahan serta
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, pertumbuhan kawasan. Beberapa tissue analisis
perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan tentang morfologi kawasan dilihat dari figur
antara fenomena yang satu dengan fenomena ground. Perubahan morfologi landuse atau tata
lainnya. guna lahan perubahan area hijau (green area),
Metode Pengumpulan Data lingkage dan aksesibilitas.
Data Primer diperoleh melalui Dari aspek figure ground, perubahan yang
observasi,wawancara dan dokumentasi. lazim adalah peralihan dominasi void ke solid
Observasi dengan cara pengamatan langsung secara gradual, yang menyiratkan peningkatan
ke lapangan dan melihat situasi, fenomena yang rasio penutupan lahan oleh bangunan;
ada berdasarkan objek yang di teliti. Wawancara Perubahan kondisi lingkungan terlihat melalui
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab figure ground yang meningkat kuantitas elemen
langsung antara peneliti dengan nara sumber solidnya pada kawasan dusun sukunan dari
atau sumber data yang di lakukan di kawasan tahun 2003-2015.
dusun Sukunan. Untuk mengetahui perubahan Tissue analysis untuk mengkaji pola spasial
kawasan guna mendiskripsikan hubungan yang
60
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta

terkait dengan perkembangan (morfologi) dusun jadi 66 rumah warga (ada penambahan 18 rumah
Sukunan diantaranya adalah fungsi elemen, warga), dan masih tetap 1 bangunan komersil
peran elemen, dimensi elemen, dan kelestarian tetap1 kios. Zona C yaitu; bangunan hunian
elemen yang terdapat pada dusun sukunan. berubah jadi 65 rumah warga (ada penambahan
Figure Ground 20 rumah warga) sebagian masih lahan jagung.
Teori ini dapat dipahami melalui pola Zona D yaitu; bangunan hunian berubah jadi 37
perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang rumah warga (ada penambahan 17 rumah
dibangun (building mass) dan ruang terbuka warga), dan tetap 1 bangunan publik bengkel
(open space). Analisis figure-ground adalah alat pengolahan sampah sterofoam.
yang baik untuk: Pada tahun 2012, Zona A yaitu; bangunan
1. Mengindentifikasi sebuah tekstur dan pola- hunian tetap 7 rumah warga (tidak ada tambahan
pola tata ruang perkotaan (urban fabric). rumah warga). Bangunan publik tetap ada 1
bangunan tempat ibadah, 1 bangunan pasarehan,
2. Mengindentifikasi masalah keteraturan bentuk
sebagian lahan sawah berubah menjadi 5
massa/ruang perkotaan.
bangunan perumahan, 1 bangunan Puskesmas,
embung Sukunan, dan sebagian lahan zona A
TEMUAN DAN PEMBAHASAN masih kebun pisang. Zona B yaitu; bangunan
Perubahan Ruang Dusun Sukunan hunian berubah jadi 90 rumah warga (ada
Analisis ruang dusun Sukunan bertujuan penambahan 24 rumah warga), bangunan
untuk melihat perubahan yang terjadi pada ur- komersil berubah menjadi 4 yang terdiri dari 3
ban solid dan void pada kawasan. Berikut adalah Kios dan 1 bangunan Toko (ada penambahan 2
tahapan perubahan figure-ground pada tahun bangunan kios). Bangunan publik terdapat 1
2003 sampai dengan tahun 2015. Perubahan bangunan sekertariat kerajinan, 1 bangunan
morfologi dusun sukunan secara makro terlihat bank sampah, 1 bangunan pertemuan. Zona C
pada Zona A, Zona B, Zona C, dan Zona D. yaitu; bangunan hunian berubah jadi 67 rumah
berdasarkan pengamatan peneliti, perubahan warga (ada penambahan 2 rumah warga),
elemen yang terjadi diantaranya adalah: sebagian lahan jagung. Bangunan publik ada
Pada tahun 2003, pada Zona A yaitu; penambahan 1 bangunan kandang sapi. Zona
bangunan hunian terdapat 5 rumah warga. D yaitu; bangunan hunian terdapat 37 rumah
Bangunan publik terdapat 1 bangunan tempat warga (tidak ada penambahan rumah warga), 8
ibadah, dan sebagian lahan masih merupakan bangunan komersil berupa 7 bangunan Kios, 1
area pesawahan dan kebun pisang. Zona B yaitu; bangunan toko, bangunan publik berupa 1
bangunan hunian terdapat 48 rumah warga, bangunan sekertariat desa, dan tetap ada 1
bangunan komersil terdapat 1 kios. Zona C bangunan bengkel pengolahan sampah
yaitu; bangunan hunian terdapat 45 rumah warga sterofoam.
dan sebagian lahan jagung. Zona D yaitu; Pada tahun 2015 Zona A tetap 7 rumah warga
bangunan hunian terdapat 20 rumah warga dan (tidak ada tambahan rumah warga), Bangunan
bangunan publik terdapat 1 bangunan bengkel publik tetap 1 bangunan tempat ibadah, tetap 1
pengolahan sampah sterofoam. bangunan pasarehan, dan bangunan perumahan
Pada tahun 2007, Zona A yaitu; bangunan berubah menjadi menjadi 12 bangunan
hunian berubah jadi 7 rumah warga (ada perumahan (ada penambahan 7 bangunan pada
penambahan 2 rumah warga), bangunan publik kavling ).dan sebagian masih ada lahan sawah.
tetap 1 bangunan tempat ibadah dan 1 bangunan Bangunan publik, tetap 1 bangunan Puskesmas,
pasarehan didepan makam. sebagian besar Zona embung Sukunan, dan sebagian masih kebun
A masih merupakan area pesawahan dan kebun pisang. Zona B yaitu; Bangunan hunian berubah
pisang. Zona B yaitu; bangunan hunian berubah jadi 92 rumah warga (ada penambahan 2 rumah

