Metode Fungsional: Menurut Arwani & Supriyatno (2005), metode fungsional ini
efisien, namun penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien
maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai
dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien terpisah-
pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat. Di samping itu, asuhan
keperawatan yang diberikan tidak profesional yang berdasarkan masalah pasien. Perawat
senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial, sementara
asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.
Metode Tim: Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
Namun pada metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga
para pakar mengembangkan metode keperawatan primer (Douglas,1992).
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan menurut Arwani & Supriyatno
(2005), adalah untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif
pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerjasama
dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of
knowledge dan transfer of experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan.
1. Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan koordinasi
asuhan keperawatan
2. Jangkauan observasi setiap perawat 4-6 klien
3. Perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam
4. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
5. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan parallel
Menurut Sitorus (2006), staf medis juga merasakan kepuasan dengan metode ini karena
senantiasa mendapat informasi tentang kondisi klien yang mutakhir dan komprehensif.
Metode Modular: Menurut Gillies (1994), metode modular merupakan bentuk variasi
dari metode keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat non-profesional
bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan, disamping itu karena dua atau tiga
orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien. Dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi primer , satu tim terdiri dari
2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8
hingga 12 orang (Arwani & Supriyatno, 2005)
Berbagai keuntungan metode modular menurut Sumijatun (2008), diantaranya dapat
memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik dengan
pertanggungjawaban yang jelas, konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan
melalui rapat tim yang juga efektif untuk pembelajaran, memungkinkan menyatukan
kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan efektif dan aman serta produktif
karena adanya kerjasama dan komunikasi.
MATERI MATERNITAS
Palpasi leopod
Leopod I : menetukan TFU dan bagian janin yang terdapat di fundus
Leopod II : menentukan letyak punggung
Leopod III : menetukan presentasi janin, apakah presentasi janin sudah masuk PAP
Leopod IV : sejauh mana presentasi masuk PAP
7. Isi partograf
8. Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan
KALA II
1. Beritahukan pada keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
membantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai keinginannya
2. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan
ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua
temuan yang ada.
3. Bimbing meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
- Dukung dan beri ibu semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
- Anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi
- Beri cukup asupan cairan per oral
- Nilai DJJ setiap kontraksi selesai
- Segera konsulkan ke dokter kandungan jika bayi belum lahir setelah 120 menit pada
primigravida atau 60 menit pada multigravida
4. Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok, atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
5. Letakkan duk bersih di perut ibu jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
5-6 cm
6. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
7. Pakai sarung tangan steril pada kedua tangan
8. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka penolong
melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan m,embantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
9. Penolong memeriksa adanya kemungkinan lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
10. Jika tali pusat melilit leher secara longgar,penolong melepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
11. Jika tali pusat melilit leher secara kuat,penolong memasang klem tali pusat di dua tempat
dan potong di antara dua klem tersebut
12. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
13. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, penolong memegang secara biparental.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat berkontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke
arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arcus pubis dan kemudian
gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
14. Setelah kedua bahu lahir, penolong menggeser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas petugas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
15. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke bokong, tungkai dan
kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
16. Penolong melakukan penilaian awal dan resusitasi bayi
17. Penolong melakukan palpasi perut ibu untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal).
18. Penolong memberikan suntikan oksitosin 1 ampul im di 1/3 paha bagian atas bagian distal
lateral
19. Penolong menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi, dorong isi tali
pusat ke arah distal dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
20. Penolong menggunting tali pusat di antara dua klem tersebut
Penolong meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk IMD (lihat protap IMD)
KALA III
KALA IV