Abstract: Sukunan village officially became "Kampung Wisata Lingkungan" on January 19, 2009.
Morphology changes Sukunan village continues from 2003 until 2015. Research on Sukunan village
is very useful to know how the morphological changes in Sukunan village and what factors are
influential. The method used in this research is analytical descriptive with qualitative approach
through field observation, documentation, depth interview, area mapping and literature study.
Analysis method used tissue analysis method to find the morphological changes of Sukunan village.
Researchers found that morphological changes were influenced by increasing numbers of inhabitants
coupled with the number of new buildings increasing randomly in all directions and irregular and
causing narrowing of farmland. In addition, the number of tourist visits increased from 2010 to
2015 leading to new economic growth in Sukunan village which was seen in the addition of new
buildings in the form of kiosks, shops and other commercial buildings, including the addition of
public buildings supporting village tourism activities.
Abstraksi: Dusun Sukunan resmi menjadi "Kampung Wisata Lingkungan" pada tanggal 19 Januari
2009. Perubahan Morfologi dusun Sukunan terus berlangsung dari tahun 2003 sampai tahun
2015. Penelitian pada dusun Sukunan sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana perubahan
morfologi pada dusun Sukunan dan faktor-faktor apa yang berpengaruh. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif melalui observasi
lapangan, dokumentasi, wawancara mendalam, pemetaan kawasan dan studi kepustakaan. Metode
Analisis digunakan metode analisis tissue untuk menemukan perubahan morfologi dusun Sukunan.
Peneliti menemukan perubahan morfologi dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang meningkat
dibarengi dengan jumlah bangunan baru bertambah secara acak ke segala arah dan tidak beraturan
dan menyebabkan penyempitan lahan hunian. Selain itu, jumlah kunjungan wisata meningkat
dari tahun 2010 sampai tahun 2015 menyebabkan pertumbuhan ekonomi baru di dusun Sukunan
yang terlihat pada tambahnya bangunan-bangunan baru berupa kios, toko dan bangunan komersil
lainnya, termasuk penambahan bangunan publik pendukung aktifitas wisata dusun.
53
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018
Pariwisata pada tahun 2010 menunjukan jumlah tanpa tergantung pada Tempat Pembuangan
pengunjung wisata yang berkunjung pada tahun Akhir (TPA) yang disediakan pemerintah, dan
2004 berjumlah 153 orang dan terus meningkat akibatnya lingkungan menjadi lebih sehat, bersih
pada tahun 2010 pengunjung berjumlah 6514 dan asri.
orang baik domestik maupun mancanegara. Hal
ini menunjukan bahwa di dusun Sukunan Aktifitas lain yang memiliki potensi yang ada
penduduk terus bertambah dan dan dusun di dusun Sukunan yaitu: wisata lingkungan dan
Sukunan semakin banyak diminati pengunjung pengolahan kotoran sapi untuk energi biogas
untuk berwisata. pada kandang sapi. Dalam teori, kota terbentuk
dalam waktu bertahun-tahun melalui kerja keras
semua orang, digerakkan oleh keinginan,
kesempatan, dan evolusi kondisi yang berubah,
maka kota selalu berada dalam keadaan yang
terus berubah sejalan dengan perubahan kondisi
sosial ekonomi sepanjang perjalanan sejarahnya.
(Gallion & Eisner, 1992).
Keunikan yang kedua yaitu; dusun Sukunan
memiliki satu embung atau danau buatan yang
dibangun oleh pemerintah pada tahun 2012. Saat
Gambar-1: Peta batas kawasan dusun Sukunan ini embung digunakan untuk menampung air dari
selokan dan dimanfaatkan untuk pengairan bagi
Kawasan Dusun Sukunan lahan pertanian. Potensi lain yang ada pada
Pada Sisi bagian timur berbatasan dengan embung yaitu digunakan sebagai sebagai tempat
kampung Patran; pada sisi bagian barat pemancingan bagi warga dusun Sukunan dan
berbatasan dengan kampung Cokro Wijayan; warga dusun atau masyarakat lain yang
pada sisi bagian utara berbatasan dengan desa berdatangan dari luar.
