Anda di halaman 1dari 9

https://djawanews.

com/bisnis/daftar-daerah-penghasil-bauksit-di-indonesia/
DAFTAR DAERAH PENGHASIL BAUKSIT DI INDONESIA
by Usman Mahendra August 28, 2019 0 comment
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya bauksit terbesar ke enam dunia.

Bauksit merupakan bijih utama aluminium alias material dasar untuk memproduksi alumina.
Bauksit pertama kali ditemukan pada tahun 1924 di Kijang, pulau Bintan, di provinsi Kepulauan
Riau. Pulau Bintan juga merupakan daerah penghasil bauksit terbesar di Indonesia dan
produksinya sudah mencapai pasaran internasional.

Bauksit sendiri bukanlah sebuah mineral, melainkan batuan yang terbentuk dari proses laterisasi.
Ada tiga komponen yang mendominasi mineral aluminium hidrat, yakni gibsit, boehmite dan
diaspora.

Sebagai bahan dasar untuk memproduksi aluminium, bauksit memiliki manfaat yang dapat
langsung dirasakan dalam kehidupan sehari hari seperti, bahan dasar pembuatan badan pesawat
terbang, produksi perabotan rumah tangga, bahan kemasan makanan dalam tin dan lain
sebagainya.

Banyaknya daerah penghasil bauksit di Indonesia membuat kebutuhan bauksit selalu tercukupi.
Bahkan, beberapa perusahaan yang mengolah bahan alam tersebut mampu mengekspor hasil
produksinya ke luar negeri. Soal ekspor, bauksit yang ditambang di Pulau Bintan telah diekspor
sejak tahun 1935.

Sejarah Bintan sebagai daerah penghasil bauksit

Selain menjadi daerah penghasil bauksit terbesar tanah air, Pulau Bintan juga tekenal dengan daya
tarik wisatanya yang epik dan spektakuler. Sebut saja Bintan Resor yang selalu menjadi destinasi
utama para wisatawan.

Kawasan wisata tersebut terletak di sebelah utara Pulau Bintan dan terhampar dengan luas 23 ribu
hektare di atas pasir putih yang menghadap ke Laut Cina Selatan.

Di sisi lain, Pulau Bintan juga memiliki sejarah yang amat menarik, sejak abad ke-18, Eropa,
Portugis, Belanda dan Inggris saling bertarung memperebutkan pulau ini lantaran letaknya yang
strategis di semenanjung selatan Malaysia di mulut Selat Malaka, kepulauan Riau. Dan menjadi
tempat jujukan favorit bagi kapal dagang India dan Cina.
Pada saat itu, daerah penghasil bauksit terbesar nusantara ini tengah dikuasai oleh kesultanan
Johor-Riau dan diduduki secara bergantian antara Johor yang terletak di Malaysia dan Pulau
Bintan di Indonesia.

Tahun 1884, Inggris dan Belanda mengakhiri perselisihan mereka di Pulau Bintan dengan sebuah
perjanjian yang dikenal dengan Treaty of London. Adanya perjanjian tersebut mengakibatkan
wilayah utara singapura diberikan kepada Inggris dan teritori selatan Singapura diserahkan ke
Belanda.

Pada tahun 1924, Belanda menemukan sumber bauksit yang amat melimpah di Pulau Bintan,
sejak saat itu, pamor Pulau Bintan menjadi terkenal sebagai daerah penghasil Bauksit.

Pada awalnya, belanda melakukan ekspedisi untuk menemukan sumber mineral timah, akan tetapi
bukan mineral timah yang mereka temukan namun bauksit dalam jumlah besar.

Dilansir dari Esdm.go.id Belanda kemudian melakukan penambangan bauksit untuk pertama
kalinya di tahun 1935-1942. Setelah ditemukan sumber bauksit, Belanda kemudian melakukan
survei di beberapa titik dan dilanjutkan dengan membuat lubang untuk melakukan eksploitasi
bauksit di Kijang serta di kelola oleh perusahaan Belanda yakni Naamloze
Vennootschap (NV) Nederlandsch Indische Bauxit Exploitatie Maatschappije (NIBEM).

Pulau Bintan juga sempat direbut oleh Jepang pada saat zaman pendudukan Jepang di Indonesia
lebih tepatnya pada tahun 1942-1945 melalui perusahaan Furukawa Co.Ltd, dan pada tahun 1959
usaha ini kembali diambil alih oleh NV NIBEM.

