Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
bisa membuat makalah ini dengan judul “LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS”. Makalah ini kami ajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah-3, makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon untuk kritik dan saran yang
bersifat membangun,agar penulis dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
kata pengantar........................................................................................... ii
2.4 Patofisiologi................................................................................... 5
iii
3.2 Pengkajian ................................................................................... 12
3.2.1 Biodata................................................................................... 12
bab IV penutup........................................................................................ 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis
muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan
gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu
seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara lain dermatitis.
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul
dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit
memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-
bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen,
sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam,
perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
3
2. Neuro Dermatitis
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil,
datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini
muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang
terasa gatal.Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan,
lengan dan bagian belakang dari leher.
3. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara
kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini sering
kali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam
keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti
Parkinson.
4. Dermatitis Stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau
hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005). Yang muncul
dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering
berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan
gatal.Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi
penyebab
5. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat
atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma
bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan (fleksural).
4
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
5
efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel
tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem
limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang
sama di seluruh kulit tubuh. Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan
hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi
mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga
terjadi gejala klinis.
2.5 Pathway
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
6
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal
suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan
kulit stadium kronis.
1. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan
dari kulit yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan
apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan
jamur.
2. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan
jamur pada kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah
mikroorganisme tersebut resisten pada obat – obat tertentu. Cara
pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat
pada lesi kulit.
3. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi, untuk
mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis,
untuk mengidentifikasi respon alergi. Uji ini menggunakan bahan kimia
yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local
yang ditimbulkan, apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya
positif.
7
2.8 Komplikasi
2.9 Penatalaksanaan
1. Dermatitis kontak
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin intermiten
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahannya.
2. Dermatitis atopik
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan-bahan berbulu.
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofolik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%.
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginos dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali
seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan
DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah,
diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian
8
jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba
dihentikan akan timbul riebound phenomen.
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5%
dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa
sinsitisasi, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek
samping sedatif.
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
kolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromesin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi
asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk
10 hari.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal, pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
steroid topical mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut,
tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum,
axilla dan wajah), pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid
yang lowpoten, pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang
dari 3 minggu pada kulit.
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada sebagian
orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
4. Dermatitis numularis
1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
2) Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
3) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
9
4) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
5. Dermatitis statis
1) Diuretik
2) Imunosupresan
3) Istirahat
4) Kortikosteroid
5) Pelembab
6) Terapi kompresi
10
DAFTAR PUSTAKA
Nuha Medika
11
BAB III
3.1 Kasus
3.2 Pengkajian
3.2.1 Biodata
Nama : Ny. S
Usia : 66 Tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
12
Tanggal Pengkajian : 30 September 2019
a. Keluhan Utama :
Ny. S mengeluh muncul bercak kehitaman yang gatal di kedua
punggung kaki sejak 1 bulan yang ini.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny. S datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Sejahtera
dengan keluhan bercak kehitaman yang gatal di kedua punggung
kaki muncul sejak 1 bulan yang ini. Gatal dirasakan hilang timbul
dan tidak bertambah jika berkeringat. Awalnya berupa kulit yang
memerah saja pada bagian punggung kaki yang berkontak dengan
sendal karet. Kemerahan pada kulit tidak langsung muncul
melainkan setelah berkontak ulang dengan sendal karet.
Kemudian kulit yang memerah tersebut mulai terasa gatal dan
mulai menjadi bercak kehitaman pada punggung kaki yang
berkontak dengan sendal karet.
Bercak kehitaman mulai menyebar ke ibu jari dan jari telunjuk
kedua kaki 1 bulan kemudian. Ny. Smerasa panas, tidak terasa
nyeri, tidak pedih. Tidak ada bercak kehitaman pada bagian tubuh
yang lain. Selama ini pasien sudah berobat ke bidan dan
mendapat obat yang diminum (nama obat lupa). Setelah minum
obat tersebut pasien mengaku gatal hilang pada telapak kaki, ibu
jari dan jari telunjuk berkurang. Bercak kehitaman masih ada.
Tapi setelah obat habis gatal kembali terasa dan pasien berobat ke
dokter Poliklinik Kulit Kelamin RS Sejahtera.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Ny. S tidak pernah mengalami bercak kehitaman seperti
ini sebelumnya
13
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki bercak
kehitaman pada tubuhnya
Tanyakan riwayat alergi pada keluarga
14
3.4 Analisa Data
15
dengan Pruritus.
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi dan Rasional
DX kep
1 Setelah dilakukan 1. Monitor warna kulit
tindakan keperawaan Rasional : mengetahui perubahan
selama 2 x 24 jam, warna kulit.
integritas kulit klien 2. Monitor adanya infeksi
dapat membaik dengan Rasional : mengetahui infeksi yang
kriteria hasil : terjadi
1. Tissue Integrity : 3. Monitor temperatur kulit
Mucous Membran Rasional : mengetahui kelembaban
Temperatur jaringan kulit
baik 4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
2. Sensasi baik dan kering
3. Hidrasi baik Rasional : mempermudah proses
4. Tidak ada lesi atau penyembuhan
luka 5. Anjurkan klien untuk menggunakan
pakaian longgar
Rasional : agar kulit mendapatkan
udara yang cukup
6. Monitor status nutrisi klien
Rasional : agar kebutuhan nutrisi
tercukupi
7. Oleskan lotion pada daerah yang
tertekan
Rasional : untuk mengurangi infeksi
pada kulit
2 Setelah dilakukan 1. Evaluasi tingkat kelelahan, anjurkan
tindakan keperawatan pasien untuk istirahat 1-2 jam pada
16
selama 2x24 jam siang hari dan 8 jam pada malam hari
diharapkan gangguan Rasional : meringankan rasa lelah
pola tidur bisa stabil 2. Anjurkan tekhnik relaksasi, dan
Kriteria hasil : penurunan aktivitas
1. Tidur pasien sesuai Rasional : Ansietas, ketidaknyamana
kebutuhan/normal fisik dapat mempersulit tidur
3. Anjurkan tidur posisi semi fowler
Rasional : memungkinkan diafragma
menurun, membantu mengembangkan
ekspansi paru
4. Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
Rasional : memahami akibat dari
perubahan pola tidur
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional : membuat kenyamanan
pasien sehingga mudah tertidur.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
18