Modinan; dan pada sisi bagian selatan berbatasan
dengan pesawahan dan hutan bambu. Dari aspek Khususnya bagi masyarakat yang hidup
kesejarahan lokasi dusun Sukunan dinamakan diwilayah perkotaan embung merupakan hal
sebagai dusun Sukunan karena dahulu sebelum yang langka untuk melihat daerah tangkapan air
dibangun dusun sukunan terdapat pohon-pohon yang dibangun. Kebijakan ini tentunya telah
sukun, yang kemudian dikembangkan menjadi menyalahi Perundang-undangan tentang RTRW.
kawasan hunian. Pada waktu jaman Diponegoro Menurut peraturan tata hijau, area perkotaan
melakukan perang gerilya di Gua Selarong,
terlebih dahulu beliau menggunakan hutan
Sukun yang berada di barat nDalem Tegalrejo
untuk menyusun strategi perang. Ada tiga
pengikut yang ditugasi tetap memimpin perang
di hutan sukun, mereka adalah Cokrojoyo,
Somondoro serta Potrojoyo. Pada pertempuran
tersebut Cokrojoyo gugur.
Dari aspek keunikan kawasan yang pertama
yaitu; dusun Sukunan merupakan salah satu
dusun yang dikenal dengan pengolahan sampah
mandiri, warga masyarakat dapat mengolah
sampah rumah tangga menjadi berbagai macam Gambar-2: Tipe rumah modern satu lantai di dusun
kerajinan, sehingga mempunyai nilai ekonomis, Sukunan
54
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta
Gambar-3: Tipe rumah limasan di dusun Sukunan Gambar-4: Tipe rumah modern dua lantai di dusun
Sukunan
55
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018
Tipologi bentuk rumah limasan Jawa yang tempat-tempat bersejarah warisan budaya dan
ada di dusun Sukunan hanya 3 (tiga) unit yang dapat menghasilkan keuntungan.
ditemukan peneliti karena sebagian besar sudah
punah. Perubahan ini didasari oleh keinginan Dusun Sukunan juga memiliki hutan bambu
masayarakat untuk berkembang kearah modern yang tumbuh mengitari 3/4 wilayah dusun
karena sebagian msyarakat menganggap bentuk Sukunan yaitu pada sisi barat utara, dan timur
arsitektur tradisional sudah kuno dan dusun ditumbuhi pohon bambu dan tetap masih
ketinggalan jaman. dijaga dan dipelihara dengan baik.
Terdapat satu mata air (belik) berukuran ± Latar Belakang Masalah
4x6 meter yang menampung air yang bersumber Dusun Sukunan adalah sebuah kawasan
dari mata air. Pada saat musim kemarau belik dusun yang terletak di Yogyakarta. Kawasan
ini tidak pernah mengalami kekeringan. Kondisi dusun Sukunan adalah kawasan hunian
fisik bangunan belik pada masa sebelumnya penduduk dan menjadi tempat wisata yang
hanya dibendung dengan menggunakan batu merangsang munculnya aktifitas sosial, ekonomi
batu kali. Pada tahun 2012 Pemerintah dan budaya masyarakat setempat. Aktifitas
merenovasi bangunan belik bersamaan dengan wisata dengan jumlah kunjungan wisata yang
pembangunan embung Sukunan terus meningkat mendorong pertumbuhan
ekonomi baru masyarakat dusun Sukunan,
Sesuai hasil wawancara peneliti dengan antara lain terlihat pada munculnya bangunan
Bapak Tedjo (60 tahun) sebagai tokoh kios dan toko baru serta bangunan komersil
budayawan dusun Sukunan dan bapak Triyadi lainnya sebagai sumber pendapatan mereka.
(50 tahun) sebagai penduduk asli dusun
Sukunan yang menceritakan sejarah dari Untuk mendukung aktifitas wisata, sosial dan
bangunan belik yang ada di dusun Sukunan budaya masyarakat di dusun Sukunan bersama-
merupakan salah satu dari tujuh belik yang sama aparat kampung dan masyarakat setempat
dibangun oleh kraton pada abad 1800 di menyiapkan prasarana dengan membangun
Yogyakarta sebagai tempat pemandian raja dan fasilitas publik. Fenomena ini menyebabkan
selir-selirnya. perubahan morfologi pada dusun wisata
Sukunan, terutama dari tahun 2003 sampai
Keberadaan bangunan sejarah merupakan dengan tahun 2015.