Di tahun selanjutnya, kegiatan pertambangan bauksit di Bintan ini diambil alih oleh Pemerintah
Republik Indonesia dengan mendirikan PT Pertambangan Bauksit Indonesia (Perbaki) yang
selanjutnya dilebur menjadi PN Pertambangan Bauksit Indonesia yang berada di
lingkungan BPU PERTAMBUN.

Lalu, di tahun 1968, semua yang tergabung dalam entitas pertambangan biji alumunium atau bijih
bauksit dilebur ke dalam PN Aneka Tambang (persero) yang kemudian menjadi PT. Aneka
Tambang.

Adapun PT Aneka Tambang atau ANTAM melakukan eksplorasi tambang bauksit hingga tahun
2009. Pasca penambangan, ANTAM melakukan reklamasi daerah bekas tambang biji aluminium
dengan menginventarisir tumbuhan-tumbuhan bekas area tambang tersebut.
Produk olahan tambang bauksit (Satunegeri.com)
Beberapa daerah penghasil bauksit selain Bintan

Selain Bintan yang terletak di kepulauan Riau, ada beberapa wilayah di Indonesia yang juga
terkenal sebagai daerah penghasil bauksit antara lain:

1. Daerah Sumatera Utara


Wilayah penambangan aluminium di Sumatara Utara terletak di Kota Pinang. Tidak hanya
dimanfaatkan sebagai daerah penghasil bauksit, Provinsi Sumatra Utara juga dimanfaatkan
sebagai industri hilirisasi alumunium.

1. Daerah Bangka Belitung


Selain Sumatra Utara, Provinsi Bangka Belitung juga menjadi daerah penghasil bauksit yang
cukup terkenal. Lokasi penambangan alumunium di Provinsi ini terletak di kawasan Sigembir.

1. Daerah Kalimantan Barat


Adapun Kalimantan Barat memilik lima daerah penghasil bauksit yang terletak di daerah Munggu
Besar, Sandai, Balai Berkuah, Mebukung dan Pantus. Bauksit atau Biji Aluminium terkenal
dengan nilai ekonominya yang cukup besar. Tidak semua daerah memiliki potensi barang
tambang tersebut. Tak heran jika bauksit dapat digunakan sebagai komoditi utama disektor
pertambangan.
Keempat daerah penghasil bauksit diatas mambu menghasilkan biji aluminium dengan jumlah
yang bervariasi. Untuk kualitas dari bauksit ini akan bergantung pada proses pengolahannya.

Belum lama ini, pemerintah juga tengah mencanangkan pembangunan industri hilirisasi
pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery di Desa Bukit Batu, Kabupaten Mempawah,
Kalimantan Barat.

Perlu diketahui, Indonesia juga merupakan negera dengan cadangan bauksit terbesar di dunia.
Adanya langkah pemerintah untuk mengencangkan hilirisasi aluminium diharapkan dapat
mengurangi ekspor mineral mentah sekaligus ketergantungan impor untuk sumber bahan baku
produksi aluminium.

Industri hilirisasi alumunium juga akan menjadikan produk tambang bauksit terintegrasi dengan
industri pengolahan produk aluminium, sehingga pemerintah tidak perlu lagi repot-repot untuk
mengekspor bauksit mentah keluar negeri dan mengimpornya kembali dalam bentuk produk jadi.
Dengan begitu basis industri pertambangan dalam negeri akan semakin kuat.

Pengembangan industri pengolahan bauksit menjadi alumina juga akan mendorong lahirnya
potensi investasi di masa mendatang, seperti pengembangan industri-industri
terkait alumina-aluminium based dan diversifikasinya.

Dengan begitu, apa yang ditambang dari Indonesia dapat benar-benar dimanfaatkan untuk
kesejahteraan negara Indonesia, khususnya di daerah sekitar pertambangan.

Berdasarkan artikel dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang di unggah melalui
laman resmi Kementerian ESDM yakni Esdm.go.id mengatakan, keberadaan industri hilirisasi
mineral bauksit akan berkontribusi terhadap pertumbuhan nilai PDB nominal, pendapatan rumah
tangga, keuntungan perusahaan dan pendapatan perpajakan meskipun dengan besaran yang belum
signifikan.

Industri hilirisasi ini akan berdampak secara signifikan apabila seluruh produk dapat diproses dari
hulu ke hilir serta di dukung dengan penyediaan insfratruktur yang memadai.
Pemanfaatan Bauksit

Pada dasarnya, sumber daya bauksit banyak ditemukan di daerah-daerah tropis yang dekat dengan
garis khatulistiwa. Oleh sebab itu, tidak heran jika daerah penghasil bauksit banyak ditemukan di
Indonesia.

