Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS DERMATITIS


Di susun untuk melengkapi tugas mata kuliah KMB-3

Dosen Pengampu : Lutfi Wahyuni., S.Kep.Ns.,M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 3; Kelas 3B:

1. Hartini Setiowati Tri D. (201701050)


2. Ayu Istiqomah (201701057)
3. Devi Novitasari (201701059)
4. Arifah (201701066)
5. Fatimah Azzahrah (201701085)
6. Radiva Kurnia Fitriani (201701086)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KAB. MOJOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
bisa membuat makalah ini dengan judul “LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS”. Makalah ini kami ajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah-3, makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon untuk kritik dan saran yang
bersifat membangun,agar penulis dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada makalah ini.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat


dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini,semoga makalah ini dapat di jadikan bahan perbandingan dalam
penulisan karya-karya lainnya.

Mojokerto, 27 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

kata pengantar........................................................................................... ii

daftar isi .................................................................................................... iii

bab I pendahuluan .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

1.2 Tujuan ............................................................................................ 2

bab II tinjauan teori .................................................................................. 3

2.1 Pengertian Dermatitis .................................................................... 3

2.2 Klasifikasi Dermatitis .................................................................... 3

2.3 Etiologi .......................................................................................... 5

2.4 Patofisiologi................................................................................... 5

2.5 Pathway ......................................................................................... 6

2.6 Manifestasi Klinis.......................................................................... 6

2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 7

2.8 Komplikasi .................................................................................... 8

2.9 Penatalaksanaan ............................................................................. 8

daftar pustaka ......................................................................................... 11

bab III asuhan keperawatan dermatitis ................................................ 12

3.1 Kasus ........................................................................................... 12

iii
3.2 Pengkajian ................................................................................... 12

3.2.1 Biodata................................................................................... 12

3.2.2 Riwayat Kesehatan ................................................................ 13

3.2.3 Pemeriksaan Fisik.................................................................. 14

3.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 14

3.4 Analisa Data ................................................................................ 15

3.5 Intervensi Keperawatan ............................................................... 16

bab IV penutup........................................................................................ 18

4.1 Kesimpulan .................................................................................. 18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus


otot-otot dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma
dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas
dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh
darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-organ adneksa kulit
seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik.
Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat
jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit
terdiri dari tiga lapisan: pidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis,
bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum
korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah epidermis,
dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang
tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-
pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada
epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan
leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing.
Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan
bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat
penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni
Dermatitis yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam
sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering.
Umumnya eksim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan

1
hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis
muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan
gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu
seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara lain dermatitis.

1.2 Tujuan

1. Apa definisi Dermatitis?


2. Bagaimana klasifikasi Dermatitis?
3. Bagaimana etiologi dari Dermatitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Dermatitis?
5. Bagaimana manifestasi klinik dari Dermatitis?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Dermatitis?
7. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan dari Dermatitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Dermatitis?
9. Bagaimana pengkajian pada klien Dermatitis?
10. Apa saja diagnosa keperawatan pada klien Dermatitis?
11. Apa saja rencana keperawatan pada klien Dermatitis?
12. Bagaimana implementasi dan evaluasi pada klien Dermatitis?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Dermatitis

Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah


peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung
kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan.
Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang
menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan
spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang
berarti 'mendidih atau mengalir keluar’. (Mitchell dan Hepplewhite, 2005)
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik. (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal) (Adhi Juanda,2005)
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit
kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul
dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. (Widhya, 2011)

2.2 Klasifikasi Dermatitis

1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul
dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit
memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-
bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen,
sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam,
perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

3
2. Neuro Dermatitis
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil,
datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini
muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang
terasa gatal.Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan,
lengan dan bagian belakang dari leher.
3. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara
kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini sering
kali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam
keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti
Parkinson.
4. Dermatitis Stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau
hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005). Yang muncul
dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering
berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan
gatal.Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi
penyebab
5. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat
atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma
bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan (fleksural).

4
2.3 Etiologi

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya


bahan kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan
suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam
(endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005).
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan
iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya
memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan
meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada
strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri
yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada
kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas
saat disentuh dan. Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit
dan eksim.

2.4 Patofisiologi

Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah


hipersenitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase
induksi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase induksi ialah saat kontak
pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberikan
respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elisitasi ialah saat terjadi pajanan
ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis.

Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam


kulit dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap.
Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel
Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di
kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit
yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah
bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T

5
efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel
tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem
limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang
sama di seluruh kulit tubuh. Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan
hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi
mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga
terjadi gejala klinis.

2.5 Pathway

2.6 Manifestasi Klinis

Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda


radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan,
edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi
kulit dan genitalia eksterna.

a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.

6
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal
suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan
kulit stadium kronis.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan


integument yaitu :

1. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan
dari kulit yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan
apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan
jamur.
2. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan
jamur pada kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah
mikroorganisme tersebut resisten pada obat – obat tertentu. Cara
pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat
pada lesi kulit.
3. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi, untuk
mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis,
untuk mengidentifikasi respon alergi. Uji ini menggunakan bahan kimia
yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local
yang ditimbulkan, apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya
positif.

7
2.8 Komplikasi

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


2. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
3. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
4. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi

2.9 Penatalaksanaan

1. Dermatitis kontak
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin intermiten
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahannya.
2. Dermatitis atopik
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan-bahan berbulu.
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofolik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%.
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginos dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali
seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan
DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah,
diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian

8
jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba
dihentikan akan timbul riebound phenomen.
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5%
dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa
sinsitisasi, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek
samping sedatif.
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
kolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromesin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi
asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk
10 hari.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal, pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
steroid topical mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut,
tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum,
axilla dan wajah), pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid
yang lowpoten, pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang
dari 3 minggu pada kulit.
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada sebagian
orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
4. Dermatitis numularis
1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
2) Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
3) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.

9
4) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
5. Dermatitis statis
1) Diuretik
2) Imunosupresan
3) Istirahat
4) Kortikosteroid
5) Pelembab
6) Terapi kompresi

10
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan.


Jakarta:EGC

Kowalak, Jenifer.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC

Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi. Jogjakarta:Mediction.

Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan SistemIntegumen. Jakarta:

Nuha Medika

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

3.1 Kasus

Ny. S berusia 66 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan


keluhan adanya bercak kehitaman yang gatal di kedua punggung kaki sejak
1 bulan ini. Ia merasakan gatal semenjak memakai sandal jepit. Setelah
dilakukan pengkajian diperoleh hasil TD : 130/80; RR : 20; N : 100; S :
38°C. Pasien mengeluh punggung kakinya terasa sangat gatal dan timbul
bercak kehitaman selama 1 bulan ini, gatal dirasakan hilang timbul dan
setelah dilakukan pemeriksaan diagnostik menunjukkan pasien terkena
dermatitis. Ia mengatakan baru kali ini mengalami hal ini dan selama
dirumah pasien juga mengalami rasa gatal-gatal pada kulit.

3.2 Pengkajian

3.2.1 Biodata

Nama : Ny. S

Usia : 66 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Semeru no. 15, Surabaya.

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Tanggal Lahir : 26 September 1953

12
Tanggal Pengkajian : 30 September 2019

Datang Ke poliklinik : 30 September 2019

3.2.2 Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama :
Ny. S mengeluh muncul bercak kehitaman yang gatal di kedua
punggung kaki sejak 1 bulan yang ini.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny. S datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Sejahtera
dengan keluhan bercak kehitaman yang gatal di kedua punggung
kaki muncul sejak 1 bulan yang ini. Gatal dirasakan hilang timbul
dan tidak bertambah jika berkeringat. Awalnya berupa kulit yang
memerah saja pada bagian punggung kaki yang berkontak dengan
sendal karet. Kemerahan pada kulit tidak langsung muncul
melainkan setelah berkontak ulang dengan sendal karet.
Kemudian kulit yang memerah tersebut mulai terasa gatal dan
mulai menjadi bercak kehitaman pada punggung kaki yang
berkontak dengan sendal karet.
Bercak kehitaman mulai menyebar ke ibu jari dan jari telunjuk
kedua kaki 1 bulan kemudian. Ny. Smerasa panas, tidak terasa
nyeri, tidak pedih. Tidak ada bercak kehitaman pada bagian tubuh
yang lain. Selama ini pasien sudah berobat ke bidan dan
mendapat obat yang diminum (nama obat lupa). Setelah minum
obat tersebut pasien mengaku gatal hilang pada telapak kaki, ibu
jari dan jari telunjuk berkurang. Bercak kehitaman masih ada.
Tapi setelah obat habis gatal kembali terasa dan pasien berobat ke
dokter Poliklinik Kulit Kelamin RS Sejahtera.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Ny. S tidak pernah mengalami bercak kehitaman seperti
ini sebelumnya

13
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki bercak
kehitaman pada tubuhnya
Tanyakan riwayat alergi pada keluarga

3.2.3 Pemeriksaan Fisik

1. Sistem pernafasan (B1)


Tidak ada gangguan sistem pernafasan, bunyi nafas vesikuler,
tidak ada wheezing dan ronkhi, irama reguler.
2. Sistem kardiovaskuler (B2)
Tidak ada gangguan sirkulasi darah irama jantung normal, tidak
ada takikardi dan nadi teraba normal.
3. Sistem persyarafan (B3)
Kesadaran composmentis, adanya nyeri tekan pada kulit yang
mengalami lesi.
4. Sistem perkemihan (B4)
BAK normal, warna kuning kekuning-kuningan, bau urine khas.
5. Sistem pencernaan (B5)
Mukosa lembab, nafsu makan baik, BAB normal.
6. Sistem muskuloskeletal dan integumen (B6)
Nyeri tekan pada bagian otot, otot yang mengalami lesi
mengalami penurunan fungsi otot akibat nyeri tekan, warna putih
tidak ikterik tidak ada cyanosis, kulit terlihat agak
kering, integritas kulit ditemukan luka bekas garukan
seperti kemerahan timbul bula / pustulla turgor.

3.3 Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi


barier kulit.
b. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan Pruritus.

14
3.4 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Pasien mengatakan Dermatitis Gangguan integritas
kedua punggungnya kulit
muncul bercak
kehitaman dan terasa Rasa gatal
gatal.
DO :
- Pasien terlihat Bercak kehitaman
menggaruk kedua
punggungnya
- Muncul luka pada Merusak jaringan kulit
punggung kaki
pasien
Gangguan integritas
kulit
2 DS : Pasien mengatakan Dermatitis Gangguan pola tidur
susah tidur karena rasa yang berhubungan
gatal yang Rasa gatal hilang dengan Pruritus.
mengganggunya timbul
DO :
- Pasien terlihat Menggaruk setiap
lemas waktu
- Adanya kantung
mata Menganggu waktu
- Mata cowong istirahat
- Pasien terlihat
sering menguap
Gangguan pola tidur
yang berhubungan

15
dengan Pruritus.

3.5 Intervensi Keperawatan

No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi dan Rasional
DX kep
1 Setelah dilakukan 1. Monitor warna kulit
tindakan keperawaan Rasional : mengetahui perubahan
selama 2 x 24 jam, warna kulit.
integritas kulit klien 2. Monitor adanya infeksi
dapat membaik dengan Rasional : mengetahui infeksi yang
kriteria hasil : terjadi
1. Tissue Integrity : 3. Monitor temperatur kulit
Mucous Membran Rasional : mengetahui kelembaban
Temperatur jaringan kulit
baik 4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
2. Sensasi baik dan kering
3. Hidrasi baik Rasional : mempermudah proses
4. Tidak ada lesi atau penyembuhan
luka 5. Anjurkan klien untuk menggunakan
pakaian longgar
Rasional : agar kulit mendapatkan
udara yang cukup
6. Monitor status nutrisi klien
Rasional : agar kebutuhan nutrisi
tercukupi
7. Oleskan lotion pada daerah yang
tertekan
Rasional : untuk mengurangi infeksi
pada kulit
2 Setelah dilakukan 1. Evaluasi tingkat kelelahan, anjurkan
tindakan keperawatan pasien untuk istirahat 1-2 jam pada

16
selama 2x24 jam siang hari dan 8 jam pada malam hari
diharapkan gangguan Rasional : meringankan rasa lelah
pola tidur bisa stabil 2. Anjurkan tekhnik relaksasi, dan
Kriteria hasil : penurunan aktivitas
1. Tidur pasien sesuai Rasional : Ansietas, ketidaknyamana
kebutuhan/normal fisik dapat mempersulit tidur
3. Anjurkan tidur posisi semi fowler
Rasional : memungkinkan diafragma
menurun, membantu mengembangkan
ekspansi paru
4. Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
Rasional : memahami akibat dari
perubahan pola tidur
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional : membuat kenyamanan
pasien sehingga mudah tertidur.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit


kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul
dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. (Widhya, 2011). Klasifikasi
Dermatitis ada 5 yakni dermatitis kontak, neuro dermatitis, Seborrheic
Dermatitis, Dermatitis statis, dan dermatitis atopic. Penyebab dermatitis
dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh : detergen,
asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya :
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
(Adhi Djuanda,2005)

18

Anda mungkin juga menyukai