potensi bagi pengembangan heritage tourism
atau disebut sebagai wisata warisan budaya Juga ditemukan bangunan fasilitas publik
sebagai alternatif pengembangan pariwisata di berupa bangunan pendopo dan bangunan
perkotaan. (Kitson & Carrol, 2006), selain Sekretariat Desa yang digunakan untuk kegiatan
diluar nilai pakai tersebut, bangunan heritage pertemuan warga dan pengunjung wisata.
juga memiliki potensi wisata pusaka sebagai Kondisi bangunan dalam keadaan belum
56
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta
Gambar-10: Peta tata letak bangunan publik dan bangunan komersil di kawasan dusun Sukunan
memadai karena masih berupa bangunan semi Rumusan masalah: Bagaimana Perubahan
permanen berukuran 3x6 meter atau 18 M². Morfologi pada kawasan Dusun Sukunan ?
Berdasarkan Permen PU No.45/PRT/M/2016, Faktor apa saja yang menjadi penyebabnya ?
tentang kebutuhan luasan ruang pertemuan di
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui
tingkat pedesaan yaitu; minimal 54 M².
perubahan morfologi di kawasan dusun
Kondisi fisik jalan dusun memprihatinkan, Sukunan. dan menemukan faktor-faktor yang
mulai rusak dan fasilitas street funiture sebagai mempengaruhi perubahan morfologi di kawasan
pelengkap jalan lingkungan di dusun Sukunan dusun Sukunan.
sangat minim. Signage sebagai petanda jalan
Fokus Amatan
hanya ada sebanyak 3 unit, sehingga pengunjung
wisata yang datang tanpa pemandu wisata Pada penelitian dilakukan pengamatan pada
biasanya kebingungan menemukan tempat kawasan dusun Sukunan, terbagi menjadi 4
aktifitas wisata yang dituju. (empat) zona yaitu: zona A berada di utara
dusun, zona B berada di barat dusun, zona C
Aktifitas wisata di dusun Sukunan adalah
berada di timur dusun, zona D berada di selatan
wisata lingkungan yang langsung berinteraksi
dusun. Hasil amatan berupa peta kawasan secara
dengan alam, sedangkan pembangunan
makro, menunjukkan sebarab bangunan
bangunan baru terus berkembang membuat
pemukiman, bangunan publik, bangunan kios
ruang terbuka semakin sempit dan berkurangnya
dan toko, dan jalur jalan lingkungan di dalam
jumlah vegetasi dan akan berdampak pada
kawasan dusun Sukunan. Waktu melakukan
ekosistem dan menurunnya kualitas lingkungan.
pengamatan selama 2 bulan mulai dari bulan
Data menunjukkan, luas vegetasi pohon pada
Mei tahun 2016 sampai bulan Juli tahun 2016.
lahan hunian dusun Sukunan pada tahun 2003
Observasi dan wawancara dilakukan pada siang
yaitu; 1,85 Ha dan pada tahun 2015 berkurang
hari mulai dari jam 9.00 s/d jam 12.00 WIB.
menjadi 1,18 Ha.
57
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018
elemen dasar yang bersifat void. Tiga elemen langsung dua tempat dengan satu deretan
solid tersebut adalah: (1). Blok tunggal, bersifat massa.
individu, namun juga dapat dilihat sebagai 2. Elemen koridor, yang dibentuk oleh dua
bagian dari satu unit yang lebih besar. (2). Blok deretan massa (bangunan atau pohon)
yang mendefinisi sisi, yang berfungsi sebagai membentuk sebuah ruang.
pembatas secara linier. (3). Blok medan yang
3. Elemen sisi, sama dengan elemen garis yang
memiliki bermacam-macam massa dan bentuk,
menghubungkan dua kawasan dengan satu
namun masing-masing tidak dilihat sebagai
massa. Perbedaannya dibuat secara tidak
individu-individu, sedangkan empat elemen void
langsung,sehingga tidak perlu dirupakan
terdiri dari:
dengan sebuah garis yang massanya agak
1. Sistem tertutup linier, elemen yang paling tipis, bahkan hanya merupakan sebuah wajah
sering dijumpai di kota. yang massanya kurang penting.
2. Sistem tertutup yang memusat, pola ruang 4. Elemen sumbu, mirip dengan elemen koridor
yang terfokus dan tertutup yang bersifat spasial, namun perbedaannya
3. Sistem terbuka yang sentral, bersifat terbuka ada pada dua daerah yang dihubungkan oleh
namun masih tampak fokus, elemen tersebut yang sering mengutamakan
4. Sistem terbuka linier, contoh pola tersebut salah satu daerah tersebut.
adalah kawasan sungai 5. Elemen irama, menghubungkan dua tempat
Teori Linkage dengan variasi massa dan ruang.
Teori Linkage adalah teori yang Linkage Struktural.
mengambarkan bentuk suatu kota yang tidak Dalam linkage struktural yang baik, pola
dapat lepas dari jaring-jaring sirkulasi kota (net- ruang perkotaan dan bangunannya sering
work circulation). Jaring-jaring tersebut dapat berfungsi sebagai sebuah stabilisator dan
berupa jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang koordinator di dalam lingkungannya, karena
berbentuk linier dan bentuk-bentuk yang secara setiap kolase (penghubung fragmen-fragmen)
fisik menjadi penghubung antar bagian kota atau perlu diberikan stabilitas tertentu dan koordinasi
suatu kawasan. Teori Linkage dapat digunakan tertentu dalam strukturnya. Tanpa ada daerah-
untuk memahami segi dinamika tata ruang daerah yang polanya tidak dikoordinasikan serta
perkotaan yang dianggap sebagai generator kota. distabilisasikan tata lingkungannya, maka
Linkages merefleksikan sarana dan prasarana cenderung akan muncul pola tata kota yang
penunjang pergerakan dari dan ke nodes. kesannya agak kacau.
Linkage Visual Terdapat tiga elemen linkage struktural yang
Linkage visual menghubungkan dua atau mencapai hubungan secara arsitektural, yaitu:
lebih fragman kota menjadi satu kesatuan secara 1. Elemen tambahan, melanjutkan pola
visual. Sebuah linkage visual mampu pembangunan yang sudah ada sebelumnya.
menyatukan daerah kota dalam berbagai skala. Bentuk-bentuk massa dan ruang yang ditambah
Pada dasarnya ada dua pokok perbedaan link- dapat berbeda, namun pola kawasannya tetap
age visual, yaitu: 1. Menghubungkan dua daerah dimengerti sebagai bagian atau tambahan pola
secara netral. yang sudah ada di sekitarnya.
2. Menghubungkan dua daerah dengan 2. Elemen sambungan, elemen ini
menggunakan satu daerah. memperkenalkan pola baru pada lingkungan
Terdapat lima elemen yang dapat menjelaskan kawasannya. Diusahakan menyambung dua atau
linkage visual, yaitu: lebih banyak pola di sekitarnya, supaya
keseluruhannya dapat dimengerti sebagai satu
1. Elemen garis, menghubungkan secara
59
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018
kelompok yang baru memiliki kebersamaan fisik dusun Sukunan peneliti melakukan
melalui sambungan itu. wawancara dengan tokoh masyarakat dan warga
3. Elemen tembusan, elemen ini tidak terutama penduduk asli dan pendatang. Data
memperkenalkan pola baru yang belum ada, sekunder berupa data yang didapat dari Instansi
sedikit mirip dengan elemen tambahan, namun terkait melalui : Dinas Kebudayaan dan
lebih rumit polanya karena di dalam elemen Pariwisata Kabupaten Sleman, Kantor
tembusan terdapat dua atau lebih pola yang Pemerintah Desa, Sekertariat Desa Wisata.
sudah ada di sekitarnya dan akan disatukan Metode Analisis Data
sebagai pola-pola yang sekaligus menembus di Dari hasil pengamatan di dusun sukunan
dalam satu kawasan peneliti memperoleh data dari hasil penelitian
Teori Place deskripsi kualitatif kemudian dianalisis dengan
Proses rancang kota harus dapat merespon menggunakan metode Tisseu Analysis untuk
dan mewadahi nilai-nilai konstekstual yang ada menemukan perubahan morfologi yang ada di
dengan memperhatikan nilai budaya, sejarah, dusun Sukunan. Cara mengindentifikasi
dan hal-hal yang lain secara arsitektural. Dalam perubahan morfologi dilakukan melalui Tiga
teori ini membahas mengenai makna sebuah pendekatan yaitu:
kawasan di perkotaan secara arsitektural. 1. Peta citra satelit Noa melalui perubahan fisik
Manusia memerlukan suatu tempat untuk kawasan dusun Sukunan dari tahun 2003
mengembangkan kehidupan dan budayanya, sampai dengan tahun 2015.
tidak hanya sekedar space tetapi lebih dirasakan 2. Wawancara pada tokoh kampung dan warga
sebagai place. Kebutuhan itu timbul karena dusun sukunan sebagai penduduk asli
adanya kesadaran orang terhadap suatu tempat (indegenous people) yang telah menempati
yang lebih luas daripada hanya sekedar masalah kawasan dusun Sukunan selama-bertahun-
fisik saja. tahun.
METODE PENELITIAN 3. Melakukan pemetaan kawasan.
Metode penelitian menggunakan deskriptif
analisis dengan pendekatan kualitatif. Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang teori Roger Trancik untuk menganalisis ruang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena- desa pada kawasan dusun sukunan.
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah Menggunakan tissue analysis (morfologi
maupun fenomena buatan manusia. Fenomena kawasan) untuk mengetahui perubahan serta
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, pertumbuhan kawasan. Beberapa tissue analisis
perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan tentang morfologi kawasan dilihat dari figur
antara fenomena yang satu dengan fenomena ground. Perubahan morfologi landuse atau tata
lainnya. guna lahan perubahan area hijau (green area),
Metode Pengumpulan Data lingkage dan aksesibilitas.
Data Primer diperoleh melalui Dari aspek figure ground, perubahan yang
observasi,wawancara dan dokumentasi. lazim adalah peralihan dominasi void ke solid
Observasi dengan cara pengamatan langsung secara gradual, yang menyiratkan peningkatan
ke lapangan dan melihat situasi, fenomena yang rasio penutupan lahan oleh bangunan;
ada berdasarkan objek yang di teliti. Wawancara Perubahan kondisi lingkungan terlihat melalui
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab figure ground yang meningkat kuantitas elemen
langsung antara peneliti dengan nara sumber solidnya pada kawasan dusun sukunan dari
atau sumber data yang di lakukan di kawasan tahun 2003-2015.
dusun Sukunan. Untuk mengetahui perubahan Tissue analysis untuk mengkaji pola spasial
kawasan guna mendiskripsikan hubungan yang
60
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta
terkait dengan perkembangan (morfologi) dusun jadi 66 rumah warga (ada penambahan 18 rumah
Sukunan diantaranya adalah fungsi elemen, warga), dan masih tetap 1 bangunan komersil
peran elemen, dimensi elemen, dan kelestarian tetap1 kios. Zona C yaitu; bangunan hunian
elemen yang terdapat pada dusun sukunan. berubah jadi 65 rumah warga (ada penambahan
Figure Ground 20 rumah warga) sebagian masih lahan jagung.
Teori ini dapat dipahami melalui pola Zona D yaitu; bangunan hunian berubah jadi 37
perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang rumah warga (ada penambahan 17 rumah
dibangun (building mass) dan ruang terbuka warga), dan tetap 1 bangunan publik bengkel
(open space). Analisis figure-ground adalah alat pengolahan sampah sterofoam.
yang baik untuk: Pada tahun 2012, Zona A yaitu; bangunan
1. Mengindentifikasi sebuah tekstur dan pola- hunian tetap 7 rumah warga (tidak ada tambahan
pola tata ruang perkotaan (urban fabric). rumah warga). Bangunan publik tetap ada 1
bangunan tempat ibadah, 1 bangunan pasarehan,
2. Mengindentifikasi masalah keteraturan bentuk
sebagian lahan sawah berubah menjadi 5
massa/ruang perkotaan.
bangunan perumahan, 1 bangunan Puskesmas,
embung Sukunan, dan sebagian lahan zona A
TEMUAN DAN PEMBAHASAN masih kebun pisang. Zona B yaitu; bangunan
Perubahan Ruang Dusun Sukunan hunian berubah jadi 90 rumah warga (ada
Analisis ruang dusun Sukunan bertujuan penambahan 24 rumah warga), bangunan
untuk melihat perubahan yang terjadi pada ur- komersil berubah menjadi 4 yang terdiri dari 3
ban solid dan void pada kawasan. Berikut adalah Kios dan 1 bangunan Toko (ada penambahan 2
tahapan perubahan figure-ground pada tahun bangunan kios). Bangunan publik terdapat 1
2003 sampai dengan tahun 2015. Perubahan bangunan sekertariat kerajinan, 1 bangunan
morfologi dusun sukunan secara makro terlihat bank sampah, 1 bangunan pertemuan. Zona C
pada Zona A, Zona B, Zona C, dan Zona D. yaitu; bangunan hunian berubah jadi 67 rumah
berdasarkan pengamatan peneliti, perubahan warga (ada penambahan 2 rumah warga),
elemen yang terjadi diantaranya adalah: sebagian lahan jagung. Bangunan publik ada
Pada tahun 2003, pada Zona A yaitu; penambahan 1 bangunan kandang sapi. Zona
bangunan hunian terdapat 5 rumah warga. D yaitu; bangunan hunian terdapat 37 rumah
Bangunan publik terdapat 1 bangunan tempat warga (tidak ada penambahan rumah warga), 8
ibadah, dan sebagian lahan masih merupakan bangunan komersil berupa 7 bangunan Kios, 1
area pesawahan dan kebun pisang. Zona B yaitu; bangunan toko, bangunan publik berupa 1
bangunan hunian terdapat 48 rumah warga, bangunan sekertariat desa, dan tetap ada 1
bangunan komersil terdapat 1 kios. Zona C bangunan bengkel pengolahan sampah
yaitu; bangunan hunian terdapat 45 rumah warga sterofoam.
dan sebagian lahan jagung. Zona D yaitu; Pada tahun 2015 Zona A tetap 7 rumah warga
bangunan hunian terdapat 20 rumah warga dan (tidak ada tambahan rumah warga), Bangunan
bangunan publik terdapat 1 bangunan bengkel publik tetap 1 bangunan tempat ibadah, tetap 1
pengolahan sampah sterofoam. bangunan pasarehan, dan bangunan perumahan
Pada tahun 2007, Zona A yaitu; bangunan berubah menjadi menjadi 12 bangunan
hunian berubah jadi 7 rumah warga (ada perumahan (ada penambahan 7 bangunan pada
penambahan 2 rumah warga), bangunan publik kavling ).dan sebagian masih ada lahan sawah.
tetap 1 bangunan tempat ibadah dan 1 bangunan Bangunan publik, tetap 1 bangunan Puskesmas,
pasarehan didepan makam. sebagian besar Zona embung Sukunan, dan sebagian masih kebun
A masih merupakan area pesawahan dan kebun pisang. Zona B yaitu; Bangunan hunian berubah
pisang. Zona B yaitu; bangunan hunian berubah jadi 92 rumah warga (ada penambahan 2 rumah
61
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018
Urutan rangking penambahan jumlah bangunan 4. Rangking ke 4 (empat) jumlah bangunan kios
di kawasan dusun Sukunan yaitu: meningkat menjadi 9 bangunan
1. Rangking ke 1 (Satu) jumlah bangunan 5. Rangking ke 5 (lima) jumlah bangunan toko
hunian penduduk meningkat menjadi 81 meningkat menjadi 2 bangunan
bangunan
6. Perubahan morfologi pada dusun Dukunan
2. Rangking ke 2 (dua) jumlah bangunan publik paling banyak terjadi pada penambahan
dusun Sukunan meningkat menjadi 13 bangunan hunian, sehingga menempati
bangunan rangking 1, bangunan publik menempati
3. Rangking ke 3 (tiga) jumlah bangunan rangking ke 2, bangunan kios menempati
perumahan meningkat menjadi 12 unit rangking ke 3, dan bangunan toko menempati
bangunan rangking ke 4.
62
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta
Gambar-12: Perbandingan peta figure ground dusun Sukunan tahun 2003 dan tahun 2015
63
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018
Gambar-13: Peta perbandingan vegetasi pohon di dusun Sukunan tahun 2003 dan tahun 2015
Gambar-14: Peta figure-ground perubahan morfologi dusun Sukunan tahun 2003 sd 2015
64
Kuri Alfred Sampari Amsamsyum, Perubahan Morfologi Kawasan Dusun Sukunan di Yogyakarta
66