Ada proses yang begitu panjang dan sulit sebelum akhirnya biji bauksit dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan produk industri aluminium. Seperti proses babat alas yang menjadi titik pertambangan
bauksit. Setelah di dapatkan hasil tambang, bauksit kemudian di cuci agar biji bauksit dapat
terpisah dari kotoran-kototan yang tidak dibutuhkan.

Bauksit sendiri digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi aluminium. sumber daya bauksit
yang telah ditambang selanjutnya akan dimurnikan untuk menghasilkan aluminium oksida. Untuk
dapat mengekstraksi aluminium, aluminium oksida harus dileburkan terlebih dahulu dengan suhu
2000oC.
Akan tetapi, diperlukan biaya tinggi untuk proses peleburanya. Oleh sebab itu, perusahaan akan
menggunakan kriolit yang dapat menekan jumlah energi aluminium oksida dari sebelumnya
2000oC menjadi 960oC. Dengan kata lain, kriolit digunakan untuk menekan biaya produksi dalam
peleburan aluminium.

Bauksit yang telah dimurnikan tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan badan
pesawat terbang, perabotan rumah tangga, membuat kemasan makanan dalam tin, membuat
struktur atap pabrik dan gedung.

Sifat bijih aluminium yang kuat dan solid menjadikan bahan tambang ini sangat cocok untuk
dijadikan sebagai bahan utama pembuatan badan pesawat terbang.

Tidak hanya itu, bauksit juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan besi, bahan
dasar pembuat keramik, pembuat tinta pada mesin fotokopi dan pembuat pita kaset rekaman.

Kandungan alumina di dalam bauksit juga dapat jadikan buffer katalis pada proses penambangan
lain guna menghilangkan kotoran pada hasil tambang seperti minyak bumi, nitrogen, dan sulfur.

Bauksit yang diolah menjadi alumina, diolah lagi menjadi alumunium serta diproses lagi untuk
menjadi produk-produk alumunium menjadi keharusan untuk meningkatkan efisiensi industri dan
nilai tambah.

Sektor tambang lain selain bauksit

Selain bijih alumunium atau bauksit, sektor tambang lain yang juga mempunyai nilai ekonomi
yang cukup besar dan melimpah ruah di Indonesia antara lain timah, nikel, belerang dan juga
tembaga.

Disektor timah, pemerintah RI berhasil meningkatkan kinerja ekspor dan menembus pasar hingga
beberapa negara seperti Turki, Hongaria, Meksiko, Polandia, Bulgaria, dan Hong Kong yang
merupakan wilayah khusus China pada tahun 2018.

Jumlah sumber daya timah yang melimpah ruah ditanah air membuat Indonesia menjadi negara
eksportir timah terbesar kedua di dunia dengan jumlah ekspor rutin tahunan mencapai 100.000 ton
timah.
Provinsi Bangka Belitung menjadi wilayah yang terkenal sebagai pusat penghasil timah terbesar di
Indonesia. Ada beberapa daerah di Bangka Belitung yang memberikan kontribusi besar tehadap
produksi timah tanah air seperti Manggar dan Muntok yang terletak di pulau Belitung, Sungai
Liat di Pulau Bangka serta Sungkep dan Bakinang yang terletak di kepulauan Riau.

Sektor tambang selanjutnya adalah Nikel dan Belerang. Kedua produk tambang ini memiliki nilai
strategis diberbagai bidang lain disebuah negara. Pemanfaatan nikel yang utama adalah sebagai
paduan dari besi dan kromium untuk menghasilkan baja yang tahan karat.

Sekitar 90 persen nikel yang dijual setiap tahun digunakan sebagai paduan yang nenghasilkan baja.
Sementara itu, dua pertiganya dibuat paduan untuk memproduksi stainless steel, bahan dekoratif
dan teknik coating.

Nikel juga merupakan bahan yang penting dari beberapa sistem isi ulang baterai yang selalu
digunakan dalam elektronik, alat-alat listrik, transportasi, dan pasokan listrik darurat (UPS).

Adapun hasil dari tambang belerang banyak digunakan sebagai bahan dasar asam sulfat atau
H2SO4 yang sangat penting dalam pembuatan pupuk, penghalusan minyak, membuat asam basi
baja hingga dipergunakan untuk keperluan metarulugi.