61
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

warga). Bangunan komersil berubah jadi 3 bangunan bengkel pengolahan sampah


bangunan kios (ada penambahan 1 bangunan sterofoam, tetap ada 1 bangunan sekertariat
kios), 1 bangunan toko. Bangunan publik dusun Sukunan, dan ada penambahan 1
berubah menjadi 4 bangunan karena ada bangunan bengkel pembuatan komposter.
penambahan 1 bangunan toilet umum, dan tetap Pola makro kawasan dusun Sukunan
ada 1 sekertariat kerajinan, 1 bangunan Bank terbentuk secara acak menyebar kesegala arah.
Sampah, 1 bangunan pertemuan. Zona C yaitu; Perubahan morfologi dusun Sukunan secara
bangunan hunian berubah jadi 70 rumah warga makro terlihat pada Zona A, Zona B, Zona C,
( ada penambahan 5 rumah warga). Bangunan dan Zona D. Hasil pengamatan melalui observasi
publik ada penambahan 1 bangunan buat lapangan dan pemetaan kawasan dusun Sukunan
tambahan bangunan Pengelola kandang sapi dan juga di buat dalam bentuk tabel barchart untuk
sebagian lahan pada Zona C masih ada lahan mengetahui jumlah tingkat kepadatan bangunan
jagung. Zona D yaitu; bangunan hunian tetap pada kawasan dusun sukunan melalui grafik lalu
37 rumah warga (tidak ada penambahan rumah diurutkan sesuai jumlah rangking 1,2,3, dan 4
warga). Bangunan komersil terdapat 8 bangunan sehingga dapat dilihat jumlah bangunan mana
kios (ada penambahan 1 bangunan kios), tetap yang paling mendominasi seperti pada tabel
1 bangunan toko. Bangunan publik tetap ada 1 barchart dibawah ini:

Tabel-1: Barchart Perubahan Jumlah Bangunan Dusun Sukunan Tahun 2003-2015

Urutan rangking penambahan jumlah bangunan 4. Rangking ke 4 (empat) jumlah bangunan kios
di kawasan dusun Sukunan yaitu: meningkat menjadi 9 bangunan
1. Rangking ke 1 (Satu) jumlah bangunan 5. Rangking ke 5 (lima) jumlah bangunan toko
hunian penduduk meningkat menjadi 81 meningkat menjadi 2 bangunan
bangunan
6. Perubahan morfologi pada dusun Dukunan
2. Rangking ke 2 (dua) jumlah bangunan publik paling banyak terjadi pada penambahan
dusun Sukunan meningkat menjadi 13 bangunan hunian, sehingga menempati
bangunan rangking 1, bangunan publik menempati
3. Rangking ke 3 (tiga) jumlah bangunan rangking ke 2, bangunan kios menempati
perumahan meningkat menjadi 12 unit rangking ke 3, dan bangunan toko menempati
bangunan rangking ke 4.
62
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta

Perubahan Bangunan. disediakan sebagai home stay. Banyaknya


wisatawan di tempat wisata akan memberikan
Perubahan morfologi pada bangunan rumah dampak, diantaranya pada kegiatan ekonomi
penduduk di dusun sukunan disebabkan karena masyarakat, dengan timbulnya keberadaan
faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor aktifitas nafkah menurut Scoones, Ian. (1998).
eksternal yaitu banyaknya pendatang baru yang Tampak ada strategi nafkah baru berdasarkan
datang dari luar dusun sukunan, baik yang tinggal pola normatif seperti yang dibahas oleh
menetap maupun yang tinggal sementara. Darmawan (2006), dijelaskan bahwa strategi
sedangkan faktor internal adalah jumlah nafkah bisa dilakukan dengan (peaceful ways)
penduduk dusun sukunan sendiri bertambah. yang terjadi dalam kegiatan produksi,
Selain itu perubahan morfologi pada dusun pertukaran, migrasi, hingga terbentuknya
Sukunan juga terjadi pada bangunan komersil jaringan sosial. Masyarakat dusun Sukunan
dimulai dari tahun 2003-2015 disebabkan karena adalah masyarakat heterogen, rata-rata memiliki
pengaruh aktivitas wisata yang ikut mendorong pekerjaan berbeda-beda, sehingga dengan
pertumbuhan ekonomi baru menyebabkan adanya aktifitas wisata dapat mendorong usaha
munculnya bangunan kios dan toko. masyarakat setempat dengan membuka kios,
Sesuai dengan hasil wawancara dengan 10 toko, dan bangunan komersil lainnya. sebagai
orang warga sebagai pemilik kios dan toko yang bagian dari adanya strategi nafkah ganda.
ada dikawasan dusun Sukunan mereka Melihat pada legenda peta perubahan
menyatakan bahwa aktifitas wisata lingkungan morfologi pada elemen bangunan kios, toko, dan
yang ada di dusun Sukunan sangat berpengaruh bangunan komersil lainnya terus bermunculan
pada usaha mereka. Minat beli pengunjung berada dekat dengan aktivitas wisata yang
cukup besar karena rata-rata setiap pengunjung difasilitasi dengan elemen bangunan publik yang
yang datang selalu membeli barang dan makan digunakan untuk mendukung aktivitas dusun
ditempat usaha mereka, dan ada juga yang maupun aktifitas wisata.
menginap dirumah-rumah penduduk yang

Gambar-12: Perbandingan peta figure ground dusun Sukunan tahun 2003 dan tahun 2015

63
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

Gambar-13: Peta perbandingan vegetasi pohon di dusun Sukunan tahun 2003 dan tahun 2015

Gambar-14: Peta figure-ground perubahan morfologi dusun Sukunan tahun 2003 sd 2015
64
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta

KESIMPULAN menarik wisatawan, maka diperlukan sejumlah


Atas dasar paparan yang telah dijelaskan saran yang diharapkan mendukung
disimpulkan, perubahan morfologi di dusun perkembangannya. yaitu;
Sukunan terjadi pada bangunan rumah tinggal, 1. Perlu penyediaan lahan terbuka hijau atau
bangunan publik, dan bangunan komersil open space di bagian lahan yang padat
dengan rincian sebagai berikut: bangunan penduduk untuk penyerapan air
1. Ada perubahan pada bangunan rumah tinggal hujan dan sebagai tempat untuk interaksi
karena penambahan 81 bangunan hunian sosial warga dusun sukunan.
baru penduduk dari pengaruh faktor eksternal 2. Perlu penambahan street furniture sebagai
dan faktor internal. pelengkap jalan lingkungan
2. Ada perubahan pada lahan kavling perumahan 3. Perlu pembangunan fasilitas pendukung
karena penambahan 12 bangunan baru. berupa sarana parkir,toilet umum dan
Observasi perubahan pada elemen bangunan serbaguna bagi masyarakat dan
perumahan perlu diamati secara khusus sebab pengunjung.
memberi cirikhas perubahan morfologi 4. Perlu tambahan signage sebagai petanda ,
sevara keseluruhan. penunjuk arah, dan sebagai dekorasi yang di
3. Ada perubahan pada bangunan publik karena tempatkan pada setiap titik pertemuan jalan
penambahan 13 bangunan publik yang terdiri di kawasan dusun wisata Sukunan
dari bangunan Puskesmas, bangunan tempat 5. Perlunya pembangunan fasilitas pendukung
ibadah, bank sampah, bangunan pasarehan, berupa bangunan serbaguna seperti
Sekertariat dusun Sukunan, bangunan tempat bangunan pendopo dengan tipologi bentuk
pertemuan, sekerariat kerajinan, sekertariat arsitektur Jawa bentuk joglo.
budaya, bangunan pengelola peternakan sapi,
6. Pendopo yang diusulkan nantinya sebagai
bangunan bengkel pengelola sampah
landmark dapat mengangkat kembali bentuk
sterofoam, bangunan bengkel pengelola
arsitektur Jawa yang mulai punah terutama
komposter, dan embung Sukunan untuk
di kawasan dusun wisata Sukunan. Dalam era
mendukung aktifitas wisata lingkungan
globalisasi ada satu pergeseran dalam makna,
4. Ada perubahan pada bangunan komersil fungsi maupun bentuk dari sebuah pendopo,
karena penambahan 9 bangunan kios dan walaupun eksistensi/kehadiran dari pendopo
penambahan 2 bangunan toko disebabkan tetap diakui dan dibutuhkan (Hidayatun,
aktifitas wisata yaitu minat beli pengunjung 2004)
wisata yang makan dan minum ditempat
DAFTAR PUSTAKA
mereka.
Arikunto, S. (2002). Metodologi Penelitian. PT.
REKOMENDASI
Rineka Cipta.
Perubahan morfologi yang terjadi di dusun
Darmawan, E. 2006. Teori dan Kajian Ruang
Sukunan terus berkembang ke arah modern,
Publik Kota. Semarang: Universitas
namun ditemukan permasalahan yaitu: jumlah
Diponegoro.
bangunan terus bertambah membuat lahan
terbuka semakin sempit. Perubahan elemen Gallion, & Eisner. (1992). Pengantar
ruang tidak tertata dengan baik membuat ruang Perancangan Kota. Edisi kelima. Jakarta.
terbuka hijau semakin sempit, akibatnya Hidayatun, M. I. (2004). Pengaruh Tatanan
berdampak pada menurunnya kualitas Masyarakat Terhadap Tata Ruang Kota. .
lingkungan. Surabaya: Fakualtas Psikologi. Universitas
Eksistensi dusun Sukunan sebagai dusun Petra Surabaya.
wisata dapat tetap ditingkatkan agar semakijn Kitson, & Carrol. (2006). Productivity
65
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

Commision Report on Conservation of


Australia's Historic Heritage Places.
Belconen: Heritage Inquiry.
Nuryanti, W. (1993). Desa Wisata. Concept, Per-
spective and Challenge. Yogyakarta : .
Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/. (2008).
Pedoman Penyediaan Ruang Terbuka Hijau
di Kawasan Perkotaan.
Peraturan Menteri PU No.45/PRT/M/. (2007).
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
Shirvani, H. (1985). Element of Urban Design
Process. New York: Van Nostrand Reinhold
Company.
Scoones, Ian. (1998). Sustainable Rural Liveli-
hoods : A Framework for Analysis, IDS
Working Paper 72.
Trancik, R. (1986). Finding Lost Space : Theo-
ries of Urban Design. . New York. .
Tedjo, (2016) Wawancara Tentang Budaya
Dusun Sukunan dan Bangunan Bersejarah.
Yogyakarta
Undang Undang No.26. (tahun 2007 Pasal 17).
tentang Penataan Ruang.
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota
Secara Terpadu. Penerbit Kanisius:
Yogyakarta.

66

Anda mungkin juga menyukai