Belerang juga dapat dimanfaatkan dalam industri cat, industri karet, industri tekstil, industri korek
api, bahan peledak, industri ban, pabrik kertas, industri gula yang digunakan dalam proses
sulfinasi , industri rayon, film celulosa, ebonit, cairan sulfida, bahan pengawet kayu.

Asal tau saja, Indonesia menjadi salah satu negara penghasil Nikel dan Belerang yang sangat
berkualitas dan termasuk yang paling besar di dunia.

Di Indonesia, ada enam wilayah penghasil nikel yang kualitasnya sudah diakui dunia seperti
Morowali di Sulawesi Tengah, Sorowako si Sulawesi Selatan, Halmahera Timur di Maluku Utara,
Luwu Timur di Sulawesi Selatan, Kolaka di Sulawesi Tenggara dan Pulau GAG di Papua Barat.

Sedangkan daerah penghasil belerang tersebar di beberapa daerah di Pulau Jawa, Sulawesi,
Maluku dan Sumatara Utara. Untuk daerah penghasil belerang yang berada di Pulau Jawa terletak
di wilayah Jawa Barat (kawasan Danau Putri, Gunung Tangkuban Perahu), Jawa Timur (Gunung
Arjuno, Gunung Welirang dan Gunung Ijen), dan Jawa Tengah (gunung Dieng).

Kemudian, daerah penghasil belerang yang berada di Pulau Sulawesi semuanya terletak di
Provinsi Sulawesi Utara yakni Gunung Mahawu, Gunung Soputan dan Gunung Sorek Merapi.
Lebih lanjut lagi, daerah penghasil belerang yang berada di Maluku dan Sumatera Utara yakni
Pulau Damar dan Gunung Namora.

Sedangkan, sektor tambang terahkir yang sumber dayanya banyak ditemukan di Indonesia adalah
tembaga. Hasil tambang dari tembaga banyak dmanfaatkan dalam bidang kelistrikan. Pasalnya
tembaga adalah penghantar listrik yang sangat baik.

Tembaga juga dapat digunakan dalam pembuatan kuningan, pipa air, industri konstruksi dan lain
sebagainya. Perlu diketahui, Indonesia merupakan penghasil tembaga tertinggi dan turut
menyumbag 10,4 persen produksi tembaga dunia.

Di Indonesia, ada beberapa wilayah yang menjadi daerah penghasil tembaga terbesar seperti
Kabupaten Timika, Papua, Tapatnya daerah Tembaga Pura, Cikotok di Jawa Barat dan Tirtamaya
Jawa Tengah.

Adapun daerah-daerah lain yang juga menjadi penghasil tembaga antara lain; Mandailing Natal
Sumatera Utara, Pacitan Jawa Timur, Sumbawa Barat NTB, Katingan Kalimantan Tengah, serta
Toli Toli dan Bone yang berada di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.

Kedepannya, pemerintah diharapkan dapat mencanangkan program industri hilirisasi produk


tambang selain bauksit. Saat ini, para pengusaha tambang baik domestik ataupun luar negeri
semakin giat untuk mencari sumber daya tambang yang ada di Indonesia.

Adanya program industri hilirisasi akan membantu mencegah bahan mentah atau produk tambang
diekspor langsung dalam volume yang besar. Dengan begitu, kekayaan sumber daya alam
Indonesia akan dapat digunakan untuk kepentingan bangsa sendiri.

Pengendalian ekspor bahan tambang mentah didasarkan pada aturan pelarangan ekspor beberapa
barang tambang tanpa diolah alias bahan mentah pada awal 2014. Kebijakan tersebut merupakan
amant dari Undang-Undang (UU) nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan Mineral dan
Batubara (UU Minerba).

Dengan adanya aturan tersebut, industri pertambangan diharapkan dapat diarahkan dari hulu
hingga ke hilir untuk mendapatkan nilai tambah dari produk tambang.

Hilirisasi industi menjadi strategi yang cocok untuk negara-negara dengan sumber daya alam yang
sangat berlimpah serta dapat mengolah bahan-bahan yang dihasilkan dari sektor pertambangan
sebagai input bagi proses industrialisasi.
Kendati demikian, program hilirasi bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan. Agar program
ini dapat berjalan dengan lancar, perlu adanya dukungan industri dasar yang efisien guna
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau setengah jadi.

Hilirisasi Industri tambang juga akan memberikan banyak manfaat, seperti menciptakan lapangan
kerja bagi masyarakat. Di sisi lain, hasil produk tambang juga akan dapat digunakan untuk
memenuhi permintaan pasar domestik maupun global dengan begitu, hasil ekspor tambang
tersebut akan meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai